PROSES PRODUKSI
3.1.
Pengertian Coating
Pelapisan (Coating) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar (substrarte)
dengan maksud tujuan tertentu. Tujuan pelapisan (coating) adalah memberi perlindungan
pada material. Tingkat proteksi dari pelapisan tergantung pada system keseluruhan dari
pelapisan yang terdiri dari jenis pelapisan, substrat logam dan preparasi permukaan.
Walaupun demikian terdapat juga beberapa fungsi yang lebih khusus dari pelapisan
(coating) ini misalkan untuk memberikan gaya apung negative (negative buoyancy force),
memberikan fungsi anti slip pada permukaan substrat dan beberapa fungsi lainnya.
3.1.1.
Pengikat (Binder)
11
12
3.1.1.3.
Solven
Aditif
3.1.2.
Konsep Formulasi Pelapisan
Setelah menentukan komponen-komponen untuk pelapisan (coating) maka harus
disatukan dalam jumlah yang sesuai. Berikut ini adalah parameter-parameter yang
penting untuk formulasi pelapisan.
a. Konsentrasi volume pigmen (PVC)
13
kotoran pada permukaan. Proses mechanical yang digunakan umumnya yaitu grinding, sand
blasting, dan lain-lain. Kontaminan yang dapat dibersihkan antara lain scale, produk korosi,
maupun sisa coating sebelumnya dengan mengikis permukaan material substrat tersebut.
Chemical cleaning, yaitu proses pembersihan dengan menggunakan bahan kimia. Cara
pengaplikasiannya dapat diusapkan, disemprot, diuapkan, dan dicelupkan. Ada beberapa jenis
chemical cleaning, antara lain :
a. Emulsion cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan berbahan dasar
organik (surfactant) yang dapat membersihkan minyak seperti detergent atau
emulsifier.
b. Alkaline cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan garam alkali untuk
membersihkan kotoran dan minyak. Larutan yang umum digunakan antara
lain sodium hydroxide (NaOH) dan sodium carbonate (Na2CO3). Biasanya
14
garam tersebut dilarutkan dengan air hangat sebanyak 80-40%. Setelah proses
alkaline cleaning, semua zat alkaline harus dibersihkan dengan air atau uap
agar tidak mengganggu kinerja coating.
c. Pickling (Acid cleaning), yaitu dengan menggunakan larutan asam untuk
membersihkan scale dan korosi. Larutan asam yang biasa digunakan yaitu
asam sulfat (H2SO4) yang akan melarutkan oksida pada permukaan.
3.3 Proses Produksi
3.3.1
Pembahasan Coating Pipe
3.3.1.1.
Fungsi peralatan-peralatan pada proses Coating
Secara garis besar, fungsi peralatan yang ada di dalam dan
Ashpalt Enamelt coating terdiri dari bagian-bagian penting yaitu :
1. Incoming Rack
Berfungsi sebagai penerima pipa dari forclif atau crane dan
disini terdapat satu orang yang menangani sebagai Quality Control
yang bertujuan untuk melihat idendtity pipa, mengecek visual pipa
seperti cacat, bengkok, dunt dan mengecek adanya kontiminasi oil
pada pipa.
16
17
18
3.3.1.2.
Bahan Baku
Dalam pengaplikasian Ashphalt Enamelt Coating, bahan baku
19
20
yang baik, larut dalam CCL4 dengan sempurna dan tidak larut
dalam air.
Secara umum jenis aspal dapat diklarifikasikan
berdasarkan asal dan proses pembentukannya yaitu sebagai
berikut:
a. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung
seperti aspal di pulau Buton, dan ada pula yang diperoleh di
pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di
dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia
memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal
dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan
asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah
dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat
konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung
aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu
saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya
sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.
b. Aspal Minyak
Aspal minyak bumi adalah aspal yang merupakan
residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat
menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
mengandung banyak aspal, parafin base crude oil yang
mengandung banyak parafin, atau mixed base crude oil
yang mengandung campuran aspal dengan parafin. Untuk
perkerasan jalan umumnya digunakan asphaltic base crude
oil. Hasil destilasi minyak bumi menghasilkan bensin,
minyak tanah, dan solar yang diperoleh pada temperatur
berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan residunya.
Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk
cair atau emulsi pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat
22
23
berserat
atau
Thermo
Glass
harus
3.3.1.3.
harus sesuai standar, dan bahan baku tersebut sebagai bagian utama
dalam proses ini. Bahan baku yang digunakan dalam proses Asphalt
Enamel Coating adalah sebagai berikut :
a. Primer
b. Fiberglass
c. Asphal
24
d. Thermo Glass
Pada proses ini ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu
sebagai berikut :
1. Tahap pemanasan
Pada tahap ini semua mesin perlu adanya pemanasan
sebelum produksi pemanasan ini memerlukan waktu 4-5 jam untuk
asphalt enamel coating sebelum produksi. Dilakukan pemanasan
agar hasil produksi dapat lebih baik dan tidak adanya cacat pada
coating tersebut.
25
Incoming Rack
Burner
Blasting
Dust Colector
Priming Aplication
Water Quenching
Enamel Aplication
Storage
Gambar 3.16 Diagram alir Asphalt Enamel Coating
1. Incoming Rack
26
28
polyethylene
pada
layer
30
Hasil Produksi
Berikut ini adalah gambar hasil produksi asphalt enamel
coating (AEC).
31