Anda di halaman 1dari 38

INSTITUT TEKNOLOGI- PLN

KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER


JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK I

1. Imam Widjoyo (2019 – 21 – 001)


2. Anggi Pepayosa Tarigan (2019 – 21 – 004)
3. Maulana Zikra Isra (2019 – 21 – 019)
4. Kathylia Afina Hani (2019 – 21 – 028)
5. Fakhri Akmal Rusniawan (2019 – 21 – 031)
6. Kintan Febriyanti (2019 – 21 – 060)
7. Ari Maulana Muhammad (2019 – 21 – 066)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF

1. 08/10/2020  Lembar Asistensi OK! 


 Cover OK! 
 Teori OK! 
 Tabel OK! 
 Grafik OK! 
 Perhitungan OK! 
 Analisa OK! 
 Kesimpulan OK! 
 Lampiran OK! 

ACC MODUL III


LaporanSementara/Praktikum
Modul No.III
Teori Bernouli
(Bernoulli’s Theorem)

Institut Teknologi – PLN

Nama : Fakhri Akmal Rusniawan


NIM : 2019 – 21 – 031
Kelas :A
Kelompok :I
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Tanggal Praktikum : Sabtu, 03 Oktober 2020
Asisten : Rohmaniatus Jannah

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
MODUL III
TEORI BERNOULLI
(Bernoulli’s Theorem)

A. TUJUAN
1. Untuk menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke aliran air
yang steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
2. Menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan.
3. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Hydraulic Bench,
2. Peralatan Bernoulli.

Bahan :
Air sebanyak 160 liter

C. DASAR TEORI
Venturimeter adalah sebuah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa
bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang
bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa
pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan
dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki
penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi
lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang
penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang
yang lebih sempit, dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan.
Manometer air dipasang secara vertikal untuk perbedaan tekanan di ujung yang lebih
besar dan tenggorokan.

2.1 Teori Persamaan Bernoulli


Asumsikan bahwa tidak ada kehilangan energi sepanjang pipa, dan bahwa
kecepatan dan tinggi piezometric konstan di seluruh penampang dari setiap bagian
yang dipertimbangkan, maka teorema bernoulli menyatakan bahwa:

v 12 v 22 v n2
+ h1 = + h2 = + hn (1)
2g 2g 2g
Dimana v1, v2 dan vn adalah kecepatan aliran melalui bagian 1, 2 dan n.
Persamaan kontinuitas mengasumsikan volume aliran konstan (bukan kecepatan)
sepanjang pipa, jadi:

V1 A1 = V2 A2 = V n A n = Q (2)
Mensubstitusikan persamaan 1 untuk V1 dari persamaan 2 :

v 22 2
A2 v 22
2g ( )
A1
+ h1 =
2g
+ h2

dan menyelesaikan persamaan ini untuk V2 mengarah ke :

2g ( h 1 - h 2 )
v2 =
√ 1 - ( A2 / A1 )2

Sehingga tingkat debit (aliran volume), dari persamaan (2) menjadi :

2g ( h1 - h2 )
Q = A2
√ 1 - ( A 2 / A 1 )2
(3)

Aliran sebenarnya kehilangan beberapa energi antara bagian 1 dan 2, dan


kecepatannya tidak mutlak konstan di salah satu bagian ini. Sebagai hasilnya, nilai
Q yang terukur selalu sedikit kurang dari nilai yang dihitung dari teori persamaan
(3). untuk memungkinkan ini, persamaannya menjadi :

2g ( h1 - h 2 )
Q = CA 2
√ 1 - ( A2 / A1 ) 2
(4)

di mana C adalah faktor penyesuaian yang disebut koefisien debit untuk meter,
yang dapat kalian temukan dengan percobaan. Nilainya sedikit bervariasi dari satu
meter ke yang lain dan, bahkan untuk meter tertentu mungkin sedikit berbeda
dengan debit, tetapi biasanya antara 0,92 hingga 0,99 untuk meteran konvergen-
divergen (venturi).

2.2 Menemukan Koefisien Debit (C)


Persamaan 4 dapat diatur kembali seperti :
2g
Q = CA 2
√ 1 - ( A2 / A1 )2
× √ ( h 1 - h2 ) (5)

Karena dimensi venturi (A1 dan A2) dan gravitasi (g) tetap konstan, bagian
tengah persamaan dapat disederhanakan menjadi konstan (k), sehingga :

2g
k = A2

kemudian,
√ 1 - ( A 2 / A1 ) 2

Q = C × k × √ ( h1 - h2) (6)

dan oleh karena itu :

