Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

LATIHAN SOAL MEKANIKA FLUIDA

Nama Anggota :Florita Tartusi (161711047)


Tanggal Praktikum : 15 Mei 2017

Tanggal Pengumpulan :16 Mei 2017

Dosen Pembimbing : Drs. Suwidodo, S.ST

PROGRAM STUDI D-III KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Latihan Soal Mekanika Fluida”. Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mekanika
Fluida.

Dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bantuan dari semua pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Pada
kesempatan ini penulis berterimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.


2. Bapak Drs. Suwidodo, SST. selaku dosen mata kuliah Mekanika Fludia.
3. Orangtua yang selalu mendukung aktivitas anaknya.
4. Serta pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-satu.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan.
Maka, pada kesempatan ini penulis memohon maaf atas segala kekurangan serta penulis
harapkan sumbangan saran maupun kritik terhadap makalah ini, demi perbaikan di masa yang
akan datang.

Demikianlah makalah ini penulis susun. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Bandung, 15 Mei 2017

Penulis
P1= tekanan atmosfer

1). Z1

Q = 10 [liter/sekon]

4 [m] D= 50 [mm]

P2 = tekanan Z2

Gambar 5.5. Contoh soal

Persoalan: Sebuah pipa dihubungkan dengan suatu tangki yang besar seperti pada gambar 5.5
dan terbuka ke atmosfer. Jika 10 liter /sekon fluida mengalir dalam pipa, tentukan rugi energi
sistem.

Dasar Teori:

Persamaan bernoulli :

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 (5.1)

jika dianggap aliran fluida tak termampatkan, maka γ1 = γ2 = γ , persamaan dapat ditulis

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = C (5.2)

persamaan tersebut menyatakan bahwa jumlah energi aliran, energi kinetik dan energi
potensial konstan sepanjang suatu garis alir .

Untuk garis alir yang lainnya nilai konstantanya bisa berbeda, tetapa dalam sebagian besar soal,
seluruh garis alir praktis mempunyai energi total yang sama. Misanya sebuah tangki yang
merupakan tempat bermula garis alir, akan mempunyai konstanta (energi total) yang sama
untuk semua garis alir . Jadi untuk kasus-kasus tersebut, jumlah energi pada ruas kiri persaman
(5.1) dan (5.2) dapat konstan sepanjang posisi sistem ideal tanta melihat asal mula dgaris
alirnya.

Semua keadaan aliran fluida nyata bersifat tak mampu balik (irreversible), karena ada
efek (pengaruh) kekentalan yang menyebabkan munculnya tegangan geser dalam fluida. Secara
teoritis, persamaan Bernoulli yang telah kita turunkan harus dimodifikasi agar dapat diterapkan
pada kasus-kasus dengan pengaruh non ideal.( gesekan , turbulensi dan sebagainya.) yang
cukup besar jika dibandingkan dengan konstanta pada persamaan 5.2. Anggap titik 1 sebagai
awal aliran (hulu) dan titik 2 akhir aliran (hilir. Sepanjang suatu garis alir. Anggaplah tidak ada
energi yang keluar atau masuk garis alir baik dalam bentuk usaha ataupun kalor; maka dapat
dinanyatakan bahwa energi pada titik 1 sama dengan energi di titik 2 ditambah rugi-rugi aliran
antara kedua titik tersebut. Secara matematis adalah :

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 + (rugi-rugi) 1-2 (5.3)

Bagian “Rugi-rugi” pada ruas kanan persamaan (5.3) dapat dianggap sebagai bagian
yang diperlukan agar kekekalan energi tetap berlaku. Jika pompa menambahkan energi pada
garis alir 1 dan 2 atau turbin menyerap energi antara kedua titik tersebut, persamaan Bernoulli
biasanya dimodifikasi lagi untuk memperhitungkan tambahan atau pengurangan energi terbut.
Jadi ;

Untuk pompa:

Z1 + C12/2g + p1/ γ1+ Ep = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 + (rugi-rugi)1-2 (5.4)

Untuk Turbin:

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 +n (rugi-rugi)1-2 + ET (5.5)

Untuk pompa dan turbin sekaligus:

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 + Ep = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 +n (rugi-rugi)1-2 + ET (5.6)

Terlihat modifikasi persamaan Bernoulli tersebut merupakan cara yang dilakukan agar
kekekalan energi tetap berlaku. Perlu ditekankan bahwa untuk aliran dengan perubahan
kerapatan yang besar karena perubahan suhu, penambahan dan atau pengurangan energi
sistem .Persamaan Bernoulli dan persamaan energi tidak ekivalen, dan kemiripan persamaan
(5.4) sampai( 5.6)dengan persamaan energi tak dapat diterapkan pada keadaan semacam itu .

Penyelesaian:

Karena permukaan cairan dalam tangki dan keluaran pipa terbuka ke atmosfer, maka p1 = p2 =
pa. Jika tangki dianggap cukup besar, maka kecepatan fluida dipermukaannya, C1 dapat diambil
sama dengan nol. Kecepatan dalam pipa,yang juga sama dengan kecepatan keluar dari pipa
dapat dihitung dari persamaan kontinyuitas, yaitu : Q = A . C = π/4 . D2 . C = 10 [ℓ/ s ] = 10
0,010
. 10 -3 [m3/s] , sehingga : C2 = = 5,09 [m/s]
(3,14 / 4).0,05

Persamaan Bernoulli ;

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C22/2g + p2/ γ2 + (rugi-rugi) 1-2

0 + 0 = - 4 + (5,09)2 /(2. 9,81) + (rugi-rugi) 1-2

(rugi-rugi) 1-2 = 4 - (5,09)2 /(2. 9,81) = 2,68 [N.m/N]

Kesimpulan: Pada persamaan bernauli ditambah rugi-rugi pada persamaannya supaya


hukumkekekalan energi tetap berlaku. Dan rugi-rugi yang didapat adalah 2,68 [N.m/N]
2. Persoalan: Perhatikan aliran keluar dan ukurlah posisi sebuah titik pada lintasan aliran yang
mengalir dari venna kontracta. Hal ini dapat dilakukan secara sederhan a dengan mencari titk
pada suatu keping yang dikenai aliran seperti pada gambar 5-10.Watu yang diperlukan suatu
2y
partikel untuk jatuh sejauh y ( dengan mengabaikan gesekan udara ) adalah: t = dan
g
waktu yang diperlukan partikel tersebut menempuh jarak X dengan kecepatan tetap dari vena
X
cntracta Cvc adalah : t =
Ccv
Permukaan air

Vena contracta

Gambar 5.10 Metode lintasan untuk menentukan Cv

X
Sehingga Ccv =
2y
g

Ccv
Dan menurut definisi Cv =
C 2

Kecepatan C2 diberikan oleh persamaan (5.7) , yaitu C2 = 2 gh .


Dasar Teori:

Pada gambar 5.6, suatu tangki berukuran sangat besar dan mempunyai sederetan
lubang di sisinya. Pusat lubang sejauh h di bawah permukaan air dalam tangki.

h1 = 3 [m]

V=α√3 h2 = 6 [m]

V=α√6 h3 = 9 [m]

V=α√9

Gambar 5.6 Gambaran teorema Torricelli.

