Anda di halaman 1dari 14

Pasien safety

Posted on Mei 11, 2012 by azmwin


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Risiko Klinik dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari dari cedera fisik dan
psikologis. Keselamatan adalah suatu budaya, bukan suatu ketentuan. Di dalam lembaga
pelayanan kesehatan, lingkungan yang aman adalah suatu tempat yang meminimalkan
kejadian jatuh, kecelakaan yang disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur, dan
kecelakaan yang disebabkan peralatan sekaligus meminimalisir bahaya yang akan terjangkit
lewat infeksi nosokomial pada pasien di rumah sakit.
Manajemen Risiko Klinis : merupakan pendekatamn aktif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, melakukan assessment, memilih prioritas risiko, dengan harapan
mengurangi risiko negative yang terjadi pada pasien.
Gambaran tersebut menunjukan adanya sifat yang umum dan berrhubungan dengan asuransi
dan kemungkinan adanya kerugian yang tibul pada pasien.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan diantaranya sebagai berikut :
1. Adanya tim yang mengelola berbagai jenis risiko yang dapat dibagi dalam 3 jenis,
yaitu :
-

Risiko klinis

Risiko non klinis

Risiko keuangan
2. Adanya manajemen yang dilaksanakan secara jelas dan menuju manajemen yang
efektif dalam mengelola berbagai risiko.
3. Adanya kebijakan dan strategi yang jelas dalam pelaksanaan manajemen yang
konsisten.
4. Adanya peningkatan mutu pelayanan sebagai bagian dari mengiurangi risiko.
5. Adanya kegiatan nyata yang secara jelas mengurangi efek dari risiko yang tibul.
6. Secara jelas melakukan upaya yang terkait dengan aspek hokum yang perlu do
tangani.

7. Adanya upaya yang d apat mengurangi risiko secara financial.


8. Dilakukan upaya yang secara khusus terkait dengan sumber daya manusia karena
merupakan hal yang banyak masalah yang akan timbul.
9. Secara berkelanjutan merupakanupaya yang melakukan peningkatan manajemen
secara berkelanjutan.
10. kurangi stress.
11. minimalkan kelelahan pada pasien.
12. Kendalikan kelelahan emosi.

Segala usaha yang kita lakukan ini bertujuan untung menghindari adanya keslahan yang
dilakuakn oleh manusia / human eror, seperti :
1 . Terlambat
2. Lelah
3. Lapar
4. Marah
5. Keracunan
Keselamatan pasien di Rumah Sakit, dapat dikerjakan melalui 4 aspek mutu, yaitu:
1. Aspek klinis
2. Aspek efisiensi dan efektivitas
3. Aspek keselamatan pasien
4. Aspek kepuasan pasien
Aspek Keselamatan Pasien dapat merupakan hal yang sederhana sampai rumit, tetapi hal ini
perlu ditelusuri agar dapat dilakukan upaya menjaga mutu dengan terarah. Upaya berikut ini
merupakan langkah kuantifikasi dari berbagai hal yang berhubungan dengan keselamatan
pasien, yaitu:
1. Memberikan gambaran yang lebih terang tentang menjaga Mutu Pelayanan Rumah
Sakit yang terkait dengan Keselamatan Pasien.
2. Membverikan gambaran yang lebih jelas tentang indikator dari Keselamatan Pasien
yang dapat dipakai sebagai pedoman.

2.2 Perkembangan Terkini dalam Patient Safety


Saat ini banyak sekali terjadi masalah di Rumah Sakit terkait dengan keselamatan pasien.
Untuk menangani masalah tersebut, Rumah Sakit harus menerapkan patient safety untuk
mengantisipasi kecerobohan dalam pelayanan kesehatan. Patient safety merupakan sistem
yang bertujuan untuk memberikan asuhan terhadap pasien secara aman sebagai upaya
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dalam patient safety diatur mengenai budaya aman
untuk pasien. Pimpinan dan semua karyawan di rumah sakit bersama-sama membangun
budaya aman untuk keselamatan pasien. Dalam konteks itu, semua insiden yang terjadi di
rumah sakit dilaporkan untuk diinvestigasi, dianalisis penyebabnya, dan ditemukan solusi
perbaikannya sebagai bagian dari proses pembelajaran di rumah sakit dan bukan sebagai
bagian dari menghukum orang yang salah.
Kasus kematian pasien bukan semata-mata kesalahan dalam pelayanan kesehatan, tetapi juga
bisa akibat sistem yang kurang tepat dalam rumah sakit tersebut. Kematian merupakan salah
satu risiko sehingga harus dicegah agar tidak terjadi. Dalam kasus tersebut, rumah sakit perlu
melakukan investigasi atau penyelidikan menyeluruh terhadap perawat dan rumah sakit.
Misalnya, pada kasus pasien UGD yang meninggal di rumah sakit setelah diberikan oksigen
kosong. Akibat kejadian ini pihak keluarga pasien merasa tidak dilayani dengan baik oleh
pihak rumah sakit. Sementara pihak rumah sakit menyatakan bahwa kejadian ini bukan
karena kurangnya pelayanan, namun juga dikarenakan kondisi korban saat dibawa ke rumah
sakit dalam keadaan kritis, hal tersebut dikarenakan paru-paru korban sudah rusak. Rumah
sakit harus menjalankan standar keselamatan pasien RS. Sehingga untuk mengatasi
kesalahpahaman ini pihak rumah sakit harus melakukan evaluasi atas kejadian ini, dan akan
tetap meminta keterangan mengenai prosedur perawatan pada dokter dan perawat yang
menangani pasien. Karena dalam standar keselamatan pasien RS disebutkan bahwa pasien
dan keluarganya mempunyai hak mendapatkan informasi tentang hasil pelayanan termasuk
hasil yang tidak diharapkan.
Infeksi di rumah sakit atau infeksi nosokomial juga merupakan persoalan serius yang menjadi
penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Walaupun beberapa kejadian
infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien, namun menyebabkan pasien dirawat
lebih lama akibatnya pasien harus membayar lebih mahal.
Infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare Associated Infections (HAIs) dapat
terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien
kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien.

2.3 Kompetensi Ners untuk Patient Safety


2.3.1Memenuhi kebutuhan dasar pasien
Kebutuhan fisiologi yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembapan yang
optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengaruhi keamanan seseorang.
Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan.

Faktor-faktor dari keselamatan pasien di rumah sakit meliputi:


1. Oksigen
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga perawat harus memperhatikan akan
kebutuhan oksigen pasien. Setiap pasien memiliki tingkat kebutuhan oksigen yang berbeda
satu sama lain, sehingga pemberian bantuan oksigen disesuaikan kebutuhan, seperti: pasien
yang dalam keadaan kritis memerlukan kebutuhan oksigen yang lebih besar, sehingga perlu
pemasangan alat bantu pernafasan pada pasien tersebut.
2. Nutrisi
Nutrisi merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menjalankan metabolisme tubuh. Pasien
yang mempunyai tingkat penyakit tertentu mempunyai kebutuhan nutrisi berbeda-beda
dengan pasien yang lainnya. Sehingga, dalam hal ini perawat harus memperhatikan setiap
asupan nutrisi pasien sesuai tingkat kebutuhan masing-masing pasien agar pasien dapat
kembali ke kondisi sehat.
3. Kelembapan
Kelembaban relatif udara dalam lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan dan keamanan
klien. Kelembaban relatif adalah jumlah uap air di udara dibandingkan dengan jumlah uap air
maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu yang sama. Jika kelembaban
relatifnya tinggi, maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat. Jadi, pada cuaca
panas, lembab, orang akan merasa tidak nyaman pada lembab dan panas. Jika kelembaban
relatifnya rendah maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan cepat. Hal inilah
sebabnya mengapa orang akan merasa lebih dingin dan lebih nyaman jika berada pada suhu
32,20 C dengan kelembabn relatif 30% daripada berada pada suhu 32,20 C dengan
kelembaban relatif 85%.
4. Pengurangan Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang ada didalam komunitas dan tempat pelayanan kesehatan menyebabkan
klien berisiko mengalami cedera. Jatuh merupakan penyebab utama kematian akibat
kecelakaan pada klien yang berusia 75 tahun atau lebih (Accident Fachts, 1993). Banyak
bahaya fisik, khususnya yang mengakibatkan jatuh, dapat diminimalkan melalui pencahayaan
yang adekuat, pengurangan penghalang fisik, pengontrolan bahaya yang mungkin ada di
kamar mandi, dan tindakan pengamanan.
5. Pengurangan Transmisi Patogen
Patogen adalah setiap mikroorganisme yang mampu menyebabkan penyakit. Salah satu
metode yang paling efektif untuk membatasi penyebaran patogen ialah mencuci tangan sesuai
dengan teknik aseptik. Klien harus diinstruksikan untuk mencuci tangan dengan teknik yang
benar dan dimotivasi untuk sering melakukannya di rumah dan di rumah sakit. Penyebaran
penyakit dari orang ke orang juga dapat dikurangi dan pada beberapa kasus dapat dicegah
melalui pemberian imunisasi. Imunisasi adalah proses yang menghasilkan atau menambah
resistensi seseorang terhadap penyakit infeksi. Terdapat 2 jenis imunisasi yaitu imunisasi
aktif yang diperoleh dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil organisme yang telah
dilemahkan atau yang telah mati atau toksin dari organisme tertentu yang telah dimodifikasi

(toksoid) ke dalam tubuh. Sedangkan imunisasi pasif diperoleh saat antibody yang dihasilkan
oleh orang lain atau binatang dimasukkan ke dalam pembuluh darah seseorang untuk
melindunginya dari patogen (Phipps, dkk, 1995).

2.4 Aplikasi Patient Safety dalam Praktik Keperawatan


Akhir akhir ini banyak issue yang terjadi di kalangan konsumen kesehatan terhadap
pelayanan di Rumah Sakit tentang dokter yang jarang berada di tempat, petugas administrasi
yang lamban, tentang perawat yang tidak ramah, dan sebagainya. Dari pihak Rumah Sakitpun
juga telah berusaha, untuk meningkatkan pelayanan dan penyelamatan pasien, tetapi jumlah
konsumen yang komplain tidak berkurang. Untuk memaksimalkan usaha ini diperlukan
kerjasama dan tanggungjawab antar tenaga medis, seperti dokter, administrasi, perawat,
farmasi, ahli gizi, dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab tidak hanya terhadap pasien,
tetapi juga terhadap lingkungan, tatanan bisnis, fasilitas, dan tenaga kesehatran yang lain.
Untuk pengaplikasian patient safety dapat diwujudkan dalam bentuk program pengembangan
keselamatan : membangun budaya keselamatan pasien, membangun sistem pelaporan secara
tertulis, uji coba pelaksanaan keselamatan pasien, mengembangkan pelayanan primer,
identifikasi atau maping manajemen resiko.
Elemen dari patient safety :
Kesalahan obat, penggunaan restraint, nosokomial infeksi, operasi, luka akibat
tertekan, pemberian darah/infus, resistansi kuman, program imunisasi, pencatatan dan
pelaporan.
Akar Permasalahan :
Permasalahan komunikasi, aliran informasi yang tidak adekuat, masalah manusia,
issue yang berhubungan dengan pasien, transfer pengetahuan dalam organisasi, pola traffing /
work flow, kesalahan teknis, kebijakan dan prosedur yang kurang adekuat.
Pelayanan Keperawatan :
Bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Perawat memegang posisi
kunci karena 24 jam terus menerus berada di Rumah Sakit dengan jumlah yang relatif besar
dan kontak paling lama dengan pasien dengan resiko membuat kesalahan yang juga besar.
-

Melaksanakan misi Rumah Sakit : resiko management dan Qualitypatient safety.

Kontribusi Unik : konstan, berkelanjutan, koordinatif, dan advokatif.

Pemberian Pelayanan Kesehatan fokus pada pasien :


-

Mengacu pada paradigma keperawatan

Menentukan nilai yang dianut

Keamanan

Partisipasi

Kontinuitas

Wajar / sesuai

Integritas

Sesuai dengan pasal 12 kepmenkes 148 / 2010 yang berisi :


1. Dalam melaksanakan praktii, perawat wajib untuk:
1. Menghormat hak pasien.
2. Melakukan rujukan.
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang undangan.
4. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien atau klien dan
pelayanan yang dibutuhkan.
5. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
6. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis dan
7. Mematuhi standar.
8. Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan oraganisasi profesi.
9. Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Aspek Hukum Terhadap Patient Safety


Aspek hukum terhadap patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
1.

Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum

a.

Pasal 53 (3) UU No.36/2009

Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.


b.

Pasal 32 UU No.44/2009

Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
c.

Pasal 58 UU No.36/2009

1)
Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
Pelkes yang diterimanya.
2)
..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
2.

Tanggung jawab Hukum Rumah sakit

a.

Pasal 29b UU No.44/2009

Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
b.

Pasal 46 UU No.44/2009

Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.
c.

Pasal 45 (2) UU No.44/2009

Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan
nyawa manusia.
3.

Bukan tanggung jawab Rumah Sakit

Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit


Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang kompresehensif.
4.

Hak Pasien

a.

Pasal 32d UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
b.

Pasal 32e UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
c.

Pasal 32j UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
d.

Pasal 32q UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana
5.

Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

Pasal 43 UU No.44/2009
1)

RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien

2)
Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
3)
RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4)
Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien.
Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a.

Assessment risiko

b.

Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien

c.

Pelaporan dan analisis insiden

d.

Kemampuan belajar dari insiden

e.

Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko

Ada pula hal penting yang harus kita perhatikan dalam aplikasi keselamatan pasien di rumas
sakit, seperti :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip.

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama
merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol
untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah
yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
1. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering
mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi
ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan
pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam
suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
1. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis;
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaanpertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses
serah terima.
1. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan
pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar
adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar.
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah
untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi
prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedurTime out sesaat
sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang
akan dibedah.
1. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementana semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
1. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan
suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai home medication list, sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi;
dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
1. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang
benar).
1. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang
diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya
melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian
infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
1. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita
infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran
preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan
yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik
yang lain.

2.5 Cara Pelaksanaan Tujuh Langkah menuju Keselamatn Pasien Rumah Sakit
7 (Tujuh) langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit:
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien.
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.

Rumah Sakit:
Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada
staf, pasien keluarga
Kebijakan: peran dan akuntabilitas individual pada insiden
Menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden
Melakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.

Tim:
Anggota mampu berbicara, peduli dan berani lapor bila ada insiden
Laporan terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang
tepat.
2. Memimpin dan mendukung Staf Rumah Sakit
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit.
Rumah Sakit:
Ada anggota direksi yang bertanggungjawab atas keselamtan pasien.
Ada penggerak (champion) keselamatan pasien di setiap bagian.
Memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/manajemen.
Memasukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan staf.
Tim:
Ada penggerak dalam tim untuk memimpin Gerakan Keselamatan Pasien
Menjelaskan relevansi dan pentingnya, serta manfaat Gerakan Keselamtan Pasien
Menumbuhkan sikap yang menghargai pelaporan insiden.
3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Rumah Sakit:

Struktur dan proses manajemen risiko klinis dan non klinis, mencakup keselamatan pasien.
Mengembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko.
Menggunakan informasi dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko dan tingkatkan
kepedulian terhadap pasien.
Tim:
Diskusi isu keselamatan pasien dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada
manajemen terkait.
Penilaian risiko pada individu pasien.
Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko dan langkah memperkecil
risiko tersebut.
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf rumah sakit agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-Rumah Sakit.
Rumah Sakit:
Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam maupun ke luar
yang harus dilaporkan ke KPPRS PERSI.
Tim:
Mendorong anggota untuk melaporkan setiap insiden dan insiden yang telah dicegah tetapi
tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting.
5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Rumah Sakit:
Kebijakan: komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien dan keluarga.
Pasien dan keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden.
Mendukung pelatihan dan memberikan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien dan keluarga. (dalam seluruh proses asuhan pasien).
Tim:
Menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarga bila telah terjadi insiden.
Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bila terjadi insiden.

Segera setelah kejadian, menunjukkan empati kepada pasien dan keluarga.


6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong staf rumah sakit untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
Rumah Sakit:
Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab.
Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau
Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua
insiden dan minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi.
Tim:
Mendiskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden.
Mengidentifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak dan bagi pengalaman
tersebut.
7. Mencegah Cidera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.
Rumah Sakit :
Menentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden,
audit serta analisis.
Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf dan kegiatan klinis,
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
Asesmen risiko untuk setiap perubahan.
Mensosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS PERSI.
Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden.
Tim :
Mengembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
Menelaah perubahan yang dibuat tim dan pastikan pelaksanaannya.
Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai