Anda di halaman 1dari 15

9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA


2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang paling penting dalam proses
pendidikan di sekolah, ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik sebagai
suatu proses psikologi yang terjadi di dalam diri seseorang. Slameto (2003:2)
menyatakan bahwa, Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Perubahan tingkah laku yang dimaksudkan di sini bukanlah dari segi bersikap
saja, tapi dalam berpikir dan bertindak. Selain itu mneurut Subadji (2013:44),
Belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena
pengalaman. Selanjutnya Hakim (2001:1) menyatakan bahwa, Belajar adalah
suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, da perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir dan lain-lain kemampuan.
Dengan demikian, dapat diartikan, belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut adalah
perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku.
Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah

10

lakunya berkembang. Perubahan tingkah laku ini bersifat relatif menetap dalam
diri seseorang.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik.
Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau
suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan suatu upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan
belajar. Dalam hal ini pembelajaran diartika juga sebagai usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri peserta didik.
Pembelajaran matematika merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
menggunakan bahsa simbol dan membututhkan penalaran serta pemikiran yang
logis dalam pembuktiannya. Sesuai dengan Suherman (2003:16) menyatakan
Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran. Dalam belajar matematika pengalaman belajar
yang alu memegang peranan penting dalam memahami konsep-konsep yang baru.
Oleh karena itu dalam mempelajari haruslah bertahap dan berurutan serta sesuai
dengan pengalaman belajar yang lalu. Hal yang paling utama dalam pembelajaran
matematika adalah pemahaman pengetahuan tentang konsep, dilanjutkan dengan
pengetahuan tentang prosedur dan pengetahuan tentang bagaimana mengaitkan
konsep dan prosedur dalam menyelesaikan masalah matematika.

2.1.2 Ketuntasan Belajar


Menurut Sutaryo (2004:6). Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan
pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan

11

pembelajaran setiap satuan pelajar. Pengaturan KKM dalam Peraturan


Pendididkan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No, 20 tahun 2007
tertanggal 11 Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan adalah singkatan
dari Kriteria Ketuntasan Minimal. KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB)
yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir satuan pendidikan
merupakan ambang batas kompetensi SNP (2008:96). KKM menjadi standar
penentuan kualitas sekolah sekaligus peserta didik terhadap materi pelajaran yang
disampakian guru kepadanya. KKM yang tinggi akan menunjukkan kualitas di
sekolah, sedang KKM yang rendah akan menunjukkan rendahnya kualitas peserta
didik dan penddiknya.
Adapun kriteria ketuntasan ketuntasan belajar yang digunakan adalah
sesuai Tim Khusus yang dikeluarkan Tim Khusus (2004:4). Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik
mencapai ketuntasan. Ketuntasan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah ketercapaian hasil belajar peserta didik sesuai dengan KKM mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 27 Malang.

II.2. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)


2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Menurut Herdian (2010:1) model pembelajaran penemuan (discovery
learning) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam
pembelajaran penemuan (discovery learning), kegiatan atau pembelajaran yang

12

dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan konsepkonsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) ini ditokohi oleh Jerome
Bruner. Teori ini menggunakan dasar pemikiran psikologi kognitif. Belajar
menemukan adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan sehari-hari
(Komalasari, 2010:21). Dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk
aktif di dalamnya sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih bermakna bagi
mereka.

2.2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Penemuan (Discovery


Learning)
Adapun menurut Syah (2003:244) dalam mengaplikasikan model
Discovery Learning di kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
1). Stimulasi/Pemberian Rangsangan (Stimulation)
Pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat
memulai kegiatan belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
2). Pernyataan/Identifikasi Masalah (Problem Statetment)

13

Setelah dilakukan stimulation, maka langkah selanjutnya adalah guru


memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesisi
(jawaban

sementara

atas

pertanyaan

masalah)

(Syah,

2004:244).

Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk


pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang
berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah.
3). Pengumpulan Data (Data Collection)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis.
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.

14

Dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik emnghubungkan


masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4). Pengolahan Data (Data Processing)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagianya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu

(Djamarah,

2002:22).