Dengan menganggap tekanan di permukaan air dalam tangki dan pada setiap lubang keluaran
(orifice) sama dengan tekanan atmosfer, akan diperoleh bahwa kecepatan air keluar sebanding
dengan akar dari jarak pusat lubang ke permukaan air dalam tangki.

Permukaan air

h lubang bukaan pada tangki

2 Z=0

Gambar 5.7 Pancaran (aliran keluar) dari suatu tangki besar

Keadaan aliran seperti gambar 5.6 dianalisa dengan melihat satu lubang pada tangki,
lihat gambar 5.7. Pusat lubang berada sejauh h di bawah permukaan air dalam tangki. Seperti
sebelumnya, tekanan permukaan air dalam tangki dan tekanan pada aliran keluar dianggap sama
dengan tekanan atmosfer. Pusat lubang dibuat sebagai acuan energi potensial yaitu Z =0.Karena
energi total seluruh garis alir dalam tangki sama, maka dapat dipilih dua tempat dalam sistem
yang memenuhi persamaan Bernoulli

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C22/2g + p2/ γ2

Luas = Avc

Luas = AO

Venacontracta= luas pancaran terkecil


Gambar 5.8 . Orifice bersisi tajam

Karena Z2=Z1 = - h, dan tekanan aliran keluar sama dengan tekanan atmosfer,
maka p1/ γ1 = p2/ γ2 dan h = C22/2g

C2=√2gh (5.7)

Persamaan (5.7). secara sederhana menyatakan bahwa kecepatan keluarnya air sama dengan
kecepatan benda jatuh bebas dari permukaan tangki ke pusat lubang, dan hasilnya dikenal
dengan teorema Torricelli.

Ketika menurunkan persamaan (5.7), ada anggapan bahwa tak ada rugi pada aliran
keluar dari tangki. Pada kenyataannya meskipun lubang bukaannya yang baik sekalipun, garis
alir dalam tangki akan menuju lubang bukaan dan setelah keluar dari lubangpun masih
melanjutkan pemusatan tersebut. Akibatnya terjadi kontraksi aliran setelah melewati bidang
bukaan sampai di suatu tempat yang luasnya lebih kecil dari luas bidang bukaan tangki. Untuk
lubang bukaan (orifice) yang berujung tajam garis alirnya berbentuk seperti pada gambar 5.8,
dan daerah dengan luas penampang minimum disebut vena contracta. Dengan membuat lubang
yang ujungnya melengkung atau dengan memasukkan tabung ke dalam tangki, mungkin
diperoleh susunan garis alir yang menghasilkan diameter vena contracta yang lebih besar dari
pada vena contracta oleh orificeberujung tajam. Dalam praktek biasanya persamaan (5.7)
dimodifikasi karena adanya pengaruh tersebut, dengan mendefinisikan suatu koefisien
kontraksi, yang merupakan perbandingan antara luas vena contracta dengan luas orifice.
Jadi :

Cc = Avc/ Ao (5.8)

Dan didefinisikan pula perbandingan antara kecepatan sebenarnya dengan kecepatan yang
diperoleh dari persamaan (5.7) sebagai koefisien kecepatan:

Yaitu C2 aktual (sebenarnya) = Cv.√2gh (5.9)

Dengan Cv adalah koefisien kecepatan.

Karena laju aliran melalui orifice atau lubang bukaan sama dengan hasil kali kecepatan nyata
(sebenarnya) dengan luas penampang aliran, maka kita kan memperoleh suatu koefisien baru,
yang disebut koefisien pancur/buang ( discharge), yaitu perbandingan antara volume
sebenarnya dengan volume hasi perhitungan persamaan (5.7). Hubungan antara ketiga
koefisien tersebut adalah :

CD = Cc . Cv (5.10)

Untuk orifice berujung tajam nilai koefisien tersebut kira-kira : Cc = 0,61 ; Cv = 0,98 ; CD =
0,60. Untuk lubang bukaan yang ujungnya dilengkungkan dengan baik Cc dapat mencapai 1,
sehingga CD mendekati 1, karena Cv biasanya terletak antara 0,95 samapi 0,98.
Pembahasan:

h+y= 18

h= 18-y

mencari t

v= v0 + gt

√2gy= o + gt

t= √(2gy/9) . √g/√g

t= √2y/√g

mencari persamaan jarak

x= v.t

=√2gh . √2y/g

= 2√hy

= 2√(18-y)(y)

=2√18y-y2

=2(18y-y2)1/2

hx/dy= 0

dx/dy= 2. ½ (18y-y2)(18-2y)

(18-2y)/(18y-y2)1/2=0

18-2y=0

Y=h= 9m

Kesimpulan/ alhasil: sehingga didapat ketinggian dari permukaan air hingga vena contracta
sebesar 9 m
3. Persoalan:

Gambar 6.15 Profil kecepatan pada bagian masukan pipa mendatar

Tabel 6.2 Hubungan Re dengan Le/d

Re 4000 104 105 106 107 108


Le/d 18 20 30 44 65 95

Air 25 [0C]dialirkan melalui pipa berdiameter ½[in] panjang 60 [ft] dengan laju 5[gpm],
tentukan berapa bagian dari panjang pipa yang merupakan pengaruh daerah masuk (
Le/L=…….%).

Dasar Teori:

Bilangan Reynolds merupakan parameter tak berdimensi yang mencakup garis tengah,
kecepatan, kerapatan dan kekentalan. Secara matematis, hubungan tersebut dinyatakan sebagai
:
𝐷𝑉𝜌
𝑅𝑒 = (6.1)
𝜇

Kekentalan kinematik didefinisikan sebagai perbandingan antara kekentalan mutlak dengan


kerapatan, maka persamaan (6.1) dapat ditulis sebagai :
𝐷𝑉 𝜇
𝑅𝑒 = 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝜈 = (6.2)
𝜈 𝜌
Penyelesaian:

Sifat fisis air : temperatur air = 25 [oC], ρ=997,1 [kg/m3], μ= 0,894.10-3[Pa.s], 𝜈 =0,897.10-
6 [m2/s]; Data yang diketahui :diameter pipa d= ½” = 0,0127 [m] ; panjang pipa L= 60’ =
18,288 [m]; laju aliran Q = 5 [gpm] = 3,16 .10-4[m3/s].

Perhitungan:
𝑄 3,16.10−4 3,16.10−4
Kecepatan rata-rata :𝜈̅ = 𝐴 = 3,14 =1,27.10−4 = 2,5 [m/s].
(0,0127)2
4

2,5.0,0127 31750
Bilangan Reynolds : 𝑅𝑒𝑑 = 𝑣̅ 𝐷/𝜈 = 0,897.10−6 = = 35395,764;
0,897

1/6
Le/d = 4,4𝑅𝑒𝑑 = (4,4)(35395,764)1/6 =25,3;

Le = 25,3 d = 25,3 . 0,0127 = 0,32131;


25,3.𝑜,𝑜127 0,32131
Le/L = = = 0,01757 = 1,757%
18,288 18,288

Simpulan: bagian pipa yang masuk sebesar 1,757%


4. Persoalan: Air ( γ = 9810 [N/m] ) mengalir pada suatu pipa. Di suatu bagian pipa yang garis
tengah dalamnya 150 [mm], kecepatannya 3 [m/s] dan tekanannya 350 [kPa]. Di bagian lain
yang berjarak 10 [ m] dari bagian pertama tadi, garistengahnya mengecil menjadi 75 [mm].
Hitung tekanannya pada bagian kedua tersebut apabila , a. pipa mendatar; b. Pipa vertikal dan
air mengalir ke bawah.

Dasar Teori:
Sistem aliran tunak, yang tidak mengalami perubahan energi dalam, tidak ada usaha terhadap
atau oleh sistem, tak ada kalor keluar atau masuk sistem dan fluida tak termampatkan. Anggap
semua proses ideal artinya tida ada gesekan. Untuk sistem semacam ini, persamaan energi dapat
disederhanakan menjadi
Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 (4.24)
5.
Setiap suku di interprestasikan sebagai energi persatuan berat fluida, dengan satuan [J/N=
Nm/N= m], satuan panjang atau ketinggian energi (head). BeratW = m.g dengan satuan [ kg.
m/s2 = N]

W Z1 +W C12/2g + W p1/ γ1 = WZ 2 +W C12/2g + Wp2/ γ2 (4.25)


dengan satuan [ N. J/N = N. N.m/N = Nm = Joule]

Penyelesaian:

Tugas pertama kita adalah menghitung kecepatan pada bagian kedua dari pipa. Karena γ = 9810
[N/m] tidak berubah, maka Q1 = Q2.

A1.C1 = A2 C2 π/4 (d1)2 .C1 = π/4 (d2)2 .C2 C2 = (dl/d2)2.C1

C2 = (150/750)2 . 3 = 4 . 3 = 12 [m/s].

Jika pipa mendatar, Z1=Z2, maka

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2

(32/ 2.9,81) + (350/9810) = ( 122/ 2. 9,81) + p2/9810

P2 = 9810 (28,800) = 282,5 [ kPa]

d1 C1 = 3 [m/s] C2 d2
10 m

1 2
d1
1 C1= 3[m/s] Z1 p1 = 350 [kPa]

10[m]

2 Z2 =0 p2 = ?, C2 = 12 [m/s]

d2

Gambar 4.9 Pipa dengan perubahan penampang

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2

10 +(32/ 2.9,81) + (350/9810) = ( 122/ 2. 9,81) + p2/9810

P2 = 9810 {10 + (32/ 2.9,81) - ( 122/ 2. 9,81) + (350/9810)}


= 380,6 [Mpa]

Simpulan:

P2 pada pipa mendatar= = 282,5 [ kPa]

P2 pada pipa vertikal= 380,6 [Mpa]


5. Persoalan:

Suatu likuid (cairan ) dengan berat jenis (ρg)= 58 [𝑙𝑏/𝑓𝑡 3 ]


mengalir karena gravitasi melalui tangki setinggi 1[ft] dan
tabung kapiler setinggi 1[ft] dengan laju aliran 0,15[ft3/jam].
Bagian (1) dan (2) padatekanan atmosfer. Pengaruh lubang
masuk diabaikan, Hitung viskositas likuid tersebut.

Dasar Teori

Dalam pipa yang berpenampang lingkaran dan bilangan Reynoldsnya kurang dari
2000, aliran dikatakan laminar dan pola alirannya terdiri dari lapisan-lapisan tipis yang bergerak
satu sama lain. Di pusat (sumbu pipa), kecepatan fluida merupakan yang terbesar dan di dinding
pipa kecepatannya nol. Jenis aliran semacam ini dilukiskan pada C (gambar 6.3) dan dapat
segera dianalisa secara matematis.

Gambar 6.3. Aliran dalam saluran pipa berpenampang lingkaran

Gambar 6.3.C Aliran Laminar

Jika analisa ini dilakukan, akan diperoleh persamaan yang menghubungkan penurunan tekanan
(rugi tinggi energi) dengan variable-variabel lainnya. Hubungan ini dinyatakan pada persamaan
(6.3) yang dikenal sebagai persamaan Hagen-Poiseuille:
128 𝜇 .𝐿.𝑄
𝛥𝑝 = (6.3)
𝜋𝐷 4

Dengan:
Δp = penurunan tekanan (perbedaan tekanan) [Pa];

μ = kekentalan dinamik (absolut) [Pa.s];

D = garis tengah pipa bagian dalam [m];

L = panjang pipa [m];


Q = laju aliran volume [m3/s], (karena ada vairiasi kecepatan yang cukup besar, Q diambil sama dengan Av,
dengan v adalah kecepatan rata-rata, untuk aliran laminar , kecepatan berubah secara parabolic dari nol di
dinding samapai nilai maksimum di pusat pipa, untuk kasus ini kecepatan rata-ratanya sama dengan setengah
dari kecepatan maksimum).

Persamaan (6.3) telah dicek dengan percobaan-percobaan dan hasilnya cukup sesuai.
Perlu dicatat bahwa penurunan tekanan dalam aliran laminar tidak tergantung pada karakter
(kekasaran dinding pipa. Juga karena untuk aliran laminar, terdapat kesesuaian pengukuran dari
perhitungan hubungan Hagen- Poiseuille digunakan sebagai dasar bagi pengukuran kekentalan
fluida dalam viskosimeter komersial.

Kadang-kadang persamaan (6.3) lebih mudah dinyatakan dalam bentuk kecepatan rat-rata 𝑣̅ .
𝜋 𝐷2
Karena 𝑄 = 𝐴𝑣̅ = 𝑣̅ , maka
4

128 𝜇 .𝐿.𝑄 128 𝜇 𝐿 𝐴𝑣̅ 128 𝜇 𝐿(𝜋𝐷 2 /4)𝑣̅ 32𝜇𝐿𝑣̅


𝛥𝑝 = = = = (6.4)
𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝛾𝐷 2

Jika dinyatakan sebagai “rugi tinggi energy” dan dengan menggunakan p1-p2 =Δp, diperoleh
𝑝1 −𝑝2 32𝜇𝐿𝑣̅
= ℎ𝑓 = (6.5)
𝛾 𝛾𝐷 2

dengan hf adalah “rugi tinggi energi” karena gesekan.


Nanti akan dijumpai bahwa untuk menghitung rugi tinggi energi tekanan dalam sebuah pipa
sering digunakan persamaan umum yang dikenal sebagai persamaan Darcy- Weisbach, yaitu
𝑝1 −𝑝2 ̅2
𝐿.𝑣
= ℎ𝑓 = 𝑓 𝐷.2𝑔 (6.6)
𝛾

dengan hf adakah “rugi tinggi energi aliran fluida” karena gesekan dalam [m]. dan f adalah
factor gesekan. Jika persamaan (6.5) dan (6.6) disamakan, akan diperoleh
̅2
𝐿.𝑣 32𝜇𝐿𝑣̅
𝑓 𝐷.2𝑔 = (6.7)
𝛾𝐷 2

64 64 64
sehingga f , 𝑓 = 𝐷𝑣𝛾/𝜇𝑔
̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = 𝐷𝑣𝜌/𝜇
̅̅̅̅̅̅̅ = 𝑅𝑒 (6.8)

dengan Re berdasarkan kecepatan rata-rata. Dengan demikian secara sederhana dapat


disimpulkan bahwa factor gesekan dalam aliran laminar adalah 64 dibagi dengan bilangan
Reynolds dan tidak tergantung kekasaran pipa.

