Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan karena
didalam semua aspek kehidupan selalu menghasilkan sampah disamping produk
utama yang dihasilkan. Sampah akan terus bertambah sering dengan banyaknya
aktifitas manusia yang disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan karena
didalam semua aspek kehidupan selalu menghasilkan sampah disamping produk
utama yang dihasilkan. Sampah akan terus bertambah sering dengan banyaknya
aktifitas manusia yang disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.
Di daerah perkotaan, dimana jumlah penduduk semakin besar dan
kepadatan penduduk semakin tinggi, sampah tidak dapat lagi diolah oleh alam.
Karakteristik sampah menjadi semakin beragam sejalan dengan meningkatnya
standar hidup, dan volume sampah meningkat dengan cepat. Sampah yang
dihasilkan juga beraneka ragam, baik sampah yang bersifat organik maupun
yang bersifat non organik. Sampah organik cendrung dapat diuraikan oleh
mikroba, sedangkan sampah non organik cenderung tidak dapat diuraikan oleh
mikroba. Sehingga untuk mengurangi dan meminimalisir sampah diperlukan
suatu pengelolaan. Sebagai sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak
dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan yang harus dibuang maka sampah
tentu saja harus dikelola sedemikian rupa sehingga hal-hal negatif bagi
kehidupan tidak sampai terjadi.
Menurut Bramono (2014) persampahan merupakan salah satu yang
dikerjakan oleh kementerian pekerjaan umum. Sampah yang ditangani oleh
pemerintah baru mencapai 59,10 % dari target sebesar 80%. Peningkatan
demand (produksi sampah) dengan supply (penanganan persampahan) tidak
sebanding sehingga setiap hari terjadi peningkatan timbunan sampah yang tidak

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
1

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

dapat dikelolah. Persoalan persampahan lainnya adalah terdapat kekeliruhan


yaitu penanganan sampah cenderung lebih tersentraliasi sehingga ada beberapa
daerah dijadikan TPA untuk sampah yang berasal dari wilayah lain. Konsep
penanganan sampah yang tersentralisasi ini lah yang menimbulkan berbagai
konflik kedepannya, karena penanganan sampah yang ideal adalah tersentralisasi
atau suatu wilayah bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan oleh wilayah
tersebut.
Pada akhirnya berbagai masalah tersebut akan bermuara pada rendahnya
kuantitas dan kualitas pelayanan dan tidak diindahkannya perlindungan
lingkungan dalam pengelolaan; yang bila tidak segera dilakukan perbaikan akan
berdampak buruk terhadap kepercayaan dan kerjasama masyarakat yang sangat
diperlukan

untuk

menunjang

pelayanan

publik

yang

mensejahterakan

masyarakat.
Untuk dapat mengelola sampah pemukiman atau kota yang sampahnya
semakin banyak dengan masalah yang kompleks, diperlukan adanya suatu
system pengelolaan yang mencakup lembaga atau institusi yang dilengkapi
dengan peraturan, pembiayaan / pendanaan, peralatan penunjang yang semuanya
menjadikan suatu system, disamping kesadaran masyarakat yang cukup tinggi.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Memahami teori dari matakuliah pengelolaan sampah
2. Mengaplikasikan teori yang telah didapatkan dalam

mata

kuliah

persampahan kedalam suatu tugas perencanaan.


3. Merencanakan sistem pengelolaan persampahan di daerah kabupaten Kulon
Progo
1.3 Ruang Lingkup
1. Penentuan daerah pelayanan
2. Konsep pengolahan sampah yaitu strategi pengurangan timbulan sampah
3. Perencanaan sistem pengelolaan sampah yang meliputi :
a. Penentuan sistem yang direncanakan
b. Pengelolaan sampah di sumber
c. Jalur pengangkutan sampah
d. Sarana pengangkutan

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
2

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

4. Proses akhir sampah : Sistem Controlled landfill


5. Bill of Quantity (BOQ) dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
6. Lampiran :
a. Neraca sampah
b. Jalur pengelolaan sampah
c. Denah TPS dan TPA
1.4 Sistematika Laporan
- BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan gambaran secara umum tentang
pengelolaan sampah, maksud dan tujuan pada suatu tempat
-

yang akan dianalisa


BAB II : Gambaran Umum Lokasi Studi
Bab ini berisi tentang lokasi yang akan diteliti pada pengolaan
sampah, karakteristik, iklim dan peta maupun gambaran secara

demografi suatu tempat yang akan dianalisa


BAB III : Konsep Pengelolaan Sampah
Bab ini memeberikan penjelasan tentang bahan dan wadah
yang digunakan, dan juga perhitungan untuk pengolahan

sampah sesuai daerah yang akan di analisa


BAB IV : Perencanaan Sistem Pengolahan Sampah
Bab ini menjelaskan rencana yang akan di lakukan dalam

pengelolaan sampah di daerah yang sudah ditentukan


BAB V : BOQ dan RAB
Pada bab terakhir ini diperlihatkan rencana anggaran dan biaya
yang akan dibutuhkan dalam penyediaan maupun pengolahan
sampah padadaerah yang telah dianalisa

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
3

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

2.1 Batas Wilayah Administrasi


Kabupaten Kulon Progo dengan ibukota Wates memiliki luas wilayah
58.627,5 ha (586,28 km2), terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan dan 917
dukuh. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat. Kabupaten Kulon
Progo terletak pada posisi 7o 38 42 7o 59 3 110o 16 26 Bujur Timur.

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
4

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 2.1 Peta administrasi Kabupaten Kulon Progo


Akhir tahun 2015, wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo terdiri dari
12 wilayah kecamatan. Luas daratan masing-masing kecamatan yaitu : Temon (36,30
km2), Wates (32,00 km2), Panjatan (44,59 km2), Galur (32,91 km2), Lendah (35,59
km2), Sentolo (52,65 km2), Pengasih (61,66 km2), Kokap (73,80 km2), Girimulyo
(54,90 km2), Nanggulan (39,61 km2), Kalibawang (52,96 km2), dan Samigaluh (69,29
km2).
Jarak antara ibukota Kabupaten ke Daerah Kecamatan :
1. Wates Temon : 9 km
2. Wates Panjatan : 4 km
3. Wates Galur : 12 km

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
5

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

4. Wates Lendah : 14 km
5. Wates Sentolo : 18 km
6. Wates Pengasih : 8 km
7. Wates Kokap : 10 km
8. Wates Girimulyo : 38 km
9. Wates Nanggulan : 26 km
10. Wates Kalibawang : 41 km
11. Wates Samigaluh : 44 km
Tabel 2.1 Batas Wilayah Kabupaten Kulon Progo
Arah
Utara

Batasan Wilayah
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah

Selatan

Samudera Hindia

Timur

Kabupaten Sleman dan Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta

Barat

Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

Selama tahun 2015 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan perbulan
adalah 164 mm dan hari hujan 8 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Desember sebesar 394 mm dengan curah hujan perbulan tertinggi
pada tahun 2015 berada pada di Kecamatan kalibawang sebesar 220 mm dengan
jumlah hari hujan 8 hh perbulan.
2.2 Demografi Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan proyeksi penduduk tahun
2016 sebanyak 412.611 jiwa yang terdiri atas 202,372 jiwa penduduk laki-laki dan
210,239 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk
tahun 2015, penduduk Kulon Progo mengalami pertumbuhan sebesar 0,89 % dengan
masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,92 % dan
penduduk perempuan sebesar 0,87 %. Sementara itu besarnya angka rasio jenis
kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 96,26.

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
6

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Kepadatan penduduk di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 mencapai 704


jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 12 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan
penduduk tertinggi terletak di kecamatan Wates dengan kepadatan penduduk sebesar
1.480 jiwa/km2 dan terendah di kecamatan Samigaluh sebesar 374 jiwa/km2.
Tabel 2.2 Jumlah penduduk kabupaten Kulon Progo pada 10 tahun terakhir
2.3 Sarana dan Prasarana
Tabel 2.3 Fasilitas Umum Pendidikan
No
1
2
3
4
5
6

Fasilitas
TK
SD
SMP
SMA
SMK
SLB
Jumlah

Negeri
12
304
49
16
9
1
391

Swasta
313
61
30
5
27
8
444

Jumlah
325
365
79
21
36
9
835

Tabel 2.4 Fasilitas Umum Kesehatan


N
o
1
2
3

Fasilitas
Rumah
sakit
Puskesmas
Puskesmas
pembantu
Total

Juml
ah
8
21
63
92

Tabel 2.5 Fasilitas Umum tempat ibadah


No
1
2

Fasilitas
Masjid
Musholla

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
7

Jumla
h
1112
738

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3
4
5
6
7
8

Langgar
Gereja
Rumah
Kebaktian
Kapel
Vihara
Cetya
Total

321
23
24
48
5
1
2272

Tabel 2.6 Fasilitas umum perekonomian


Tabel 2.7 Fasilitas Umum Pariwisata dan Komunikasi

BAB III
KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH

3.1 Kriteria Perencanaan Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut
paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi.
Pengolahan dan pemrosesan akhir / pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan
faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi estetika dan faktor faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respon masyarakat.

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
8

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Menurut UU No. 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai


kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi:
a. Pembatasan timbulan sampah
b. Pendaur ulang sampah
c. Pemanfaatan kembali sampah
Sedangkan kegiatan penanganan meliputi :
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah dan karakteristik sampah
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman
Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan atau
penanganan sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk
suatu lingkungan pemukiman atau kota :
a. Penanganan setempat
Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan
sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah
pekarangannya atau dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini
dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya
tersedianya lahan, kepadatan penduduk yang rendah, dll.
b. Pengelolaan terpusat

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
9

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau


kegiatan penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu
wilayah / kota.
Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang
besar karena cakupan berbagai aspek yang terkait. Aspek aspek tersebut
dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis
operasional, pembiayaan dan retribusi serta aspek peran serta masyarakat.
3.2 Data Perencanaan
3.2.1 Periode Perencanaan
Periode dan waktu pelaksanaan perencanaan pengelolaan sampah yakni
selama 25 tahun.

3.2.2 Timbulan Sampah


Komposisi fisik sampah mencakup prosentase dari komponen pembentuk
sampah yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, kertas, plastik,
logam dan lain-lain. Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya
daur ulang dan pembuatan kompos serta kemungkinan penggunaan gas landfill
sebagai energy alternatif.
Sebagai gambaran pada umumnya negara-negara berkembang memiliki
komposisi organik yang lebih tinggi dari negara dengan tingkat ekonomi yang lebih
tinggi. Komosisi sampah di Indonesia rata-rata mengandung organik yang cukup
tinggi (70 80 %) dan anorganik 20 30 %.
Tabel 3.1 Timbulan Sampah
Sumber Sampah

Jumlah

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
10

Satuan

Volume

Berat

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Rumah Permanen (10 30%)


R. Semi Permanen (30 -

(unit)
15
30

/org/hari
/org/hari

(liter)
2,25
2,25

(gram)
350
300

50%)
R. Non Permanen (40 60%)
Kantor (15 20 unit)
Toko/Ruko (25 125 unit)
Sekolah (5 10 unit)
Jalan (50 150 km)
Pasar (2 4 unit)

55
-

/org/hari
/pegawai/hari
/petugas/hari
/murid/hari
/m/hari
m2/hari

1,75
0,75
3,00
0,10
0,10
0,60

250
25
350
10
100
100

Sumber sampah seperti dijelaskan dalam UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan


sebagai asal timbulan sampah. Prosentase timbulan sampah adalah 75% berasal dari
pemukiman dan 25% dari non pemukiman. Sampah yang akan dikelola dibedakan
atas:
1. Daerah perumahan
Sumber sampah di daerah perumahan dibagi atas:
a. Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High Income)
b. Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle
Income)
c. Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah / daerah kumuh
(Low Income / slum area)
2. Daerah komersial
Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan,
hiburan dan lain-lain yang diantaranya adalah pasar, kawasan pertokoan,
hotel, restoran, bioskop, dan lain-lain.
3. Fasilitas umum
Fasilitas umum merupakan sarana prasarana perkotaan yang
digunakan untuk kepentingan umum. Yang termasuk dalam kategori
fasilitas umum ini adalah perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotek,
taman, dan lain-lain
4. Fasilitas sosial
Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan
untuk kepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
11

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

panti-panti sosial (panti asuhan, panti jompo) dan tempat ibadah (masjid,
gereja, dan lain-lain)
5. Sumber lain
Dari klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan
lagi jenis sumber-sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya
atau peruntukan tata guna lahannya.
Faktor terpenting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah
mengetahui jumlah penduduk terlebih dahulu. Oleh karena itu sebelum
jumlah timbulan sampah dapat dihitung, dilakukan proyeksi penduduk
terlebih dahulu sampai pada tahun perencanaan.
3.2.3 Komposisi Sampah
Pengelompokan

sampah

juga

dilakukan

berdasarkan

sesuai

denga

komposisinya. Komposisi sampah adalah komponen-komponen sampa yang


membentuk suatu kesatuan. Komposisi sampah sangat menentuka sistem penanganan
serta pengelolaan yang nantinya akan dilakuka terhadap sampah. Komposisi sampah
dapat dibedakan berdasarkan sumber sampah, karakteristik perilaku masyarakat serta
kondisi ekonomi yan berbeda dan proses penanganan sampah di sumber sampah.
Komposisi juga akan mempengaruhi pola penanganan sampa terutama
penanganan pada sumber sampah. Sebagai contoh jika sampa mengandung banyak
bahan organik pada sumber sampah makan akan lebi mudah jika dilakukan
pemisahan sampah organik dan anorganik sert adanya proses pengomposan yang
sederhana.
Metode atau cara pengambilan contoh sampah untuk mengetahu komposisi
sampah tercantum pada SNI 36-1991-2003 Tentang Metode Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampa Perkotaan. Pengambilan contoh
sampah sangat mempengaruhi penentuan komposisi fisik sampah. Pengamatan
dilakukan paling tidak selama satu minggu berturut-turut di lokasi sumber sampah

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
12

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

yang meliputi pengambilan contoh sampah langsung di rumah tangga dan


pengambilan contoh sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS).
Tabel 3.2 Komposisi Sampah
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Material

Prosentase berat

Berat Jenis

Prosentase

(%)

(kg/m3)
120,30
89,71
65,68
160,19
195,43
129,75
65,68
200

Pemilahan (%)
5 60
10 80
10 55
10 95
10 - 80
5 10
5 10
-

Organik
Kertas
Plastik
Logam
Kaca/gelas
Karet
Kain
B3

3.2.4 Pengelolaan di Sumber


Pengelolaan sampah di sumber dilakukan dengan pemilahan dan pewadahan.
Pemilahan sampah dilakukan untuk memilah sampah menurut jenisnya sehingga
mendukung kegiatan / proses penanganan selanjutnya. Sebagai contoh bila akan
dilakukan proses pengomposan maka sampah organik hendaknya dipilah terlebih
dahulu. Pemilahan sampah dalam kesempatan kali ini dilakukan dalam 5 jenis. Selain
itu dilakukan pengomposan dengan metode Drum Komposter. Adapun pengelolaan
yang dilakukan dengan penjualan sampah, jenis sampah yang layak di jual yaitu
kertas, plastik dan logam.

3.2.5 Pengumpulan/Pengangkutan
3.2.6 Penyapuan Jalan
Proses penyapuan jalan yang dilakukan pada pengelolaan sampah di
Kabupaten Kulon Progo ini dilakukan setiap hari sekali. Hal ini tentunya perlu

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
13

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

adanya kontribusi dari masyarakat dan juga dinas kebersihan di setiap kecamatan
untuk membantu menyapu halaman rumah untuk masing-masing masyarakat dan juga
pemerintah menyapu jalan sehingga area yang ada disekitar kecamatan tersebut tidak
penuh dengan sampah.

3.2.7 Pengolahan Skala Kawasan TPS 3R


Pengelolaan skala kawasan TPS 3R mencakup 3 kegiatan utama, yaitu
pemilahan sampah, pembuatan kompos (dalam hal ini menggunakan Metode
Caspary) dan pengepakan bahan daur ulang.
Jadwal pengumpulan sampah dilakukan setiap hari. Sampah yang
dikumpulkan dari masing-masing rumah kemudian dikumpulkan dan diambil oleh
petugas. Adapun sampah yang diambil di masing-masing rumah, lalu dipilah menurut
jenisnya, yaitu sampah organik dan anorganik (Kertas, plastik, logam, kaca/gelas,
karet dan kain). Kegiatan pengepakan bahan daur ulang sampah yaitu:
1. Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam
yangmemiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan
daurulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.
2. Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.
3. Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterai dan Lampu
neon)

dikumpulkan

untuk

diproses

lebih

lanjut

sesuai

dengan

ketentuanperundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan


sampah B3).
4. Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie
instan, dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau
bahan baku lain.
3.2.8 Pengelolaan akhir (TPA)

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
14

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.2.8.1 Ketentuan Umum


Pemilihan lokasi TPA sampah perkotaan harus sesuai dengan ketentuan yang
ada (SNI 03-3241- 1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA). Perencanaan TPA
sampah perkotaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencana
pemanfaatan lahan bekas TPA
2. Kemampuan ekonomi Pemerintah Daerah setempat dan masyarakat, untuk
menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak secara
ekonomis, teknis dan lingkungan.
3. Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kelulusan tanah,
kedalaman air tanah, kondisi badan air sekitamya, pengaruh pasang surut,
angin, iklim, curah hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhir
sampah.
4. Rencana pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan
rencana jalan masuk TPA.
5. Rencana TPA di daerah lereng agar memperhitungkan masalah
kemungkinan terjadinya longsor.
6. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA.
7. Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume
sampah (program 3 M) sedekat mungkin dengan sumbernya.
8. Sampah yang dibuang dilokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan yang
bukan berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3.
9. Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu
melaksanakan model TPA regional serta perlu adanya institusi pengelola
kebersihan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan TPA tersebut
secara memadai.
3.2.8.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana TPA yang dapat mendukung prinsip diatas adalah
sebagai berikut:

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
15

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1. Fasilitas umum (jalan masuk, kantor / pos jaga, saluran drainase dan
pagar)
2. Fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan kedap air, pengumpul leachate,
pengolahan leachate, ventilasi gas, daerah penyangga, tanah penutup)
3. Fasilitas penunjang (air bersih, jembatan timbang dan bengkel
4. Fasilitas operasional (alat besar dan truk pengangkut tanah).
3.2.8.3 Sistem TPA
Sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada perencanaan ini menggunakan
sistem Sanitary Landfill, yakni metode penanganan limbah padat dengan cara
membuangnya pada area tertentu.

FADHLURROHMAN
MALETENG / 14513094
16

Anda mungkin juga menyukai