Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh
klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain juga
disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif dan delirium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsipkan sesuatu
yang sebenarnya tidakterjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca ondera
tanpa stimulus eksteren persepsi palsu. Salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata ada oleh klien ( Stuart, 2009 )
Perubahan persepsi tentang halusinasi adalah ketidakmampuan manusia dalam
membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti
pikiran,perasaan, dan sensasi somatic dengan inpuls dan stimulus external. Manusia
pada dassarnya masih mempunyai kemampuan dan membandingkan dan mengenal
mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang
sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan. Mereka dalam menggunakan
2 proses fikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan memvalidassikan
serta mengevaluasisecara akurat ( Nasution, 2003)
Jika seorang individu tidak mempunyai cirri sehat jiwa maka individu tersebut
mengalami sakit jiwanya dan membutuhkan keperawatan jiwa untuk merawat dan
menyehatkan jiwa kembali. Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar, dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan mental klien, dan kesehatan mental masyarakat dimana klien
berada (Iyus Yosep, 2007).
Diperkirakan lebih dari 90 % klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi.
Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Suara dapat berasal dari dalam diri
individu atau dari luar dirinya. Suara dapat dikenal (familiar). Suara dapat tunggal
atau multipel. Isi suara dapat 3 memerintah sesuatu pada klien atau seringnya
tentang perilaku klien sendiri.
Di Rumah Sakit Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami
oleh

pasien

gangguan

jiwa

yaitu

halusinasi

dengar,

20%

mengalami halusinasi penglihatan dan 10% mengalami halusinasi


penghidu, pengecap, perabaan. Oleh karena itu peran perawat
adalah untuk memberikan pendidikan asuhan keperawatan kepada
klien mengalami gangguan jiwa khususnya pada halusinasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi halusinasi ?
2. Bagaimana etiologi dari halusinasi ?
3. Bagaimana proses terjadinya halusinasi ?
4. Bagaimana klasifikasi halusinasi ?
5. Bagaimana faktor predisposisi halusinasi ?
6. Bagaimana faktor presipitasi halusinasi ?
7. Bagaimana fase halusinasi ?
8. Bagaimana rentang respon neurologis ?
9. Bagaimana manifestasi klinis halusinasi ?
10. Bagaimana komplikasi halusinasi ?
11. Bagaimana penatalaksanaan halusinasi ?
12. Bagaimana suhan keperawatan halusinasi ?
13. Bagaimana skenario roleplay halusinasi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu merawat pasien dengan gangguan halusinasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami definisi halusinasi
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi halusinasi
3. Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya halusinasi
2

4. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi halusinasi


5. Mahasiswa dapat memahami faktor predisposisi halusinasi
6. Mahasiswa dapat memahami faktor presipitasi halusinasi
7. Mahasiswa dapat memahami fase halusinasi
8. Mahasiswa dapat memahami rentang respon neurologis
9. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis halusinasi
10. Mahasiswa dapat memahami komplikasi halusinasi
11. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan halusinasi
12. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien halusinasi
13. Mahasiswa dapat memahami scenario roleplay halusinasi

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Yusuf, Ah dkk, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (WHO, 2006).
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
2.2 Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu

zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan


dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidak mampuan klien dalam
mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak
aman, gelisah, bingung, dan lainnya. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993
halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan tempat
memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di
dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga

kehampaan hidup, ritinitas tidak

bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.

2.3.Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan
bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
2.4 Psikodinamika (Nurjanah, 2008)
2.4.1 Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusiogenik, gangguan
jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat
menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan sosio budaya, sosio
budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal
dari sosio - budaya yang berbeda. (Sunaryo, 2004)

2.4.2 Proses Terjadinya Halusinasi


Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi pada klien dengan gangguan jiwa.bentuk halusinasi ini bisa berupa
suara-suara bising atau mendengung. Tetapi plaing sering berupa kata-kata yang
tersususn dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga
klien menghasilkan renpons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau
respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan susra
halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang
tidak bicara atau pada benda mati.
2.5 Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk menangani stres. (Struart &
Laraia, 2005)
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul berat seperti delusi dan
halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis

Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitis,
serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar, serta
bentuk sel kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada
pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah
satu anggotra keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika
kedua orang tua skizofrenia. (Yusuf, Ah dkk, 2015)
2.6 Presipitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang tua yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.

3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang dapat dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
(Yusuf, Ah dkk, 2015)

2.7 Rentang Respon


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan
gangguan pada isi pikran. Keduanya merupakan gangguan dari respons
neurobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentan respons halusinasi
mengikuti kaidah rentang respons neurobiologi.
Rentang respons neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis
dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentan respons yang paling
maladaptif adalah adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri.
Berikut adalah gambaran rentan respons neurobiologi. (Yusuf, Ah dkk, 2015)
Adaptif

Pikiran logis
Proses pikir terganggu
Persepsi akurat
Ilusi
Emosi konsisten dengan pengalaman
Emosi tidak stabil
Perilaku sesuai
Perilaku tidak biasa
Hubungan sosial harmonis
Menarik diri

Maladaptif

Gangguan proses pikir/waham


Halusinasi
Kesukaran proses emosi
Perilaku tidak terorganisasi
Isolasi sosial

IntensitaslevelHalusinasi:
Tahap1:Halusinasibersifattidakmenyenangkan
GejalaKlinis:
a.Menyeringai/tertawatidaksesuai
b.Menggerakkanbibirtanpabicara
c.Gerakanmatacepat
d.Bicaralambat
e.Diamdanpikirandipenuhisesuatuyangmengasikkan

Tahap2:Halusinasibersifatmenjijikan
Gejalaklinis:
a.Cemas
b.Konsentrasimenurun
c.Ketidakmampuanmembedakannyatadantidaknyata(Keliat,2009).
Tahap3:Halusinasibersifatmengendalikan
Gejalaklinis:
a.Cenderungmengikutihalusinasi
b.Kesulitanberhubungandenganoranglain
c.Perhatianataukonsentrasimenurundancepatberubah
d.Kecemasanberat(berkeringat,gemetar,tidakmampumengikutipetunjuk).
Tahap4:Halusinasibersifatmenaklukkan
Gejalaklinis:
a.Pasienmengikutihalusinasi
b.Tidakmampumengendalikandiri
c.Tidakmampumengikutiperintahnyata
d.Beresikomencederaidiri,oranglaindanlingkungan(Keliat,2009)