Diketahui: (ρg)= 58 [𝑙𝑏/𝑓𝑡 3 ]=929,16 [kg/m3], h1=1[ft]=0,304[m]=h2; d=0,004 [ft]=1,2192.10-


3 𝜌𝑔 929,16
[m]; Q = 0,15 [ft3/jam].=4,248.10-3 [m3/jam]; z1= 2 [ft] = 0,608 [m], z2 = 0, 𝜌 = = =
𝑔 9,81
𝑘𝑔
94,72 [𝑚3 ]

Diminta menghitung μ = ….. [Pa.s]

Gambar 6.16 Tabung kapiler

Penyelesaian:

Persamaan energi dengan factor koreksi α

𝑝1 𝜈2 𝑝2 𝜈22
+ 2𝑔1 + 𝑧1 = + + 𝑧2 + ℎ𝑓
𝛾1 𝛾2 2𝑔
𝑄 0,00425 3 632,48 𝑚 1 𝑗𝑎𝑚
𝜈̅ = 𝐴 = 1,17.10−6 = = 1,009 {[𝑗𝑎𝑚] 𝑥 3600.𝑠}=1,009[m/s]
2 3600

Bila tekanan rata-rata dianggap sama; p1 = p2 = p atmosfer,


∝2 2,0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑟 ; dan ν1 = 0, maka:

𝜈2 (1,009)2 𝑁.𝑚
ℎ𝑓 = 𝑧1 − 𝑧2 − 𝛼2 2𝑔2 = 0,608 − 2,0 = 0,505 [ ]
2 . 9,81 𝑁

32𝜇𝐿𝜈̅ 32. 𝜇. (0,304). (1,009) 9,816 𝜇


ℎ𝑓 = = = = 0,505
𝜌𝑔𝑑 2 (929,16). (0,00122)2 1,4. 10−3
0,505.1,4.10−3 0,707.10−3
𝜇= = = 0,072. 10−3 [𝑃𝑎. 𝑠]
9,816 9,816

Benarkan alirannya laminar, buktinya :

𝜌𝑑𝜈̅ (94,72). (0,004). (1,009) 0,38


𝑅𝑒 = = = = 5309,335
𝜇 0,072. 10−3 0,072. 10−3

Simpulan: viscositas fluida itu adalah 0,072. 10−3 [𝑃𝑎. 𝑠] dan sifatnya laminer karena 𝑅𝑒 lebih
dari 2000 yaitu sebesar 5309,335
𝑚2
6. Persoalan: Suatu oli dengan 𝜌 = 900[𝑘𝑔/𝑚3 ], dan kekentalan kinematik 𝜈 = 0,0002 [ ],
𝑠
mengalir ke atas pada suatu pipa miring 40o seperti gambar . Tekanan dan elevasi (1) dan (2)
10 [m], Asumsi aliran stedi (tunak) laminar’ a). Verifikasi aliran , benarkan arah aliran ke atas,
b). Hitung hf antara (1)- (2), c) Q = ? d).𝜈̅ = ? , 𝑒). 𝑅𝑒𝑑 =? 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑟?

a.Verifikasi aliran:

ORI

Dasar Teori
Dalam pipa yang berpenampang lingkaran dan bilangan Reynoldsnya kurang dari
2000, aliran dikatakan laminar dan pola alirannya terdiri dari lapisan-lapisan tipis yang bergerak
satu sama lain. Di pusat (sumbu pipa), kecepatan fluida merupakan yang terbesar dan di dinding
pipa kecepatannya nol. Jenis aliran semacam ini dilukiskan pada C (gambar 6.3) dan dapat
segera dianalisa secara matematis.

Gambar 6.3. Aliran dalam saluran pipa berpenampang lingkaran

Gambar 6.3.C Aliran Laminar

Jika analisa ini dilakukan, akan diperoleh persamaan yang menghubungkan penurunan tekanan
(rugi tinggi energi) dengan variable-variabel lainnya. Hubungan ini dinyatakan pada persamaan
(6.3) yang dikenal sebagai persamaan Hagen-Poiseuille:
128 𝜇 .𝐿.𝑄
𝛥𝑝 = (6.3)
𝜋𝐷 4

Dengan:
Δp = penurunan tekanan (perbedaan tekanan) [Pa];

μ = kekentalan dinamik (absolut) [Pa.s];

D = garis tengah pipa bagian dalam [m];

L = panjang pipa [m];

Q = laju aliran volume [m3/s], (karena ada vairiasi kecepatan yang cukup besar, Q diambil sama dengan Av,
dengan v adalah kecepatan rata-rata, untuk aliran laminar , kecepatan berubah secara parabolic dari nol di
dinding samapai nilai maksimum di pusat pipa, untuk kasus ini kecepatan rata-ratanya sama dengan setengah
dari kecepatan maksimum).

Persamaan (6.3) telah dicek dengan percobaan-percobaan dan hasilnya cukup sesuai.
Perlu dicatat bahwa penurunan tekanan dalam aliran laminar tidak tergantung pada karakter
(kekasaran dinding pipa. Juga karena untuk aliran laminar, terdapat kesesuaian pengukuran dari
perhitungan hubungan Hagen- Poiseuille digunakan sebagai dasar bagi pengukuran kekentalan
fluida dalam viskosimeter komersial.

Kadang-kadang persamaan (6.3) lebih mudah dinyatakan dalam bentuk kecepatan rat-rata 𝑣̅ .
𝜋 𝐷2
Karena 𝑄 = 𝐴𝑣̅ = 𝑣̅ , maka
4

128 𝜇 .𝐿.𝑄 128 𝜇 𝐿 𝐴𝑣̅ 128 𝜇 𝐿(𝜋𝐷 2 /4)𝑣̅ 32𝜇𝐿𝑣̅


𝛥𝑝 = = = = (6.4)
𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝛾𝐷 2

Jika dinyatakan sebagai “rugi tinggi energy” dan dengan menggunakan p1-p2 =Δp, diperoleh
𝑝1 −𝑝2 32𝜇𝐿𝑣̅
= ℎ𝑓 = (6.5)
𝛾 𝛾𝐷 2

dengan hf adalah “rugi tinggi energi” karena gesekan.


Nanti akan dijumpai bahwa untuk menghitung rugi tinggi energi tekanan dalam sebuah pipa
sering digunakan persamaan umum yang dikenal sebagai persamaan Darcy- Weisbach, yaitu
𝑝1 −𝑝2 ̅2
𝐿.𝑣
= ℎ𝑓 = 𝑓 𝐷.2𝑔 (6.6)
𝛾

dengan hf adakah “rugi tinggi energi aliran fluida” karena gesekan dalam [m]. dan f adalah
factor gesekan. Jika persamaan (6.5) dan (6.6) disamakan, akan diperoleh
̅2
𝐿.𝑣 32𝜇𝐿𝑣̅
𝑓 𝐷.2𝑔 = (6.7)
𝛾𝐷 2

64 64 64
sehingga f , 𝑓 = 𝐷𝑣𝛾/𝜇𝑔
̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = 𝐷𝑣𝜌/𝜇
̅̅̅̅̅̅̅ = 𝑅𝑒 (6.8)

dengan Re berdasarkan kecepatan rata-rata. Dengan demikian secara sederhana dapat


disimpulkan bahwa factor gesekan dalam aliran laminar adalah 64 dibagi dengan bilangan
Reynolds dan tidak tergantung kekasaran pipa.
Pembahasan:

Μ= 𝜌𝜈 = 900.0,0002 = 0,18[𝑃𝑎. 𝑆] 𝑧2 = 𝛥𝐿𝑠𝑖𝑛400 = 10 . (0,643) = 6,43 [𝑚]

a.HGL (hydraulic grade line height= garis aras


hidraulik)
𝑝1 350 000
HGL1 = Z1 + = 0 +900 .9,81 = 39,642 [m]
𝜌𝑔

𝑝 250 000
HGL2 = 𝑧2 +𝜌𝑔2 = 6,43 + 900.9,81 = 28,32[m]

HGL2> HGL1 , maka arah aliran adalah ke atas.

b. Rugi head : ℎ𝑓 = 𝐻𝐺𝐿1 −𝐻𝐺𝐿2 = 39,642 −


28,32 = 11,322

Gambar 6.17 Pipa miring 40o

𝜋𝜌𝑔𝑑4 ℎ𝑓 3,14 . 900 .9,81 .(0,06)4 11,322 4,068 3


c. Laju aliran : 𝑄 = = = 230,4 = 0,0177[[𝑚 ⁄𝑠]
128𝜇𝐿 128. 0,18 .10

𝑄 0,0177 0,0177
d. Kecepatan fluida : 𝜈̅ = 𝐴 = 3,14 = 2,826.10−3 = 6,26[𝑚⁄𝑠]
(0,06)2
4

̅𝑑
𝜈 (6,26) .(0,06) 0,3756
e. Bilangan Reynolds : 𝑅𝑒𝑑 = = 0,18⁄ = 2.10−4 = 1878
𝜈 900

𝑅𝑒𝑑 < 2300 berarti aliran laminar.

Simpulan:

a) Didapat hasil: HGL2> HGL1 , maka arah aliran adalah ke atas.


b) ℎ𝑓 = 11,322
3
c) Q= 0,0177[[𝑚 ⁄𝑠]
𝜈 = 6,26[𝑚⁄𝑠]
d) ̅̅̅̅̅̅
e) 𝑅𝑒𝑑 < 2300 berarti aliran laminar
𝑠𝑙𝑢𝑔𝑠
7. Persoalan: Air, ρ= 1,94 [ ⁄𝑓𝑡 3 ] dan ν=0,000011[ft2/s] dipompakan antara dua
resevoar(tandon)dengan laju aliran Q = 0,2 [ft3/s] melalui pipa sepanjang 400 [ft]
dengansejumlah rugi-rugi minor(kecil). Kekasaran relatif permukaan pipa e/d = 0,001’ Hitung
daya pompa yang diperlukan.

Gambar 6.18 Pemompaan melalui jaringan pipa antara dua tendon air

DASAR TEORI:

Dalam pipa yang berpenampang lingkaran dan bilangan Reynoldsnya kurang dari
2000, aliran dikatakan laminar dan pola alirannya terdiri dari lapisan-lapisan tipis yang bergerak
satu sama lain. Di pusat (sumbu pipa), kecepatan fluida merupakan yang terbesar dan di dinding
pipa kecepatannya nol. Jenis aliran semacam ini dilukiskan pada C (gambar 6.3) dan dapat
segera dianalisa secara matematis.

Gambar 6.3. Aliran dalam saluran pipa berpenampang lingkaran

Gambar 6.3.C Aliran Laminar

Jika analisa ini dilakukan, akan diperoleh persamaan yang menghubungkan penurunan tekanan
(rugi tinggi energi) dengan variable-variabel lainnya. Hubungan ini dinyatakan pada persamaan
(6.3) yang dikenal sebagai persamaan Hagen-Poiseuille:
128 𝜇 .𝐿.𝑄
𝛥𝑝 = (6.3)
𝜋𝐷 4

Dengan:
Δp = penurunan tekanan (perbedaan tekanan) [Pa];
μ = kekentalan dinamik (absolut) [Pa.s];

D = garis tengah pipa bagian dalam [m];

L = panjang pipa [m];

Q = laju aliran volume [m3/s], (karena ada vairiasi kecepatan yang cukup besar, Q diambil sama dengan Av,
dengan v adalah kecepatan rata-rata, untuk aliran laminar , kecepatan berubah secara parabolic dari nol di
dinding samapai nilai maksimum di pusat pipa, untuk kasus ini kecepatan rata-ratanya sama dengan setengah
dari kecepatan maksimum).

Persamaan (6.3) telah dicek dengan percobaan-percobaan dan hasilnya cukup sesuai.
Perlu dicatat bahwa penurunan tekanan dalam aliran laminar tidak tergantung pada karakter
(kekasaran dinding pipa. Juga karena untuk aliran laminar, terdapat kesesuaian pengukuran dari
perhitungan hubungan Hagen- Poiseuille digunakan sebagai dasar bagi pengukuran kekentalan
fluida dalam viskosimeter komersial.

Kadang-kadang persamaan (6.3) lebih mudah dinyatakan dalam bentuk kecepatan rat-rata 𝑣̅ .
𝜋 𝐷2
Karena 𝑄 = 𝐴𝑣̅ = 𝑣̅ , maka
4

128 𝜇 .𝐿.𝑄 128 𝜇 𝐿 𝐴𝑣̅ 128 𝜇 𝐿(𝜋𝐷 2 /4)𝑣̅ 32𝜇𝐿𝑣̅


𝛥𝑝 = = = = (6.4)
𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝛾𝐷 2

Jika dinyatakan sebagai “rugi tinggi energy” dan dengan menggunakan p1-p2 =Δp, diperoleh
𝑝1 −𝑝2 32𝜇𝐿𝑣̅
= ℎ𝑓 = (6.5)
𝛾 𝛾𝐷 2

dengan hf adalah “rugi tinggi energi” karena gesekan.


Nanti akan dijumpai bahwa untuk menghitung rugi tinggi energi tekanan dalam sebuah pipa
sering digunakan persamaan umum yang dikenal sebagai persamaan Darcy- Weisbach, yaitu
𝑝1 −𝑝2 ̅2
𝐿.𝑣
= ℎ𝑓 = 𝑓 𝐷.2𝑔 (6.6)
𝛾

dengan hf adakah “rugi tinggi energi aliran fluida” karena gesekan dalam [m]. dan f adalah
factor gesekan. Jika persamaan (6.5) dan (6.6) disamakan, akan diperoleh
̅2
𝐿.𝑣 32𝜇𝐿𝑣̅
𝑓 𝐷.2𝑔 = (6.7)
𝛾𝐷 2

64 64 64
sehingga f , 𝑓 = 𝐷𝑣𝛾/𝜇𝑔
̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = 𝐷𝑣𝜌/𝜇
̅̅̅̅̅̅̅ = 𝑅𝑒 (6.8)

dengan Re berdasarkan kecepatan rata-rata. Dengan demikian secara sederhana dapat


disimpulkan bahwa factor gesekan dalam aliran laminar adalah 64 dibagi dengan bilangan
Reynolds dan tidak tergantung kekasaran pipa.
Pembahasan: Tulis kembali persamaan energy pada kondisi aliran tunak antara dua permukaan
tandon air (1) dan (2)

𝑝1 𝜈2 𝑝2 𝜈22
+ 2𝑔1 + 𝑧1 = + + 𝑧2 + ℎ𝑓 +𝛴 ℎ𝑚 −ℎ𝑝
𝛾1 𝛾2 2𝑔

Dengan, hp = head pemompaan, 𝜈 1̅ = 𝜈̅2 ≈ 0 persoalan hp dapat diselesaikan :

sekarang menghitung kecepatan fluida mengalir ;

Rerugi minor dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 6.3 Koefisien rerugi K katup. elbow

Total koefisien rerugi minor (ΣK )=

Menghitung bilangan Reynolds dan faktor gesekan:

Menghitung daya yang diperlukan untuk memindahkan air dari tendon (1) ke tendon (2)
Simpulan: daya pompa yang diperlukan sebesar 6 hp
8. Persoalan: Air mengalir dari satu pipa ke pipa lain sepert pada gambar. Tentukan kecepatan
dalam masing-masing pipa :

D1= 50 [mm] D2= 125 [mm] Q= 300 l /menit

Gambar 4.6 Saluran pipa dengan penampang berubah tiba-tiba

DASAR TEORI:

Dalam pipa yang berpenampang lingkaran dan bilangan Reynoldsnya kurang dari
2000, aliran dikatakan laminar dan pola alirannya terdiri dari lapisan-lapisan tipis yang bergerak
satu sama lain. Di pusat (sumbu pipa), kecepatan fluida merupakan yang terbesar dan di dinding
pipa kecepatannya nol. Jenis aliran semacam ini dilukiskan pada C (gambar 6.3) dan dapat
segera dianalisa secara matematis.

Gambar 6.3. Aliran dalam saluran pipa berpenampang lingkaran

Gambar 6.3.C Aliran Laminar

Jika analisa ini dilakukan, akan diperoleh persamaan yang menghubungkan penurunan tekanan
(rugi tinggi energi) dengan variable-variabel lainnya. Hubungan ini dinyatakan pada persamaan
(6.3) yang dikenal sebagai persamaan Hagen-Poiseuille:
128 𝜇 .𝐿.𝑄
𝛥𝑝 = (6.3)
𝜋𝐷 4

Dengan:
Δp = penurunan tekanan (perbedaan tekanan) [Pa];

μ = kekentalan dinamik (absolut) [Pa.s];

D = garis tengah pipa bagian dalam [m];

L = panjang pipa [m];

Q = laju aliran volume [m3/s], (karena ada vairiasi kecepatan yang cukup besar, Q diambil sama dengan Av,
dengan v adalah kecepatan rata-rata, untuk aliran laminar , kecepatan berubah secara parabolic dari nol di
dinding samapai nilai maksimum di pusat pipa, untuk kasus ini kecepatan rata-ratanya sama dengan setengah
dari kecepatan maksimum).

Persamaan (6.3) telah dicek dengan percobaan-percobaan dan hasilnya cukup sesuai.
Perlu dicatat bahwa penurunan tekanan dalam aliran laminar tidak tergantung pada karakter
(kekasaran dinding pipa. Juga karena untuk aliran laminar, terdapat kesesuaian pengukuran dari
perhitungan hubungan Hagen- Poiseuille digunakan sebagai dasar bagi pengukuran kekentalan
fluida dalam viskosimeter komersial.

Kadang-kadang persamaan (6.3) lebih mudah dinyatakan dalam bentuk kecepatan rat-rata 𝑣̅ .
𝜋 𝐷2
Karena 𝑄 = 𝐴𝑣̅ = 𝑣̅ , maka
4

128 𝜇 .𝐿.𝑄 128 𝜇 𝐿 𝐴𝑣̅ 128 𝜇 𝐿(𝜋𝐷 2 /4)𝑣̅ 32𝜇𝐿𝑣̅


𝛥𝑝 = = = = (6.4)
𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝜋𝐷 4 𝛾𝐷 2

Penyelesaian:

1liter = 1000 cm3 = 1000 ( 10 -2)3 = 10-3 [ m3]

Q = 300 l /menit . 10-3 [ m3] 1/ 60 sekon/menit = 0,005 [ m3/s]

Luas penampang pipa 1 = A1 = 1/4 π D12 = 3,14/4 . (0,050)2 = 1,963. 10-3 [m2]

Luas penampang pipa 2 = A1 = 1/4 π D22 = 3,14/4 . (0,125)2 = 12,27. 10-3 [m2]

Karena air tak termampatkan,γ1 = γ2 atau ρ1= ρ2 , jadi berlaku Q1 = Q2 =Q Q= A1C1 = A2


C2

Simpulan : C1 = Q/A1 = 0,005 / 1,963. 10-3 = 2,55 [m/s]

C2 = Q/A2 = 0,005 / 12,27 10-3 = 0,407 [m/s]

8. Persoalan: Suatu pompa memindahkan air dari sumur yang dalamnya 10 [m]. Berapakah
perubahan energi potensial air ?

Z2 = 10 [m]

bidang acuan Z1 air

Gambar 4.7. Sumur

Dasar Teori:

Sistem aliran tunak, yang tidak mengalami perubahan energi dalam, tidak ada usaha terhadap
atau oleh sistem, tak ada kalor keluar atau masuk sistem dan fluida tak termampatkan. Anggap
semua proses ideal artinya tida ada gesekan. Untuk sistem semacam ini, persamaan energi dapat
disederhanakan menjadi :
Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 (4.24)

Setiap suku di interprestasikan sebagai energi persatuan berat fluida, dengan satuan [J/N=
Nm/N= m], satuan panjang atau ketinggian energi (head). BeratW = m.g dengan satuan [ kg.
m/s2 = N]

W Z1 +W C12/2g + W p1/ γ1 = WZ 2 +W C12/2g + Wp2/ γ2 (4.25)

dengan satuan [ N. J/N = N. N.m/N = Nm = Joule]

Penyelesaian:

Pilih titik terendah sistem sebagai bidang acuan. Hal ini akan menghindari adanya bilang
negatip. Mula-mula air berada pada bidang acuan, jai Z1 = nol dan energi potensialnya juga nol.
Keadaan akhir , Z2 = 10 [m], sehingga setiap 1 N air, EP= 1 N X 10 [m/N] = 10 [ Nm/N}.
Simpulan: Jadi perubahan energi potensialnya, EP2 – EP1 = 10 – 0 = 10 [Nm/N]

9. Persoalan: Sebuah benda massa 10 [kg] jatuh bebas dari keadaan diam. Selat jatuh 10 [m],
berapa energi kinetik dan kecepatannya. ?