Pengolahan

data

disebut

juga

pengkodean/kategorisasiyang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan


generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan
pengeta6zhuan baru tentang alternatif jawaban/penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis.
5). Pembuktian (Verification)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaansecara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data (Syah,
2004:244). Pembuktian menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolajan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
diperiksa, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

15

6). Generalisasi/Menarik Kesimpulan (Generalization)


Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka diorumuskan prinsipprinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta
didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas
yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan
dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery


Learning)
Penggunaan model Discovery Learning ini guru berusaha meningkatkan
aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar. Untuk itu, model ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari
model Discovery Learning menurut Istarani (2012:51) adalah sebagai berikut:
1).

2).

3).
4).
5).

Kelebihan model Discovery Learning, yaitu:


Model ini mampu membantu peserta didik untuk mengembangkan,
memperbanyak
kesiapan,
serta
penguasaan
dalam
proses
kognitif/pengenalan peserta didik.
Peserta didik memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat
pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa
peserta didik tersebut.
Dapat membangkitkan kegairahan belajar peserta didik.
Model ini mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Mampu mengarahkan cara belajar peserta didik, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

16

6). Membantu peserta didik untuk memperkuat dan menambah kepercayaan diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7). Model ini berpusat pada peserta didik. Guru hanya sebagai teman belajar,
membantu bila diperlukan.

1).

2).
3).

4).

5.

Kelemahan model Discovery Learning, yaitu:


Pada peserta didik harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Peserta didik harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan baik.
Bila kelas terlalu besar penggunaan model ini akan kurang berhasil.
Bagi guru dan peserta didik yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
model penemuan.
dengan model ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi peserta didik.
Model ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara
kreatif.

II.3. Tinjauan Terhadap Materi Persamaan Garis Lurus


Persamaan garis lurus adalah materi kelas VIII SMP semester ganjil.
Pada materi persamaan garis lurus membahas tentang grafik persamaan,
kemiringan, dan persamaan garis. Permasalahan yang diteliti adalah kemampuan
peserta didik menggambar garis lurus pada bidang koordinat kartesius dan
menentukan kemiringan garis (gradien) dengan menggunakan rumus.
a.

Persamaan Garis Lurus dan Grafiknya


Persamaan garis lurus adalah persamaan yang grafiknya berupa garis lurus.

Persamaan garis lurus dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk dan berbagai
variabel.
1). Bentuk Umum Persamaan Garis Lurus

17

Persamaan garis lurus dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk yang


berbeda. Namun, secara umum, persamaan garis lurus biasa dinyatakan dalam
bentuk eksplisit dan bentuk implisit.
a.

Bentuk eksplisit dari persamaan garis lurus adalah


m ,c

konstanta, dan

x, y

y=mx +c

dengan

sering

variabel. Di mana,

dinamakan koefisien arah atau kemiringan dari garis lurus.


b.

Bentuk implisit dari persamaan garis lurus adalah


dengan a , b , dan c

konstanta,

x dan

ax +by +c=0

variabel.

Persamaan bentuk eksplisit dapat diubah menjadi bentuk implisit.


Misalkan persamaan dalam bentuk eksplisit,

y=2 x+ 1

dapat diubah menjadi

bentuk implisit, yaitu 2 x y+ 1=0 .

2). Grafik Umum Persamaan Garis Lurus


Untuk menggambar sebuah garis lurus, diperlukan paling sedikit dua titik
yang dilalui oleh garis lurus tersebut. Cara termudah untuk mencari dua titik
tersebut adalah dengan mencari titik potong antara persamaan garis dan kedua
sumbu koordinat Cartesius.
Langkah-langkah menggambar grafik dari persamaan garis lurus, sebagai
berikut:
a.

Tentukan dua titik bantu, yaitu dua titik


persamaan.

(x, y)

yang memenuhi

18

b.

Letakkan dua titik bantu itu pada bidang Cartesius.

c.

Tariklah garis lurus melalui dua titik bantu itu.

b. Kemiringan Grafik Persamaan Garis Lurus


1). Pengertian Kemiringan Garis Lurus dan Nilainya
Kemiringan (Gradien) adalah perbandingan antara jarak tegak terhadap
jarak mendatar. Kemiringan suatu garis menyatakan ukuran kecondongan dari
garis lurus tersebut. Secara matematis, kemiringan suatu garis lurus dirumuskan
sebagai berikut:
Kemiringan=

Perubahan sisitegak atau vertikal


Perubahan sisi mendatar atau horizontal

Kemiringan suatu garis biasanya dinotasikan dengan


gambar berikut.

A
x
Perubahan sisitegak atau vertikal
Kemiringan=
Perubahan sisi mendatar atau horizontal
Atau
m=

y
x

Kemiringan suatu garis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

m . Perhatikan

19

a.

Garis yang miring ke kanan atas, kemiringannya bernilai positif. Dengan

kalimat lain, kemiringan

(m)

bernilai positif jika suatu garis condong

ke kanan.

b.

Garis miring ke kiri atas, kemiringannya bernilai negatif. Dengan kalimat


lain, kemiringan (m) bernilai negatif jika suatu garis condong ke kiri.

c.

Garis mendatar (tdak miring), kemiringannya nol atau tak terdefinisikan.


1) Jika garis mendatar sejajar sumbu
bernilai 0 .

x , maka kemiringan

(m)

20

2) Jika garis mendatar sejajar sumbu

y , maka kemiringan (m)

tidak terdefinisi.

2). Kemiringan garis yang melalui Pusat Koordinat atau (0,0) dan (x 1 , y 1)
Kemiringan garis yang melalui

(0,0) dan ( x 1 , y 1)

dapat ditentukan

dengan hanya melihat koordinat ( x 1 , y 1) . Perhatikan gambar berikut.

Kemiringan dari garis

dapat dilihat pada gambar di atas, yaitu

y 1 0
x 10 . Secara umum dapat dikatakan bahwa kemiringan garis yang melalui

(0,0) dan ( x 1 , y 1)

y1
m=
adalah
x1 .

21

3). Kemiringan Garis yang Melalui Dua Titik atau (x 1 , y 1) dan ( x 2 , y 2)


Menentukan kemiringan garis yang melalui dua titik, yaitu

dan

(x 2 , y 2)

umumnya, yaitu:

(x 1 , y 1)

pada prinsipnya sama dengan menentukan kemiringan pada

Panjang komponen y pada garis


Panjang komponen x pada garis

22

Kemiringan AB=

m AB=

Panjang komponen y pada garis AB


Panjang komponen x pada garis AB

y 2 y 1
x 2x 1 . Jadi, jika suatu garis melalui dua titik, misalnya

sehingga

A (x 1 , y 1 )

y 2 y 1
m=
B
(x
,
y
)
2
2
dan
, maka kemiringannya adalah
x 2x 1 .
4). Kemiringan dua garis yang sejajar
Jika dua garis saling sejajar, maka kemiringan dua garis itu sama
(m 1=m 2) .
5). Kemiringan Dua Garis yang Tegak Lurus
Jika dua garis saling tegak lurus, maka hasil kali kemiringan dari kedua
m x m2) =1
garis tersebut adalah 1 atau ( 1
.

II.3. Implementasi Model Discovery Learning Pada Materi Persamaan Garis


Lurus
Adapun implementasi model discovery learning pada materi persamaan
garis lurus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Pemberian rangsangan (Simulation). Pada tahap ini guru menunjukkan
gambar/contoh yang berkaitan dengan persamaan garis lurus dan peserta
didik diminta mengajukan pertanyaan tentang materi persamaan garis lurus.

23

2). Pernyataan identifikasi masalah (Problem Statement). Pada tahap ini guru
mengarahkan peserta didik untuk dapat mengidentifikasi masalah yang
diajukan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), melalui pengajuan
pertanyaan (langsung) untuk membimbing peserta didik.
3). Pengumpulan data (Data Collection). Pada tahap ini guru mengamati
aktivitas peserta didik dalam mengumpulkan data/informasi yang relevan
untuk menjawab masalah yang di ajukan dalam Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD), dan membimbing peserta didik yang mengalami kendala saat
melakukan proses pengumpulan data dan peserta didik mengumpulkan data
atau berbagai informasi yang relevan untuk dapat menjawab masalah yang
telah teridentifikasi dalam lembar kerja.
4). Pengolahan data (Processing Data). Pada tahap ini peserta didik
menyelesaikan masalah yang terdapat dalam Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) berdasarkan data-data yang telah terkumpul.
5). Pembuktian (Verification). Pada tahap ini peserta didik membuktikan jawaban
hasil penyelesaian yang telah diperoleh dalam Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD).
6). Menarik kesimpulan (Generalization). Pada tahap terakhir ini peserta didik
membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok berkaitan dengan materi
persamaan garis lurus.

Anda mungkin juga menyukai