Anda di halaman 1dari 4

RESUME PERKULIAHAN

MATA KULIAH
TOPIK
HARI, TGL

:BAHASA INDONESIA
: KAIDAH EJAAN
:KAMIS,4 OKTOBER 2016, JAM: 10:00-12:50 WIB, RUANG:20304.

A. RINGKASAN MATERI (SUMMARY)


Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang cara melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana hubungan antarlambang-lambang (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu
bahasa). Secara teknis,ejaan adalah penulisan huruf,penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis dan ejaan fonemis.
1. Ejaan fonetis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa (fonem)
dengan lambang atau huruf.
2. Ejaan fonemis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu
lambang atau huruf.
A. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen adalah jenisejaan yang pernah digunakan untuk bahasa
Indonesia.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti
oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda.
Ejaan Van Ophuijsen mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya:
1)
Masih
menggunakan
huruf/ j/ untuk
bunyi
huruf
/y/ seperti
contoh yang atau Sayang ditulis dengan jang, sajang.
2)
Masih menggunakan huruf /oe/ untuk untuk bunyi huruf /u/ seperti
kata itu dan guru ditulis dengan itoe dan guroe.
3)
Masih Menggunakan Tanda diakritik, seperti koma ain // seperti contoh mamoer,
akal, dan huruf /k/ ditulis dengan tanda // pada akhir kata misalnya bapa,ta
4)
Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/ mendapat akhiran /i/, maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema // ta, pa, dinamai
5)
Huruf /c/ yang pelafalannya keras diberi tanda // diatasnya.
6)
Kata ulang diberi angka 2, misalnya: jalan2 (jalan-jalan)
7)
Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a.
Dirangkai menjadi satu, misalnya /hoeloebalang, apabila/, dsb.
b.
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya /rumah-sakit/,dsb.
c.
Dipisahkan, misalnya /anak-negeri/,dsb.

B. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan


van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik.
Ejaan Suwandi mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya:
1)
Penggunaan huruf /oe/ dalam ejaan Van Ophuijsen berubah menjadi /u/ seperti
pada contoh guru, itu, umur.
2)
Masih menggunakan huruf /dj/ djalan untuk kata jalan, /j/ pajung untuk kata
payung, /nj/ bunji untuk kata bunyi, /tj/ tjukup untuk kata cukup, /ch/ tarich untuk kata
tarikh.
3)
Tanda Koma ain dan koma hamzah untuk bunyi sentak dihilangkan ditulis
dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, makmur, rakyat.
4)
Kata ulang masih seperti ejaan Van Ophuijsen ditulis dengan angka 2,
seperti anak2, jalan2, ke-barat2-an. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata
depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis,
dikarang.
5)
Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak menggunakan tanda, misalnya ejaan,
seekor, dsb.
6)
Tanda trema pada huruf /a/ dan /i/ dihilangkan.dinamai menjadi dinamai
7)
Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara
Contohnya:
a.
Berlari-larian
b.
Berlari2-an
8)
Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
a.
Tata laksana
b.
Tata-laksana
c.
Tatalaksana
9)
Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan /e/ lemah (pepet)
dalam bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan /e/ lemah, misalnya : /putra/ bukan
/putera/, /praktek/ bukan /peraktek/, dsb.
C. Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (SlametmulyanaSyeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik
selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
D. Ejaan yang disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No.

156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
1)
Perubahan Huruf Ejaan Suwandi dari /dj/ menjadi /j/ (jalan) ,/j/ menjadi /y/
(payung), /tj/ menjadi /c/ (cukup), /ch/ menjadi /kh/ (tarikh)
2)
Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat
dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakaiannya.seperti f: maaf, fakir, v: valuta, universitas, z: zeni, lezat
3)
Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
a : b = p : q Sinar-X
4)
Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke-sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata
yang mengikutinya. Contoh:
a.
di- (awalan): ditulis, dibakar,dilempar dsb.
b.
di (kata depan): di kampus, di rumah, di jalan dsb.
5)
Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2 dengan
menggunakan tanda , seperti anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat dsb.
6)
Penulisan kata ulang dengan menggunakan angka /2/ hanya diperkenankan pada
tulisan cepat atau notula.
7) Penulisan kata majemuk harus dipisahkan dan tidak perlu menggunakan tanda
hubung.
Contoh :
Duta-besar menjadi duta besar
Kaya-raya menjadi kaya raya
Tata-usaha menjadi tata usaha
8)
Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contohnya : kumiliki, dipukul, barangmu, pacarku, dsb.
9)
Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pun yang menjadi
kelompok kata.
Contohnya :
Kapan pun aku tetap menantimu
Meskipun demikian aku tak akan marah (meskipun adalah kelompok kata)
10) Penulisan kata si dan sang dipisah dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
Si penjual bakso bukan sipenjual bakso
Sang pujangga bukan sangpujangga
11) Partikel per berarti tia-tiap dipisah dari kata yang mengikutinya.
Contonya :
Per orang bukan perorang
Per lembar bukan perlembar

B. ISU YANG BERKEMBANG DALAM DISKUSI


Defenisi Ejaan, Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Soewandi, Ejaan Melindo dan Ejaan yang
disempurnakan.
C. SECOND/OTHER OPINIONS (Pendapat dari orang/sumber lain):
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggambungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan ialah
penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin, 2008: 164).

D. REFLEKSI:
Pendapat/penilaian/komentar anda:
Ejaan memang akan berubah ataupun mengalami transisi seiring berjalannya waktu.
Meskipun begitu, ejaan yang sebelumnya berlaku juga harus kita pelajari sebagai macammacam ejaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Pengetahuan/pengalaman baru atau penting yang anda peroleh:
Setelah mempelajari materi ini, saya dapat mengetahui informasi tentang defenisi ejaan,
Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Soewandi, Ejaan Melindo dan Ejaan yang disempurnakan.

Nama/NRP
Email

: Sandy Taufik (11-2016-079)


: sandytaufik17@gmail.com

HP: 081222625557
Jurusan/program studi: Teknik Elektro

Anda mungkin juga menyukai