M= 10 [kg ], C1 = 0 Z1= 10 [m]

Bidang acuan Z2 = 0

Gambar 4.8 Benda jatuh bebas

DASAR TEORI

Sistem aliran tunak, yang tidak mengalami perubahan energi dalam, tidak ada usaha terhadap
atau oleh sistem, tak ada kalor keluar atau masuk sistem dan fluida tak termampatkan. Kita
anggap semua proses ideal artinya tida ada gesekan. Untuk sistem semacam ini, persamaan
energi dapat disederhanakan menjadi :

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 (4.24)

Setiap suku di interprestasikan sebagai energi persatuan berat fluida, dengan satuan [J/N=
Nm/N= m], satuan panjang atau ketinggian energi (head). BeratW = m.g dengan satuan [ kg.
m/s2 = N]
W Z1 +W C12/2g + W p1/ γ1 = WZ 2 +W C12/2g + Wp2/ γ2 (4.25)

dengan satuan [ N. J/N = N. N.m/N = Nm = Joule]

Penyelesaian :

Asumsi tidak ada energi yang terbuang ; jumlah energi potensial dan energi kinetik awal sama
dengan jumlah energi potensial dan energi kinetik akhir. Jadi : EP1 + EK1 = EP2 + EK2

Perhatikan bahwa pemilihan bidang acuan dan keadaan benda jatuh bebas dari keadaan diam,
akan menghasilkan EP1 = EK2 , artinya energi potensial berubah menjadi energi kinetik; EP =
M.g. H = 10 . 9,81 . 10 [ kg. m/s2 . m = N.m = J]

Kecepatan C2 = 2 . g . H = 2 . 9,81 . 10 [ m/s2 .m = m2/s2] ;

EK = MC2/2 [kg. m2/s2= Nm= J] = (10 .2. 9,81. 10 )/2 = 981 [Nm=J]

Kecepatan C = ( 2.g. H) 0,5 = ( 2. 9,81 . 10)0,5 = 14,0 [ m/s]

10. Hitunglah usaha yang diperlukan pompa untuk memindahkan air dari sumur ke permukaan
tanah yang terletak 125 [m] di atas dasar sumur. Pada bagian masuk pompa tekanannya 96,5
[kPa] dan pada bagian keluaran 103,4 [kPa]. Anggap tidak terjadialiran panas, garis tengah pipa
konstan, dan energi dalam juga konstan. Gunakan γ = 9810 [N/m] konstan.

P2= 103,4 [kPa] 2 Z2 = 125 [m]

P1 = 96,5 [kPa] Z1= 0

Gambar 4.10 Usaha pompa

Dasar Teori:

Sistem aliran tunak, yang tidak mengalami perubahan energi dalam, tidak ada usaha terhadap
atau oleh sistem, tak ada kalor keluar atau masuk sistem dan fluida tak termampatkan. Kita
anggap semua proses ideal artinya tida ada gesekan. Untuk sistem semacam ini, persamaan
energi dapat disederhanakan menjadi :

Z1 + C12/2g + p1/ γ1 = Z 2 + C12/2g + p2/ γ2 (4.24)


Setiap suku di interprestasikan sebagai energi persatuan berat fluida, dengan satuan [J/N=
Nm/N= m], satuan panjang atau ketinggian energi (head). BeratW = m.g dengan satuan [ kg.
m/s2 = N]

W Z1 +W C12/2g + W p1/ γ1 = WZ 2 +W C12/2g + Wp2/ γ2 (4.25)

dengan satuan [ N. J/N = N. N.m/N = Nm = Joule]

Penyelesaian :

Tuliskan persamaan energi secara lengkap:

Z1 + C12/2g + u1 + p1/ γ1 + q = Z 2 + C12/2g + u2 + p2/ γ2 + w

dengan memperhatikan bahwa ; C12/2g = C22/2g ; u1 = u2 ; dan q = 0

p1/ γ1 + 0 = Z 2 + p2/ γ2 + w

w = p1/ γ1 - Z 2 - p2/ γ2

96,5 X 1000 103,4 X 1000


w= - - 125
9810 9810

w = - 125, 7 [Nm/N]

Tanda negatip, berarti bahwa usaha dilakukan terhadap sistem


11. Persoalan: Suatu fluida mengalir secara tunak dalam sebuah pipa. Dalam pipa tersebut
terdapat rintangan yang mengakibatkan penurunan tekanan setempat (rugi –head). Turunkan
persamaan energi untuk proses ini setelah aliran kembali seragam pada bagian hilir (setelah
rintangan). Proses ini disebut proses cerat (throttling) dan merupakan karakteristik katup dan
orifice dalam saluran pipa.

1 2

cerat

Bidang acuan Z1 Z2

Gambar 4.11.Orifice dalam saluran pipa

Penyelesaian:

Untuk soal ini kita anggap , perbedaan ketinggian dapat diabaikan, perbedaan energi kinetik
relatif kecil, serta tida ada usaha atau kalor yang menyeberangi perbatasan sistem.

Persamaan energi secara lengkap adalah :

Z1 + C12/2g + u1 + p1/ γ1 + q = Z 2 + C12/2g + u2 + p2/ γ2 + w

Dengan anggap-anggapan diatas , maka untuk proses ini :

u1 + p1/ γ1 = u2 + p2/ γ2 atau h1 = h2

Dengan lain perkataan, proses cerat terjadi pada entalpi konstan. Satu anggapan penting yang
harus dipenuhi adalah perbedaan energi kinetik pada masukan dan keluaran diabaikan. Untuk
menentukan kecepatan akhir, dapat digunakan persyaratan entalpi konstan serta sifat-sifat
fluida dan luas penampang pipa.

Energi dalam dan entalpi fluida merupakan sifatyang nilainya tergantung jenis dan keadaan
fluida. Untuk gas yang dianggap ideal, dapat ditulis hubungan berikut bagi entalpi dan
perubahan energi dalam.

u1 – u1 = Cv (T2 – T1 )

h2 – h1 = Cp (T2 – T1)

dengan Cv dan Cp berturut-turut merupakan kalor jenis pada volume konstan dan tekanan
konsatan. Nilainya adalah Cv = 0,719 [kJ/kg.K] dan Cp = 1,006 [kJ/kg.K]
Studi kasus 1
𝑝1
Udara atmosfer bertekanan p1=100.000 [Pa], t1=25oc, 𝜌1 = 𝑅𝑇 = ⋯ [kg/m3]; dikompresikan
secara politropik n= 1,2 ; pada v2, p2, T2, katup keluar membuka, 𝜌2 = 𝑝2/RT2=...... [kg/m3];
jika p2=300.000[Pa], d1=100mm, L=0.04d, vc=0,1vL, v5=v2, v8=v3 maka v1=....m3; vL=.....
m3;vc=....m3; v4=.....m3; v5=....m3; v6=...m3; v7=.....m3; v8=..... m3 dan T2=.... [K]. Sebelum
masuk silinder II udara didinginkan sampai T2=T1=T3. Pada Silinder II; udara dimampatkan
sampai v6, p3 = 900.000 [Pa], ρ3=p3/RT3=..... [kg/m3];

Studi kasus 2

Kompresor beroperasi pada putaran 1200 [rpm]; banyaknya udara yang diisap = ..... vs = (v1 –
v4). 1200=.... [m3 setiap menit]. Untuk mengisi tangki memerlukan waktu 5 menit; jadi volume
tangki penyimpanan = ........ [m3]

Studi kasus 3

Setelah kompresor dirakit dan dipasang pada tempatnya (pondasi) perlu dilakukan operasi
pengujian (percobaan), terutama pada kompresor baru. Pengujian ini diperlukan untuk
mengetahui: kapasitas aliran, tekanan kerja, kinerja kompresor dan sistem. Pengujian
kompresor sebaiknya dilakukan pada keadaan yang sama dengan operasi yang sesungguhnya.

Untuk mengetahui kapasitas dan kinerja kompresor torak penyedia udara tekan parameter yang
diperlukan diukur adalah :

(4.1). parameter yang perlu diukur adalah :


Titik Parameter Satuan

a Tekanan udara atmosfir setempat Pa


Temperatur udara setempat K
Kelembaban udara atmosfir %
Volume Langkah silinder 1 m3
Volume sisa silinder 1 m3
b Panjang saluran m
Luas bidang pelepas panas m2
c Volume langkah silinder 2 m3
Volume sisa silinder 2 m3
d Tekanan keluar silinder 2 Pa
Volume tangki Penampung M3
Waktu yang diperlukan untuk mengisi tangki penampung (TP) Sekon
e Derajat kekeringan Udara %
f Perbedaan/selisih tekanan Pa
Diameter saluran udara keluar (selang) M
Waktu yang digunakan untuk mengeluarkan udara tekan Sekon

(4.2). urutan proses operasi dan pendataan adalah sebagai berikut:

(1). Udara atmosfir dengan tekanan dan temperatur masing-masing adalah p1 dan T1, melalui
saringan dan saluran masuk ke silinder 1 kompresor K . di dalam silinder 1 terjadi proses isap,
kompresi sampai p2, v2, T2, pengeluaran udara bertekanan p2, ekspansi udara sisa v3, p2
sampai v4, p1 (parameter titik a).

(2). Udara bertekanan p2 keluar selinder 1 melintasi saluran dan melepas sejumlah panas ke
media sekelilingnya sampai mencapai temperatur awal T1 (parameter titik b).

(3). Udara bertekanan p2, temperatur T1 masuk ke silinder 2. Di dalam silinder 2 terjadi proses:
isap, kompresi lanjut dari p2 ke p3, pengeluaran udara bertekanan p3, ekspansi udara sisa v7,
sampai v8, p2 (parameter titik c).

(4). Udara bertekanan p3, disimpan dalam tangki penampang (TP), sampai manometer (Man)
menunjukkan tekanan tertentu pn<p3 (parameter titik d).

(5). Udara bertekanan pn dari tangki penampung didistribusikan ke pengguna udara tekan. K1,
K2, K3, K4, K5 adalah katup-katup pengatur layang udara tekan dilengkapi dengan pengering
udara, regulator (R), untuk mengatur laju aliran udara yang diperlukan. Pada regulator
dilengkapi dengan penyaring udara perangkap air (air filler with water trap), katup pengatur
selisih tekanan dan alat pelumas (lubricator), (parameter e dan f).
DASAR TEORI

Kompresor merupakan mesin untuk memampatkan gas atau udara yang kerjanya didapat dari
poros. Kompresor biasanya bekerja dengan menghisap udara atmosfir. Jika kompresor bekerja
pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka kompresor disebut sebagai penguat
(booster), dan jika kompresor bekerja dibawah tekanan atmosfir maka disebut pompa vakum.

Klasifikasi Kompresor

Berdasarkan tekanan :

1. Kompresor (pemampat) dipakai untuk jenis yang bertekanan tinggi


2. Blower (peiup) untuk yang bertekanan agak rendah.
3. Fan (kipas) untuk yang bertekanan sangat rendah.

Berdasarkan cara pemampatan :

1. Jenis turbo,
2. Jenis perpindahan,

Berdasarkan konstruksinya :

1. Berdasarkan jumlah tingkat kompresi : 1 tingkat, 2 tingkat, dan banyak ingkat.


2. Berdasarkan langkah kerja (pada torak) : kerja tunggal, dan kerja ganda.
3. Berdasarkan susunan silinder (pada torak) : mendatar, tegak, bentuk L, bentuk V, bentuk
W, bentuk bintang, lawan berimbang (balance oposed).
4. Berdasarkan cara pendinginan : pendinginan air, dan udara.
5. Berdasarkan transimisi penggerak : langsung, sabuk V, dan roda gigi.
6. Berdasarkan penempatannya : permanen, dan portable.
7. Berdasarkan cara pelumasan : dengan minyak, dan tanpa minyak.

Teori Kompresi

1. Hubungan tekanan dan volume.

Jika gas dikompresikan (atau diexpansikan) pada temperatur tetap maka tekanannya akan
berbanding terbalik dengan volumenya (Hukum Boyle).

P1 V1 = P2 V2 = Konstan

2. Hubungan temperatur dan volume.

Hukum charles menyatakan : semua gas apabila dinaikkan temperaturnya sebesar 1 oC pada
tekanan tetap, akan mengalami pertambahan volume sebesar 1/273 dari volumenya pada 0 oC
dan sebaliknya.

dimana : Vo = Volume gas pada temperatur 0 oC

V1 = Volume gas pada temperatur t1 pada tekanan yang sama dengan V0 (0 oC)

V2 = Volume gas pada temperatur t2 pada tekanan yang sama dengan V0 (0 oC)

t1 dan t2 = Temperatur (oC)


3. Persamaan keadaan.

Hukum Boyle-Charles merupakan gabungan dari hukum Charles dan hukum Boyle yang
digunakan untuk gas ideal yang dinyatakan dengan :

PV = m R T

Proses Kompresi Gas

1. Cara Kompresi

Kompresi dapat dilakukan dengan : Isotermal, Isentropik (adiabatik), dan politropik.

a) Kompresi Isotermal.
b) Kompresi Adiabatik
c) Kompresi politropik

2. Perubahan Temperatur

Pada waktu kompresi, temperatur gas dapat berubah tergantung pada jenis proses yang dialami.
Hubungan temperatur dan tekanan untuk masing-masing proses :

a) Proses Isotermal, dimana proses ini temperatur dijaga tetap.


b) Proses Adiabatik.

Dalam kompresi adiabatik tidak ada panas yang dibuang keluar atau dimasukkan ke silinder
sehingga seluruh kerja mekanis yang diberikan dalam proses ini akan dipakai untuk menaikkan
temperatur gas.

dimana : Td = Temperatur keluar (K)

Ts = Temperatur masuk (K)

Pd = Tekanan keluar (Pa)

Ps = Tekanan masuk (Pa)

c) Proses Politropik.

Jika selama proses kompresi udara didinginkan, misalnya dengan memakai air pendingin untuk
silinder, maka sebagian panas yang timbul akan dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai