Anda di halaman 1dari 48

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA OLEH

NEGARA, PEMERINTAH, & MASYARAKAT


filsufgaul / March 4, 2012
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam
hidup dan kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan
yang sebenar-benarnya dan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan
nasionalnya. Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa
untuk melemahkan dan atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman,
rintangan dan gangguan itulah yang yang disebut dengan Ketahanan Nasional.
Oleh karena itu, ketahanan nasional mutlak senantiasa harus dibina dan
dibangun serta ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan
dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa.

Pancasila sebagai dasar negara yang juga mempengaruhi ketahanan nasional,


merupakan hasil usaha pemikiran manusia Indonesia yang sungguh-sungguh
secara sistimatis dan radikal, yang dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian
kalimat yang mengandung satu pemikiran yang bermakna dan bulat untuk
dijadikan dasar, azas dan pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama
dalam rangka kesatuan Negara Indonesia merdeka. Terbentuknya Pancasila
tidak bisa lepas dari keadaan sosial, politik dan ekonomi rakyat Indonesia
dibawah kolonialisme pada waktu itu.[1] Semangat untuk menentang penjajahan
dan menjadi negara yang merdeka seutuhnya merupakan landasan awaln
dicetuskannya Pancasila.

Dalam merumuskan Pancasila, Soekarno berusaha menyatukan semua pemikiran


dari berbagai golongan serta membuang jauh-jauh kepentingan perorangan,
etnik maupun kelompok. Soekarno menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah kemerdekaan untuk semua golongan. Menyadari akan kebhinekaan
bangsa Indonesia tersebut, Soekarno mengemukakan konsep dasar Pancasila
yang didalamnya terkandung semangat semua buat semua. Pancasila tidak

hanya digunakan sebagai ideologi pemersatu dan sebagai perekat kehidupan


dan kepentingan bangsa, tetapi juga sebagai dasar dan filsafat serta pandangan
hidup bangsa. Sesuai dengan Tuntutan Budi Nurani Manusia, Pancasila
mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan, Kemanusiaan (humanisme), Kebangsaan
(persatuan), demokrasi dan keadilan.[2]

B. Ruang Lingkup

Menjelaskan Pancasila sebagai suatu ideologi Bangsa Indonesia


Menjelaskan permasalahan bangsa yang berkaitan dengan Ideologi Pancasila
Memberikan rekomendasi kelompok sebagai upaya meningkatkan ketahanan
pemuda di bidang ideologi Pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pengertian Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis suatu negara atau bangsa yang
terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar,
secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.[3] Oleh karena
itu, Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus
senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus-menerus serta sinergik yang
harus selalu didasari oleh pemikiran geopolitik dan geostrategi sebagai sebuah
konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan konstelasi
yang ada disekitar Indonesia.

Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan


kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan
secara utuh, menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan

Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia


merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metode) keuletan dan
ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.

Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa


yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan
nasional. Hakikat konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang , serasi dan
selaras dalam aspek hidup dan kehidupan nasional.

B.

Pancasila Sebagai Ideologi

Secara teori suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan
merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri. [4] Menurut Antoine
Destut de Tracy (1836) Ideologi merupakan ilmu tentang terjadinya cita-cita atau
gagasan. Lalu dipertegas oleh Daniel Bell sebagai sistem keyakinan untuk
memotivasi orang atau kelompok masyarakat untuk bertindak dengan cara
tertentu sebagaimana diajarkan oleh ideologi tersebut.[5]

Sesuai dengan sejarah bangsa Indonesia, pemerintah telah menetapkan


Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup. Pancasila ini merupakan buah
hasil pemikiran bersama para pemikir bangsa yang disusun sebagai bentuk
pengintegrasian persatuan dan kesatuan bangsa. Pancasila merupakan tatanan
nilai yang digali atau dikristalisasikan dari nilai-nilai dasar budaya bangsa
Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh berkembang dalam
masyarakat di Indonesia. Pancasila sendiri sebagai ideologi terbuka, tidak dapat
mengingkari adanya beberapa konsekuensi keberadaannya di tengah ideologi
dunia lain. Ciri khas ideologi terbuka adalah cita-cita dasar yang ingin
diwujudkan masyarakat bukan berasal dari luar masyarakat atau dipaksakan dari
elit penguasa tertentu.[6] Namun, terbuka kepada perubahan yang datang dari
luar, tetapi memiliki kebebasan dan integritas untuk menentukan manakah nilainilai dari luar yang mempengaruhi dan mengubah nilai-nilai dasar yang selama
ini sudah ada dan manakah yang tidak boleh diubah.

Pancasila memiliki posisi yang bervariasi di dalam struktur negara dan bangsa
Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, ideologi nasional, pandangan hidup
bangsa dan ligatur atau pemersatu bangsa. Semua ini berbasis pada konsep nilai

empat pilar bangsa (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika).
Sebagai konsep tersebut harus berada di dalam koridor yang jelas. Sebagai
dasar negara maka Pancasila menjadi acuan peraturan perundang-undangan,
sebagai ideologi nasional maka Pancasila adalah arah pembangunan bangsa,
Pancasila sebagai pandangan hidup maka Pancasila adalah pembentuk pola pikir
sikap dan tingkah laku atau karakter bangsa dan sebagai pemersatu maka
Pancasila sebagai pengikut kemajemukan.

1.

Pembabakan Perjalanan Pancasila

Dalam perjalanan sejarahnya pancasila telah mengalami berbagai perubahan


rumusan maupun redaksionalnya, paling tidak sebanyak 6 kali:[7]

Tabel 2.1 Pembabakan Perjalanan Pancasila

Pancasila I

Pancasila 2

Pancasila 3

Pancasila 4

Pancasila 5

Pancasila 6

1 Juni 1945

22 Juni 1945

18 Agus 1945

29 Okt 1949

5 Juli 1959

1966

Sidang BPUPKI

Piagam Jakarta

Sehari setelah kemerdekaan

UUD RIS

Dekrit Presiden

Orde Baru

Realitas sejarah ini menunjukkan bahwa pancasila senatiasa akan menghadapi


proses pemahaman antara pihak yang mempertahankan dan pihak yang
sebaliknya, sebagai konsekuensi logis di tengah peradaban dunia yang kian tidak
menentu.

2.

5 Sila Sebagai Kesatuan yang Utuh

Kelima sila Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga
pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung
didalamnya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti spiritual, memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.


Nilai ini berfungsi sebagai kekuatan mental spiritual dan landasan etik dalam
ketahanan nasional, dengan demikian atheisme tidak berhak hidup di bumi
Indonesia dalam kerukunan dan kedamaian hidup beragama.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung nilai sama derajat, sama
kewajiban dan hak, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela
kebenaran dan keadilan, toleransi dan nilai gotong royong.
Sila Persatuan Indonesia, mengandung arti bahwa pluralisme masyarakat
Indonesia memiliki nilai persatuan bangsa dan kesatuan wilayah yang
merupakan faktor pengikat, dan menjamin keutuhan nasional atas dasar Bhineka
Tunggal Ika. Nilai ini menempatkan kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, sebaliknya kepentingan
pribadi dan golongan diserasikan dalam rangka kepentingan bangsa dan negara.
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan
rakyat (demokrasi) yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang riil dan wajar.
Nilai ini mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dengan tetap
menghargai kepentingan pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat dan
menjunjung tunggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung nilai sikap adil,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak orang dan
sikap gotong royong ,dalam suasana kekeluargaan, suka memberi pertolongan
kepada orang, suka bekerja keras, dan bersamasama mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia terdapat dalam Alinea IV
Pembukaan UUD 1945, Pancasila sebagai ideologi nasional diatur dalam
Ketetapan MPR RI No.:XVIII/MPR/1998. Pancasila sebagai pandangan hidup dan
sumber hukum diatur dalam Tap. MPRS RI No.: XX/MPRS1966 jo. Tap. MPR RI
No.:IX/MPR/1976. [8]

Pancasila merupakan ideologi nasional, dasar negara, sumber hukum dan


pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan aplikasi nyata
Pancasila secara murni dan konsekuen baik objektif maupun subjektif.
Pelaksanaan objektif adalah bagaimana pelaksanaan nilai-nilai yang terkandung
dalam ideologi tersurat atau paling tidak tersirat dalam UUD 1945 dan segala
peraturan perundang-undangan dibawahnya, serta segala kegiatan
penyelenggaraan negara. Pelaksanaan subjektif adalah bagaimana nilai-nilai
tersebut dilaksanakan oleh pribadi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari
secara pribadi, anggota masyarakat dan negara. Pancasila mengandung sifat
idealistik, realistik ,dan fleksibilitas sehingga terbuka terhadap perkembangan
yang terjadi sesuai realitas perkembangan kehidupan tetapi tetap sesuai dengan
idealisme yang terkandung di dalamnya.

D.
Peran Masing-Masing Komponen Bangsa Untuk Mengimplementasikan NilaiNilai Pancasila
Segala macam bentuk pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah harus
didasari pada hakikat manusia sebagai monopluralis yang meliputi susunan
kodrat manusia, jiwa dan raga, sifat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi bediri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan YME.
Dalam bidang politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai Individu (makhluk sosial)
yang terjelma sebagai masyarakat. Dalam pengertian lain pengembangan politik
harus mendasarkan diri pada moralitas seperti yang tertuang dalam Pancasila.
Dalam bidang ekonomi, pemerintah harus terus mendorong sistem
perekonomian Indonesia yang mendasarkan diri pada moralitas humanistik
berbasis ekonomi yang berkemanusiaan. (ekonomi kerakyatan), yang tidak
hanya mendasarkan pada pada mengejar pertumbuhan saja melainkan juga
mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Pengembangan IPTEK harus mendasarkan pada sila pertama yang coba
mengkomplemasikan ilmu pengetahuan, mencipta, serta perimbangan antara
rasional dan tidak rasional, antara akal, rasa, dan kehendak. Jadi pengembangan
IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan,
tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia
dan lingkungan. Tidak hanya itu, pengambangan IPTEK juga harus beradab
karena IPTEK adalah hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.
Pemerintah (Negara)
Rakyat
a.
Dalam bidang sosial budaya, masyarakat hendaknya mendasarkan ke
lokalitasannya sebagai bagian terintegrasi dengan Pancasila. Hal ini harus
berkesesuaian dengan etika pancasila yang bersifat humanistik. Artinya nilainilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Pancasila harus dijadikan
sumber normatif bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya
Dalam kehidupan beragama, masyarakat seharusnya mengembangkan suatu
suasana bermasyarakat ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh
toleransi, dan saling menghargai. Agar konflik-konflik yang berdasar pada agama
dapat diredam dengan baik.