1 Q
C= × (7)
k √ h1 - h 2
menunjukkan hubungan linier antara aliran, koefisien aliran dan akar kuadrat dari
tinggi yang berbeda.
2.3 Perhitungan Tekanan Tanpa Dimensi
Dari persamaan bernouli perbedaan tinggi antara setiap titik dan tekanan inlet
dapat ditemukan dari :
v1 2 - v n 2
hn - h1 =
2g
untuk dengan mudah membandingkan hasil aktual dengan teori, kalian harus
mengubah istilah-istilah ini menjadi perhitungan tanpa dimensi. Untuk melakukan
ini, membaginya dengan cara :
hn - h1 v12 - v n2
2
= 2
( v 2 /2g) v2

menggunakan persamaan kontinuitas (2) untuk mengganti rasio area di tempat


rasio kecepatan, menjadi :
2 2
hn - h1 A2 A2
2
( v 2 /2g)
=
A1( ) ( ) -
An
(8)

Oleh karena itu, menghitung rasio luas memberikan perbedaan tekanan berdimensi
teoritis atau 'ideal', atau dikenal sebagai koefisien tinggi piezometrik yang ideal :
2 2
A2 A2
( ) ( )
A1
-
An
(9)

dan distribusi tekanan berdimensi sebenarnya (atau dikenal sebagai koefisien tinggi
piezometric aktual) ditemukan dari:

hn - h1
(10)
( v 22 /2g)

Tabel 3.1 Dimensi dari tabung


Posisi Tabung Diameter (mm) Jarak ke Datum (mm)
A 26,00 -54,00
B 23,20 -34,00
C 18,40 -22,00
D 16,00 -8,00
E 16,79 7,00
F 18,47 22,00
G 20,16 37,00
H 21,84 52,00
J 23,53 67,00
K 25,21 82,00
L 26,00 102,00
Gambar 2.1 Pipa Venturimeter

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakkan peralatan diatas bangku hidrolik tecquipment (disediakan secara terpisah).
2. Hubungkan selang pasokan bangku ke sisi hulu dari venturimeter.
3. Hubungkan ujung hilir dari venturimeter ke tabung plastik yang disediakan dan
arahkan kembali ke lubang tengah besar dari bangku hidrolik digital.
4. Mengatur kedua kontrol aliran peralatan dan katup pasokan bangku ke sekitar
sepertiga posisi terbuka..
5. Periksa bahwa katup udara pada manifold atas tertutup rapat.
6. Aktifkan pasokan bangku dan biarkan air mengalir untuk membersihkan udara dari
tabung manometer, mungkin membantu sedikit memiringkan peralatan atau dengan
ringan menyentuh tabung dengan jari kalian.
7. Tutup katup aliran peralatan. Udara sekarang akan terperangkap didalam atas
manometer sistem pipa-pipa dan manifold.
8. Buka katup udara hanya cukup untuk memungkinkan air naik kira-kira setengan dari
skala manometer.
9. Tutup katup udara.
10. Amati data pada tiga macam laju aliran debit. Gunakan set pertama pembacaan
pada laju aliran debit maksimum (h1-h11 besar), laju aliran debit dikurangi untuk
memberikan perbedaan tinggi h1-h11 sekitar 50 mm. Ulang prosedur diatas untuk
menghasilkan perbedaan tinggi yang berada diantara kedua test diatas. Semua data
dicatat.
11. Matikan pasokan bangku. Jika air terperangkap didalam manometer, buka katup
udara untuk membersihkannya. Tutup kembali katup udara.
NOMENKLATUR:

Tabel 3.2 Nomenklatur

Satuan Lamban Tipe Deskrips


g i
Diambil dari skala pembacaan
Volume pada hydraulic bench. Volume
terkump m3/s yang terkumpul diukur dalam
Q Diukur liter/detik. Konversikan ke m3/s
ul
/Debit perhitungan
(dibagi dengan 1000).
Diameter pipa pada setiap keran.
Diameter M D Diberikan
Lihat di bagian dimensi.
Tinggi Nilai terukur dari
M ∆h Diberikan
pembacaan
berbeda-beda
manometer dalam air. (h2-h1)
Koefisien
C Dihitung Dilihat dari rumus yang diberikan.
Aliran
Luasan pipa pada setiap keran.
Luasan pipa m2 A Diberikan
Lihat
di bagian dimensi.

Nilai terukur dari


Tinggi M H Diukur
pembacaan manometer
dalam air.
Kecepatan aliran dalam pipa
Kecepatan m/s V Dihitung
= Qv / A
2
Nilai gravitasi m/s G Diberikan 9,81 m/s2
Formulir Teori Bernoulli

Kelompok :I

Hari/Tgl : Sabtu/ 3 oktober 2020


Pukul : 13:30 WIB
Aliran Q : 1. 0,277 x 10̄ 3 (m3/s)
2. 0,185 x 10̄ 3 (m3/s)
3. 0,157 x 10̄ 3 (m3/s)

PIPA (mm)
PERCOBAAN
A B C D E F G H J K L
1 212 208 178 128 140 166 178 188 194 198 200
2 172 170 158 134 138 150 156 160 164 165 166
3 156 155 145 128 130 140 144 145 149 150 151

Jakarta, 7 oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Rohmaniatus Jannah) (Fakhri Akmal Rusniawan)


DISTRIBUSI TEKANAN TAK BERDIMENSI

Luas Permukaan di Tenggorokan (D), A2 = 201.0619 mm2

Distribusi Tekanan Ideal

Tekanan
Jarak Tanpa
Luas
Sepanjang Diameter A2 / An ( A2 / An )2 Dimensi yang
Pipa Permukaan
Venturi (mm) Ideal
Area (mm2)
(mm) (A2/A1)2 -
(A2/An)2
A 0 26,00 530.9292 0,3786 0,1433 0
B 20 23,20 422.7327 0,4756 0,2262 -0.0829
C 32 18,40 265.9044 0,7561 0,4284 -0.4284
D 46 16,00 201.0619 1 1 -0.8567
E 61 16,79 221.4069 0,9081 0,8246 -0.6813
F 76 18,47 267.9314 0,7504 0,5631 -0.4198
G 91 20,16 319.2059 0,6299 0,3967 -0.2534
H 106 21.84 374.6236 0,5367 0,2880 -0.1447
J 121 23.53 434.8442 0,4623 0,2137 -0.0704
K 136 25.21 499.1551 0,4028 0,1622 -0.0189
L 156 26.00 530.9292 0,3786 0,1433 0

Aliran Q (Nilai Maksimum) = 0.277 (l/s)


= 0.277 x10-3 (m3/s)
A2 = 201.0619 x 10−6 m²
Kecepatan V2 = 1.3777 m/s
V22 / 2g = 0.0966 x 10³ mm

Distribusikan Tekanan Aktual

Tekanan Tanpa Dimensi yang


Jarak Sepanjang hn hn – h1
Pipa Sebenarnya
Venturi (mm) (mm) (mm)
(hn – h1) / (V22/2g)
A 0 212 0 0
B 20 208 -4 -0.0413
C 32 178 -34 -0.3518
D 46 128 -83 -0.7450
E 61 140 -72 -0.7450
F 76 166 -46 -0.4760
G 91 178 -34 -0.3518
H 106 188 -24 -0.2483
J 121 194 -18 -0.1863
K 136 198 -14 -0.1449
L 156 200 -12 -0.1242

Aliran Q (Nilai Menengah) = 0.185 (l/s)


= 0.185 x10-3 (m3/s)
A2 = 201.0619 x 10−6
Kecepatan V2 = 0.9201 m/s
V22 / 2g = 0.0469 x 10³ mm

Distribusikan Tekanan Aktual

Tekanan Tanpa Dimensi yang


Jarak Sepanjang hn hn – h1
Pipa Sebenarnya
Venturi (mm) (mm) (mm)
(hn – h1) / (V22/2g)
A 0 172 0 0
B 20 170 -2 -0.0426
C 32 158 -14 -0.2985
D 46 134 -38 -0.8105
E 61 138 -34 -0.7250
F 76 150 -22 -0.4691
G 91 156 -16 -0.3411
H 106 160 -12 -0.2559
J 121 164 -8 -0.1706
K 136 165 -7 -0.1493
L 156 166 -6 -0.1279

Aliran Q (Nilai Minimum)= 0.157 (l/s)


= 0.157 x10-3 (m3/s)
A2 = 201.0619 x 10−6 m
Kecepatan V2 = 0.7809 m/s
V22 / 2g = 0.0398 x 10³ mm

Distribusikan Tekanan Aktual

Tekanan Tanpa Dimensi yang


Jarak Sepanjang hn hn – h1
Pipa Sebenarnya
Venturi (mm) (mm) (mm)
(hn – h1) / (V22/2g)
A 0 156 0 0
B 20 155 -1 -0.0251
C 32 145 -11 -0.2763
D 46 128 -28 -0.7035
E 61 130 -26 -0.6532
F 76 140 -16 -0.4020
G 91 144 -12 -0.3015
H 106 146 -10 -0.2512
J 121 149 -7 -0.1759
K 136 150 -6 -0.1507
L 156 151 -5 -0.1256

Tabel Debit

Aliran Q h1 h2 h1 – h2
(m3/s) (m) (m) (m)
√ h1−h2 Cd
0.272 x10-3 212 x10-3 125 x10-3 87 x10-3 0.2949 0.9761
0.185 x10-3 172 x10-3 134 x10-3 38 x10-3 0.1949 0.9864
0.157 x10-3 156 x10-3 128 x10-3 28 x10-3 0.1673 0.9752
Grafik tekanan ideal dan tekanan actual terhadap jarak sepanjang venturi

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-0.1

-0.2

-0.3
Tekanan Ideal
-0.4
Tekanan Maksimum
Tekanan Menengah
-0.5
Tekanan Minimum
-0.6

-0.7

-0.8

-0.9

Berdasarkan grafik tekanan ideal dan tekanan aktual terhadap jarak diatas
menunjukan bahwa tekanan ideal dan tekanan actual pada tiap debit memiliki bentuk
grafik menyerupai huruf “V”. Pada tekanan actual,ketinggian air pada debit yang
berbeda memiliki nilai yang tidak telalu jauh dengan tekanan ideal namun pada kenaikan
air setalah pipa D nilai tekanan aktual tidak mencapai atau memiliki nilai lebih rendah
dibandingkan dengan tekanan idealnya.
Grafik Koefisien debit (Cd) terhadap aliran

0.99

0.99

0.98

0.98

0.98

0.98
cd
0.98

0.97

0.97

0.97

0.97
0.140 0.160 0.180 0.200 0.220 0.240 0.260 0.280

Perbandingan nilai Cd didapatkan dari perhitungan dengan angka yang tertera


pada alat venturimeter. Dimana pada aliran debit maksimum nilai Cd yang di peroleh
adalah 0,9813, sedangkan pada aliran debit menengah nilai Cd yang didapatkan lebih
rendah yaitu 0,9612 dan pada aliran debit minimum nilai Cd memiliki angka yang lebih
tinggi dibandingkan nilai C d pada aliran debit maksimum dan aliran debit minimum yaitu
sebesar 0,9614.
Grafik akar (h1 – h2) terhadap debit aliran

0.35

0.3

0.25

0.2

akar h1-h2
0.15

0.1

0.05

0
0.140 0.160 0.180 0.200 0.220 0.240 0.260 0.280

Pada grafik akar h1 - h 2terhadap aliran debit diatas menunjukan bahwa


perbandingan nilai akar h1 - h 2 terhadap aliran debit berbanding lurus. Pada aliran
maksimum dengan nilai Q = 0,277 x 10−3 memiliki nilai √ h1−¿h ¿
2
yang tinggi yaitu
sebesar 0.083. Untuk aliran menengah dengan Q = 0,194 x 10 memiliki nilai √ h1−¿h ¿
−3
2

yang tidak terlalu tinggi namun tidak terlalu rendah juga sebesar 0.044. Dan pada aliran
minimum dengan Q = 0,152 x 10−3 memiliki nilai √ h1−¿h ¿ lebih rendah dibandingkan
2

dengan aliran maksimum dan aliran menengah yaitu sebesar 0.027


E. PERHITUNGAN
1
 A2 = × π × (d terkecil)2
4
1
= × π × (16 mm)2
4
= 201.0619 mm2
1
 A1 = × π × (d terbesar)2
4
1
= × π × (26 mm)2
4
= 530.9292 mm2
A2 201.0619 mm2
 =
A1 530.9292 mm 2
= 0.3786 mm2
2
A2
 ( )
A1
= (0.3786)2

= 0.1433

1. Distribusi Tekanan Ideal (c)


1. Pipa A
 Jarak Sepanjang Venturi = 0 mm
 Diameter (d) = 26.00 mm
1
 Luas Permukaan Area (Aa) = × π × d2
4
1
= × π × (26.00 mm)2
4
= 530.9292 mm2
A2 201.0619 mm2
 =
Aa 530.9292 mm 2
¿ 0.3786
2
A2
 ( ) Aa
= (0.3786)2

¿ 0.1433
2 2 2 2
A2 A2 201.0619 mm 2 201.0619 mm 2
 ( ) ( )
A1
-
Aa
= (
530.9292 mm2 ) ( -
530.9292 mm 2 )
= 0.1433 - 0.1433
=0

2. Pipa B
 Jarak Sepanjang Venturi = 20 mm
 Diameter (d) = 23.20 mm
1
 Luas Permukaan Area (Ab) = × π × d2
4
1
= × π × (23.20 mm)2
4
= 422.7327 mm2
A2 201.0619 mm2
 =
Ab 422.7327 mm2
¿ 0.4756
2
A2
 ( )
Ab
= (0.4756)2

= 0.2262
2 2 2 2
A2 A2 201.0619 mm 2 201.0619 mm 2
 ( ) ( )
A1
-
Ab
= (
530.9292 mm2 ) ( -
422.7327 mm2 )
¿ 0.1433−0.2262
= -0.0829

3. Pipa C
 Jarak Sepanjang Venturi = 32 mm
 Diameter (d) = 18.40 mm
1
 Luas Permukaan Area (Ac) = × π × d2
4
1
= × π × (18.40 mm)2
4
= 265.9044 mm2
A2 201.0619 mm2
 =
Ac 265.9044 mm2
= 0.7561
2
A2
 ( )
Ac
¿( 0.7561)2

¿ 0.5717
2 2 2 2
A2 A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1
− 2 =
Ac 530.9292 mm2
− ) (
265.9044 mm2 )
= 0.1433 - 0.5717
= -0.4284

4. Pipa D
 Jarak Sepanjang Venturi = 46 mm
 Diameter (d) = 16.00 mm
1
 Luas Permukaan Area (Ad) = × π ×d 2
4
1
¿ × π ×(16.00 mm)2
4
= 201.0619 mm2
A2 201.0619mm 2
 ¿
Ad 201.0619mm 2
¿1
2
A2
 ( )
Ad
¿(1)2

¿1
2 2 2 2
A2 A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1
− 2
Ad
¿
530.9292 mm2
− ) (
201.0619 mm2 )
¿ 0.1433−1
= -0.8567

5. Pipa E
 Jarak Sepanjang Venturi = 61 mm
 Diameter (d) = 16.79 mm
1
 Luas Permukaan Area (Ae) = × π ×d 2
4
1 2
¿ × π ×(16.79 mm)
4
= 221.4069 mm2
A2 201.0619mm 2
 ¿
Ae 221.4069mm 2
¿ 0.9081

2
A2
 ( )
Ae
¿( 0.9081)2

¿ 0.8246
2 2 2 2
A2 A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1
− 2
Ae
¿
530.9292 mm2
− ) (
221.4069 mm2 )
¿ 0.1433−0.8246
= -0.6813

6. Pipa F
 Jarak Sepanjang Venturi = 76 mm
 Diameter (d) = 18.47 mm
1
 Luas Permukaan Area (Af) = × π ×d 2
4
1
¿ × π ×(18.47 mm)2
4
= 267.9314 mm2
A2 201.0619 mm2
 ¿
Af 267.9314 mm2
¿ 0.7504
2
A2
 ( )
Af
¿( 0.7504)2

¿ 0.5631
A2 2 A2 2 2 2
201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1

Af
¿
530.9292 mm2
− ) (
267.9314 mm2 )
¿ 0.1433−0.5631
= -0.4198

7. Pipa G
 Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
 Diameter (d) = 20.16 mm
1
 Luas Permukaan Area (Ag) = × π ×d 2
4
1
¿ × π ×( 20.16 mm)2
4
= 319.2059 mm2
A2 201.0619mm 2
 ¿
Ag 319.2059mm 2
¿ 0.6299
2
A2
 ( )
Ag
¿( 0.6299)
2

¿ 0.3967
2 2 2 2
A2 A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1
− 2
Ag
¿
530.9292 mm2
− ) (
319.2059 mm2 )
¿ 0.1433−0.3967
= -0.2534
8. Pipa H
 Jarak Sepanjang Venturi = 106 mm
 Diameter (d) = 21.84 mm
1
 Luas Permukaan Area (Ah) = × π ×d 2
4
1
¿ × π ×( 21.84 mm)2
4
= 374.6236 mm2
A2 201.0619mm 2
 ¿
Ah 374.6236 mm2
¿ 0.5367
2
A2
 ( )
Ah
¿( 0.5367)2

¿ 0.2880
2 2 2 2
A2 A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1
− 2
Ah
¿
530.9292 mm2
−) (
374.6236 mm2 )
¿ 0.1433−0.2880
= -0.1447

9. Pipa J
 Jarak Sepanjang Venturi = 121 mm
 Diameter (d) = 23.53 mm
1
 Luas Permukaan Area (Aj) = × π ×d 2
4
1
¿ × π ×( 23.53mm)2
4
= 434.8442 mm2
A2 201.0619 mm2
 ¿
Aj 434.8442 mm2
¿ 0.4623
2
A2
 ( )
Aj
¿( 0.4623)2

¿ 0.2137
2 2 2 2
A2 A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1
− 2
Aj
¿
530.9292 mm2
−) (
434.8442 mm2 )
¿ 0.1433−0.2137
= -0.0704

10. Pipa K
 Jarak Sepanjang Venturi = 136 mm
 Diameter (d) = 25.21 mm
1
 Luas Permukaan Area (Ak) = × π ×d 2
4
1
¿ × π ×(25.21mm)2
4
= 499.1551 mm2
A2 201.0619 mm2
 ¿
Ak 499.1551 mm2
¿ 0.4028
2
A2
 ( )
Ak
¿( 0.4028)2

¿ 0.1622

A2 2 A2 2 2 2
201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1

Ak
¿
530.9292 mm2
− ) (
499.1551 mm2 )
¿ 0.1433−0.1622
= -0.0189

11. Pipa L
 Jarak Sepanjang Venturi = 156 mm
 Diameter (d) = 26.00 mm
1
 Luas Permukaan Area (Al) = × π ×d 2
4
1
¿ × π ×( 26.00 mm)2
4
= 530.9292 mm2
A2 201.0619mm 2
 ¿
Al 530.9292mm 2
¿ 0.3786
2
A2
 ( )
Al
¿( 0.3786)2

¿ 0.1433
2 2 2 2
A2 A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
 ( ) ( ) (
A1
− 2
Al
¿
530.9292 mm2
− ) (
530.9292mm 2 )
¿ 0.1433−0.1433
=0
2. Distribusi Tekanan Aktual
 Nilai Maksimum
I
Aliran Q = 0,277
S
= 0,277 x 10-3 (m3s-1)
A2 = 201,0619 mm2
= 201,0619 x 10-6m2
V 2
Q
2 =
A2
m3
0,277 X 10-3
= S
201 ,0619 X 10 -6 m 2
m
=1,3777
s
2
m
v22

=
(
1,3777
s )
2.g m
2 x 9,81 2
s

= 0,0966 m

= 96,6427 mm

1. Pipa A
hn = 212 mm

hn-h1 = 212 mm − 212 mm

= 0 mm

( hn-h1 ) 0 mm
=
v2 2 96,6427 mm
2.g
¿ 0 mm

2. Pipa B
hn = 208 mm

hn-h1 = 208 mm − 212 mm

= -4 mm

( hn-h1 ) -4 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,0413 mm

3. Pipa C
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm − 212 mm
= -34 mm
( hn-h1 ) -34 mm
=
v2 2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,3518 mm

4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm − 212 mm
= -84 mm

( hn-h1 ) -84 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,8692 mm

5. Pipa E
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm − 212 mm
= -72 mm

( hn-h1 ) -72 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,7450 mm

6. Pipa F
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm − 212 mm
= -46 mm

( hn-h1 ) -46 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,4760 mm

7. Pipa G
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm − 212 mm
= -34 mm

( hn-h1 ) -34 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,3518 mm

8. Pipa H
hn = 188 mm
hn-h1 = 188 mm − 212 mm
= -24 mm

( hn-h1 ) -24 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,2483 mm

9. Pipa J
hn = 194 mm
hn-h1 = 194 mm − 212 mm
= -18 mm

( hn-h1 ) -18 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,1863 mm

10. Pipa K
hn = 198 mm
hn-h1 = 198 mm − 212 mm
= -14 mm

( hn-h1 ) -14 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g
¿ -0,1449 mm

11. Pipa L
hn = 200 mm
hn-h1 = 200 mm − 212 mm
= -12 mm

( hn-h1 ) -12 mm
=
v2
2 96,6427 mm
2.g

¿ -0,1242 mm
 Nilai Menengah
I
Aliran Q = 0,185
S
= 0,185 x 10-3 (m3s-1)
A2 = 201,0619 mm2
= 201,0619 x 10-6m2
V 2
Q
2 =
A2
-3m3
0,185 X 10
= S
201 ,0619 X 10 -6 m 2
m
= 0 , 9 201
s
2
m
v22

=
( 0, 9201
s )
2.g m
2 x 9,81 2
s
= 0,0469 m
= 46,8960 mm

1. Pipa A
hn = 172 mm
hn-h1 = 172 mm − 172 mm
= 0 mm
( hn-h1 ) 0 mm
=
v2 2 46,8960 mm
2.g
¿ 0 mm

2. Pipa B
hn = 170 mm
hn-h1 = 170 mm − 172 mm
= -2 mm
( hn-h1 ) -2 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,0426 mm

3. Pipa C
hn = 158 mm
hn-h1 = 158 mm − 172 mm
= -14 mm
( hn-h1 ) -14 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,2985 mm
4. Pipa D
hn = 134 mm
hn-h1 = 134 mm − 172 mm
= -38 mm
( hn-h1 ) -38 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,8103 mm

5. Pipa E
hn = 138 mm
hn-h1 = 138 mm − 172 mm
= -34 mm
( hn-h1 ) -34 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,7250 mm

6. Pipa F
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm − 172 mm
= -22 mm
( hn-h1 ) -22 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,4691 mm

7. Pipa G
hn = 156 mm
hn-h1 = 156 mm − 172 mm
= -16 mm

( hn-h1 ) -16 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,3411 mm

8. Pipa H
hn = 160 mm
hn-h1 = 160 mm − 172 mm
= -12 mm

( hn-h1 ) -12 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,2559 mm

9. Pipa J
hn = 164 mm
hn-h1 = 164 mm − 172 mm
= -8 mm

( hn-h1 ) -8 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ -0,1706 mm

10. Pipa K
hn = 165 mm
hn-h1 = 165 mm − 172 mm
= -7 mm

( hn-h1 ) -7 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g
¿ 0,1493 mm

11. Pipa L
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm − 172 mm
= -6 mm

( hn-h1 ) -6 mm
=
v2
2 46,8960 mm
2.g

¿ -0,1279 mm
 Nilai MINIMUM
I
Aliran Q = 0,157
S
= 0,157 x 10-3 (m3s-1)
A2 = 201,0619 mm2
= 201,0619 x 10-6m2
V 2
Q
2 =
A2
3
m
0,157 X 10-3
= S
201 ,0619 X 10 -6 m 2
m
= 0 ,7809
s
m 2
v22

=
(0,7809
s )
2.g m
2 x 9,81 2
s

= 0,0398 m

= 39,7989 mm

1. Pipa A
hn = 156 mm
hn-h1 = 156 mm − 156 mm
= 0 mm

( hn-h1 ) 0 mm
=
v2
2 39,7989 mm
2.g
¿0

2. Pipa B
hn = 155 mm
hn-h1 = 155 mm − 156 mm
= -1 mm
( hn-h1 ) -1 mm
=
v22 39,7989 mm
2.g
¿ -0,0251 mm

3. Pipa C
hn = 145 mm
hn-h1 = 145 mm − 156 mm
= -11 mm

( hn-h1 ) -11 mm
=
v22 39,7989 mm
2.g

¿ -0,2763 mm

4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm − 156 mm
= -28 mm

( hn-h1 ) -28 mm
=
v22 39,7989 mm
2.g

¿ -0,7035 mm

5. Pipa E
hn = 130 mm
hn-h1 = 130 mm − 156 mm
= -26 mm

( hn-h1 ) -26 mm
=
v22 39,7989 mm
2.g

¿ -0,6532 mm

6. Pipa F
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm − 156 mm
= -16 mm

( hn-h1 ) -16 mm
=
v2
2 39,7989 mm
2.g

¿ -0,4020 mm
7. Pipa G
hn = 144 mm
hn-h1 = 144 mm − 156 mm
= -12 mm

( hn-h1 ) -12 mm
=
v2 2 39,7989 mm
2.g

¿ -0,3015 mm

8. Pipa H
hn = 146 mm
hn-h1 = 146 mm − 156 mm
= -10 mm

( hn-h1 ) -10 mm
=
v22 39,7989 mm
2.g

¿ -0,2512 mm

9. Pipa J
hn = 149 mm
hn-h1 = 149 mm − 156 mm
= -7 mm

( hn-h1 ) -7 mm
=
v2
2 39,7989 mm
2.g

¿ -0,1759 mm

10. Pipa K
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm − 156 mm
= -6 mm

( hn-h1 ) -6 mm
=
v2 2 39,7989 mm
2.g

¿ -0,1507 mm

11. Pipa L
hn = 151 mm
hn-h1 = 151 mm − 156 mm
= -5 mm
( hn-h1 ) -5 mm
=
v2
2 39,7989 mm
2.g

¿ -0,1256 mm

3. Koefisien Debit (c)


2×g
K = A2
×

√()A
1− 2
A1
2

2× 9.81 m/s2
= 201.0619 mm

= 0.9621 x10-3
A. Nilai Maksimum
2
×

√(
1−
201.0619 mm2
530.9292 mm2 )
2

Aliran Q = 0.277 x10-3 m3/s


h1 = 212 x 10-3 m
h2 = 125 x10-3 m
h1 – h2 = 212 x10-3 m – 125 x10-3 m
= 87 x10-3 m

1 Q
C = ×
K √ h1−h 2
1 0.277 x 10−3 m3 / s
= ×
0.9621 x 10−3 √ 87 x 10−3 m
= 0,9761
B. Nilai Menengah
Aliran Q = 0.185 x10-3 m3/s
h1 = 172 x10-3 m
h2 = 134 x10-3 m
h1 – h2 = 172 x10-3 m – 134 x10-3 m
= 38 x10-3 m
1 Q
C = ×
K √ h1−h 2
1 0.185 x 10−3 m3 / s
= ×
0.9621 x 10−3 √38 x 10−3 m
= 0,9864
C. Nilai Minimum
Aliran Q = 0.157 x10-3 m3/s
h1 = 156 x10-3 m
h2 = 128 x10-3 m
h1 – h2 = 156 x10-3 m – 128 x10-3 m
= 28 x10-3 m

1 Q
C = ×
K √ h1−h 2
1 0.157 x 10−3 m3 / s
= ×
0.9621 x 10−3 √ 28 x 10−3 m
= 0.9752

F. ANALISA

Pada praktikum dengan judul Teori Bernoulli, kita dapat mengetahui bahwa pada
teori Bernoulli menyatakan bahwa kenaikan kecepatan aliran fluida akan menyebabkan
penurunan tekanan fluida secara bersamaan atau penurunan energi potensial fluida
tersebut. Pada praktikum ini, bahwa air akan mengalir dan memiliki kecepatan dari luas
penampangannya, apabila luas penampangnya besar maka tekanan airnya berbanding
terbalik dengan luas penampangnya. Tujuan praktikum ini yang pertama adalah menyelidiki
persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan aliran air yang steady pada pipa yang bergradasi
dimensinya. Aliran air steady pada pipa merupakan suatu aliran yang tidak terjadi
perubahan baik besar maupun arah, dengan kata lain tidak terjadi perubahan kecepatan
dan penampang. Yang kedua adalah menentukan besarnya koefisien debit pada alat
venturimeter. Koefisien aliran venturimeter memiliki hubungan yang berbanding lurus
dengan debit yang dihasilkan. Pada praktikum ini, semakin besar debit, semakin besar juga
koefisien aliran venturimeternya. Yang ketiga adalah mengamati pembagian tekanan
sepanjang pipa konvergen dan divergen.
Pada praktikum ini, memiliki tujuan yang ketiga yakni mengamati pembagian tekanan
sepanjang pipa konvergen dan divergen. Pipa konvergen adalah pipa yang luasannya lebih
kecil dan memiliki laju fluida besar serta tekanannya besar. Pipa divergen adalah pipa yang
luasannya lebih besar dan memiliki laju fluida kecil serta tekanan fluidanya besar. Pada
praktikum ini, aliran pada pipa konvergen memiliki laju fluida yang besar ketika masuk ke
pipa venturi dan aliran pada pipa divergen memiliki laju fluida kecil karena pipa yang
luasannya lebih besar sehingga menyebarkan aliran ke beberapa pipa. Intinya apabila laju
fluidanya besar maka luas penampangnya kecil pada pipa, sedangkan apabila laju
fluidanya kecil maka luas penampangnya besar pada pipa.
Pada praktikum ini, terdapat hukum Bernoulli yang menyatakan bahwa kenaikan
kecepatan aliran fluida akan menyebabkan penurunan tekanan fluida secara bersamaan
atau penurunan energi potensial fluida tersebut. Intinya tekanan akan menurun jika
kecepatan fluida meningkat. Hubungan hukum Bernoulli dengan praktikum ini, pada aliran
air yang terjadi pada pipa konvergen dan divergen dengan menggunakan hukum Bernoulli
praktikan dapat mengetahui bagaimana cara kerja dari hukum Bernoulli, pada pipa yang
berdiameter kecil maka laju fluida besar sedangkan pipa yang berdiameter besar maka laju
fluidanya kecil. Perbedaan pada pipa sangat berpengaruh dengan hukum Bernoulli, pipa
divergen dan pipa konvergen yang membuat hukum Bernoulli sangat penting dan
berpengaruh pada praktikum ini.
Praktikum ini didapatkan hasil koefisien debit dengan hasil yang berbeda setiap
datanya, koefisien debit didapatkan dari ketinggian air pada pipa-pipa yang terdapat pada
praktikum ini. Dengan ketinggian air, maka didapatkan aliran maksimum, aliran menengah
dan aliran minimum. Pada aliran air maksimum, menengah dan minimum didapatkan nilai
koefisien debit yang tidak jauh selisih antara ketiga aliran tersebut. Dengan mendapatkan
aliran koefisien debit maka kita juga mendapatkan kecepatan aliran air. Perbandingan
antara aliran tersebut menyebabkan aliran yang memiliki nilai koefisien debitnya tinggi
maka kecepatan airnya juga tinggi begitupun seterusnya. Hubungan koefisien debit,
ketinggian air pada pipa berpengaruh dengan kecepatan aliran air pada praktikum ini.
Pada praktikum ini, kesalahan yang dapat terjadi adalah kesalahan dalam
pengukuran ketinggian air yang menggunakan penggaris yang dapat menyebabkan hasil
data perhitungan dan hasil data koefisien debit maupun kecepatan air kurang akurat. Selain
itu, kesalahan pada pipa apabila pada pipa masih terdapat gelembung udara sehingga
menyebabkan ketinggian air pada pipa berkurang.

.
G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli pada aliran air yang masuk
melalui pipa.
2. Praktikan mampu menentukan besarnya koefisien debit (Cd).
3. Praktikan mampu mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa terbagi
berdasarkan tekanan yang masuk melalui ukuran diameter dari pipa yang
menyempit (divergen) dan diameter pipa yang membesar (konvergen).
4. Hasil perhitungan Cd:
 Debit Maksimum = 0.9813
 Debit Menengah = 0.9612
 Debit Minimum = 0.9614
5. Dari hasil perhitungan didapat :
1) Luas penampang diameter pipa terkecil = 201,0619 mm2
2) Luas penampang diameter pipa terbesar = 530, 9292 mm2
3) Distribusi Tekanan Ideal
 Pipa A dengan diameter 26,00 mm2 dengan luas permukaan area 530,9292 mm2
 Pipa B dengan diameter 23,20 mm2 dengan luas permukaan area 422,7327 mm2
 Pipa C dengan diameter 18,40 mm2 dengan luas permukaan area 265,9044 mm2
 Pipa D dengan diameter 16,00 mm2 dengan luas permukaan area 201,0619 mm2
 Pipa E dengan diameter 16,79 mm2 dengan luas permukaan area 221,4069 mm2
 Pipa F dengan diameter 18,47 mm2 dengan luas permukaan area 267,9317 mm2
 Pipa G dengan diameter 20,16 mm2 dengan luas permukaan area 319,2059 mm2
 Pipa H dengan diameter 21,84 mm2 dengan luas permukaan area 374,6236 mm2
 Pipa J dengan diameter 23,53 mm2 dengan luas permukaan area 434,8442 mm2

 Pipa K dengan diameter 25,21 mm2 dengan luas permukaan area 499,1551 mm2
 Pipa L dengan diameter 26,00 mm2 dengan luas permukaan area 530,9292 mm2

H. LAMPIRAN
1.1 GAMBAR ALAT DAN BAHAN

(a) (b)
(c) (d)

Keterangan :
(a) : Digital Hydraulic Bench atau bangku hidraulik digital
(b) : Venturimeter
(c) : Penggaris
(d) : Air

1.1 Pada saat praktikum


Praktikum Modul 3

Anda mungkin juga menyukai