PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh
klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain juga
disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif dan delirium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsipkan sesuatu
yang sebenarnya tidakterjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca ondera
tanpa stimulus eksteren persepsi palsu. Salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata ada oleh klien ( Stuart, 2009 )
Perubahan persepsi tentang halusinasi adalah ketidakmampuan manusia dalam
membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti
pikiran,perasaan, dan sensasi somatic dengan inpuls dan stimulus external. Manusia
pada dassarnya masih mempunyai kemampuan dan membandingkan dan mengenal
mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang
sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan. Mereka dalam menggunakan
2 proses fikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan memvalidassikan
serta mengevaluasisecara akurat ( Nasution, 2003)
Jika seorang individu tidak mempunyai cirri sehat jiwa maka individu tersebut
mengalami sakit jiwanya dan membutuhkan keperawatan jiwa untuk merawat dan
menyehatkan jiwa kembali. Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar, dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan mental klien, dan kesehatan mental masyarakat dimana klien
berada (Iyus Yosep, 2007).
Diperkirakan lebih dari 90 % klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi.
Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Suara dapat berasal dari dalam diri
individu atau dari luar dirinya. Suara dapat dikenal (familiar). Suara dapat tunggal
atau multipel. Isi suara dapat 3 memerintah sesuatu pada klien atau seringnya
tentang perilaku klien sendiri.
Di Rumah Sakit Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami
oleh
pasien
gangguan
jiwa
yaitu
halusinasi
dengar,
20%
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Yusuf, Ah dkk, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (WHO, 2006).
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
2.2 Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
2.3.Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan
bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
2.4 Psikodinamika (Nurjanah, 2008)
2.4.1 Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusiogenik, gangguan
jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat
menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan sosio budaya, sosio
budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal
dari sosio - budaya yang berbeda. (Sunaryo, 2004)
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitis,
serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar, serta
bentuk sel kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada
pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah
satu anggotra keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika
kedua orang tua skizofrenia. (Yusuf, Ah dkk, 2015)
2.6 Presipitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang tua yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang dapat dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
(Yusuf, Ah dkk, 2015)
Pikiran logis
Proses pikir terganggu
Persepsi akurat
Ilusi
Emosi konsisten dengan pengalaman
Emosi tidak stabil
Perilaku sesuai
Perilaku tidak biasa
Hubungan sosial harmonis
Menarik diri
Maladaptif
IntensitaslevelHalusinasi:
Tahap1:Halusinasibersifattidakmenyenangkan
GejalaKlinis:
a.Menyeringai/tertawatidaksesuai
b.Menggerakkanbibirtanpabicara
c.Gerakanmatacepat
d.Bicaralambat
e.Diamdanpikirandipenuhisesuatuyangmengasikkan
Tahap2:Halusinasibersifatmenjijikan
Gejalaklinis:
a.Cemas
b.Konsentrasimenurun
c.Ketidakmampuanmembedakannyatadantidaknyata(Keliat,2009).
Tahap3:Halusinasibersifatmengendalikan
Gejalaklinis:
a.Cenderungmengikutihalusinasi
b.Kesulitanberhubungandenganoranglain
c.Perhatianataukonsentrasimenurundancepatberubah
d.Kecemasanberat(berkeringat,gemetar,tidakmampumengikutipetunjuk).
Tahap4:Halusinasibersifatmenaklukkan
Gejalaklinis:
a.Pasienmengikutihalusinasi
b.Tidakmampumengendalikandiri
c.Tidakmampumengikutiperintahnyata
d.Beresikomencederaidiri,oranglaindanlingkungan(Keliat,2009)
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten merupakan manifestasi perasaan yang konsisten atau efek
keluar disertai banyak komponen fisiologis dan biasanya berlangsung tidak
lama
d. Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas wajar
10
e. Hubungan sosial harmonis adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon psikososial meliputi:
a. Proses pikir terganggu proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang benarbenar terjadi (objek nyata) karena ransangan panca indra
c. Emosi tidak stabil adalah emosi yang berlebihan atau kurang
d. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
3. Respon Maladaptif
a.Gangguanpikiranataudelusi
Keyakinanyangsalahyangsecarakokohdipertahankanwalaupuntidakdiyakini
olehoranglaindanbertentangandenganrealitasosial.
b.Halusinasi
Persepsiyangsalahterhadapranngsangan.
c.Sulitberesponemosi
Ketidakmampuanataumenurunnyakemampuanuntukmengalamikesenangan,
kebahagiaan,keakrabandankedekatan.
d.Perilakudisorganisasi
Ketidakselarasanantaraperilakudangerakanyangdirimbulkan.
e.Isolasisosial
Suatukeadaankesepianyangdialamiseseorangkarenaoranglainmenyatakan
sikapyangnegatifdanmengancam(Stuart,2009)
11
12
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang
yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas
yaitu:
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c. Gerakan mata abnormal.
d. Respon verbal yang lambat.
e. Diam.
f. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
g. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
h. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
i. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
j. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
k. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya.
l. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
m. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
n. Berkeringat banyak.
o. Tremor.
p. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
q. Perilaku menyerang teror seperti panik.
r. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
s. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
13
15
PSIKOTIK
Kemauan
yang
dikendalikan halusinasi
akan lebih diikuti
Kesukaran berhubungan
dengan orang lain
Rentang perhatian hanya
beberapa detik atau
menit
4. Adanya tanda-tanda fisik
ansietas
berat:
berkeringat, tremor dan
tidak mampu mematuhi
perintah
5. Isi halusinasi menjadi
atraktif
6. Perintah halusinasi ditaati
7. Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
berkeringat dan tremor
PSIKOTIK BERAT
16
17
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SEMU PADA KLIEN DENGAN
HALUSINASI
3.1. Kasus
Nn. T 27 th TB : 160 cm, BB : 50 Kg, dirawat di RSJ M ibunya mengatakan
Nn. T suka berbicara sendiri, suka menyendiri dan susah untuk tidur. Saat di kaji oleh
perawat, Nn. T menceritakan bahwa Nn. T mempunyai seorang teman yang bernama
Licha yang sebenarnya sosok tersebut tidak ada. Sosok Licha hanyalah sosok yang
muncul akibat rasa bersalah Nn. T. Walaupun Nn. T sudah mencoba untuk
menghindari dan meyakini bahwa sosok Licha tidak nyata namun sosok tersebut
masih saja datang dan menghampiri Nn.T. Hal ini terjadi setelah Nn. T melakukan
operasi sekitar 2 minggu yang lalu yang akhirnya membuat pasien yang ditanganinya
meninggal. Padahal sebelumnya Nn. T tidak pernah melakukan kesalahan sedikitpun
mengenai opeasi yang dilakukannya.
3.2. Pengkajian
1
IDENTITAS
ALASAN MASUK
Ibu Nn. T mengatakan Nn. T suka berbicara sendiri dan suka menyendiri.
3
FAKTOR PREDISPOSISI
Tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan tidak pernah menjalani pengobatan Nn.
T merasa bersalah atas kematian pasien yang ditanganinya 2 minggu lalu
18
FAKTOR PRESIPITASI
Setelah kematian pasiennya, orang tua pasien menyalahkan Nn. T karena dia yang
bertanggung jawab saat operasi berjalan. Sejak saai itu Nn. T lebih diam dan
menyendiri dan kemudian dia berbicara sendiri.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri
FISIK
a
Ukur
: TB:160 cm BB: 50 kg
PSIKOSOSIAL
Genogram:
19
Konsep diri
Gambaran diri : -
Identitas
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
:-
Masalah Keperawatan: -
Hubungan Sosial:
a
7) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Nn.T merasa bersalah atas
kematian pasiennya, semenjak itu lebih sering diam dan menyendiri,Nn. T
berhalusinasi mempunyai seorang teman yang bernama Licha yang sebenarnya
sosok tersebut tidak ada. Jarang berkomunikasi dengan ibunya.
8) STATUS MENTAL
1
Pembicaraan : Lambat
20
9) MEKANISME KOPING
Nn.T sejak mengalami kegagalan yang membuat pasien yang ditanganinya
meninggal lebih sering menyendiri dan berdiam diri. Nn. T juga berhalusinasi
memiliki teman dokter yang bernama Licha yang sebenarnya tidak nyata, dan
sering bercakap cakap dengan licha.
3.3 Pohon Masalah
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan dan pendengaran
Menarik diri
21
Rasional
Klarifikasi membantu mengungkapkan ide,
perasaan dan persepsi klien serta memberikan
kejelasan tentang hubungan antara perasaan,
ide, dan persepsi klien serta tindakannya
22
BAB 4
Dialog Role Play Keperawatan Jiwa
Kasus : Halusinasi
Kasus semu halusinasi Nn. T 27 tahun tinggi badan 160 cm, BB 50
Kg, dirawat di RSJ M ibunya mengatakan tiap malam Nn. T sering
berteriak histeris ketakutan sehingga tidak bisa tidur dan suka
menyendiri. Saat di kaji oleh perawat, Nn. T menceritakan bahwa
Nn. T mendengar suara bisikan Kamu Pembunuh, Kamu
pembunuh, kamu tidak bertanggung jawab berulang-ulang,
padahal tidak ada orang di sekitarnya. Walaupun Nn. T sudah
menutup telinga tetapi tetap mendengar suara tersebut, bahkan
Nn. T sering melihat Nn. L datang mengunjunginya. Hal ini terjadi
setelah Nn. T melakukan operasi sekitar 2 minggu yang lalu yang
akhirnya membuat pasien yang bernama Nn. L meninggal. Padahal
sebelumnya Nn. T tidak pernah melakukan kesalahan sedikitpun
mengenai operasi yang pernah dilakukan sebelumnya. Setelah
pasien yang ditangani Nn. T meninggal, Nn. T lebih suka diam,
murung, menyendiri dan tidak seceria dulu lagi.
Pemeran:
1. Klien/Dokter
2. Bayangan/Dokter
(Licha)
: Siti Sholihah
: Lailaturohmah Kurniawati
: Ainun Saananiyah
: Venni Hariani
6. Perawat 2
24
25
26
bunyi benda jatuh dari balik toilet. Mendengar hal itu, dokter Tessa
berbalik melihat apa yang terjadi. Ternyata, ia melihat sebilah pisau
dari dalam toilet. Dokter Tessa menggedor pintu toilet.
Tessa : Hey.. kamu yang di dalam, sedang apa? Buka pintunya!
(menggedor pintu)
Licha : (menangis tersedu) Pergi sana! Pergi!(sambil mengambil
pisaunya kembali)
Tessa : Buka pintunya! Apa yang mau kau lakukan?
Licha : Bukan urusanmu! Pergi!!!
Tessa : Ada apa denganmu? Kau.. jangan melakukan hal yang
konyol!
Licha : Kamu tidak tahu perasaanku! Kamu sama saja dengan yang
lainnya! Semua tidak ada yang mau mengerti kalau bukan aku
pembunuhnya. Apa salah jika aku tidak bisa menyelamatkannya?
Tessa : (tercengang) (menjatuhkan badannya di pintu toilet)
Suasana hening seketika.
Tessa : Bagaimana kamu bisa membunuhnya?
Beberapa detik kemudian ...
Licha : (keluar dari toilet dengan membawa pisaunya) Dok..dokter
Tessa?
Tessa : Kamu? (tercengang) Kamu membunuh seseorang?
Licha : Tidak! Aku tidak pernah membunuhnya. Bukan salahku jika
aku tidak bisa menyelamatkannya.
Tessa : Lalu pisau itu untuk apa? Apakah kamu berniat untuk bunuh
diri?
Licha : Iya. Karena reputasiku sudah hancur. Aku tidak pantas
untuk menjadi dokter lagi.
Tessa : Apakah kamu tidak takut untuk bunuh diri?
27
29
Ibu tessa : oh begitu ya sus, saya mau tanaya itu kenapa ya kok
anak saya bisa di maki maki oleh ibu pasien ?
Pihak RS : itu bu, keluarga pasien masih belum terima karena
anak mereka meninggal dunia saat dioperasi oleh dokter tessa
Ibu tessa : kok tessa tidak cerita ya sus dengan saya, yasudah
terima kasih ya sus, oh ya saya bisa meminta No. telpon dokter
spesialis jiwa?
Pihak RS : Sebentar ya bu, ini No. telponnya 089630154678
Ibu tessa : terima kasih suster
Pihak RS : sama sama ibu.
Tak lama setelah itu ibu dokter tessa menelepon dokter lain
untuk berkonsultasi terkait anaknya.
Malam harinya ...
Tessa : assalamualikum bunda, tessa sudah pulang
Ibu tessa : walaikumsalam sayang, oh ya tessa besok ikut bunda
ya, bunda mau ajak tessa
Tessa : kemana ya bunda, tessa kan harus bekerja ?
Ibu tessa : sudah liat besok ya sayang, lagian masih di rumah
sakit tempat kamu kerja
Tessa : oh begitu yasudah tessa mau mandi dlu ya bun, ayo lic
masuk ke kamarku
Licha : ( hanya tersenyum dan berlalu)
Keesokan harinya di ruangan spesialis jiwa ..
Tessa : bunda kenapa ngajak tessa ke tempat ini, tessa tidak gila
bunda
Ibu tessa : bukan begitu sayang, sudah kamu masuk saja nanti
kamu juga mengerti( memaksa tessa untuk masuk)
Tessa : tapi bunda tapi (meronta ronta)
30
31
32
Tessa : oh nama teman saya licha, dia sama kok dokter juga
Ners indah : dokter tahu dia bekerja dimana ?
Tessa : hhm saya tidak tahu, yang jelas saya tahu dia dokter yang
baik dan kita berdua sama sama mengalami hal yang sama, dia
juga pernah kecewa karena pasiennya meninggal
Ners venni : dokter tahu tidak kalau sebenarnya teman dokter itu
tidak nyata, kita berdua sama sekali tidak melihatnya
Tessa : (menggelak) dia nyata kok, apa maksud ners bilang seperti
itu, dia teman saya
Ners indah : begini ya dokter. Bagaimana kalau kita belajar
mencari tahu dia sebenarnya nyata atau tidak. Caranya dokter
harus bisa melihat hal ganjil yang ada pada teman dokter.
Tessa : hal ganjil seperti apa ya ners ?
Ners indah : seperti pakaiannya yang selalu sama atau hal
lainnya
Ners venni : besok dokter kesini lagi ya, kita ingin tahu apakah
dokter sudah menemukan hal ganjil pada teman dokter atau tidak.
Nanti kita akan belajar lagi ya, bagaimana cara dokter untuk
menghindar dari dia. Karena dia sebenarnya tidak nyata
Tessa : (hanya diam dan masih tidak percaya) hhmmmm
Ners venni : bagaimana perasaan dokter tessa setelah tahu
bahwa sebenarnya teman dokter itu tidak nyata?
Tessa : saya masih tidak percaya kalau dia tidak nyata
Ners indah : ya sudah untuk saat ini tidak apa apa. Bagaimana
kalau besok kita bertemu lagi dan untuk belajar supaya dokter bisa
menghindar. Bagaimana kalau jam segini. Jam 10.00 ya dokter ?
Tessa : iya
Ners venni : jadi besok dokter kesini lagi jam 10.00 ya. Tempatnya
dimana dok. Apa disini lagi ?
33
Tessa : iya
Ners indah : ya sudah sekarang dokter bisa kembal ke aktifitas
dokter biasanya
Malam harinya ...
Ibu tessa : bagaimana sayang hasil tadi dengan ners nersnya ?
Tessa : tessa masuk kamar dulu ya bunda, tessa ingin istirahat
(pergi meninggalkan tempat)
Di dalam kamar tessa hanya merenung dan memikirkan licha,
namun tidak begitu lama licha datang kerumahnya dengan
memanggil manggil di depan pintu kamarnya .
Licha : hai tes, kamu sedang apa. Aku boleh menginap disini kan.
Tadi ibu pasien itu ke rumah, aku takut
Tessa (diam dan mengamati licha dari atas ke bawah) aku sedang
tidak ingin di ganggu lic. Aku ingin sendiri (menutup pintu kamar)
Licha : tapi tes
Di dalam kamar tessa hanya merenung dan terus memikirkan
licha. Mulai mengingat ngingat kejadian sebelumnya bersama
licha. Dia akhirnya sadar bahwa pakaian licha selalu sama dan dia
tidak pernah memakai alas kaki.
Keesokan harinya di Rumah Sakit...
Ners venni : selamat pagi dokter tessa, ayo kita duduk
Ners indah : bagaimana perasaan dokter tessa hari ini ?. sesuai
janji kita kemarin kita akan menganalisa apakah sebenarnya teman
dokter itu nyata atau tidak. Alu nanti kita akan belajar
menghindarinya. Kira kira kita mengobrol berapa menit ya ? mau
disini atau kita ke taman ?
Tessa : iya 15 menit saja dan disini saja
Ners venni : baiklah kalau begitu. Bagaimana apakah dokter tessa
sudah percaya kalau sebenarnya dia itu tidak nyata ?
34
35
36
Ners indah : iya ibu tidak usah khawatir, nanti kalau dokter
melakukan pengobatan terus menerus, insya allah bisa melupakan
temannya itu
Ibu tessa : alhamdulilah ners saya sangat senang mendengarnya.
Kemarin juga saya mendengar dia berbicara seperti mengusir
temannya yang datang. Dan saya juga sudah lega karena ibu
pasien itu sudah menarik kembali tuntutannya atas anak saya
Ners venni : ya sudah ibu jangan khawatir kita akan semaksimal
mungkin membantu proses penyembuhan dokter tessa
Ibu tessa : iya terima kasih ners, saya pamit dulu kalau begitu
Saat menuju pulang ke rumah ibu tessa bertemu dengan
anaknya..
Tessa : bunda... kenapa bunda disini ?
Ibu tessa : tidak apa apa sayang, bunda hanya ingi melihat
keadaan kamu saja
Tiba tiba tessa kembali melihat licha.
Tessa : bunda ayo kita pergi, aku melihat licha disini
Ibu tessa : ayo sayang, bagaimana kalau kita makan saja
Tessa : ayo bunda tessa juga lapar
Semenjak saat itu lambat laun dokter tessa sudah mulai
melupakan licha, bahkan terkadang dokter tessa masih melihatnya
namun dia menggangap kalau licha tidak ada. Dan dokter tessa
masih melakukan pengobatannya .
38
BAB 5
PENUTUP
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering
persepsi.Bentuk halusinasi
ini
bisa
berupa
suara-suara
dari
gangguan
yang bising
atau
mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi
datang dari
setiap
tubuh
atau
diluar
umumnya
pasien
mendengar
mengenai keadaan pasien atau yang dialamatkan pada pasien itu. (Ilham, 2008).
Jumlah
penderita
schizophrenia
1000 penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait dengan
tingginya stress yang muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survey di rumah sakit
di Indonesia, ada 0,5 -1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa (Hawari
2009). Pada penderita
skizophrenia
70%
diantaranya adalah
penderita
39
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nasution, Saidah, S. 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perubahan
Sensori Persepsi: Halusinasi.
Stuart, G.W and Sundeen S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih
bahasa Achir Yani. S. Jakarta: EGC.
Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.
Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W and Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8ed.
Philadelphia: Elsevier Mosby.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
40