PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dunia ke-tiga Indonesia masih berada pada predikat sebagai negara
berkembang. Dari sisi kebudayaan indonesia termasuk negara pluralis, karena
bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku dengan jumlah lebih dari 300 suku dan
enam agama beserta keyakinan lainnya. Secara topografis indonesia adalah negara
kepulauan
dengan
jumlah
pulau
lebih
dari
17.000
pulau
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195502101980021
-DADANG_SUNGKAWA/letak_Indonesia.pdf)
dengan luasan lautan yang
cukup besar. Keadaan itu menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan
sumber daya alam (SDA).
Namun, keadaan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam tidak serta
merta membuat rakyat indonesia sejahtera. Jumlah penduduk indonesia yang
miskin masih tinggi. Berdasarkan data statistik per september 2014, persentase
penduduk miskin indonesia untuk kota dan desa adalah sebesar 10,96% dengan
indeks keparahan kemisinan 0,44% (http://www.bps.go.id). Dan tingkat
penggangguran terbuka (TPT) per Februari 2015 sebesar 5,84%. Keadaan tersebut
mengindikasikan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat rendah,
karena belum mampu mengefektifkan SDA yang ada.
Sumber daya manusia (SDM) erat kaitannya dengan pendidikan.
Pendidikan adalah proses transfer ilmu pengetahuan, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Martin, 2013 pendidikan dapat memperbaiki taraf hidup manusia,
berarti bahwa pendidikan mempunyai peran dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk indonesia, berdasarkan UU sisdiknas No. 20 Tahun 2003
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TUHAN YANG MAHA
ESA, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Jika melihat keadaan indonesia yang masih jauh dari sejahtera, maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kita belum berperan secara maksimal dalam
meningkatkan kesejahteraan nasionl. Atau dengan kata lain bahwa,pada dasarnya
proses pendidikan kita masih bermasalah karena jauh dari tujua sperti yang
tertuang dalam UU di atas. Sudarminta Sj (suparno, tanpa tahun) mengelompokan
beberapa masalah mendasar yang terjadi dalam pendidikan Indonesia, yaitu: (1.)
Mutu pendidikan kita yang masih rendah, (2.) Sistem pembelajaran di sekolah
yang belum memadai, dan (3). Krisis moral yang melanda masyarakat kita.
Di sisi lain dalam konteks indonesia pada umumnya, juga terjadi
kesenjangan dan ketimpangan pendidikan di Indonesia. Hal tersebut disebabkan
oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah karena tidak meratanya fasilitas
pendidikan di seluruh Indonesia. Salah satu bukti ketidak merataan pendidikan
tersebut adalah nayata dalam hasil ujian nasional tiap tahunnya. Berdasarkan data
hasil UN dan UAS tahun 2012, untuk mata pelajaran Fisika SMA Seminari Pius
XII Kisol berada pada urutan terendah untuk provinsi NTT.
Sekolah ini berada jauh dari pusat pemerintahan, yaitu terletak di pulau
Flores, Kabupaten Manggarai Timur. Berdasarkan survey yang telah dilakukan
pada sekolah tersebut, beberapa fakta yang ditemukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut: untuk mata pelajaran fisika dalam pembelajarannya, guru menggunakan
metode konvensional, yaitu metode ceramah sepanjang kegiatan pembelajaran
tersebut berlangsung. Pendekatan pembelajaran adalah teacher center sehingga
menyebabkan siswa menjadi pasif dalam kelas. Selain itu, Guru mata pelajaran
fisika juga kadang galak dan cenderung kasar terhadap siswa yang tidak bisa
menjawab pertanyaan atau tidak mengerjakan tugas rumah. Tak jarang mendapat
hukuman secara fisik. Sehingga siswa menjadi takut untuk ke sekolah dan Jumlah
absen siswa untuk mata pelajaran tersebut tinggi. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa minat belajar siswa kurang.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti memtuskan bahwa perlunya
treatment dalam pembelajaran mata pelajaran fisika di SMA SEMINARI PIUS
XII KISOL. Treatment tersebut tentunya adalah dengan model yang memberikan
ruang bagi siswa untuk aktif, dan menempatkan guru sebagai fasilitator. Selain itu,
dibutuhkan media bantu, untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada
pembelajaran fisika, dan membantu siswa dalam membangun logika fisika yang
lebih konkret.
Berdasarkan kajian peneliti maka dalam pembelajaran fisika akan
diterapkan model PBL dengan media bantu video tutorial. Dengan harapan siswa
menjadi lebih aktif dan membangun kembali ketertarikaanya akan mata pelajaran
fisika. Sehingga judul penelitian ini adalah PENERAPAN PBL DAN MEDIA
BANTU VIDEO TUTORIAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SEMINARI PIUS XII KISOL
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA
TIMUR.
siswa kelas XI SMA Seminari Pius XII Kisol Kabupaten Manggarai Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
PBL dan media bantu video tutorial dalam proses pembelajaran fisika di
kelas XI SMA Seminari Pius XII Kisol Kabupaten Manggarai Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Mengetahui adanya peningkatan hasil belajar dan minat belajar siswa
dengan penerapan PBL dan media bantu video tutorial dalam proses
pembelajaran fisika di kelas XI SMA Seminari Pius XII Kisol Kabupaten
Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.6 Manfaat Penelitian
Meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar serta minat belajar siswa
dalam pembelajaran fisika di kelas XI SMA Seminari Pius XII Kisol Kabupaten
Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.