Risiko klinis
Risiko keuangan
2. Adanya manajemen yang dilaksanakan secara jelas dan menuju manajemen yang
efektif dalam mengelola berbagai risiko.
3. Adanya kebijakan dan strategi yang jelas dalam pelaksanaan manajemen yang
konsisten.
4. Adanya peningkatan mutu pelayanan sebagai bagian dari mengiurangi risiko.
5. Adanya kegiatan nyata yang secara jelas mengurangi efek dari risiko yang tibul.
6. Secara jelas melakukan upaya yang terkait dengan aspek hokum yang perlu do
tangani.
Segala usaha yang kita lakukan ini bertujuan untung menghindari adanya keslahan yang
dilakuakn oleh manusia / human eror, seperti :
1 . Terlambat
2. Lelah
3. Lapar
4. Marah
5. Keracunan
Keselamatan pasien di Rumah Sakit, dapat dikerjakan melalui 4 aspek mutu, yaitu:
1. Aspek klinis
2. Aspek efisiensi dan efektivitas
3. Aspek keselamatan pasien
4. Aspek kepuasan pasien
Aspek Keselamatan Pasien dapat merupakan hal yang sederhana sampai rumit, tetapi hal ini
perlu ditelusuri agar dapat dilakukan upaya menjaga mutu dengan terarah. Upaya berikut ini
merupakan langkah kuantifikasi dari berbagai hal yang berhubungan dengan keselamatan
pasien, yaitu:
1. Memberikan gambaran yang lebih terang tentang menjaga Mutu Pelayanan Rumah
Sakit yang terkait dengan Keselamatan Pasien.
2. Membverikan gambaran yang lebih jelas tentang indikator dari Keselamatan Pasien
yang dapat dipakai sebagai pedoman.
(toksoid) ke dalam tubuh. Sedangkan imunisasi pasif diperoleh saat antibody yang dihasilkan
oleh orang lain atau binatang dimasukkan ke dalam pembuluh darah seseorang untuk
melindunginya dari patogen (Phipps, dkk, 1995).
Keamanan
Partisipasi
Kontinuitas
Wajar / sesuai
Integritas
a.
Pasal 32 UU No.44/2009
Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
c.
Pasal 58 UU No.36/2009
1)
Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
Pelkes yang diterimanya.
2)
..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
2.
a.
Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
b.
Pasal 46 UU No.44/2009
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.
c.
Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan
nyawa manusia.
3.
Hak Pasien
a.
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
b.
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
c.
Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
d.
Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana
5.
Pasal 43 UU No.44/2009
1)
2)
Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
3)
RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4)
Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien.
Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a.
Assessment risiko
b.
c.
d.
e.
Ada pula hal penting yang harus kita perhatikan dalam aplikasi keselamatan pasien di rumas
sakit, seperti :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip.
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama
merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol
untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah
yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
1. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering
mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi
ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan
pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam
suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
1. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis;
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaanpertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses
serah terima.
1. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan
pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar
adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar.
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah
untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi
prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedurTime out sesaat
sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang
akan dibedah.
1. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementana semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
1. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan
suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai home medication list, sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi;
dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
1. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang
benar).
1. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang
diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya
melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian
infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
1. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita
infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran
preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan
yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik
yang lain.
2.5 Cara Pelaksanaan Tujuh Langkah menuju Keselamatn Pasien Rumah Sakit
7 (Tujuh) langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit:
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien.
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Rumah Sakit:
Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada
staf, pasien keluarga
Kebijakan: peran dan akuntabilitas individual pada insiden
Menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden
Melakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
Tim:
Anggota mampu berbicara, peduli dan berani lapor bila ada insiden
Laporan terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang
tepat.
2. Memimpin dan mendukung Staf Rumah Sakit
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit.
Rumah Sakit:
Ada anggota direksi yang bertanggungjawab atas keselamtan pasien.
Ada penggerak (champion) keselamatan pasien di setiap bagian.
Memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/manajemen.
Memasukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan staf.
Tim:
Ada penggerak dalam tim untuk memimpin Gerakan Keselamatan Pasien
Menjelaskan relevansi dan pentingnya, serta manfaat Gerakan Keselamtan Pasien
Menumbuhkan sikap yang menghargai pelaporan insiden.
3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Rumah Sakit:
Struktur dan proses manajemen risiko klinis dan non klinis, mencakup keselamatan pasien.
Mengembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko.
Menggunakan informasi dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko dan tingkatkan
kepedulian terhadap pasien.
Tim:
Diskusi isu keselamatan pasien dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada
manajemen terkait.
Penilaian risiko pada individu pasien.
Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko dan langkah memperkecil
risiko tersebut.
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf rumah sakit agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-Rumah Sakit.
Rumah Sakit:
Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam maupun ke luar
yang harus dilaporkan ke KPPRS PERSI.
Tim:
Mendorong anggota untuk melaporkan setiap insiden dan insiden yang telah dicegah tetapi
tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting.
5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Rumah Sakit:
Kebijakan: komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien dan keluarga.
Pasien dan keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden.
Mendukung pelatihan dan memberikan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien dan keluarga. (dalam seluruh proses asuhan pasien).
Tim:
Menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarga bila telah terjadi insiden.
Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bila terjadi insiden.