1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten merupakan manifestasi perasaan yang konsisten atau efek
keluar disertai banyak komponen fisiologis dan biasanya berlangsung tidak
lama
d. Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas wajar

10

e. Hubungan sosial harmonis adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon psikososial meliputi:
a. Proses pikir terganggu proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang benarbenar terjadi (objek nyata) karena ransangan panca indra
c. Emosi tidak stabil adalah emosi yang berlebihan atau kurang
d. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
3. Respon Maladaptif
a.Gangguanpikiranataudelusi
Keyakinanyangsalahyangsecarakokohdipertahankanwalaupuntidakdiyakini
olehoranglaindanbertentangandenganrealitasosial.
b.Halusinasi
Persepsiyangsalahterhadapranngsangan.
c.Sulitberesponemosi
Ketidakmampuanataumenurunnyakemampuanuntukmengalamikesenangan,
kebahagiaan,keakrabandankedekatan.
d.Perilakudisorganisasi
Ketidakselarasanantaraperilakudangerakanyangdirimbulkan.
e.Isolasisosial
Suatukeadaankesepianyangdialamiseseorangkarenaoranglainmenyatakan
sikapyangnegatifdanmengancam(Stuart,2009)

2.8 Gejala Halusinasi


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
a. Bicara sendiri.

11

b. Senyum dan tertawa sendiri.


c. Menggerakkan bibir tanpa suara.
d. Pergerakan mata yang cepat
e. Respon verbal yang lambat
f. Menarik diri dari orang lain.
g. Berusaha untuk menghindari orang lain.
h. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
i. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
j. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
k. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
l. Ekspresi muka tegang.
m. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
n. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
o. Tampak tremor dan berkeringat.
p. Perilaku panik.
q. Agitasi dan kataton.
r. Curiga dan bermusuhan.
s. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
t. Ketakutan.
u. Tidak dapat mengurus diri.
v. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

12

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang
yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas
yaitu:
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c. Gerakan mata abnormal.
d. Respon verbal yang lambat.
e. Diam.
f. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
g. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
h. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
i. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
j. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
k. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya.
l. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
m. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
n. Berkeringat banyak.
o. Tremor.
p. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
q. Perilaku menyerang teror seperti panik.
r. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
s. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.

13

t. Menarik diri atau katatonik.


u. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
v. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

2.9 Jenis-jenis Halusinasi


Stuart dan Laraia (2005) membagi halusinasi menjadi 7 jenis halusinasi yang
meliputi: halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan (visual),
halusinasi penghidu (olfactory), halusinasi pengecapan (gustatory), halusinasi
perabaan (tactile), halusinasi cenesthetic, halusinasi kinesthetic.
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran yang
mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki
peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu
halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic hanya
meliputi 10%. Tabel di bawah ini menjelaskan karakteristik tiap halusinasi.
Tabel Karakteristik Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)
Jenis Halusinasi
Karakteristik
Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang keras sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang
didengar klien dimana klien disuruh untuk melakukan sesuatu
yang kadang-kadang membahayakan.
Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran
geometris, gambaran kartun, bayangan yang rumit dan
kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.
Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti baau darah, urin, atau
feces. Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau
demensia.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urin atau feces.
Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Kinesthetic
Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak
14

2.10 Fase-fase Halusinasi


Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya. Stuart
dan Laraia (2005) membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat
ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin
berat fase halusinasinya, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin
dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase lengkap tercantum dalam tabel di
bawah ini:
Tabel Fase-Fase Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)
Fase Halusinasi
Karakteristik
Perilaku Klien
Fase 1. Comforting
Klien mengalami perasaan yang mendalam 1.Tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai
seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah,
Ansietas sedang
2.Menggerakkan
bibir tanpa
takut sehingga mencoba untuk berfokus
suara
pada pikiran menyenangkan untuk
Halusinasi
3.Pergerakan mata yang
meredakan ansietas. Individu mengenali
cepat
menyenangkan
bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman 4.Respon verbal yang lambat
sensori berada dalam kendali kesadaran
jika sedang asyik
5.Diam dan asyik sendiri
jika ansietas dapat ditangani.
NONPSIKOTIK
Fase 2. Condeming 1.Pengalaman sensori yang menjijikan dan 1.Meningkatnya
tanda
menakutkan
sistem saraf otonom
Ansietas berat
2.Klien mulai lepas kendali dan mungkin
akibat ansietas seperti
mencoba untuk mengambil jarak dirinya
peningkatan
denyut
Halusinasi menjadi
dengan sumber yang dipersepsikan
jantung, pernapasan, dan
3.Klien mungkin mengalami dipermalukan
tekanan darah
menjijikan
oleh pengalaman sensori dan menarik 2.Rentang
perhatian
diri dari orang lain
menyempit
4.Mulai merasa kehilangan kontrol
3.Asyik dengan pengalaman
5.Tingkat kecemasan berat, secara umum
sensori dan kehilangan
halusinasi
menyebabkan
perasaan
kemampuan
antipati
membedakan halusinasi
dengan realita
4.Menyalahkan
PSIKOTIK RINGAN
5.Menarik diri dari orang
lain
6.Konsentrasi
terhadap
pengalaman sensori kerja

15

Fase 3. Controlling 1. Klien berhenti melakukan perlawanan 1.


terhadap halusinasi dan menyerah pada
Ansietas berat
halusinasi tersebut
2. Isi halusinasi menjadi menarik
2.
Pengalaman sensori 3. Klien mungkin mengalami pengalaman
kesepian jika sensori halusinasi berhenti 3.
jadi berkuasa

PSIKOTIK

Kemauan
yang
dikendalikan halusinasi
akan lebih diikuti
Kesukaran berhubungan
dengan orang lain
Rentang perhatian hanya
beberapa detik atau
menit
4. Adanya tanda-tanda fisik
ansietas
berat:
berkeringat, tremor dan
tidak mampu mematuhi
perintah
5. Isi halusinasi menjadi
atraktif
6. Perintah halusinasi ditaati
7. Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
berkeringat dan tremor

Fase 4. Conquering 1. Pengalaman sensori menjadi mengancam 1.


jika
klien
mengikuti
perintah
Panik
halusinasinya
2.
2. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau
Umumnya menjadi
hari jika tidak ada intervensi therapeutic 3.
melebur dalam
halusinasinya

PSIKOTIK BERAT

Perilaku error akibat


panik
Potensi kuat suicide atau
homicide
Aktivitas
fisik
merefleksikan
isi
halusinasi
seperti
perilaku
kekerasan,
agitasi, menarik diri atau
katakonik
4. Tidak mampu merespon
perintah yang kompleks
5. Tidak mampu merespon
lebih dari satu orang
6. Agitasi atau kataton

2.12 Penatalaksanaan Secara Medis Pada Halusinasi


Penatalaksaan klien skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah dengan
pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Stuart&Laraia, 2005) yaitu:
1. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah:

16

a. Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)


b. Klorpromazin (Thorazine)
c. Flufenazine (Prolixine, Permitil)
d. Mesoridazin (Serentil)
e. Perfenazin (Trilafon)
f. Proklorperazin (Compazine)
g. Promazin (Sparine)
h. Tioridazin (Mellaril)
i. Trifluoperazin (Stelazine)
j. Trifluopromazin (Vesprin) 60 120 mg
k. Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)
l. Tiotiksen (Navane) 75 600 mg
m. Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1 100 mg
n. Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300 900 mg
o. Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20 150 mg
p. Dihidroindolon Molindone (Moban) 15 225 mg
2. Terapi kejang listrik / Electro Compulsive Therapy (ECT)
3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

17

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SEMU PADA KLIEN DENGAN
HALUSINASI
3.1. Kasus
Nn. T 27 th TB : 160 cm, BB : 50 Kg, dirawat di RSJ M ibunya mengatakan
Nn. T suka berbicara sendiri, suka menyendiri dan susah untuk tidur. Saat di kaji oleh
perawat, Nn. T menceritakan bahwa Nn. T mempunyai seorang teman yang bernama
Licha yang sebenarnya sosok tersebut tidak ada. Sosok Licha hanyalah sosok yang
muncul akibat rasa bersalah Nn. T. Walaupun Nn. T sudah mencoba untuk
menghindari dan meyakini bahwa sosok Licha tidak nyata namun sosok tersebut
masih saja datang dan menghampiri Nn.T. Hal ini terjadi setelah Nn. T melakukan
operasi sekitar 2 minggu yang lalu yang akhirnya membuat pasien yang ditanganinya
meninggal. Padahal sebelumnya Nn. T tidak pernah melakukan kesalahan sedikitpun
mengenai opeasi yang dilakukannya.
3.2. Pengkajian
1

IDENTITAS

Initial: Nn. T (P)


Umur: 27 tahun
Informan : Nn.T
2

ALASAN MASUK

Ibu Nn. T mengatakan Nn. T suka berbicara sendiri dan suka menyendiri.
3

FAKTOR PREDISPOSISI

Tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan tidak pernah menjalani pengobatan Nn.
T merasa bersalah atas kematian pasien yang ditanganinya 2 minggu lalu

18

FAKTOR PRESIPITASI

Setelah kematian pasiennya, orang tua pasien menyalahkan Nn. T karena dia yang
bertanggung jawab saat operasi berjalan. Sejak saai itu Nn. T lebih diam dan
menyendiri dan kemudian dia berbicara sendiri.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri

FISIK
a

Ukur

: TB:160 cm BB: 50 kg

Keluhan Fisik : mata berkantung, sulit tidur, lemas.


Masalah Keperawatan: Gangguan Pola tidur

PSIKOSOSIAL

Genogram:

: laki-laki (telah meninggal)


: Perempuan
: Pasien (Nn.T)
Jelaskan : Nn.T merupakan anak tunggal, dia tinggal dengan ibunya. Karena
ayahnya telah meninggal.

19

Konsep diri

Gambaran diri : -

Identitas

: Nn.T adalah seorang dokter di sebuah Rumah Sakit.

c. Peran

: Nn.T selama ini menjalankan tugasnya sebagai dokter


dengan baik. Sampai 2 minggu yang lalu pasien yang ia
tangani meninggal.

d. Ideal diri

: Nn.T berharap tidak pernah mengalami kegagalan saat


menangani pasiennya.

e. Harga diri

:-

Masalah Keperawatan: -

Hubungan Sosial:
a

Orang yang berarti : Ibunya

Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : sebagai seorang dokter

7) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Nn.T merasa bersalah atas
kematian pasiennya, semenjak itu lebih sering diam dan menyendiri,Nn. T
berhalusinasi mempunyai seorang teman yang bernama Licha yang sebenarnya
sosok tersebut tidak ada. Jarang berkomunikasi dengan ibunya.
8) STATUS MENTAL
1

Penampilan : Nn. T rapi dalam berpakaian.

Pembicaraan : Lambat

Alam Perasaan: Sejak kematian pasien yang ditanganinya Nn. T merasa


bersalah. Setelah berhalusinasi adanya sosok Licha Nn. T merasa lebih bersalah
lagi terhadap pasiennya.

Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang, kooperatif

20

Persepsi : Nn. T bercerita bahwa ia mempuyai teman yang bernama Licha


sesame dokter dan sering bercakap cakap. Namun sebenarnya sosok licha
tidak nyata.
Masalah Keperawatan : PSP; pendengaran dan
penglihatan

9) MEKANISME KOPING
Nn.T sejak mengalami kegagalan yang membuat pasien yang ditanganinya
meninggal lebih sering menyendiri dan berdiam diri. Nn. T juga berhalusinasi
memiliki teman dokter yang bernama Licha yang sebenarnya tidak nyata, dan
sering bercakap cakap dengan licha.
3.3 Pohon Masalah
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan dan pendengaran

Gangguan pola tidur

Menarik diri

Merasa bersalah terhadap pasien


dan keluarganya

Kegagalan menangani pasien


yang menyebabkan pasien
meninggal
Core Problem (Masalah Utama)
1

Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dan pengihatan

21

3.4 Diagnosa keperawatan


1

Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan


berhubungan dengan menarik diri

Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi

3.5 Rencana intervensi


1

Diagnosa : Perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan dan


pendengaran berhubungan dengan menarik diri
Definisi :
Nursing Outcome Criteria (NOC):
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara maksimal
Intervensi (NIC)
NIC

Membantu pasien mengenali halusinasi


dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang
isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul, dan respon
pasien saat halusinasi muncul

Rasional
Klarifikasi membantu mengungkapkan ide,
perasaan dan persepsi klien serta memberikan
kejelasan tentang hubungan antara perasaan,
ide, dan persepsi klien serta tindakannya

Melatih pasien mengontrol halusinasi, dengan Latihan


psikomotor.
Membantu
klien
cara menghardik halusinasi
mengatasi permasalahan dengan cara yang
konstruktif
Melatih pasien mengontrol halusinasi, dengan Latihan
psikomotor.
Membantu
klien
cara bercakap-cakap dengan orang lain
mengatasi permasalahan dengan cara yang
konstruktif
Melatih pasien mengontrol halusinasi, melatih Latihan
psikomotor.
Membantu
klien
pasien untuk melakukan aktivitas terjadwal mengatasi permasalahan dengan cara yang
dan menggunakan obat secara teratur
konstruktif
Membantu klien memilih satu cara yang Latihan
psikomotor.
Membantu
klien
sudah dianjurkan untuk mencobanya
mengatasi permasalahan dengan cara yang
konstruktif

22

BAB 4
Dialog Role Play Keperawatan Jiwa
Kasus : Halusinasi
Kasus semu halusinasi Nn. T 27 tahun tinggi badan 160 cm, BB 50
Kg, dirawat di RSJ M ibunya mengatakan tiap malam Nn. T sering
berteriak histeris ketakutan sehingga tidak bisa tidur dan suka
menyendiri. Saat di kaji oleh perawat, Nn. T menceritakan bahwa
Nn. T mendengar suara bisikan Kamu Pembunuh, Kamu
pembunuh, kamu tidak bertanggung jawab berulang-ulang,
padahal tidak ada orang di sekitarnya. Walaupun Nn. T sudah
menutup telinga tetapi tetap mendengar suara tersebut, bahkan
Nn. T sering melihat Nn. L datang mengunjunginya. Hal ini terjadi
setelah Nn. T melakukan operasi sekitar 2 minggu yang lalu yang
akhirnya membuat pasien yang bernama Nn. L meninggal. Padahal
sebelumnya Nn. T tidak pernah melakukan kesalahan sedikitpun
mengenai operasi yang pernah dilakukan sebelumnya. Setelah
pasien yang ditangani Nn. T meninggal, Nn. T lebih suka diam,
murung, menyendiri dan tidak seceria dulu lagi.
Pemeran:
1. Klien/Dokter

: Tessa Widya Kosati

2. Bayangan/Dokter
(Licha)

: Siti Sholihah

3. Ibu pasien Luna


(nia)

: Lailaturohmah Kurniawati

4. Ibu Dokter Tessa

: Ainun Saananiyah

5. Perawat 1 dan pihak RS

: Venni Hariani

6. Perawat 2

: Indah Febriana N.S

Pada siang hari di Rumah Sakit, tiba-tiba datanglah seorang Ibu


menghampiri dokter muda sambil marah-marah.
Nia : (marah marah) Mana dokter yang menangani anak saya?
Siapa namanya? Saya ingin bertemu!
Ners indah : Maaf, pasien atas nama siapa ya Bu?
23

Nia : Luna, yang kemarin operasi tapi meninggal. Saya ingin


menuntut dokter itu!
Ners indah : Sebentar ya Bu, sebentar! Tenang dulu ya, Bu.
Nia : Tenang? Anak saya meninggal suster bilang tenang? Coba
suster di posisi saya, apa bisa tenang? (MARAH MARAH)
Tessa : (datang menghampiri) Ada apa ini ribut-ribut?
Ners indah : Ini dok, ibu pasien yang kemarin dokter tangani.
Nia : Oh.. Jadi ini dokter yang membunuh anak saya! Kamu tidak
bertanggung jawab! Kamu pembunuh! Kembalikan anak saya!
Tessa : A.. m..maaf Bu. B..begini bu..
Nia : Kamu jahat! Kamu pembunuh! Kamu pembunuh! (sambil
mendorong Tessa)
Lalu perawat Ainun membawa Ibu Nia pergi meninggalkan
tempat itu.
Tessa : (menjatuhkan buku) (berbicara sendiri) Aku.. Pem-bu-nuh.
Aku membunuh Luna. (Lari meninggalkan tempat itu dan
berpapasan dengan Licha)
Semenjak kejadian itu, Dokter Tessa menyendiri di kamarnya.
Ia tampak murung dan tidak mau makan-minum, serta ketika
datang ke rumah sakit ia selalu was-was takut bertemu lagi dengan
Ibu Nia.
Keesokan hari di rumah sakit..
Tessa : (saat di depan pintu RS, arah masuk) Semoga Ibu Nia tidak
lagi datang ke sini. (papasan dengan Licha di depan pintu)
Licha : (berjalan ke luar ke RS) (tersenyum ke Tessa)
Saat dokter Tessa berjalan menuju ruangannya, ia kembali
berpapasan dengan Ibu Nia
Nia

: Hey, Dokter pembunuh! Berhenti kamu!

24

Tessa : (kaget) (diam) (panik)


Nia : Ingat ya dokter, saya tidak akan tinggal diam. Saya akan
membawa masalah ini ke pengadilan.
Tessa : Tapi.. Bu.. saya bisa jelaskan dulu.
Nia : Jelaskan apa lagi? Katanya, kamu dokter terbaik di rumah
sakit ini dan tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi kenapa harus
terjadi pada anak saya? Salah anak saya apa?
Tessa : Bukan begitu bu..
Nia : Tidak.. tidak! Saya tidak butuh penjelasanmu! Saya akan
tetap membawa masalah ini ke jalur hukum! (sambil meninggalkan
tempat)
Tessa : (diam) (tertunduk lesu)
Tiba tiba licha datang menghampiri dokter Tessa..
Licha : Loh, dokter kenapa? Kok lesu? Ada yang bisa saya bantu?
Tessa : Tidak. (meninggalkan tempat)
Keesokan harinya di ruangan dokter Tessa..
Tessa
: (bergumam sendiri) Kenapa aku tidak bisa
menyelamatkan Nona Luna? Kenapa aku harus membunuhnya?
Kenapa dengan tangan ini?
Semenjak kejadian itu dokter Tessa sudah jarang menerima
pasien dan lebih sering menyendiri.
Ketika dokter Tessa berniat untuk pulang, di tengah jalan dia
berpapasan dengan Licha
Licha : Ini dokter tessa yang kemarin ketemu bukan? Kenapa
masih murung dok?
Tessa : iya (pergi meninggalkan tempat)
Licha : Loh dokter tessa mau kemana? Mau pulang? Rumahnya
dimana?

25

Tessa : Iya, dekat sini kok.


Licha : Wah sama berarti? Ayo pulang bareng.
Tessa : Iya.
Sesampainya di rumah, dokter Tessa sering mengunci diri di
kamar. Ibu nya menjadi khawatir tentang keadaan dokter Tessa.
Sehingga dia berniat menghubungi pihak rumah sakit.
Di dalam kamar dokter Tessa..
Tessa : Apakah aku harus bunuh diri untuk menyelesaikan ini? Aku
tidak ingin mengecewakan bunda. Aku tidak ingin bunda
mendengar bahwa anaknya seorang pembunuh.
Melihat keadaan anaknya, ibu tessa tampak khawatir dan
menelepon pihak rumah sakit
Ibu Tessa : Haloo, maaf sebelumnya saya ibu dari dokter Tessa
ingin menanyakan apakah dokter Tessa menerima banyak pasien
belakangan ini? Apa dia terlalu capek?
Pihak RS
: Maaf ibu dokter Tessa belakangan ini sudah tidak
menerima pasien. Dan sepertinya lebih banyak berdiam diri di
ruangannya.
Ibu Tessa

: oh jadi begitu. Baik terima kasih.

Ibu Tessa mulai curiga dengan sikap dan keadaan anaknya.


Ibu Tessa
buruk.

: Ada apa dengan Tessa ya? Semoga tidak terjadi hal

Keesokan harinya saat dokter Tessa berangkat ke Rumah


Sakit, dia bertemu dengan Licha
Licha : haloo dokter tessa, ayo berangkat ke Rumah Sakit bareng.
Tessa : iya.
Sore hari ketika dokter tessa ingin ke toilet untuk mencuci
mukanya. Dia menemukan hal ganjil. Seseorang perempuan dibalik
pintu toilet sedang menangis tersedu sedu. Tiba tiba terdengar

26

bunyi benda jatuh dari balik toilet. Mendengar hal itu, dokter Tessa
berbalik melihat apa yang terjadi. Ternyata, ia melihat sebilah pisau
dari dalam toilet. Dokter Tessa menggedor pintu toilet.
Tessa : Hey.. kamu yang di dalam, sedang apa? Buka pintunya!
(menggedor pintu)
Licha : (menangis tersedu) Pergi sana! Pergi!(sambil mengambil
pisaunya kembali)
Tessa : Buka pintunya! Apa yang mau kau lakukan?
Licha : Bukan urusanmu! Pergi!!!
Tessa : Ada apa denganmu? Kau.. jangan melakukan hal yang
konyol!
Licha : Kamu tidak tahu perasaanku! Kamu sama saja dengan yang
lainnya! Semua tidak ada yang mau mengerti kalau bukan aku
pembunuhnya. Apa salah jika aku tidak bisa menyelamatkannya?
Tessa : (tercengang) (menjatuhkan badannya di pintu toilet)
Suasana hening seketika.
Tessa : Bagaimana kamu bisa membunuhnya?
Beberapa detik kemudian ...
Licha : (keluar dari toilet dengan membawa pisaunya) Dok..dokter
Tessa?
Tessa : Kamu? (tercengang) Kamu membunuh seseorang?
Licha : Tidak! Aku tidak pernah membunuhnya. Bukan salahku jika
aku tidak bisa menyelamatkannya.
Tessa : Lalu pisau itu untuk apa? Apakah kamu berniat untuk bunuh
diri?
Licha : Iya. Karena reputasiku sudah hancur. Aku tidak pantas
untuk menjadi dokter lagi.
Tessa : Apakah kamu tidak takut untuk bunuh diri?

27

Licha : Kenapa aku harus takut? Toh, hidupku sudah hancur.


Tessa : Kamu sama sepertiku. Tapi, aku takut untuk
melakukannya.
Licha : Maksud dokter?
Tessa : Sudah, lupakan! Ayo, kita pergi dari sini!
Semenjak saat itu kedekatan dokter tessa dan licha semakin
akrab. Tak jarang melihat kemana mana selalu bersama. Menurut
dokter tessa hanya licha- lah yang mengerti kondisinya. Bahkan
licha sering di ajak untuk bermain dan menginap ke rumahnya.
Malam harinya di rumah dokter tessa....
Tessa : assalamualikum bunda..
Tessa sudah pulang (senyum ceria)
Ibu tessa : waalaikumsalam sayang. Senang deh bunda liat anak
bunda ceria lagi
Tessa : iya dong bunda kan tessa sudah tidak sendiri lagi, oh ya
bunda hari ini boleh ya tessa ajak teman untuk menginap
Ibu tessa : tentu boleh sayang, yuk masuk
Licha : hanya tersenyum
Ibu tessa : (berkata dalam hati) mana teman tessa ya ?
Malam itu dokter tessa dan licha asyik bercakap cakap hingga
larut malam dan sampai mereka tertidur. Ibu tessa hanya melihat
mereka dari balik pintu.
Ibu tessa : kenapa dengan tessa ya ??? (kebingungan)
Keesokan harinya....
Tessa : selamat pagi bunda...
Tessa langsung berangkat saja ya, teman tessa mau
mengajak tessa makan pagi di tempat lain. Boleh kan
bunda?
28

Ibu tessa : (heran) (kebingungan) oh ya ya boleh sayang, teman


kamu dimana ya ? (menengok kesana kemari)
Tessa : ini teman tessa bunda, kan bunda kemari sudah liat
(menunjuk ke arah licha)
Licha : (hanya tersenyum)
Ibu tessa : oh ya sudah kalau begitu, hati hati ya sayang
Tessa : iya bunda, tessa berangkat dulu ya
Melihat sikap anaknya yang semakin aneh ibu tessa diam
diam mengikuti anaknya bahkan sampai ke rumah sakit pun..
Ibu tessa : (melihat tessa berbicara sendiri) kenapa dengan
anakku ya, kenapa dia seperti itu ?
Akhirnya karena tidak sanggup melihat anaknya yang seperti
itu ibu tessa memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah ...
Ibu tessa : aku harus bagaimana ini ya, kenapa anakku seperti itu
(bergumam sendiri). Oh ya aku harus telpon rumah sakit untuk
memastikan apa yang aku liat tadi
Kemudian ibu tessa menelepon...
Ibu tessa : hallo, maaf ini saya ibu dari dokter tessa, saya mau
tanya
Pihak RS : iya ibu, bisa saya bantu
Ibu tessa : saya mau tanya ya suster, apakah dokter tessa sering
bersama temannya akhir akhir ini ?
Pihak RS : oh tidak ada ibu, semenjak dokter tessa di maki maki
oleh ibu pasien yang pernah di tanganinya, dokter tessa selalu
sendiri tidak pernah mengobrol dengan temannya, bahakan
terkadang beberapa dokter dan suster disini melihat dokter tessa
berbicara sendiri

29

Ibu tessa : oh begitu ya sus, saya mau tanaya itu kenapa ya kok
anak saya bisa di maki maki oleh ibu pasien ?
Pihak RS : itu bu, keluarga pasien masih belum terima karena
anak mereka meninggal dunia saat dioperasi oleh dokter tessa
Ibu tessa : kok tessa tidak cerita ya sus dengan saya, yasudah
terima kasih ya sus, oh ya saya bisa meminta No. telpon dokter
spesialis jiwa?
Pihak RS : Sebentar ya bu, ini No. telponnya 089630154678
Ibu tessa : terima kasih suster
Pihak RS : sama sama ibu.
Tak lama setelah itu ibu dokter tessa menelepon dokter lain
untuk berkonsultasi terkait anaknya.
Malam harinya ...
Tessa : assalamualikum bunda, tessa sudah pulang
Ibu tessa : walaikumsalam sayang, oh ya tessa besok ikut bunda
ya, bunda mau ajak tessa
Tessa : kemana ya bunda, tessa kan harus bekerja ?
Ibu tessa : sudah liat besok ya sayang, lagian masih di rumah
sakit tempat kamu kerja
Tessa : oh begitu yasudah tessa mau mandi dlu ya bun, ayo lic
masuk ke kamarku
Licha : ( hanya tersenyum dan berlalu)
Keesokan harinya di ruangan spesialis jiwa ..
Tessa : bunda kenapa ngajak tessa ke tempat ini, tessa tidak gila
bunda
Ibu tessa : bukan begitu sayang, sudah kamu masuk saja nanti
kamu juga mengerti( memaksa tessa untuk masuk)
Tessa : tapi bunda tapi (meronta ronta)
30

Saat di dalam ruangan ...


Ners venni : selamat pagi, saya ners venni, saya sudah diberitahu
dokter cintya terkait kondisi dokter, ini rekan saya ners indah
Ners indah : selamat pagi saya ners indah
Ners venni : nama dokter siapa ?, senang di panggil siapa ya ?
Tessa : saya tidak gila dan saya tidak pantas disini
Di luar ruangan tiba tiba terjadi keributan ..
Nia : mana dokter tessa, saya mau bertemu
Ners indah : maaf ibu dokter tessa lagi tidak bisa diganggu, beliau
sedang pengobatan
Nia : pengobatan apa ????, saya tidak peduli. Pokknya saya mau
bertemu dengan dia.
Ibu tessa : tenang ibu saya mengerti bagaimana perasaan ibu,
tetapi anak saya sedang kurang sehat bu
Nia : ibu jangan bohong ya, saya tetap mau masuk
Lalu ibu nia minta masuk ke dalam ruangan. Dan kagetnya
dokter tessa melihat ibu nia masuk.
Tessa : tidak bu tidak, say tidak membunuh anak ibu, saya tidak
bersalah bu, saya gak mau masuk penjara, bukan salah saya
bukan.. bukan ( sambil panik dan ketakutan)
Ners venni : tenang dokter tessa tenang
Ners indah : mari ibu nia kita keluar sebentar
Ibu tessa : mari bu, kita berbicara diluar saja nanti saja jelaskan
Tessa : licha ajak aku pergi lic, aku takut, aku tidak mau disini
Ners venni : licha ? licha siapa ya dok
Tessa : licha teman saya ners. Dia disini. Ayo kita pergi lic
( menggandeng tangan licha dan pergi)

31

Keesokan harinya, ibu tessa tetap mengajak tessa untuk


berobat kembali..
Ners venni : selamat pagi dokter, masih ingat saya kan. Saya ners
venni. Dan ini ners indah.
Kemarin dokter belum bilang kan siapa nama dokter. Dokter
senang di panggil siapa ?
Tessa : (diam dan hanya memandang kedua ners itu)
Ners indah : tidak apa dokter, bilang saja. Kita tidak galak kok
Tessa : saya tessa
Ners venni : saya panggil tessa saya ya, biar makin akrab
Tessa : iya
Ners venni : bagaimana perasaan tessa hari ini ? apa ada
keluhan ?
Tessa : saya takut, tapi saya bersyukur masih ada teman saya
Ners indah : teman yang mana ya dokter tessa
Tessa : itu teman saya, namanya licha (sambil menunjuk arah
licha )
Kedua ners tersebut melihat arah yang di tunjuk tetapi tidak
melihat orang satupun.
Ners venni : baiklah, bagaimana kalau kita bercakap cakap
tentang teman tessa ? dimana kita duduk ya ? atau di ruangan ini ?
bagaimana kalau 15 menit kita berbincang bincangnya ?
Tessa : iya boleh
Ners indah : apakah dokter tessa sering melihat teman dokter ?
Tessa : iya saya sering melihatnya bahkan kemanapun kadang
saya di temani oleh dia
Ners venni : kalau boleh tahu nama teman tessa siapa ?

32

Tessa : oh nama teman saya licha, dia sama kok dokter juga
Ners indah : dokter tahu dia bekerja dimana ?
Tessa : hhm saya tidak tahu, yang jelas saya tahu dia dokter yang
baik dan kita berdua sama sama mengalami hal yang sama, dia
juga pernah kecewa karena pasiennya meninggal
Ners venni : dokter tahu tidak kalau sebenarnya teman dokter itu
tidak nyata, kita berdua sama sekali tidak melihatnya
Tessa : (menggelak) dia nyata kok, apa maksud ners bilang seperti
itu, dia teman saya
Ners indah : begini ya dokter. Bagaimana kalau kita belajar
mencari tahu dia sebenarnya nyata atau tidak. Caranya dokter
harus bisa melihat hal ganjil yang ada pada teman dokter.
Tessa : hal ganjil seperti apa ya ners ?
Ners indah : seperti pakaiannya yang selalu sama atau hal
lainnya
Ners venni : besok dokter kesini lagi ya, kita ingin tahu apakah
dokter sudah menemukan hal ganjil pada teman dokter atau tidak.
Nanti kita akan belajar lagi ya, bagaimana cara dokter untuk
menghindar dari dia. Karena dia sebenarnya tidak nyata
Tessa : (hanya diam dan masih tidak percaya) hhmmmm
Ners venni : bagaimana perasaan dokter tessa setelah tahu
bahwa sebenarnya teman dokter itu tidak nyata?
Tessa : saya masih tidak percaya kalau dia tidak nyata
Ners indah : ya sudah untuk saat ini tidak apa apa. Bagaimana
kalau besok kita bertemu lagi dan untuk belajar supaya dokter bisa
menghindar. Bagaimana kalau jam segini. Jam 10.00 ya dokter ?
Tessa : iya
Ners venni : jadi besok dokter kesini lagi jam 10.00 ya. Tempatnya
dimana dok. Apa disini lagi ?

33

Tessa : iya
Ners indah : ya sudah sekarang dokter bisa kembal ke aktifitas
dokter biasanya
Malam harinya ...
Ibu tessa : bagaimana sayang hasil tadi dengan ners nersnya ?
Tessa : tessa masuk kamar dulu ya bunda, tessa ingin istirahat
(pergi meninggalkan tempat)
Di dalam kamar tessa hanya merenung dan memikirkan licha,
namun tidak begitu lama licha datang kerumahnya dengan
memanggil manggil di depan pintu kamarnya .
Licha : hai tes, kamu sedang apa. Aku boleh menginap disini kan.
Tadi ibu pasien itu ke rumah, aku takut
Tessa (diam dan mengamati licha dari atas ke bawah) aku sedang
tidak ingin di ganggu lic. Aku ingin sendiri (menutup pintu kamar)
Licha : tapi tes
Di dalam kamar tessa hanya merenung dan terus memikirkan
licha. Mulai mengingat ngingat kejadian sebelumnya bersama
licha. Dia akhirnya sadar bahwa pakaian licha selalu sama dan dia
tidak pernah memakai alas kaki.
Keesokan harinya di Rumah Sakit...
Ners venni : selamat pagi dokter tessa, ayo kita duduk
Ners indah : bagaimana perasaan dokter tessa hari ini ?. sesuai
janji kita kemarin kita akan menganalisa apakah sebenarnya teman
dokter itu nyata atau tidak. Alu nanti kita akan belajar
menghindarinya. Kira kira kita mengobrol berapa menit ya ? mau
disini atau kita ke taman ?
Tessa : iya 15 menit saja dan disini saja
Ners venni : baiklah kalau begitu. Bagaimana apakah dokter tessa
sudah percaya kalau sebenarnya dia itu tidak nyata ?

34

Tessa : iya sedikit (sambil memandang ke arah licha)


Ners indah : dokter masih melihat temannya ?
Tessa : iya, dia disana (menunjuk ke arah licha)
Ners venni : tapi dokter sudah percaya kan kalau dia sebernanya
tidak nyata. Apa yang membuat dokter percaya?
Tessa : setiap hari dia selalu mengenakan pakaian yang sama dan
tidak pernah mengenakan alas kaki
Ners indah : oh jadi begitu. Begini ya dokter nanti setiap dokter
bertemu dengan temannya itu, dokter harus menghindar dan tidak
boleh berbicara dengannya. Kalau dia mengajak bicara dokter
cukup menjawab kamu tidak nyata sana pergi lalu dokter
langsung pergi. Bagiamana dok. Dokter bisa melakukan apa yang
saya katakan ?
Tessa : iya saya akan lakukan
Ners venni : bisa dokter contohkan sekarang ?
Tessa : iya bisa. Kamu tidak nyata sana pergi
Ners venni : bagus. Nanti dokter ngomong seperti itu kalau dokter
bertemu dengan temannya ya
Tessa : iya
Ners indah : bagaimana perasaan dokter tessa setelah melakukan
latihan tadi ?bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan
sehari hari ?
Tessa : iya boleh ners
Ners venni : bagaimana kalau besok dokter kesini lagi. Jamnya
seperti ini tadi atau berubah ?
Tessa : sepeti ini saja
Ners venni : ya sudah besok dokter kesini lagi jam 10.00 ya nanti
kita akan belajar tahap selanjutnya. Sampai bertemu besok

35

Tessa : iya ners( pergi meninggalkan tempat)


Di tengah jalan menuju pulang dokter tessa bertemu dengan
licha ..
Licha : hai tessa, kenapa sih kamu ke ruangan itu, kamu kan tidak
sakit
Tessa : kamu tidak nyata sana pergi (pergi meninggalkan licha)
Malam harinya ketika di kamar .
Licha : hai tes, boleh aku menginap lagi ??
Tessa : kamu tidak nyata sana pergi ( menutup pintu)
Keesokan harinya saat menuju ruangan di rumah sakit.
Licha : hai tes, kmu mau ke ruangan itu lagi ya ?
Tessa : ( pergi tanpa menjawab )
Tok tok tok ...
Ners indah : selamat pagi dokter tessa, ayo silahkan duduk
Ners venni : bagaimana perasaan dokter tessa hari ini ? apakah
dokter masih sering bertemu teman dokter ?
Tessa : sudah lumayan ners, iya saya masih bertemu dengannya,
bahkan dia masih disini
Ners indah : bagaimana kalau kita berbincang bincang di luar,
supaya dokter tidak melihatnya, dan bagaimana kalau 20 menit
saja kita berbincang bincang
Tessa : iya boleh ners
Ners venni : saat dokter bertemu teman dokter apa yang dokter
lakukan ?
Tessa : ya seperti yang ners ajarkan kemarin saya berkata kau
tidak nyata sana pergi dan saya langsung pergi

36

Ners indah : bagus, dokter sudah melakukan hal itu dengan


sangat baik. Bagaimana kalau kita belajar cara selanjutnya?
Tessa : iya ners
Ners venni : nanti kalau dokter tessa bertemu lagi teman dokter
lagi, dokter tetap bilang seperti tadi ya dan sebisa mungkin dokter
cari teman untuk mengobrol. Kalau di rumah sakit dokter bisa
mengajak suster atau dokter lainnya, kalau di rumah dokter bisa
mengajak ngobrol bunda dokter. Bagaimana dokte ?
Tessa : iya saya mengerti
Ners indah : coba dokter lakukan , kalau seandanya dokter
bertemu
Tessa : kau tidak nyata sana pergi, ners saya ingin berbicara
dengan ners karena ada teman saya yag mengganggu
Ners indah : bagus dokter, jadi nanti kalau bertemu dokter
melakukan yang seperti ini ya
Tessa : iya ners
Ners venni : bagaimana perasaan dokter tessa setelah latihan hari
ini ? semoga nanti temannya jarang bertemu ya. Kita sudah latihan
lumayan banyak. Dokter jangan samapi lupa. Semoga nanti dokter
sudah benar benar bisa melupakan teman dokter ya. Bagaimana
kalau besok bertemua lagi ?
Tessa : iya ners, saya berharap begitu
Ners indah : ya sudah dokter boleh melanjutkan aktifitasnya lagi.
Besok jangan lupa kita bertemu seperti biasa ya. Sampai jumpa
Tessa : (pergi meninggalkan tempat )
Tiba tiba tidak begitu lama ibu tessa masuk ke ruangan..
Ibu tessa : selamat siang ners, saya ibu dokter tessa, saya mau
tanay keadaan anak saya ?
Ners venni : saat ini dokter tessa sudah mengalami kemajuan bu,
sudah mulai menghindar dari teman halusinasinya itu
37

Ners indah : iya ibu tidak usah khawatir, nanti kalau dokter
melakukan pengobatan terus menerus, insya allah bisa melupakan
temannya itu
Ibu tessa : alhamdulilah ners saya sangat senang mendengarnya.
Kemarin juga saya mendengar dia berbicara seperti mengusir
temannya yang datang. Dan saya juga sudah lega karena ibu
pasien itu sudah menarik kembali tuntutannya atas anak saya
Ners venni : ya sudah ibu jangan khawatir kita akan semaksimal
mungkin membantu proses penyembuhan dokter tessa
Ibu tessa : iya terima kasih ners, saya pamit dulu kalau begitu
Saat menuju pulang ke rumah ibu tessa bertemu dengan
anaknya..
Tessa : bunda... kenapa bunda disini ?
Ibu tessa : tidak apa apa sayang, bunda hanya ingi melihat
keadaan kamu saja
Tiba tiba tessa kembali melihat licha.
Tessa : bunda ayo kita pergi, aku melihat licha disini
Ibu tessa : ayo sayang, bagaimana kalau kita makan saja
Tessa : ayo bunda tessa juga lapar
Semenjak saat itu lambat laun dokter tessa sudah mulai
melupakan licha, bahkan terkadang dokter tessa masih melihatnya
namun dia menggangap kalau licha tidak ada. Dan dokter tessa
masih melakukan pengobatannya .

38

BAB 5
PENUTUP
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering
persepsi.Bentuk halusinasi

ini

bisa

berupa

suara-suara

dari

gangguan

yang bising

atau

mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi
datang dari

setiap

tubuh

atau

diluar

tubuhnya. Halusinasi ini kadang-

kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran (Nasution, 2003).


Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan
nyata. Pada

umumnya

pasien

mendengar

suara-suara yang membicarakan

mengenai keadaan pasien atau yang dialamatkan pada pasien itu. (Ilham, 2008).
Jumlah

penderita

schizophrenia

di Indonesia adalah tiga sampai lima per

1000 penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait dengan
tingginya stress yang muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survey di rumah sakit
di Indonesia, ada 0,5 -1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa (Hawari
2009). Pada penderita

skizophrenia

70%

diantaranya adalah

penderita

halusinasi (Marlindawany dkk., 2008).

39

DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nasution, Saidah, S. 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perubahan
Sensori Persepsi: Halusinasi.
Stuart, G.W and Sundeen S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih
bahasa Achir Yani. S. Jakarta: EGC.
Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.
Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W and Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8ed.
Philadelphia: Elsevier Mosby.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

40

Anda mungkin juga menyukai