Anda di halaman 1dari 21

BAB III

PROSES PRODUKSI
3.1.

Pengertian Coating
Pelapisan (Coating) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar (substrarte)
dengan maksud tujuan tertentu. Tujuan pelapisan (coating) adalah memberi perlindungan
pada material. Tingkat proteksi dari pelapisan tergantung pada system keseluruhan dari
pelapisan yang terdiri dari jenis pelapisan, substrat logam dan preparasi permukaan.
Walaupun demikian terdapat juga beberapa fungsi yang lebih khusus dari pelapisan
(coating) ini misalkan untuk memberikan gaya apung negative (negative buoyancy force),
memberikan fungsi anti slip pada permukaan substrat dan beberapa fungsi lainnya.
3.1.1.

Bahan Penyusun Pelapisan


Hal yang menentukan sifat-sifat suatu pelapisan (coating) adalah komposisi

dari pelapisan (coating) itu sendiri. Umumnya pelapisan (coating). mengandung


empat bahan dasar, yaitu pengikat (binder), aditif, solven dan pigmen (zat pewarna).
Sangatlah penting bagi formulator untuk memahami fungsi dari bahan-bahan dasar ini
dan mengetahui bagaimana mereka saling berinteraksi.
3.1.1.1.

Pengikat (Binder)

Binder berfungsi sebagai pengikat antar komponen coating dan juga


bertanggung jawab terhadap gaya adhesi coating terhadap substrat. Gaya
adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel zat yang tidak sejenis. Gaya
adhesi antar molekul air dengan molekul kaca berbeda dibandingkan gaya
adhesi antara molekul air dengan molekul daun talas. Demikian pula gaya
kohesi antar molekul air lebih kecil dari pada gaya adhesi antara molekul air
dengan molekul kaca. Itulah sebabnya air membasahi kaca berbentuk
melebar. Namun, air tidak membasahi daun talas melainkan tetes air
berbentuk bulat-bulat menggelinding di permukaan karena gaya kohesi antar
molekul air lebih besar daripada gaya adhesi antara molekul air dan molekul

11

daun talas. Gaya kohesi maupun gaya adhesi mempengaruhi bentuk


permukaan zat cair dalam wadahnya.
Terdapat banyak binder yang telah dikenal, diantaranya alkyd, vinyl resin
alam, epoxy dan urethane.
Hal yang harus dipahami dari binder adalah viskositas. Karena merupakan
komponen utama dalam coating, viskositas binder sangat menentukan
viskositas coating. Coating

harus mempunyai viskositas cukup rendah

untuk bisa digunakan dengan peralatan pengecatan sederhana (brush, roller


atau spray) serta memiliki viskositas cukup tinggi sehingga tidak menetes.
Faktor utama yang menentukan viskositas binder adalah berat molekularnya.
Polimer yang mempunyai berat molekul tinggi akan lebih viscous dari pada
dengan berat molekul rendah. Ada dua cara untuk mengontrol viskositas
suatu coating, yaitu dengan memvariasi berat molekul binder atau dengan
menambah sejumlah solven.
3.1.1.2.

Zat Pewarna (pigmen)

Zat pewarna (Pigmen) merupakan pemberi wama dari coating. Selain


berfungsi dalam hal estetika, zat pewarna (pigmen) juga mempengaruhi
ketahanan korosi dan sifat fisika dari coating itu sendiri.
Zat pewarna (pigmen) dapat dikelompokkan menjadi pigmen organik dan
anorganik. Pigmen anorganik contohnya adalah besi oksida. Besi oksida
merupakan pigmen merah yang digunakan untuk pelapisan awal (coating
primer) ataupun topcoat. Terdapat juga extender pigmen yang memberikan
sedikit pengaruh terhadap wama dan ketahanan korosi namun banyak
mempengaruhi sifat-sifat coating seperti kekentalan (densitas), aliran,
kekerasan (hardness) dan permeabilitas. Contohnya adalah kalsium
karbonat, kaolin, talc dan barium sulfat (barytes).

12

3.1.1.3.

Solven

Kebanyakan coating memerlukan solven untuk melarutkan pengikat


(binder) dan memodifikasi viskositas. Hal penting yang hams diperhatikan
dalam penentuan solven adalah kemampuannya dalam melarutkan binder
dan komponen coating yang lain. Prinsip kelarutan sangatlah sederhana,
yaitu like dissolves like artinya solven polar akan melarutkan senyawa yang
polar juga.
Selain itu laju penguapan solven juga perlu diperhatikan. Solven yang
mempunyai tekanan uap tinggi sehingga menguap dengan cepat disebut fast
atau hot solvent, sedangkan yang lambat disebut slow solvent. Laju
penguapan mempengaruhi sifat-sifat coating dan beberapa cacat dapat
disebabkan karena ketidak cocokan dalam pemilihan solven. Jika solven
menguap terlalu cepat, coating tidak cukup waktu untuk membentuk lapisan
halus dan kontinu.
3.1.1.4.

Aditif

Aditif adalah senyawa-senyawa kimia yang biasanya ditambahkan dalam


jumlah sedikit, namun sangat mempengaruhi sifat-sifat pelapisan. Bahanbahan yang termasuk aditif adalah surfaktan, alat anti endapan (antisettling
agent), alat pencampur (coalescing agents), alat tahan pengulitan (antiskinning agents), katalis, defoamers, penyerapan cahaya ultraviolet
(idtraviolet light absorbers), alat dispersi, bahan pengawet (preservatives),
pengering (driers) dan plastisizers.

3.1.2.
Konsep Formulasi Pelapisan
Setelah menentukan komponen-komponen untuk pelapisan (coating) maka harus
disatukan dalam jumlah yang sesuai. Berikut ini adalah parameter-parameter yang
penting untuk formulasi pelapisan.
a. Konsentrasi volume pigmen (PVC)
13

Pigmen Volume Concentration (PVC) merupakan rasio volume pigmen


terhadap volume total binder dan pigmen. Dua jenis pelpisan dapat memiliki
nilai pigmen dan binder yang sama namun sangat berbeda nilai PVCnya.
Secara sederhana hal ini dapat dihasilkan dengan menggunakan pigmen
densitas yang berbeda.
Nilai PVC dimana terdapat jumlah pengikat yang tepat untuk menghasilkan
lapisan tipis permukaan secara sempurna untuk setiap partikel dari zat
pewarna (pigmen) merupakan nilai PVC kritis (CPVC). Diatas nilai CPVC,
tidak ada cukup pengikat untuk membasahi semua zat pewarna, Sedangkan
dibawah nilai CPVC, terdapat kelebihan pengikat. Beberapa sifat pelapisan
dapat secara signifikan dipengaruhi oleh variansi formulasi PVC.
3.2 Preparasi Pre-coating
Permukaan kaca biasanya belum bisa langsung diberikan pelapis, karena kualitas
permukaan yang rendah serta kemungkinan adanya kotoran dan minyak dapat
mengganggu sifat adhesive dari pelapisan (coating). Oleh karena itu perlu dilakukan
proses preparasi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pelapisan. Proses prepelapisan (coating) ini terdiri dari dua jenis, yaitu pembersihan secara mekanik
(mechanical cleaning) dan pembersihan secara kimiawi (chemical cleaning).

Mechanical cleaning, yaitu dengan menggunakan material abrasif untuk menghilangkan

kotoran pada permukaan. Proses mechanical yang digunakan umumnya yaitu grinding, sand
blasting, dan lain-lain. Kontaminan yang dapat dibersihkan antara lain scale, produk korosi,
maupun sisa coating sebelumnya dengan mengikis permukaan material substrat tersebut.

Chemical cleaning, yaitu proses pembersihan dengan menggunakan bahan kimia. Cara

pengaplikasiannya dapat diusapkan, disemprot, diuapkan, dan dicelupkan. Ada beberapa jenis
chemical cleaning, antara lain :
a. Emulsion cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan berbahan dasar
organik (surfactant) yang dapat membersihkan minyak seperti detergent atau
emulsifier.
b. Alkaline cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan garam alkali untuk
membersihkan kotoran dan minyak. Larutan yang umum digunakan antara
lain sodium hydroxide (NaOH) dan sodium carbonate (Na2CO3). Biasanya
14

garam tersebut dilarutkan dengan air hangat sebanyak 80-40%. Setelah proses
alkaline cleaning, semua zat alkaline harus dibersihkan dengan air atau uap
agar tidak mengganggu kinerja coating.
c. Pickling (Acid cleaning), yaitu dengan menggunakan larutan asam untuk
membersihkan scale dan korosi. Larutan asam yang biasa digunakan yaitu
asam sulfat (H2SO4) yang akan melarutkan oksida pada permukaan.
3.3 Proses Produksi
3.3.1
Pembahasan Coating Pipe
3.3.1.1.
Fungsi peralatan-peralatan pada proses Coating
Secara garis besar, fungsi peralatan yang ada di dalam dan
Ashpalt Enamelt coating terdiri dari bagian-bagian penting yaitu :
1. Incoming Rack
Berfungsi sebagai penerima pipa dari forclif atau crane dan
disini terdapat satu orang yang menangani sebagai Quality Control
yang bertujuan untuk melihat idendtity pipa, mengecek visual pipa
seperti cacat, bengkok, dunt dan mengecek adanya kontiminasi oil
pada pipa.

Gambar 3.1 Incoming Rack


2. Burner
Berfungsi untuk menstabilkan temperature pipa dari incoming
rack dan menghilangkan kontaminasi sampai pipa siap di blashting
dengan suhu + 200 oC. burner menggunakan bahan bakar solar dan
di alirkan ke mesin lalu mesin tersebut akan menyemburkan api ke
pipa.
15

Gambar 3.2 burner


3. Blashting
Berfungsi untuk menghilangkan korosi yang terdapat pada pipa
dan untuk membuat profil agar pipa terdapat perekatan cat yang
baik. Dalam blashting dilakukan penyemprotan material steel shoot
dan steel grid. Dengan blasting ini membuat permukaan menjadi
kasar agar pelapisan coating pertama bisa melekat dengan kuat.

Gambar 3.3 Blasting Machine


4. Dust Colector
Berfungsi untuk menghilangkan material blashting yang masuk
ke dalam pipa dan untuk menghilangkan debu yang menempel di
bagian dalam dan luar. Dust collector akan di dekatkan lalu akan
mendorong material blasting yang masuk ke dalam pipa dengan
menggunakan kompresor.

16

Gambar 3.4 Dust Collector


5. Proses Asphalt Enamel Coating (AEC)
a. Primer
Primer merupakan lapisan pertama pada proses Ashpalt
Enamelt dan berfungsi untuk mencegah terjadi korosi dan
sebagai adhesif. Cara kerja aplikasi ini dengan disemprotkan
primer melalui selongsong pada pipa yang berputar dan
biasanya operator yang menangani aplikasi ini ada satu orang
di bagian monitor.

Gambar 3.5 Primer Application


b. Asphalt Enamelt
Asphalt enamel merupakan aplikasi dengan proses dimana
ada tiga proses yang dilakukan yang pertama pelapisan
fiberglass dengan dua pelapisan, asphalt cair yang mengalir ke
permukaan pipa yang berputar dan thermoglass sebagai lapisan
terakhir pada Asphalt enamel.

17

Gambar 3.6 Asphalt Enamelt Application


6. Water Quench
Pipa dalam proses pelapisan layer masih dalam kondisi panas,
maka dibutuhkan proses pendinginan yang disebut dengan Water
Quench dan proses ini dilakukan diproses 3Layer Polyethylene
Coating Process (3LPE) dan Asphalt Enamelt Coating (AEC).

Gambar 3.7 Water Quench


7. Holiday Detector
Merupakan system pengujian untuk mengetahui keadaan
coating apakah terjadi kebocoran atau tidak pada arus tinggi. Arus
yang digunakan sesuai standar yaitu mencapai 15 kv pada proses
pengujian 3 Layer Polyethylene Coating Process (3LPE) dan 17-22
kv pada proses pengujian Asphalt Enamelt Coating (AEC).

18

Gambar 3.8 Holiday Detector


8. Grinding
Grinding berfungsi sebagai pengupasan hasil coating pada
kedua ujung pipa yang bertujuan untuk menyambungkan antar
pipa.

Gambar 3.9 Grinding

3.3.1.2.

Bahan Baku
Dalam pengaplikasian Ashphalt Enamelt Coating, bahan baku

yang digunakan harus memenuhi standar yang sudah ditentukan. Berikut


ini bahan bahu yang digunakan pada proses Asphalt enamel Coating.
1. Bahan Baku Blasting Machine
a. Steel Shoot
Steel shoot adalah media blasting yang berbentuk bulat
dengan ukuran tertentu dan terbuat dari baja ataupun baja tahan
karat berfungsi untuk menambal setelah di spray dengan steel
grid.

19

Gambar 3.10 Steel Shoot


b. Steel Grid
Steel grid adalah media Blasting berbentuk serpihan
dengan ukuran tertentu dan terbuat dari baja, berfungsi sebagai
pengeruk lapisan yang mengalami korosi.

Gambar 3.11 Steel Grid


2. Bahan Baku Asphalt Enamel Coating
a. Primer
Primer adalaha proses pelapisan memakai bahan cat.
Priming memastikan lebih baik adhesi cat ke permukaan,
meningkatkan daya tahan cat, dan memberikan perlindungan
tambahan untuk bahan yang di cat dan sebagai lapisan untuk
mencegah korosi.

20

Gambar 3.12 Primer


b. Fiberglass
Fiberglass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat
tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. serat ini
dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang
kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang
kuat dan tahan korosi untuk digunakan sebagai pelapis untuk
mengikat aspal pada proses Asphalt Enamelt Coating dan
pelapis kedua sebagai lapisan agar aspal melekat dengan rapih
dan supaya asphalt bisa melekat pada antara kedua lapisan
fiberglass.

Gambar 3.13 Fiberglass


c. Aspal
Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen
dan mineral.Bitumennya sendiri adalah bahan yang berwarna
cokelat hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat
21

yang baik, larut dalam CCL4 dengan sempurna dan tidak larut
dalam air.
Secara umum jenis aspal dapat diklarifikasikan
berdasarkan asal dan proses pembentukannya yaitu sebagai
berikut:
a. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung
seperti aspal di pulau Buton, dan ada pula yang diperoleh di
pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di
dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia
memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal
dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan
asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah
dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat
konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung
aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu
saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya
sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.
b. Aspal Minyak
Aspal minyak bumi adalah aspal yang merupakan
residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat
menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
mengandung banyak aspal, parafin base crude oil yang
mengandung banyak parafin, atau mixed base crude oil
yang mengandung campuran aspal dengan parafin. Untuk
perkerasan jalan umumnya digunakan asphaltic base crude
oil. Hasil destilasi minyak bumi menghasilkan bensin,
minyak tanah, dan solar yang diperoleh pada temperatur
berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan residunya.
Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk
cair atau emulsi pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat

22

bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal dibedakan


atas beberapa bagian, yaitu :
1. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau
semi padat pada suhu ruang dan mencair jika
dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen
aspal (asphalt cement). Oleh karena itu, semen aspal
harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan
sebagai bahan pengikat agregat.
2. Aspal cair (asphalt cut-back) yaitu aspal yang
berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan
semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah,
bensin, atau solar. Bahan pencair membedakan aspal
cair menjadi tiga bagian, yaitu slow curing dengan
bahan pencair solar, medium curing dengan bahan
pencair minyak tanah, dan rapid curing dengan bahan
pencair bensin.
3. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%) dengan
air (35%-45%) dan bahan pengemulsi 1% sampai 2%
yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini
lebih cair daripada aspal emulsi. Dimana dalam aspal
emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Untuk
menghindari butiran aspal saling menarik membentuk
butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut
diberi muatan listrik.
Berikut Asphalt yang digunakan di PT. KHI
Pipe Industries :

23

Gambar 3.14 Aspal


c. Thermo Glass
Polimer

berserat

atau

Thermo

Glass

harus

disediakan dengan desain yang diinginkan. Setiap lapisan


harus diperiksa sesuai standar yang ditentukan. Thermo
glass ini merupakan lapisan terluar dari proses asphalt
enamel coating agar aspal tidak meluber dan terbentuk
dengan baik.

Gambar 3.15 Thermo Glass


Proses Produksi Coating Pipe
Dalam proses Asphalt Enamel Coating bahan baku yang digunakan

3.3.1.3.

harus sesuai standar, dan bahan baku tersebut sebagai bagian utama
dalam proses ini. Bahan baku yang digunakan dalam proses Asphalt
Enamel Coating adalah sebagai berikut :
a. Primer
b. Fiberglass
c. Asphal
24

d. Thermo Glass
Pada proses ini ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu
sebagai berikut :
1. Tahap pemanasan
Pada tahap ini semua mesin perlu adanya pemanasan
sebelum produksi pemanasan ini memerlukan waktu 4-5 jam untuk
asphalt enamel coating sebelum produksi. Dilakukan pemanasan
agar hasil produksi dapat lebih baik dan tidak adanya cacat pada
coating tersebut.

2. Tahap Proses Produksi


Berikut adalah flow diagram proses produksi Asphalt
Enamel Coating :

25

Incoming Rack

Burner

Blasting

Dust Colector

Surface Preparation Inspecti

Proses Asphalt Enamel Coati

Priming Aplication

Water Quenching

Enamel Aplication

Holiday Test Cutback Cleaning

Storage
Gambar 3.16 Diagram alir Asphalt Enamel Coating
1. Incoming Rack

26

Pipa yang akan diproduksi diterima di rak


penampung. Untuk mencegah terjadinya masuk pipa yang
tidak sesuai kebulatanya maka perlu dilakukan pengecekan
di incoming rack . disana pipa dicek identitinya, cek visual
seperti bengkok, oval, dan cacat, dan cek contaminant.
Apabila pipa memenuhi standar maka pipa tersebut
berlanjut ke proses selanjutnya.
2. Burner
Dalam proses ini pipa ditempatkan ke jalur masuk
burner, pipa tersebut dipanaskan hingga suhu sekitar 200o C.
Jika temperature sesuai tidak perlu diproses dalam burner.
3. Blasting
Kemudian pipa akan masuk ke mesin blasting, disini
pipa akan di spray menggunakan matrial steel grid dan steel
shoot untuk menghilangkan korosi dan membuat kekasaran
untuk proses pelapisan pertama dapat melekat kuat pada
pipa.
4. Dust Colector
Dalam proses ini pipa di tempatkan pada ujung dust
collector. Kemudian dust collector akan medorong material
blasting menggunakan kompresor yang masuk ke dalam
pipa.
5. Inspection
Pada tahap ini pekerja bagian quality control (QC)
akan menginspeksi pipa yaitu sebagai berikut.
a. Suhu pipa
Suhu pipa disini dilakuakan denga menembakan
laser ke pipa dengan suhu minimal 3o C.

Gambar 3.17 Temperature gun


b. Dust Level
27

Kemudian dilakukan dust level untuk melihat


level debu yang berada pada pipa, debu yang berada
pada pipa maximal mempunya level 3.

Gambar 3.18 Dust level


c. Kandungan Garam
Kandungan garam diukur agar sebelum pipa
diproses ke proses selanjutnya tidak mengandung
garam melebihi 20 mg/m2. Kandungan garam diukur
dengan kertas khusus yang di basahi dengan air yang
tidak mengandung garam lalu di tes pada alat yang
mendeteksi kandungan garam.

Gambar 3.19 Salt Contaminant


d. Perbandingan permukaan pipa menggunakan buku
berstandar ISO 8501-1-2007

28

Gambar 3.20 Buku ISO 8501-1:2007


e. Pori-pori pipa menggunakan press O film
Pori-pori pipa dilihat menggunakan press O film
dengan kertas khusus yang ditempel pada
permukaan pipa lalu di tekan secara halus
menggunakan pesil dan setelah itu diukur
menggunakan rocknes dengan hasil 40-115m atau
sesuai standar yang diminta.

Gambar 3.21 Press O Film


6. Proses Asphalt Enamel Coating
a. Priming application
Setelah inspeksi lolos, pipa dilewatkan ke proses
priming pada proses ini primer di spraykan ke pipa
yang berputar pada kereta, yang berfungsi sebagai
lapisan pertama dari Asphalt Enamel Coating, sebagai
29

perlindungan korosi dan berfungsi pula sebagai


adhesif.
b. Enamel Aplication
Pada proses ini aspal dicairkan dalam ketel dengan
suhu sekitar 200o C. Kemudian pipa akan masuk ke
enamel application pertama dilapisi dengan aspal cair
kemudian fiberglass kemudian aspal cair dengan suh
200o C dan dilapisi lagi fiberglass kemudian aspal
akan menempel pada lembaran fiberglass dan tekakhir
dilapisi Thermo Glass sebagai perlindungan terhadap
aspalnya.
7. Water Quenching
Setelah proses

polyethylene

pada

layer

polyethylene coating process dan asphalt enamel coating,


pipa di lewatkan kedalam proses water quenching. Pipa
tersebut dialiri air yang sangat deras agar suhu pipa yang
sebelumnya tinggi akan menurun.
8. Holiday Test
Pada proses ini holiday test di tempelkan pada pipa
yang sedang berjalan di conveyor dengan arus 15 kv untuk
3 layer polyethylene coating process dan 17-22 kv untuk
Asphalt Enamel Coating. Jika alarm berbunyi maka akan
terjadi indikasi kebocoran pada coating tersebut.
9. Cutback Cleaning
Setelah proses tersebut hamper selesai, pipa yang
sudah di coating akan menuju proses cutback. Dalam
proses ini kedua ujung pipa digrinding menggunakan
mesin cutback, dengan hasil keduanya telihat bersih dan
siap untuk disimpan.
10. Storage
Pipa yang sudah di coating akan ditampung di
storage, dan tempat di daerah terbuka. Dan jika pipa yang
melalui proses Asphalt Enamel Coating dilapisi kapur atau

30

white whorse agar sinar matahari tidak telalu meresap


panasnya.
3.3.1.4.

Hasil Produksi
Berikut ini adalah gambar hasil produksi asphalt enamel
coating (AEC).

Gambar 3.22 Asphalt enamel coating

31

Anda mungkin juga menyukai