Anda di halaman 1dari 7

Senin, 23 September 2013

Perdarahan Di Luar Haid

PERDARAHAN DI LUAR HAID


Perdarahan di luar haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara dua haid.
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menoragia.
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai spotting dan dapat lebih
diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.
Menoragia adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus,
misalnya pada mioma uteri , polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada
waktu haid (irregular endometrium shedding) (Winkjosastro,2005:204).
Beberapa penyebab dari perdarahan di luar haid yaitu :
Polip serviks
Erosi portio
Ulkus portio
Trauma
Polip endometrium
A. Polip Serviks
1. Pengertian
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa.
Servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Tiran, 2005).
Menurut Sarwono (1999) polip merupakan suatu adenoma maupun adenofibroma
yang berasal dari selaput lendir endoservik. Polip servik tumbuh dari kanal serviks dengan
pertumbuhan ke arah vagina. Secara hispatologi, polip serviks sebagian besar bersifat jinak.

2. Jenis Polip Serviks


a. Polip Ektoserviks

Polip yang tmbuh dari lapisan permukaan luar serviks. Polip ini sering diderita oleh wanita
yang telah memasuki periode pasca menopause, meskipun dapat pula diderita oleh usia
produktif.
b. Polip Endoserviks
Yaitu pertumbuhan polip berasal dari bagian dalam serviks. Biasanya pada wanita
premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu anak.
3. Etiologi Polip Serviks
Penyebab tidak sepenuhnya dipahami oleh para ahli. Mungkin asil dari infeksi atau
peradangan kronis panjang, respon abnormal untuk peningkatan tingkat estrogen, dan dalam
kemacetan pembuluh darah di saluran leher rahim.
4. Tanda dan Gejala Polip Serviks
a. Tanpa gejala
Polip serviks biasa dialamai seseorang tanpa atau ia tahu sebenarnya memliki polip serviks.
b. Leukorea yang sulit disembuhkan.( sudah digunakan berbagai macam obat, dan personal
hygine telah dijaga tetapi leokorea belum juga sembuh).
c. Terasa discomfort dalam vagina ( yaitu perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik setelah
d.
e.
5.
a.
b.
1)
2)
3)
6.

buang air maupun dalam kondisi biasa).


Kontak berdarah ( Misalnya , vagina selalu mengeluarkan darah setelah melakukan
hubungan seks. Perlu dijurigai adanya polip serviks).
Terdapat infeksi.
Diagnosis
Berdasarkan keluhan yang dikemukakan.
Pada pemeriksaan inspekulum dijumpai :
Jaringan bertambah.
Mudah berdarah.
Terdapat pada vagina bagian atas.
Penatalaksanaan
Dengan tindakan kauterisasi yaitu polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya
di kuret. Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya
jaringan polip dikirim ke laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya

jinak/sesuai dengan gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.


B. Erosi Portio
1. Pengertian
Erosi portio adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah
portio serviks uteri (mulut rahim). Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah
hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal

pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi
dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks
akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker
serviks (Winkjosastro,2005:167).

2.
a.
b.
c.
3.
a.

Klasifikasi Erosi Portio


Erosi ringan : meliputi total area serviks.
Erosi sedang : meliputi - total area serviks.
Erosi berat : meliputi total area serviks.
Etiologi Erosi Portio
Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR. Pada saat pemasangan alat
kontrasepsi yang digunakan tidak steril yang dapat menyababkan infeksi. AKDR juga
mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (darah merupakan media subur untuk

b.

berkembangbiaknya kuman) penyebab terjadi infeksi.


Dalam kehamilan : sangat umum ditemuan dalam kehamilan karena level esterogen yang
tinggi. Erosi portio dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat

berhubungan seksual.
c. Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level esterogen yang tinggi.
d. Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT) karena penggunaan esterogen
e.

pengganti dalam tubuh berupa pil,krim,dll.


Infeksi : adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio menipis sehingga mudah
menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metrorrhagia, ostium
uteri eksternum tampak kemerahan, sekred juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi

4.
a.
b.
1)
2)
3)
c.

nabathi. (Winkjosastro, 2005).


Tanda dan Gejala
Mayoritas tanpa gejala.
Perdarahan vagina abnormal yang terjadi :
Postcoital bleeding
Metroragia,
Disertai keluarnya mucus yang jernih/kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina.
Erosi disebabkan karena inflamasi sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan,
membentuk mukus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati

serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat
menyebakan infertilitas pada wanita.
5. Penatalaksanaan
a. Memberikan sediaan Polycresulent dengan sediaan 36%, yang biasa dipakai merk
Albothyl di daerah erosi portio. Untuk meregenerasi sel-sel yang rusak.
b. Melakuakn rujukan untuk terapi lanjutan guna penatalaksanaan pemberian obat berupa :
1) Lyncopar 3 x 1/ 8 jam untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus
pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
2) Analgesik diberikan 3 x 1 / 8 jam untuk menghilangkan rasa nyeri.
C. Ulkus Portio
1. Pengertian
Ulkus portio adalah suatu perdarahan dan luka yang terjadi pada portio, biasanya
berwarna merah dengan batas yang tidak jelas pada ostium uteri eksternum (OUE).
Ulkus portio ialah sekitar ostium uteri eksternum berwarna merah menyala dan agak
mudah berdarah (Tiran,2005)

2. Etiologi Ulkus Portio


a. Perlakuan seksual yang tidak sehat.
b. Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR.
Pada saat pemasangan AKDR alat yang digunakan tidak steril yang dapat menyebabkan
c.
3.
a.
b.
c.
d.

infeksi.
Adanya trauma.
Tanda dan Gejala Ulkus Portio
Adanya fluksus
Pada pemeriksaan inspekulo portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas.
Adanya contact bledding.
Pada pemeriksaan dalam portio teraba tidak rata.
Sekresi sekret vagina yang meningkat yang menyebabkan kerentanan sel superficialis,dari
semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis

menyebabkan metastase keganasan leher rahim.


4. Peatalaksanaan
a. Membatasi hubungan suami istri.
Adanya ulkus portio membuat portio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami gesekan
sekecil apapun, sehingga sebaiknya coitus dihindari sampai ulkus sembuh.
b. Menjada kebersihan vagina.
Bila kebersihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi portio, sebab
c.

akan semakin rentan terhadap infeksi lainnya.


Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.

D. Trauma
1. Pengertian
Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis.
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukan adalah hilangnya diskontinuitas dari
jaringan.
Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat
atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang akibat efek dari alat atau
benda yang dapat menimbulkan kecederaan (Tiran,2005)
2. Etiologi Trauma
Pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (uamanya pada wanita yang telah
menopause). Tempat perlukaan paling sering akibat coitus adalah dinding lateral vagina,
vorniks posterior dan kubah vagina (setelah histerektomi).
3. Tanda dan Gejala Trauma
Nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan pembengkakan merupakan gejala yang paling khas.
Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan urinasi dan ambulasi.
4. Penatalaksanaan
Penanganannya sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang disebabkan translokasi
IUD, maka IUD nya harus dicabut, dan diganti dengan alat kontrasepsi lain.Sedangkan pada
wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa diberi terapi
hormon.
E. Polip Endomertium
1. Pengertian
Polip endometrium disebut juga polip rahim, yaitu pertumbuha kecil yang tumbuh
sangat lambat dalam dinding rahim, memiliki basis datar besar dan melekat pada rahim,
berbentuk bulat atau oval dan biasanya berwarna merah.
Polip endometrium adalah massa atau jaringan lunak yang tumbuh pada lapisan
dinding bagian dalam endometrium dan menonjol ke dalam rongga endometrium.
Pertumbhan sel-sel yang berlebih pada lapisan endometrium (rahim) mengarah pada
pembentukan polip.

2. Etiologi Polip Endometrium

Polip ini berasal dari adenoma adenofibroma, plasenta yang tertinggal setelah
partus/abortus,dan mioma submukosum.
a. Adenoma adenofibroma
Terdiri dari epitel endomerium dengan stroma yang sesuai dengan daur haid, merupkan
hiperplasia endometrium, konsistensi lunak, berrwarna kemerahan. Gangguan yang sering
ditimbulkan adalah metroragia sampai menometroragia dan infertilitas.
b. Polip plasenta
Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun abortus. Menyebabkan uterus
c.

mengalami subinvolusi yang menimbulkan perdarahan.


Mioma submukosum
Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai, keluar dari uterus sebagai mioma yang dilahirkan

3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.

(miom geburt). Tumor berkonsistensi kenyal berwarna putih.


Tanda dan Gejala Polip Endometrium
Perdarahan menstruasi yang berkepanjangan dan tidak teratur.
Rasa sakit atau dismenorea.
Perdarahan haid yang terlalu berat.
Perdarahan vagina setelah menopause.
Infertilitas.
Dispareunia.
Penatalaksanaan
Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C), CT scan,
ultrasound atau histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur dimana lingkup kecil dimasukkan
melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari polip atau kelainan rahim lainnya.
Polip endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan menggunakan kuretase
atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip dapat terjawab tapi untuk mengurangi risiko
ini, rahim biasanya dieksplorasi oleh histeroskopi pada awal proses bedah. Sebuah polip
besar dapat dipotong menjadi bagian-bagian sebelum sepenuhnya disingkirkan. Jika
ditemukan polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan. Ada probabilitas tinggi

kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.


5. Komplikasi dan Faktor Resiko
Polip endometrium biasanya sel jinak. Mereka dapat menjadi prakanker atau kanker. Sekitar
0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya
akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita
yang menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan. Jika mereka berkembang dekat saluran

telur

akan

dapat

menjadi

penyebab

kesulitan

hamil.

Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang memiliki
faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan darah tinggi.
dan

memiliki

sejarah

polip

dalam

keluarga.

Terapi penggantian hormon dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya polip endometrium.
Wanita yang menggunakan hormonal Intra Uterine Device yang tingkat tinggi levonorgestrel
dapat mengurangi kejadian polip. Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat memiliki polip
endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang mengalami
pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, Amri. Rangkaian Ilmu Kdokteran Forensik. Edisi Kedua. 1995. Medan : Ramadhan.
http://belajarbersamalagi.blogspot.com/2012/04/perdarahan-di-luar-haid.html?m=1 (Diakses tanggal 18
September 2013)
http://jukiastymarsuki.blogspot.com/2013/07/polip/endometrium.html?m=1 (Diakses tanggal 18 September
2013)
Manuaba, Ida Bagus. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi edisi II. Jakarta : EGC.
Padjajaran, Universitas. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sylvia A. Dirce, Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi Volume II. Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
Tiran, Denise. 2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo.

Anda mungkin juga menyukai