E.

Tantangan Terhadap Ideologi Pancasila

Pancasila di tengah-tengah ideologi besar dunia (kapitalisme dan Sosialisme)


dapat digambarkan melalui teori pendulum, yang bergerak mengayun ke kanan
dan kiri namun pada dasarnya tetap berada pada porosnya. Bung Hatta pernah
berkata bahwa menggambarkan masa depan Pancasila ibarat berlayar atau
mendayung, dan kita melampaui di antara pulau-pulau besar.[9] Ideologi negara
yang seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa Indonesia
khususnya para negarawan, para politisi dan pelaku ekonomi serta masyarakat
dalam berpartisipasi membangun negara, justru menjadi kabur dan
terpinggirkan. Padahal, ibarat darah dalam tubuh dan ibarat pelumas bagi
sebuah mesin, Pancasila sangat vital bagi kelangsungan hidup NKRI. Dengan
latar belakang sejarah perjalanan eksistensi Pancasila tersebut, setidaknya
tercatat tiga faktor menonjol yang membuat Pancasila semakin termarjinalkan
dalam perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara:

Gambar 2.1. Faktor Termarjinalkannya Pancasila

Tidak hanya tantangan di atas, Pancasila juga mendapat tantangan dari Trans
Ideologi seperti: liberalisme, individualisme, pragmatisme, hedonisme dan juga
ideologi lain yang didatangkan dari luar negeri. Secara ontologis, relasi Pancasila
pada dasarnya dapat digambarkan sebagai relasi antara manusia dengan the
ultimate reality, alam semesta, sesama manusia, negara bangsa, masyarakat,
dan dunia global.

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Ichlasul Amal MA pernah
mengatakan bahwa ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai
dengan arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta Indonesia. Hal ini
disebabkan perkembangan ekonomi dunia yang cenderung kapitaslistik sama
sekali tidak sesuai dengan ekonomi Pancasila yang berasaskan kerakyatan.
Sementara ekenomi global sama sekali tidak memandang hal tersebut.[10]
Tidak hanya itu, sila-sila yang ada dalam Pancasila juga sudah mulai tidak
dipahami. Contohnya, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Banyak umat
manusia yang masih mempersoalkan dan memperdebatkan agama. Mestinya,
hal itu tidak perlu terjadi karena semua itu sudah tercakup dalam Pancasila.
Belum lagi soal lainnya. misalnya sila Persatuan Indonesia dengan ditandai
masih ada yang mempersoalkan suku dan ras dalam menjalankan hubungan
sosial masyarakat.

Dalam ranah ke Indonesiaan Pancasila mendapat tantangan dari internal seperti


konflik Ambon kedua dan terakhir bom bunuh diri di kota Solo hari Minggu 25
September 2011 serta konflik-konflik yang telah terjadi sebelumnya antar suku,
antar kampung, antar pelajar, dan antar mahasiswa dan diperparah dengan isu
munculnya Negara Islam Indonesia (NII) menunjukkan bahwa usaha membangun
kebersamaan dalam kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia berdasarkan
ideologi Pancasila selama ini belum berhasil sepenuhnya. Menghadapi
permasalahan ideologis dan fenomena-fenomena paham patologis lainnya yang
mengancam kebersamaan bangsa Indonesia, khususnya menghadapi adanya
gerakan sektarian Islam radikal, terorisme, dan NII, dalam pidato Bung Karno
sebetulnya sudah diantisipasi ketika membicarakan prinsip ke tiga versi pidato
atau sila ke empat versi UUD 1945, yaitu prinsip Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan khusus untuk
golongan Islam dengan menyebutkan:

Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara
untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara
semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu. Saya yakin syarat
yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan perwakilan.
Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita,
sayapun, adalah orang Islam, maaf beribu-ribu maaf, keislaman saya jauh
belum sempurna, tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada,
dan melihat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati
Islam. Dan hati Islam Bung karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam
permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga
keselamatan agama, [11]

Potret NII adalah potret tentang disintegrasi dan rekonsolidasi. Karena terjadi
penyimpangan faham dan ajaran Islam yang dipraktekkan organisasi NII.
Pergerakan NII jelas-jelas hanya sebuah kelompok yang mengklaim
memperjuangkan Negara Islam, tapi nyata bertentangan dengan Islam. Hal ini
tentunya bertentangan dengan beberapa sila dalam Pancasila seperti sila
pertama, sila ke tiga dan penjelasan butir-butirnya dalam Pancasila.

F.
Urgensi Pemahaman Komprehensif Terhadap Nilai-Nilai Pancasila Terhadap
Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan suatu keadaan yang harus terus diwujudkan oleh
segenap masyarakat Indonesia, dengan cara berpegang pada 3 dasar untuk
mewujudkan ketahananNasional Indonesia yaitu: Pancasila, UUD 1945, dan
wawasan Nusantara. Sebagai salah satu dasar dalam pewujudan Ketahanan
Nasional, Pancasila harus mampu terinternasilasi dan terimplementasikan

dengan baik di tiap pribadi masing-masing individu. Pancasila sebagai satu


satunya dasar filsafat negara RI merupakan suatu azas kerohanian negara yang
mengandung nilai nilai essensial yang secara obyektif telah dimiliki oleh
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum mendirikan negara. Nilai nilai
tersebut merupakan bagian yang integral dari suatu sistem nilai yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang akan memberikan pola bagi sikap, tingkah laku dan
perbuatan bangsa Indonesia. Melalui ke 5 sila yang terkandung dalam Pancasila,
bangsa Indonesia senantiasa berpedoman dan menjadikan Pancasila sebagai
satu satunya hakekat dalam mempertahankan pertahanan dan keamanan
dalam mewujudkan ketahanan nasional.

Masing-masing sila telah memberikan koridor yang cukup jelas dalam acuan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama mengandung makna segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, moral
negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum peraturan perundangan, kebebasan dan hak azasi warga negara harus
dijiwai nilai nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila kedua, Mengandung makna
bahwa negara dalam menjaga ketahanan nasional menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Sila Persatuan Indonesia,
Mengandung makna bahwa suatu perbedaan yang ada dalam suatu bangsa
hendaknya tidak dijadikan alasan untuk menjadi konflik dan permusuhan
melainkan diarahkan pada suatu kedaan yang saling menguntungkan yaitu
persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan ketahan nasional. Sila
ke empat Mengandung makna adanya kebebasan yang harus disertai dengan
tanggung jawab baik terhadap masyarakat, bangsa maupun secara moral
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Serta mengakui adanya persamaan hak yang
melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku dan agama. Sila kelima
mengandung nilai nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan hidup
bersama. Keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain, manusia dengan lingkungan, bangsa dan negara serta
hubungan manusia dengan Tuhan, agar terjadi hubungan yang harmonis dan
bebas konflik untuk mewujudkan ketahanan nasional yang utuh.

BAB III

PENUTUP

A.

SIMPULAN

Eksistensi Pancasila yang lahir bersamaan dengan lahirnya negara Indonesia


membawa konsekuensi logis sebagai suatu pandangan hidup berbangsa dan
bernegara yang harus terinternalisasi bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pemahaman dan pengimplementasian Pancasila yang terintegrasi dengan baik
mutlak diperlukan agar masing-masing komponen negara (rakyat & pemerintah)
dapat menjadi aktor yang secara aktif mampu menjadi bagian dalam upaya
menjaga ketahanan nasional bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda
harus bisa menjadi penggerak dalam usaha memajukan bangsa. Bentuk usaha
tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dalam hal
penguatan ideologi, dimana ideologi bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila ini menjadi pedoman dan falsafah bangsa dalam segala kehidupan,
sehingga dibutuhkan adanya pemahaman makna Pancasila oleh semua lapisan
masyarakat sedini mungkin.

Kelangsungan sulitnya dan termarjinalkannya Pancasila dalam paruh dasawarsa


ini akan menjadi ancaman faktual yang serius bagi kelangsungan hidup negarabangsa Indonesia terutama dalam konteks ketahanan nasional. Oleh karena itu,
kewaspadaan terhadap berbagai ancaman-ancaman faktual yang setiap saat
muncul baik dari dalam negeri maupun dari percaturan Internasional, perlu
ditanamkan dalam jiwa setiap warga negara dan seluruh komponen bangsa. Kita
tentunya tidak ingin Pancasila terancam yang sekaligus juga berarti NKRI
terancam eksistensinya, sehingga sikap waspada pada derajat tertentu, seluruh
komponen bangsa atau disebut sebagai kewaspadaan Nasional juga mutlak
diperlukan.

B.

Rekomendasi

Untuk memperkuat ketahanan ideologi Pancasila diperlukan pembinaan yang


dapat dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

Pemantapan konsep Pancasila sebagai ideology bangsa, bukan sebuah


doktrinase.
Pengamalan Pancasila dalam segala kehidupan berbangsa dan bernegara
Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlevansikan dan
diaktualisasikan nilai instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan
mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
selaras dengan peradaban dunia yang berubah dengan cepat tanpa kehilangan
jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara bersumber dari Pancasila
harus terus dikembangkan dan ditanamkan di masyarakat yang majemuk
sebagai upaya untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah

serta moralitas yang loyal, utuh dan bangga terhadap bangsa dan negara. Di
samping itu perlu dituntut sikap yang wajar dari anggota masyarakat dan
pemerintah terhadap adanya keanekaragaman. Untuk itu setiap anggota
masyarakat dan pemerintah memberikan penghormatan dan penghargaan yang
wajar terhadap kebhinekaan.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia
harus dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga kelestarian dan
keampuhannya demi terwujudnya tujuan nasional serta cita-cita bangsa
Indonesia, khususnya oleh setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan serta setiap warga negara Indonesia.
Dalam hal ini teladan para pemimpin penyelenggara negara dan tokoh-tokoh
masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.
Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila harus menunjukkan keseimbangan
fisik material dengan pembangunan mental spiritual untuk menghindari
tumbuhnya materialisme dan sekulerisme. Dengan memperhatikan kondisi
geografi Indonesia, maka strategi pembangunan harus adil dan merata di
seluruh wilayah untuk memupuk rasa persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
Pendidikan Moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya dalam mata pelajaran. Selain itu, pendidikan moral
Pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat.
Pancasila sebagai pedoman memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan
ketahanan nasional, sehingga perlu adanya pembinaan dan pelatihan yang
dapat menumbuhkan ketahanan di berbagai kalangan masyarakat terutama
pada generasi penerus bangsa.
RUJUKAN

Asshiddiqie, Jimmly. Ideologi, Pancasila dan Konstitusi. Mahkamah Konstitusi


Republik Indonesia Tahun: 2003.

Azra, Azyumardi. Multukulturalisme, Demokrasi, dan Pancasila. Forum


Komunikasi Kemenko HukHam, Jakarta 20 Oktober 2010.

Bambang Rahardjo, Syamsuhadi. 1995. Garuda Emas Pancasila Sakti. Jakarta :


Yapeta Pusat.

Eccleshall, Robert et al. 2003. Political Ideologies: An Introduction. Ed ke 3. New


York: Routledge.

Feith, Herbert dan Castle, Lance. 1996. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965.
Jakarta: LP3ES.

Kompas, Merajut Nusantara: Rindu Pancasila, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,


Oktober 2010.

Moeldoko. Peranan Pancasila dalam Membangun Kewaspadaan dan Ketahanan


Nasional. (disajikan dalam TANNASDA Angkatan ke-IV tahun 2011).

Pancasila Hadapi Tantangan Makin Berat. Koran Suara Merdeka, terbit 2 Juni
2011.

Re-So-Pim (Revolusi Sosialisme Indonesia Pimpinan Nasional), amanat


Presiden RI pada hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1961.

Usman, Wan dkk. 2003. Daya Tahan Bangsa. Jakarta: Program Studi Pengkajian
Ketahanan Nasional Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Wuryadi. Pancasila Untuk Indonesia dan Dunia (Konsistensi dan Dinamika


Gagasan Bung Karno). Dalam seminar Nasional Pancasila Untuk Indonesia,
Universitas Gajah Mada.

[1] Bambang Rahardjo, Syamsuhadi. 1995. Garuda Emas Pancasila Sakti. Jakarta
: Yapeta Pusat. Hal. 53 dan 55

[2] Re-So-Pim (Revolusi Sosialisme Indonesia Pimpinan Nasional), amanat


Presiden RI pada hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1961.

[3] Wan Usman, dkk. 2003. Daya Tahan Bangsa. Jakarta: Program Studi
Pengkajian Ketahanan Nasional Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

[4] Robert Eccleshall, et al. 2003. Political Ideologies: An Introduction. Ed ke 3.


New York: Routledge. Hal: 65.

[5] Let.Jend. TNI Moeldoko, M, Sc. Peranan Pancasila dalam Membangun


Kewaspadaan dan Ketahanan Nasional. (disajikan dalam TANNASDA Angkatan keIV tahun 2011).

[6] Kompas, Merajut Nusantara: Rindu Pancasila, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
Oktober 2010.

[7] Jimmly Asshiddiqie. Ideologi, Pancasila dan Konstitusi. Mahkamah Konstitusi


Republik Indonesia Tahun: 2003.

[8] Prof. EM. DR. Wuryadi, MS. Pancasila Untuk Indonesia dan Dunia (Konsistensi
dan Dinamika Gagasan Bung Karno). Dalam seminar Nasional Pancasila Untuk
Indonesia, Universitas Gajah Mada.

[9] Azyumardi Azra. Multukulturalisme, Demokrasi, dan Pancasila. Forum


Komunikasi Kemenko HukHam, Jakarta 20 Oktober 2010.

[10] Pancasila Hadapi Tantangan Makin Berat. Koran Suara Merdeka, terbit 2 Juni
2011.

[11] Herbert, Feith dan Castle, Lance, 1996. Pemikiran Politik Indonesia 19451965. Jakarta: LP3ES. hal. 20-21.
Implementasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional (MAKALAH)
20
Kamis
Mar 2014
Posted by lidyanambela in Tak Berkategori Meninggalkan komentar
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Bagi masyarakat Indonesia, pancasila bukanlah sesuatu yang asing.


Melalui perjalanan panjang negara Indonesia sejak merdeka hingga saat ini,
Pancasila ikut berproses pada kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila terlahir
diperuntukkan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar
negara yang juga mempengaruhi ketahanan nasional, merupakan hasil usaha
pemikiran manusia Indonesia yang sungguh-sungguh secara sistimatis dan
radikal, yang dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang
mengandung satu pemikiran yang bermakna dan bulat untuk dijadikan dasar,
azas dan pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka
kesatuan Negara Indonesia merdeka. Terbentuknya Pancasila tidak bisa lepas
dari keadaan sosial, politik dan ekonomi rakyat Indonesia dibawah kolonialisme
pada waktu itu. Semangat untuk menentang penjajahan dan menjadi negara
yang merdeka seutuhnya merupakan landasan awal dicetuskannya Pancasila.

Pancasila tidak hanya digunakan sebagai ideologi pemersatu dan sebagai


perekat kehidupan dan kepentingan bangsa, tetapi juga sebagai dasar dan
filsafat serta pandangan hidup bangsa. Sesuai dengan Tuntutan Budi Nurani
Manusia, Pancasila mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan, Kemanusiaan
(humanisme), Kebangsaan (persatuan), demokrasi dan keadilan.

Namun, sebagai sebuah ideologi dan dasar filsafat sebuah


negara,pancasila layak untuk dikaji kembali relevansinya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebab sebagian orang menganggap sinis terhadap
pancasila sebagai sesuatu yang salah. Kecenderungan demikian wajar karena
orde baru menjadikan pancasila sebagai legitimasi ideologis dalam rangka
mempertahankan dan memperluas kekuasaannya secara masif.

1.2

Ruang Lingkup

1.2.1

Menjelaskan pancasila sebagai dasar negara

1.2.2

Menjelaskan pancasila sebagai suatu ideologi

1.2.3

Menjelaskan implementasi pancasila sebagai ideologi nasional

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila sebagai dasar negara

Kedudukan pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah


sebagai dasar negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketentuan pembukaan
UUD 1945.Mengingat bahwa kedudukan pancasila sebagai dasar negara maka
seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang terkait dengan hal-hal
pokok kenegaraan disamping penyelenggaraan negara, semuanya harus sesuai
dan dapat diatur berdasarkan pancasila, diantaranya masalah
politik,ekonomi,sosial budaya,hukum,pendidkan dan lain-lain. Termasuk juga
hubungan antar rakyat,kekuasaaan serta penguasa juga segenap peraturan
perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia harus sejiwa
dan dijiwai oleh pancasila, sedangkan isi maupun materinya tidak boleh
menyimpang dari hakikat pancasila sebagai dasar negara.

2.2 Makna pancasila sebagai dasar negara

Pancasila sebagai dasar (filsafat) negara mengandung makna bahwa


nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi
penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai
filsafati yang sifatnya mendasar. Nilai dasar pancasila bersifat abstrak,normatif
dan nilai itu menjadi motivator kegiatan dalam penyelenggaraan bernegara.

Pancasila sebagai dasar negara berarti nilai-nilai pancasila menjadi


pedoman normatif bagi penyelenggaran bernegara. Konsekuensi dari rumusan
demikian berarti seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintah negara
Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan merupakan pencerminan
dari nilai-nilai pancasila. Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki
tolok ukur, yaitu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan,nilai persatuan,niali kerakyatan, dan nilai keadilan.

2.3 Implementasi pancasila sebagai dasar negara

Pancasila memiliki posisi yang bervariasi di dalam struktur negara dan


bangsa Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, ideologi nasional, pandangan
hidup bangsa dan ligatur atau pemersatu bangsa. Semua ini berbasis pada
konsep nilai empat pilar bangsa (Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka Tunggal Ika).
Sebagai konsep tersebut harus berada di dalam koridor yang jelas.

Sebagai dasar negara maka Pancasila menjadi acuan peraturan


perundang-undangan, sebagai ideologi nasional maka Pancasila adalah arah
pembangunan bangsa, Pancasila sebagai pandangan hidup maka Pancasila
adalah pembentuk pola pikir sikap dan tingkah laku atau karakter bangsa dan
sebagai pemersatu maka Pancasila sebagai pengikut kemajemukan.

Bangsa dan negara Republik Indonesia dengan ideologi pancasila


memiliki arti cita-cita atau pandangan dalam mendukung tercapainya tujuan
nasional negara Indonesia.Setiap bangsa dalam melanjutkan keberadaan serta
eksistensinya selalu berusaha memelihara ideologinya agar bangsa itu tidak
akan kehilangan ideologi yang dianutnya, berarti tidak kehilangan identitas
nasionalnya. Demikian juga bangsa Indonesia yang mempertahankan pancasila
sebagai ideologinnya. Penetapan pancasila sebagai idelogi negara Indonesia itu
pertama-tama berarti bahwa negara indonesia dibangun diatas dasar moral
kodrati. Oleh sebab itu, kita harus tunduk padanya dan wajib membela serta
melaksanakan, baik dalam susunan,maupun dalam kehidupannya. (Kirdi
Dipoyudo,1984:11,12).

Pernyataan bahwa nilai-nilai dasar pancasila menjadi dasar normatif


penyelenggaraan bernegara Indonesia belum merupakan pernyataan yang
konkret. Sebagai nilai dasar yang bersifat abstrak dan normatif, perlu upaya
konkretisasi terhadap pernyataan diatas. Upaya itu adalah dengan menjadikan
nilai-nilai dasar pancasila sebagai norma dasar dan sumber normatif bagi
penysunan hukum positif negara. Sebagai negara yang berdasar atas hukum,
sudah seharusnya segala pelaksanaan dan penyelenggaraan bernegara
bersumber dan berdasar pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Jadi,operasionalisasi pancasila sebagai dasar (filasat) negara diwujudkan
dengan pembentukan sistem hukum nasional dalam suatu tertib hukum dimana
pancasila menjadi norma dasarnya.

2.4 Pancasila sebagai suatu ideologi

Secara teori suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah


dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri. Menurut Antoine

Destut de Tracy (1836) Ideologi merupakan ilmu tentang terjadinya cita-cita atau
gagasan. Lalu dipertegas oleh Daniel Bell sebagai sistem keyakinan untuk
memotivasi orang atau kelompok masyarakat untuk bertindak dengan cara
tertentu sebagaimana diajarkan oleh ideologi tersebut.

Sesuai dengan sejarah bangsa Indonesia, pemerintah telah menetapkan


Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup. Pancasila ini merupakan buah
hasil pemikiran bersama para pemikir bangsa yang disusun sebagai bentuk
pengintegrasian persatuan dan kesatuan bangsa. Pancasila merupakan tatanan
nilai yang digali atau dikristalisasikan dari nilai-nilai dasar budaya bangsa
Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh berkembang dalam
masyarakat di Indonesia. Pancasila sendiri sebagai ideologi terbuka, tidak dapat
mengingkari adanya beberapa konsekuensi keberadaannya di tengah ideologi
dunia lain. Ciri khas ideologi terbuka adalah cita-cita dasar yang ingin
diwujudkan masyarakat bukan berasal dari luar masyarakat atau dipaksakan dari
elit penguasa tertentu. Namun, terbuka kepada perubahan yang datang dari
luar, tetapi memiliki kebebasan dan integritas untuk menentukan manakah nilainilai dari luar yang mempengaruhi dan mengubah nilai-nilai dasar yang selama
ini sudah ada dan manakah yang tidak boleh diubah.

Keberadaan Pancasila sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita


negara) yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms
atau kalimatun sawa di antara sesama warga masyarakat dalam konteks
kehidupan bernegara dalam kesepakatan pertama penyangga konstitusionalisme
menunjukkan hakikat Pancasila sebagai ideologi terbuka. Terminologi Pancasila
sebagai ideologi terbuka sesungguhnya telah dikembangkan pada masa orde
baru. Namun dalam pelaksanaannya pada masa itu lebih menunjukkan Pancasila
sebagai ideologi tertutup. Pancasila menjadi alat hegemoni yang secara apriori
ditentukan oleh elit kekuasaan untuk mengekang kebebasan dan melegitimasi
kekuasaan. Kebenaran Pancasila pada saat itu tidak hanya mencakup cita-cita
dan nilai dasar, tetapi juga meliputi kebijakan praktis operasional yang tidak
dapat dipertanyakan, tetapi harus diterima dan dipatuhi oleh masyarakat.

Konsekuensi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah membuka ruang


membentuk kesepakatan masyarakat bagaimana mencapai cita-cita dan nilainilai dasar tersebut. Kesepakatan tersebut adalah kesepakat kedua dan ketiga
sebagai penyangga konstitusionalisme, yaitu kesepakatan tentang the rule of
law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of
government) dan Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedurprosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures). Kesepakatankesepakatan tersebut hanya mungkin dicapai jika sistem yang dikembangkan
adalah sistem demokrasi.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki perbedaan dengan


sistem kapitalisme-liberal maupun sosialisme-komunis. Pancasila mengakui dan
melindungi baik hak-hak individu maupun hak masyarakat baik di bidang
ekonomi maupun politik. Dengan demikian ideologi kita mengakui secara selaras
baik kolektivisme maupun individualisme. Demokrasi yang dikembangkan, bukan
demokrasi politik semata seperti dalam ideologi liberal-kapitalis, tetapi juga
demokrasi ekonomi. Dalam sistem kapitalisme liberal dasar perekonomian bukan
usaha bersama dan kekeluargaan, namun kebebasan individual untuk berusaha.
Sedangkan dalam sistem etatisme, negara yang mendominasi perekonomian,
bukan warga negara baik sebagai individu maupun bersama-sama dengan warga
negara lainnya.

2.5 Makna pancasila sebagai ideologi nasional

Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai ideologi


nasional. Apa makna pancasila sebagai ideologi nasional ?

2.5.1 pengertian ideologi

Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu
tentang pengertian dasar,ide. Hubungan manusia dengan cita-cita disebut
ideologi. Ideologi berisi seperangkat nilai, dimana nilai-nilai itu menjadi citacitanya atau manusia bekerja dan bertindak untuk mencapa nilai-nilai tersebut.

Ada dua fungsi utama pancasila sebaga ideologi dalam masyarakat


(Ramlan Surbakti,1999). Pertama, sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak
dicapai secara bersama oleh masyarakat. Kedua, sebagai prosedur penyelesaian
konflik yang terjadi dimasyarakat. Dalam kaitannya dengan yang pertama,nilai
dalam ideologi itu menjadi cita-cita atau tujuan dari masyarakat. Tujuannya
hidup bermasyarakat adalah untuk mencapai terwujudnya nilai-nilai dalam
ideologi tersebut. Adapun dalam kaitannya yang kedua, nilai dalam ideologi itu
nilai yang disepakati bersama sehingga dapat mempersatukan masyarakat itu,
serta nilai bersama tersebut dijadikan acuan bagi penyelesaian suatu masalah
yang mungkin timbul alam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
2.5.2 Ideologi Nasional

Ideologi nasional mengandung makna ideologi yang memuat cita-cita


tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pancasila merupakan ideologi
yang terbuka, bukan ideologi tertutup. Pancasila memenuhi syarat sebagai
ideologi terbuka karena:
(1) Nilai-nilai Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia sendiri.
(2) Nilai-nilai dari Pancasila tidak bersifat operasional dan langsung dapat
diterapkan dalam kehidupan.

Menurut Dr. Alfian, seorang ahli politik Indonesia, Pancasila memenuhi syarat
sebagai ideologi terbuka yang sifatnya luwes dan tahan terhadap perubahan
zaman karena di dalamnya memnuhi tiga dimensi ideologi, yaitu:

1) Dimensi Realitas
Nilai nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam
masyarakat Indonesia. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam
suasana atau pengalaman kehidupan masyarakat bangsa kita yang bersifat
kekluargaan, kegotong-royongan atau kebersamaan.

2) Dimensi Idealitas
Suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila
merupakan nilai-nilai yang di cita-citakan dan ingin diwujudkan.

3) Dimensi Fleksibilitas
Nilai dasar Pancasila adalah fleksibel karena dapat dikembangkan dan
disesuaikan dengan tuntutan perubahan.

2.5.3 Nilai nilai Dasar yang Terkandung dalam Ideologi Pancasila

Adapun makna dari masing masing nilai Pancasila adalah sebagai


berikut:

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

mengandung arti adanya pengkuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya


Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis.

2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam
hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu
hal sebagaimana mastinya.

3. Nilai Persatuan Indonesia


mengandung makna usaha keras bersatu dalam kebulatan rakyat untuk
membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki Indonesia.

4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
Berdasarkan nilai ini maka diakui paham demokrasi yang lebih mengutamakan
pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat.

5. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah.
Berdasarkan pada nilai ini maka keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang
diharapkan oleh seluruh bangsa.

2.5.4 Landasan dan makna pancasila sebagai ideologi bangsa

Ketetapan bangsa indonesia bahwa pancasila adalah ideologi bagi


negara dan bangsa Indonesia adalah sebagaimana yang tertuang dalam
ketatapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila sebagao
dasar negara. Pada pasal 1 ketetapan tersebut dinyatakan bahwa pancasila

sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari
NKRI yang harys dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

Banyak pihak telah sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi nasional


merupakan titik temu, rujukan bersama,common platform,kesepakatan bersama
dan nilai integratif bagi bangsa indonesia. Kesepakatan bersama bahwa
pancasila adalah ideologi nasional inilah yang harus terus kita pertahankan dan
tumnuh kembangkan dalam kehidupan bangsa yang plural ini.
pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memilki makna sebagai berikut :
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita normatif
penyelenggaraan bernegara
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai yang disepakati
bersama dan oleh krena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi)
masyarakat Indonesia.

2.6 Implementasi pancasila sebagai ideologi nasional

Pancasila sebagai ideologi nasional yang berarti sebagai cita-cita


bernegara dan sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang
konkret, dan operasional aplikatif sehingga tidak menjadi slogan belaka. Dalam
ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan
dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan bernegara.

1.

Perwujudan Ideologi Pancasila sebagai Cita-Cita Bernegara

Perwujudan Pancasila sebagai ideologi nasional yang yang berarti


menjadi cita-cita penyelenggara bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No.
VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
Dalam ketetapan tersebut
dinyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri dari tiga visi, yaitu :
1. Visi Ideal, yaitu cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pada Alenia
kedua dan keempat;
2. Visi Antara, yaitu Visi Indonesia 2020 yang berlaku sampai dengan tahun
2020;
3. Visi Lima Tahunan, sebagaimana termaktub dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara.

Pada Visi Antara dikemukakan bahwa Visi Indonesia 2020 adalah


terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu,
demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara. Untuk mengukur tingkat keberhasilan perwujudan Visi
Indonesia 2020 dipergunakan indikator-indikator utama sebagai berikut.
1.

Religius

2.

Manusiawi

3.

Bersatu

4.

Demokratis

5.

Adil

6.

Sejahtera

7.

Maju

8.

Mandiri

9.

Baik dan Bersih dalam Penyelenggaraan Negara .

Mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil


dan sejahtera pada dasarnya adalah upaya menjadikan nilai-nilai pancasila
sebagai cita-cita bersama. Bangsa atau masyarakat yang demikian merupakan
ciri dari masyarakat madani di Indonesia (Hamdan Mansoer; 2003).
Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai Pancasila diambil dimensi Idealismenya.
Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggara negara hendaknya berupaya bagaimana
menjadikan kehidupan bernegara Indonesia ini semakin dekat dengan nilai-nilai
ideal tersebut.

2.

Perwujudan Pancasila sebagai Kesepakatan atau Nilai Integratif Bangsa

Pancasila sebagai nilai integratif, sebagai sarana pemersatu dan


prosedur penyelesaian konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan
bernegara. Pancasila sebagai sarana permersatu dalam masyarakat dan
prosedur penyelesaian konflik itulah yang terkandung dalam nilai integratif
Pancasila. Pancasila sudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai sarana
pemersatu, artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila menjadi
semacam social ethics dalam masyrakat yang heterogen.

Kedudukan nilai sosial bersama di masyarakat untuk menjadi sumber


normatif bagi penyelesaian konflik bagi para anggotanya adalah hal penting.
Masyarakat membutuhkan nilai bersama untuk dijadikan acuan manakala konflik
antaranggota terjadi. Pertentangan dan perbedaan dapat didamaikan dengan
cara para pihak yang berseteru mnyetujui dan mendasarkan pada sebuah nilai
bersama. Dengan demikian, integrasi dalam masyrakat dapat dibangun kembali.

Nilai dalam etika sosial memainkan peranan fungsional dalam negara


dan berupaya membatasi diri pada tindakan fungsional. Jadi, dengan etika sosial
negara bertindak sebagai penengah di antara kelompok masyarakatnya, negara
tidak perlu memaksakan kebenaran suatu nilai, negara tidak mengurusi soal
benar tidaknya satu agama dengan agama lain melainkan yang menjadi
urusannya adalah bagaimana konflik dalam masyarakat, misal,soal kriteria
kebenaran dapat didamaikan dan integrasi antarkelompok dapat tercipta.
Peranan fungsional dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya diwujudkan
dengan negara mengakui adanya keyakinan beragama
masyarakatnya/religiusitas masyarakat sekaligus memberi jaminan perlindungan
atas kebebasan masyarakat dalam menjalankan pengamalan agamanya. Dengan
peranan fungsional ini negara tidak memerlukan perumusan mengenai
keberadaan Tuhan, sifat-sifat Tuhan, bagaimana hubungan manusia dengan
Tuhan, serta perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan nilai Ketuhanan. Dalam
unkapan Franz Magnis Suseno (1986), negara tidak berhak dan tidak memiliki
kompetensi apa pun untuk memaksakan sebuah sistem moral kepada
masyarakatnya.

Pancasila adalah kesepakatan dalam masyarakat bangsa. Kata


kesepakatan ini mengandung makna pula sebagai konsesus bahwa dalam hal
konflik maka lembaga politik yang diwujudkan bersama akan memainkan peran
sebagai penengah. Jadi, apakah pancasila dapat digunakan secara langsung
mempersatukan masyarakat dan mencegah konflik ? Tidak, tetapi prosedur
penyelesaian konflik yang dibuat bersama, baik meliputi lembaga maupun
aturan itulah yang diharapkan mampu menyelesaikan konflik yang terjadi di
masyarakat. Fungsi Pancasila di sini adalah bahwa dalam hal pembuatan
prosedur penyelesaian konflik , nilai-nilai Pancasila menjadi acuan normatif
bersama.

Nilai-nilai Pancasila hendaknya mewarnai setiap prosedur penyelesaian


konflik yang ada di masyarakat. Secara normatif dapat dinyatakan sebagai
berikut; bahwa penyelesaian suatu konflik hendaknya dilandasi oleh nilai-nilai
religius, menghargai derajat kemanusiaan, mengedepankan persatuan,

mendasarkan pada prosedur demokratis dan berujung pada terciptanya


keadilan.

BAB 3
PENUTUP

3.1

Kesimpulan dan saran

Dari makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa implementasi


pancasila sebagai ideologi nasional berarti sebagai cita-cita bernegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat sehingga dapat dijadikan prosedur
penyelesaian konflik.
Semoga makalah ini dapat membantu untuk menambah dan
memperluas wawasan para pembaca mengenai implementasi pancasila sebagai
ideologi nasional yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie,jimly.
Setijo,panji.2008.Pendidikan Pancasila.Jakarta:Grasindo.
Winarno.2008.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta:Bumi
Aksara.
Implementasi Pancasila sebagai Ideologi Pancasila
05.05

No comments

PENDAHULUAN
Sesungguhnya cita-cita kemerdekaan bersumber dan dijiwai kesadaran filsafat
hidup Pancasila, karenanya dijadikan dasar negara (NKRI) sebagai terumus
dalam Pembukaan UUD Proklamasi yang disahkan 18 Agustus 1945.Bagaimana
kesetiaan dan kebanggaan nasional tiap warganegara, dan orsospol atas nilai

fundamental filsafat hidup bangsa ini akan senantiasa menentukan tegak


lestarinya NKRI sebagai negara Proklamasi.
Semua warganegara wajib untuk senantiasa menegakkan dasar negara
(Pancasila) yang menjadi asas kerohanian negara dan landasan NKRI.
Berdasarkan penunaian kewajiban nasional (sebagai amanat), rakyat
warganegara akan menikmati haknya (sebagai bagian HAM) berupa
kemerdekaan, kedaulatan, kesejahteraan dalam keadilan, kerukunan dan
perdamaian. Sebaliknya, apabila rakyat warganegara tidak menegakkan dasar
negara Pancasila, berarti pengingkaran atas kewajiban dan amanat nasional,
konsekuensinya integritas nasional akan terancam , bahkan kemerdekaan dan
kedaulatan dapat runtuh bangsa dan NKRI di bawah supremasi neo-liberalisme
dan neo-ultraimperialisme yang akan melanda bangsa-bangsa dalam era
globalisasi-liberalisasi-postmodernisme
Menghayati tantangan nasional demikian,khususnya implementasi sila ke-3
pancasila yaitu Persatuan Indonesia sangat penting guna mewujudkan cita - cita
nasional yang berpancasila, sungguh mendesak untuk menegakkan dasar
negara Pancasila sebagai sistem ideologi nasional sekaligus pembudayaannya
sebagai perwujudan ketahanan nasional yang mendasar dan terpercaya.

A. LATAR BELAKANG
Sebenarnya, proses reformasi selama belakangan ini adalah kesempatan emas
yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk merevitalisasi semangat dan
cita-cita para pendiri negara kita untuk membangun negara Pancasila ini.
Sayangnya, peluang untuk melakukan revitalisasi ideologi kebangsaan kita
dalam era reformasi ini masih kurang dimanfaatkan. Bahkan dalam proses
reformasi-selain sejumlah keberhasilan yang ada, terutama dalam bidang politik
juga muncul ekses berupa melemahnya kesadaran hidup berbangsa.
Terkait pada sila ke tiga ,Persatuan Indonesia justru akhir - akhir ini muncul
manifestasi dalam bentuk gerakan separatisme, tidak diindahkannya konsensus
nasional, pelaksanaan otonomi daerah yang menyuburkan etnosentrisme dan
desentralisasi korupsi, demokratisasi yang dimanfaatkan untuk mengembangkan
paham sektarian, dan munculnya kelompok-kelompok yang memromosikan
secara terbuka ideologi di luar Pancasila.
Patut disadari oleh semua warga bangsa bahwa keragaman bangsa ini adalah
berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, semangat Bhinneka Tunggal
Ika harus terus dikembangkan karena bangsa ini perlu hidup dalam
keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Sayangnya, belum semua warga
bangsa kita menerima keragaman sebagai berkah. Oleh karenanya, kita semua
harus menolak adanya konsepsi hegemoni mayoritas yang melindungi minoritas
karena konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Implementasi Pancasila sebagai dasar Negara diwujudkan dengan pembentukan


sistem hukum nasional dalam suatu tertib hukum (legal order) dimana Pancasila
menjadi norma dasarnya. Pancasila sebagai dasar negara dapat disebut
sebagai :
1. Norma dasar
2. Staatsfundamentalnorm
3. Norma pertama
4. Cita Hukum (Rechtsidee)

Berikut ini jenjang kelompok Norma di Indonesia :

Hierarkhi Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia berdasarkan UU No 10


Tahun 2004 yaitu :
1. UUD 1945
2. UU/Perpu
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah meliputi :
Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan Daerah Kota/Kabupaten
Peraturan Desa
Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni
1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas
dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan
kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan
budaya.


Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan
UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus
mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi
seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.

Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan


persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan
perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD.
Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-peraturan
organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.

Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut,
maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan
MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan
lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia
haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala
sumber huum (sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat,
jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).

Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh
oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah
Indonesia.

Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas


fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu
bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri.

Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.

Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya


memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima
oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal
dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan
Republik Indonesia secara kekal dan abadi.

Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 Setelah
Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang
Pemilihan Umum untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang
akan menyusun UUD baru.

Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia


dan Konstituante yang dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November
1956.

Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal


membentuk suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950.

Dengan kegagalan konstituante tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950


Presiden RI mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi pernyatan :
a.

Pembubaran Konstuante.

b.

Berlakunya kembali UUD 1945.

c.

Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.

d.

Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.

Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi
dasar falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV
dengan perumusan dan tata urutan seperti berikut :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968,


tertanggal 13 April 1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila
yang resmi, yang harus digunakan baik dalam penulisan, pembacaan maupun
pengucapan sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada : Semua Menteri Negara
dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah lainnya.

Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu
keadaan yang telah berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas
hukum positif (Ius Contitutum) UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia yang
berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal perumusan Pancasila
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan,
walaupun sebenarnya tidak ada Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut.

Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya Sekitar Pancasila peri-hal


perumusan Pancasila dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan bahwa

uraian-uraian mengenai dasar-dasar negara yang menarik perhatian ialah yang


diucapkan oleh :
1. Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.
2. Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.
3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.

Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar


negara merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar negara
itu dinamakan Pancasila dan bukan Panca Darma.

Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut
dalam redaksi kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Prikemanusiaan atau internasionalisme,
Kebangsaan Indonesia atau persatuan Indonesia, Kerakyatan atau Demokrasi
dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud


Pancasila adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah, pikiran yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka Yang
Kekal dan Abadi.

Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga
Surabaya pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : Susunan Pancasila itu
adalah suatu kebulatan yang bersifat hierrarchies dan piramidal yang
mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila negara kita.

Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya Proklamasi dan Konstitusi


(1951) berpendapat : Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan tidak
berubah sejak Piagam Jakarta sampai pada hari ini.

Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof. Mr.
Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam Ketetapan
No. XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973.
Pengertian Pancasila Secara Termitologis
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai
alat2 Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus
1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan
yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan Pancasila. Rumusan
Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI
yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia
Pancasila Berbentuk:
1.

Hirarkis (berjenjang);

2.

Piramid.

A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut:
1.

Prikebangsaan;

2.

Prikemanusiaan;

3.

Priketuhanan;

4.

Prikerakyatan;

5.

Kesejahteraan Rakyat

B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di
depan sidang BPUPKI, sebagai berikut:
1.

Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia;

2.

Internasionalisme/Prikemanusiaan;

3.

Mufakat/Demokrasi;

4.

Kesejahteraan Sosial;

5.

Ketuhanan yang berkebudayaan;

Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila
yaitu:
1.

Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme;

2.

Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat;

3.

Ketuhanan YME.

Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila
atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong.
C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945
rumusannya sebagai berikut:
1.
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya;
2.

Kemanusiaan yang adil dan beradab;

3.

Persatuan Indonesia;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan


perwakilan;
5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia;

Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut yang sah dan


benar secara Konstitusional adalah pancasila yang tercantum dalam Pembukaan
Uud 45, hal ini diperkuat dengan adanya ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan
Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan,
penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar adalah
sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan Uud 1945.
Setiap negara harus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan
fundamen atau pondasi dari bangunan negara. Kuatnya fundamen negara akan
menguatkan berdirinya negara itu. Kerapuhan fundamen suatu negara, beraikbat
lemahnya negara tersebut. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila sering
disebut sebagai dasar falsafah negara (filosofische gronslag dari negara), Staats
fundamentele norm, weltanschauung dan juga diartikan sebagai ideologi negara
(staatsidee).
Negara kita Indonesia. Dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan
bernegara ini dilandasi oleh filsafat atau ideologi pancasila. Fundamen negara ini
harus tetap kuat dan kokoh serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen,
dasar, atau ideology berarti mengubah eksistensi dan sifat negara. Keutuhan
negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau lemahnya bangsa itu
berpegang kepada dasar negaranya
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai dasar dari
penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi negara Republik Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara seperti tersebut di atas, sesuai
dengan apa yang tersurat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia
4 antara lain menegaskan: .., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalm permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan kedudukan yang istimewa tersebut, selanjutnya dalam proses
penyelenggaraan kehidupan bernegara memiliki fungsi yang kuat pula. Pasalpasal Undang-Undang Dasar 1945 menggariskan ketentuan-ketentuan yang
menunjukkan fungsi pancasila dalam proses penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Berikut ini dikemukakan ketentuan-ketentuan yang menunujukkan
fungsi dari masing-masing sila pancasila dalam proses penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
yaitu: kehidupan bernegara bagi Negara Republik Indonesia berdasar Ketuhanan
Yang Maha Esa, negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama serta untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannnya,
negara menghendaki adanya toleransi dari masing-masing pemeluk agama dan
aliran kepercayaan yang ada serta diakui eksistensinya di Indonesia, negara
Indonesia memberikan hak dan kebebasan setiap warga negara terhadap agama
dan kepercayaan yang dianutnya.

Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kemanusiaan


yang adil dan beradab, antara lain : pengakuan negara terhadap hak bagi setiap
bangsa untuk menentukan nasib sendiri, negara menghendaki agar manusia
Indonesia tidak memeperlakukan sesame manusia dengan cara sewenangwenang sebagai manifestasi sifat bangsa yang berbudaya tinggi, pengakuan
negara terhadap hak perlakuan sama dan sederajat bagi setiap manusia,
jaminan kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta kewajiban
menjunjung tinggi hokum dan pemerintahan yang ada bafi setiap warga negara.
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Persatuan Indonesia, yaitu:
perlindungan negara terhadp segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiba dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, negara mengatasi segala paham
golongan dan segala paham perseorangan, serta pengakuan negara terhadap
kebhineka-tunggal-ikaan dari bangsa Indonesia dan kehidupannya.
Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kerkyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata perwakilan, yaitu:
penerapan kedaulatan dalam negara Indonesia yang berada di tangan rakyat
dan dilakukan oleh MPR, penerapan azas musyawarah dan mufakat dalam
pengambilan segala keputusan dalam negara Indonesia, dan baru menggunakan
pungutan suara terbanyak bila hal tersebut tidak dapat dilaksanakan, jaminan
bahwa seluruh warga negara dapat memperoleh keadlan yang sama sebagai
formulasi negara hokum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka, serta
penyelenggaraan kehidupan bernegara yang didasarkan atas konstitusi dan tidak
bersifat absolute.
Yang terakhir adalah ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Keadlan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, antara lain: negara menghendaki agar
perekonomian Indonesia berdasarkan atas azas kekeluaraan, penguasaan
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara serta menguasai hajat hidup
orang banyak oleh negara, negara menghendaki agar kekayaan alam yang
terdapat di atas dan di dalam bumi dan air Indonesia dipergunakan untuk
kemakmuran rakyat banyak, negara menghendaki agar setiap warga negara
Indonesia mendapat perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan, baik
material maupun spiritual, negara menghendaki agar setiap warga negara
Indonesia memperoleh pengajaran secara maksimal, negara Republik Iindonesia
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang
pelaksanaannya ditur berdasarkan Undang-Undang, pencanangan bahwa
pemerataan pendidikan agar dapat dinikmati seluruh warga negara Indonesia
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga,
dan negara berusaha membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi
sekarang. Pada bulan Juni 1945,64 tahun yang lalu, lahirlah sebuah konsepsi
kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya
Pancasila.

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila


memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan
light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik
sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat
pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup
untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah
diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali
bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada
18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan
Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara
intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang
Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup
faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang
positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan
diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan
norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia,
dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila,
misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh
bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan
berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia
yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa
Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu
benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan
muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia.

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat


Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR
9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang
telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh
MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973
dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara
(philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk
bersatu (le desir detre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya
dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus
nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan
dan lapisan masyarakat Indonesia.
Maka Pancasila merupakanintelligent choice karena mengatasi keanekaragaman
dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan
empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka Bhinneka Tunggal Ika.
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: Jika kita hendak
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak
masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran
Negara (Staatside) integralistik Negara tidak mempersatukan diri dengan
golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak mempersatukan diri
dengan golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala golongan dan
segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa
negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa
negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan. Mengenai hal itu,Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan:
Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat
dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan
beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin
selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir
batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).

Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)


sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di
atasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia.
Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan
kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah
manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan
keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu
tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan
yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak
dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari pembenarannya pada
sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu, Pancasila pun harus
dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak dapat dipisahpisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari
Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar
negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang
bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan
satu sama lain. Prof. Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila
dengan menempatkan sila Ketuhanan Yang Mahaesa sebagai basis bentuk
piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Mahaesa. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: Tiaptiap orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila
bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila
sebenarnya hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
sesungguhnya berisi:
Ketuhanan yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan
yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/


perwakilan, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil
dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang
mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan
Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
Isi Pembukaan UUD 1945 adalah nilai-nilai luhur yang universal sehingga
Pancasila di dalamnya merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan
bangsa. Gagasan vital yang menjadi isi Pancasila sebagai dasar negara
merupakan jawaban kepribadian bangsa sehingga dalam kualitas awalnya
Pancasila merupakan dasar negara, tetapi dalam perkembngannya menjadi
ideologi dari berbagai kegiatan yang berimplikasi positif atau negatif.
Pancasila bertolak belakang dengan kapitalisme ataupun komunisme. Pancasila
justru merombak realitas keterbelakangan yang diwariskan Belanda dan Jepang
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pancasila sudah berkembang
menjadi berbagai tahap semenjak ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945,yaitu :
1. Tahun 1945-1948 merupakan tahap politis. Orientasi Pancasila diarahkan
pada Aand character building. Semangat persatuan dikobarkan demi
keselamatan NKRI terutama untuk menanggulangi ancaman dalam negeri dan
luar negeri. Di dalam tahap dengan atmosfer politis dominan, perlu upaya
memugar Pancasila sebagai dasar negara secara ilmiah filsafati. Pancasila
mampu dijadikan pangkal sudut pandangan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dalam karya-karyanya ditunjukkan segi ontologik,
epismologik dan aksiologiknya sebagai raison detre bagi Pancasila (Notonagoro,
1950)
Resonansi Pancasila yang tidak bisa diubah siapapun tecantum pada Tap MPRS
No. XX/MPRS/1966. Dengan keberhasilan menjadikan Pancasila sebagai asas
tunggal, maka dapatlah dinyatakan bahwa persatuan dan kesatuan nasional
sebagai suatu state building.
2. Tahun 1969-1994 merupakan tahap pembangunan ekonomi sebagai upaya
mengisi kemerdekaan melalui Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I).
Orientasinya diarahkan pada ekonomi, tetapi cenderung ekonomi menjadi
ideologi
Secara politis pada tahap ini bahaya yang dihadapi tidak sekedar bahaya latent
sisa G 30S/PKI, tetapi efek PJP 1 yang menimbulkan ketidakmerataan
pembangunan dan sikap konsumerisme. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial
yang mengancam pada disintegrasi bangsa.
Distorsi di berbagai bidang kehidupan perlu diantisipasi dengan tepat tanpa
perlu mengorbankan persatuan dan kesatuan nasional. Tantangan memang

trerarahkan oleh Orde Baru, sejauh mana pelakasanaan Pancasila secara murni
dan konsekuen harus ditunjukkan.
Komunisme telah runtuh karena adanya krisis ekonomi negara ibu yaitu Uni
Sovyet dan ditumpasnya harkat dan martaba tmanusia beserta hak-hak asasinya
sehingga perlahan komunisme membunuh dirinya sendiri. Negara-negara satelit
mulai memisahkan diri untuk mencoba paham demokrasi yang baru. Namun,
kapitalisme yang dimotori Amerika Serikat semakin meluas seolah menjadi
penguasa tunggal. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya
sekedar dihantui oleh bahaya subversinya komunis, melainkan juga harus
berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme.
3. Tahun 1995-2020 merupakan tahap repostioning Pancasila. Dunia kini
sedang dihadapkan pada gelombang perubahan yang cepat sebagai implikasi
arus globalisasi.
Globalisasi sebagai suatu proses pada hakikatnaya telah berlangsung jauh
sebelum abad ke-20 sekarang, yaitu secara bertahap, berawal embrionial di
abad 15 ditandai dengan munculnyanegara-negara kebangsaan, munculnya
gagasan kebebasan individu yang dipacu jiwa renaissance dan aufklarung.
Hakikat globalisasi sebagai suatu kenyataan subyektif menunjukkan suatu proses
dalam kesadran manusia yang melihat dirinya sebagai partisipan dalam
masyarakat dunia yang semakin menyatu, sedangkana kenyataan obyektif
globlaisasi merupakan proses menyempitnya ruang dan waktu, menciutnya
dunia yang berkembang dalam kondisi penuh paradoks.
Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, keurgensian Pancasila sebagai
dasar negara semakin dibutuhkan. Pancasila dengan sifat keterbukaanya melalui
tafsir-tafsir baru kita jadikan pengawal dan pemandu kita dalam menghadapi
situasi yang serba tidak pasti. Pancasila mengandung komitmen-komitmen
transeden yang memiliki mitosnya tersendiri yaitu semua yang mitis
kharismatis dan irasional yang akan tertangkap arti bagi mereka yang sudah
terbiasa berfikir secara teknis-positivistik dan pragmatis semata.
Nilai-nilai luhur yang telah dipupuk sejak pergerakan nasional kini telah tersapu
oleh kekuasaan Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama mengembangkan
Pancasila sebagai dasar negara tidak sebagai sesuatu substantif, melainkan diinstumentalisasi-kan sebagai alat politik semata. Demikian pula di Orde Baru
yang berideologikan ekonomi, Pancasila dijadikan asas tunggal yang
dimanipulasikan untuk KKN dan kroni-isme dengan mengatasnamakan sebagai
Mandatoris MPR.
Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan menghadapi jalan
buntu. Krisis moral budaya juga timbul sebagai implikasi adanya krisis ekonomi.
Masyarakat telah kehilangan orientasi nilai dan arena kehidupan menjadi
hambar, kejam, gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spiritual.
Pancasila malah diplesetkan menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran dalam
kehidupan yang penuh paradoks.

Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan


integral-integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan
kembali, maka kita akan menemukan landasan berpijak yang sama,
menyelamatkan persatuan dan kesatuan nasional yang kini sedang mengalami
disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna
bahwa Pancasila harus diletakkan utuh dengan pembukaan, di-eksplorasi-kan
dimensi-dimensi yang melekat padanya, yaitu :
Realitasnya: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dikonkretisasikan sebagai kondisi cerminan kondisi obyektif yang tumbuh dan
berkembang dlam masyarakat.
Idealitasnya: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekedar utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai kata kerja
untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna
melihat hari depan secara prospektif, menuju hari esok lebih baik.
Fleksibilitasnya: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah
selesai dan mandeg dalam kebekuan oqmatis dan normatif, melainkan terbuka
bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman yang berkembang.
Dengan demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya, Pancasila menjadi tetap
aktual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan
bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat Bhinneka tunggal Ika
Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada
pembinaan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar
dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas juga
memerlukan hukum karena keduanya terdapat korelasi. Moralitas yang tidak
didukung oleh hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya,
ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam upaya merevitalisasi Pancasila sebagai dasar negara maka disiapkan
lahirnya generasi sadar dan terdidik. Sadar dalam arti generasi yang hati
nuraninya selalu merasa terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan
nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai sarana
pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan demikian akan dimunculkan
generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam mengembangkan Pancasila.
Hanya dengan pendidikan bertahap dan berkelanjutan, generasi sadar dan
terdidik akan dibentuk, yaitu yang mengarah pada dua aspek. Pertama,
pendidikan untuk memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman akademis,
ketrampilan profesional, dan kedalaman intelektual, kepatuhankepada nilai-nilai
(it is matter of having). Kedua, pendidikan untuk membentuk jatidiri menjadi
sarjana yang selalu komitmen dengan kepentingan bangsa (it is matter of being).
Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan, tetapi tetap harus menjaga
budaya-budaya lama. Sekuat-kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap bangsa juga

selalu mendambakan kemajuan. Setiap bangsa mempunyai daya preservasi dan


di satu pihak daya progresi di lain pihak. Kita membutuhkan telaah-telaah yang
kontekstual, inspiratif dan evaluatif.
Perevitalisasikan Pancasila sebagai dasar negara dalam, kita berpedoman pada
wawasan :
1. Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religius sebagai dasar dan
arah pengembangan profesi
2. Akademis, menunjukkan bahwa MKU Pancasila adalah aspek being, tidak
sekedar aspek having
3. Kebangsaan, menumbuhkan kesadaran nasionalisme
4. Mondial, menyadarkan manusia dan bangsa harus siap menghadapi
dialektikanya perkembangan dalam mayaraka dunia yang terbuka.
Dalam kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang dilanda oleh
arus krisis dan disintegrasi maka Pancasila tidak terhindar dari berbagai macam
gugatan, sinisme, serta pelecehan terhadap kredibilitasnya. Namun perlu kita
sadari bahwa tanpa adanya platform dalam dasar negara atau ideologi maka
suatu bangsa mustahil akan dapat bertahan dalam menghadapi berbagai
tantangan dan ancaman.
Melalui pemahaman inilah Pancasila dikembangkan dalam semangat demokrasi
yang secara konsensual akan dapat mengembangkan nilai praktisnya yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang serba pluralistik. Selain itu
melestarikan dan mengembangkan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana
telah dirintis dan ditradisikan oleh para pendahulu, merupakan suatu kewajiban
etis dan moral yang perlu diyakinkan oleh generasi sekarang.
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
2.

Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:

a)

Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

b)

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

c)

Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia

3.
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut
dapat dibuktikan dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di
dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :
Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan
sebutan Piagam Jakarta).
Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal
Desember 1945, alinea IV.

27

Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17


Agustus 1950.
Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli
1959.

4.2 Saran
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di
negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami
dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar
falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat
diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:
Pancoran Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:
Pantjoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

Sumber Lain :
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm
http:// www.google.co.id
http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm
http:// www.teoma.com
http:// www.kumpulblogger.com

Daftar Rujukan:
Djamal,D.1986.Pokok-Pokok Bahasan Pancasila.Bandung: Remadja Karya.
Laboratorium Pancasila. 1981. Pancasila dalam Kedudukan dan Fungsinya
sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Surabaya: Usaha
Nasional.
Tim Penulis Jurusan PMPKN. 1987. Pancasila Dasar Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa Indonesia. Malang : IKIP Malang.
http://lasonearth.wordpress.com/makalah/falsafah-pancasila-sebagai-dasarfalsafah-negara-indonesia/

Study Kasus PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL


Published : 20:55 Author : Tri Lestari

Sertakan alamat jika akan copas. RCL yaaa...

A. Penerapan Ideologi
Penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut Politik. Karena itu sering
terjadi bahwa ideologi dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya: merebut kekuasaan.
Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat diterapkan dengan cara konsensus
mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan
negara. Dalam hal ini sering juga disebut Philosofische Grondslag atau Weltan. Schauung yang
merupakan pikiran-pikiran terdalam, hasrat terdalam warga negaranya untuk di atasnya didirikan suatu negara.

B. Makna Ideologi bagi negara


Ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b. Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup yang harus dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi penerus bangsa, diperjuangkan, dan
dipertahankan dengan kesediaan pengorbanan.
Dalam menjabarkan nilai-nilai dasar Pancasila menjadi semakin operasional dan dengan
demikian semakin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi

berbagai maslah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa dimensi yang
menunjukkan ciri khas dalam orientasi Pancasila. Ada tiga dimensi yaitu:
a. Dimensi Teologis
Menunjukkan bahwa pembangunan mempunyai tujuan yaitu mewujudkan cita-cita
Proklamasi 1945. Hidup bukanlah ditentutakan oleh nasib, tetapi tergantung pada rakhmat
Tuhan Yang Maha Esa dan usaha manusia.
b. Dimensi Etis
Menunjukkan bahwa dalam Pancasila, manusia dan martabat manusia mempunyai kedudukan
yang sentral.
c. Dimensi Integral-integratif
Mempatkan manusia tidak secara individualisme melainkan dalam konteks strukturalnya.
C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi menceminkan seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan
politiknya bangsa Indonesia, yaitu sebagai tata nilai yang dipergunakan sebagai acuan di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua gagasan-gagasan yang
timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini di tata secara sistematis
menjadi satu kesatuan yang utuh.
Sebagai ideologi, Pancasila berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan
aktivitas di segala bidang, dan karena itu sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel, dan
tidak bersifat tertutup maupun kaku, yang akan menyebabkan ketinggalan zaman.
Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, hal ini dibuktikan dan
adanya sifat-sifat yang melekat pada Pancasila sendiri maupun kekuatan yang terkandung di
dalamnya, yaitu memenuhi persyaratan kualitas 3 (tiga) dimensi di atas.
Mengenai pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka, bukanlah berarti bahwa nilai
dasarnya dapat diubah atau diganti dengan nilai dasar yang lain, karena bila dipahamkan
secara demikian (sebagai pemahaman yang keliru), hal itu sama artinya dengan meniadakan
Pancasila atau meniadakan identitas/ jati diri bangsa Indonesia. Hal mana berlawanan dengan
nalar dan tidak masuk akal. Maka di dalam pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka itu
mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar daripada Pancasila itu dapat dikembangkan
sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
Pengembangan atas nilai-nilai dasar Pancasila dilaksanakan secara kreatif dan dinamis
dengan memperhatikan tingkat kebutuhan serta perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
Dengan demikian nilai-nilai dasar Pancasila perlu dioperasionalkan, yaitu dijalankan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai dasar Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 dijabarkan menjadi nilai instrumental, dan penjabaran atas nilai instrumental ini tetap
mengacu pada nilai dasarnya, dan nilai instrumental menjadi nilai praksis.
Adapun dokumen konstitusional yang disediakan untuk menjabarkan secara kreatif
atas nilai-nilai dasar tersebut antara lain dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang menjadi wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan berupa peraturan
perundang-undangan, serta kebijakan-kebijakan Pemerintah lainnya.
Budaya asing yang bernilai negatif, misalnya tentang samen leven yang tidak dilarang
di dalam kehidupan budaya Barat, akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang mendasarkan dari
pada sikap budaya dan pandangan moral religius, demikian pula dengan pandangan
keagamaan yang dikenal dengan sebutan Children of God, ditolak karena tidak sesuai dengan
pandangan keagamaan yang telah dihayati oleh bangsa Indonesia sejak lama.
D. Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas
terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila. Setiap kedudukan dan fungsi
Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi lain- lain yang konsekuensinya
aktualisasinyapun juga memiliki aspek yang berbeda dengan fungsi Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa Indonesia, demikian pula berkaitan dengan kedudukan dan fungsi
Pancasila lainnya.
Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai titik sentral
pembahasan adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia hal itu
dengan klausa finalis Pancasila yang d rumuskan oleh pembentukan Negara Indonesia. Oleh
karena itu kedudukan dan fungsi Pancasila dapat di ketahui sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa
Pandangan hidup manusia sebagai makhluk Tuahan YME adalah kesatuan nilai- nilai
luhur tesebut adalah suatu yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri.Pandangan hidup
yang digunakan sebagai kerangka yang digunakan baik sebagai nilai acuan dalam menata
kehidupan pribadi maupun sosial.
Dalam pengertian manusia sebagai makhluk Individumaka proses perumusan
pandangan hidup masyarakat dituangkan dalam kelembagaan menjadi pandangan hidup
bangsa di tuangkan dan di lembagakan menjadi ideologi bangsa.
2. Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia
Pancasila dalam kedudukan ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (Philosofische Grondlog) dari Negara, ideologi Negara atau
(Staatsidee). Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma atau
mengatur pemerintahan Negara atau penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya semua
peraturan perundangan bersumber pada aturan perundangan termasuk proses reformasi pada
semua bidang.
3. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia
Pancasila sebagai klausa matrialis di angkat dan di rumuskan oleh para pendiri bangsa ,
sebagai Pancasila berkedudukan sebagai dasarideologi bangsa dan Negara Indonesia. oleh
karena itu Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
E. Alasan menggunakan Ideologi Pancasila
a. Nilai-nilai falsafah yang mendasar dan rasional
b. Teruji kokoh dan kuat sebagai dasar negara
c. Nilai-nilai Pancasila sesuai dengan budaya Indonesia
d. Mampu mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat yang majemuk dan beragam
F. Kelebihan dan Kekurangan ideologi Pancasila
A. Kelebihan :
a. Dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih adil dan makmur
b. Merupakan jalan tengah antara Liberal dan Komunis
c.

Memberi inspirasi akan tata masyarakat bebas

d. Menjadi sumber etik sosial


e.

a.

Sebagai instrumen politik untuk melihat kinerja pemerintah dan untuk melawan
ketidakadilan sosial dan segala manifestasinya
B. Kekurangan :
Memberi kesempatan kebebasan yang cenderung menjadi anarki

b. Adanya kemungkinan masuknya kepentingan neoliberal


c.

Terlalu normatif

d. Dianggap tidak jelas karena hanya mengambil jalan tengah diantara komunis dan liberal
e.

Pancasila justru membuat bangsa mengambil keburukan Liberal dan Komunis bersama-sama

G. Study Kasus
KASUS 1:
DPR Isyaratkan Voting RUU Pemilu
Rianita Arrini - detikNews
Senin, 09/04/2012 18:54 WIB
Jakarta Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu masih berupaya mencari titik temu untuk
menuntaskan tiga poin yang masih barlarut-larut yaitu sistem pemilu, ambang batas parlemen
dan metode penghitungan suara. Jika tidak mencapai titik temu, Pansus mengisyaratkan akan
melakukan voting.
"Belum bisa dipastikan. Tadi di rapat konsultasi masih mengupayakan musyawarah mufakat,
tapi semua bersiap diri untuk bisa menerima voting," ujar Ketua Pansus RUU Pemilu, Arief
Wibowo, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/4/2012).
Namun menurut Arief, jika terjadi voting pada rapat Paripurna, Rabu (11/4) lusa, maka
Pansus harus membahas rumusan RUU Pemilu hingga siap.
"Supaya tidak keruh seperti di (sidang) BBM kemarin itu. Jangan serahkan apa yang mau
divoting ke pimpinan, tapi rumusannya diputuskan dalam Pansus sendiri. Biar nanti Paripuna
mengikuti apa yang sudah dirumuskan oleh Pansus," jelasnya.
Dalam rapat konsultasi hari ini, lanjut Arief, Fraksi PAN mencoba menggolkan ambang batas
parlemen sebesar 3,5 persen.
"Tapi lainnya belum setuju karena dari 9 fraksi, kalau tidak bisa musyawarah mufakat maka
dilakukan voting," kata Arief.
Sembilan fraksi masih bertahan dengan keinginannya dalam revisi UU Pemilu ini. Sembilan
fraksi hanya menyepakati alokasi kursi per dapil yaitu 3-10 kursi.
Berikut peta fraksi atas RUU Pemilu:
1. Partai Demokrat
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional
- Model penghitungan dilakukan quota
Demokrat menghendaki voting dilakukan secara parsial.
2. Partai Golkar
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi dapil 3-10
- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional
- Model penghitungan webster
Golkar menghendaki voting dilakukan secara parsial.
3. PDIP
- Sistem tertutup
- jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3 persen nasional
- Metode penghitungan webster
PDIP menginginkan voting dilakukan per paket.
4. PKS
- Sistem tertutup
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang parlemen 4 persen nasional

- Metode penghitungan webster


PKS menginginkan voting dilakukan per paket.
5. PAN
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3,5 persen nasional.
- Metode penghitungan quota
PAN menginginkan voting dilakukan per paket.
6. PPP
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3 persen.
- Metode penghitungan quota
PPP menghendaki voting dilakukan per paket.
7. PKB
- Sistem tertutup
- Alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3 persen
- Metode penghitungan quota
PKB menginginkan voting dilakukan per paket.
8. Gerindra
-Belum memutuskan sistem Pemilu tertutup atau terbuka
-Alokasi kursi per dapil 3-10
-Ambang batas parlemen 3,5 persen.
ANALISIS:
Dari permasalahan tersebut dapat diambil intinya yaitu bahwa anggota DPR akan
melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat untuk menentukan sistem pemilu yang
membahas tiga poin yang masih barlarut-larut yaitu sistem pemilu, ambang batas parlemen
dan metode penghitungan suara, jika tidak dapat dicapai maka akan dilakukan voting. Hal
tersebut sudah sesuai dengan filsafat pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara, yaitu
pada sila ke-4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Pancasila sebagai pandangan hidup yang diyakini, bangsa Indonesia akan mampu
memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapi secara tepat sehingga tidak
terombang ambing dalam menghadapi persoalan tersebut. Pada Pancasila, musyawarah
sendiri memiliki tujuan agar suatu masalah dapat dipecahkan jalan keluarnya dan sebisa
mungkin tidak merugikan orang lain serta mengambil jalan yang adil. Keputusan dari
musyawarah dapat mencapai mufakat yang artinya mempunyai persetujuan dan nilai yang
kuat serta dapat terhindar dari perpecahan, mengarah pada persatuan dan keadilan.
Pada dasarnya walaupun suatu permasalahan diselesaikan dengan cara voting, tetapi
sebelum itu pasti sudah dilaksanakan musyawarah untuk mencapai mufakat terlebih
dahulu. Penentuan mana yang akan digunakan, ada yang berpendapat bahwa melalui voting
merupakan cara yang terbaik. Melalui voting tidaklah sesuai dengan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Tetapi, voting dapat dilakukan jika telah melalui musyawarah yang
belum menemukan titik terang mengenai persoalan yang dimusyawarahkan. Dimana
musyawarah merupakan nilai yang ada pada mayarakat Indonesia. Pada dasarnya
musyawarah adalah prinsip dari demokrasi. Pada demokrasi Pancasila penentuan hasil
dilakukan dengan cara mufakat dan jika terjadi kebuntuan yang berkepanjangan barulah
dilakukan dengan cara voting. Cara voting cenderung dipilih karena lebih praktis, menghemat
waktu dan lebih simple dari pada musyawarah yang berbelit-belit dan tak kunjung usai.

Sebagai warga negara dan warga masyarakat , setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain, hal inilah yang ditanamkan melalui nilai-nilai Pancasila. Setiap permasalahan yang ada
harus dibicarakan dengan dengan baik dengan tujuan untuk mencapai kebaikan bersama di
atas kepentingan pribadi atau golongan, tidak ada yang memaksakan kehendak dan tidak ada
yang dirugikan. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai nilai
kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

KASUS 2:
Suara Merdeka, 24 April 2012
NKRI Harga Mati
KRISIS kebangsaan yang melanda sebagian generasi muda Indonesia menjadi keprihatinan
semua pihak. Karena itu, semangat untuk tetap menjunjung tinggi dan terus mengamalkan
ajaran Pancasila sebagai ideologi bangsa harus dihargai.
Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila inilah yang kini juga terus dipegang
teguh oleh Yudo Fistiono Sudiro SH (44), ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda
Pancasila Kabupaten Banyumas, yang baru dilantik kemarin.
Pria kelahiran 23 Mei 1967 itu memahami betul saat ini tantangan terberat yang dihadapi
pemuda Indonesia di antaranya adanya krisis kecintaan terhadap Pancasila dan NKRI.
Masih Minim
Itu terjadi karena derasnya pengaruh budaya barat, gaya hidup yang individualis, pragmatis
dan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan yang masih minim.
''Bagi saya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa itu harus tetap abadi sampai
kapan pun dan kecintaan terhadap Tanah Air juga harga mati,'' kata suami Tri Setiati (31)
tersebut.
Sehingga dalam mengemban misi kepengurusannya empat tahun ke depan (2012-2016),
keanekaragaman warna organisasi tersebut ibarat miniatur kebangsaan yang terkandung
dalam nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Anggota sangat beragam dari berbagai latar belakang, namun tetap bisa satu karena sudah
tertanam sebagai seorang pancasialis dan nasionalis.
Kecintaan terhadap Tanah Air menurut putra pertama dari lima bersaudara pasangan Sudiro
Bekti (67) dan Sri Subekti (65) juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Di antaranya, terlihat dari dua nama putranya semua diselipkan kata-kata nusantara. Putra
pertama dinamai Setia Nusantara Nayakapraja (11) dan putra kedua Kineta Energik Anura
Nusantara (6).
''ibaratnya darah yang mengalir dalam diri saya adalah darah Pancasila, sehingga apapun akan
saya lakukan demi menjaga kebesaran ideologi bangsa yang dicetuskan Bung Karno,'' kata
warga RT 1/RW 6 Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan itu.
Tempaan di berbagai organisasi mulai semasa masih menjadi mahasiswa, hingga menjadi
ketua MPC PP Banyumas cukup mengembleng mental dan dedikasi untuk terus mencintai
bangsa ini dengan kiprah nyata. (Agus Wahyudi-17)
ANALISIS:
Memang benar bahwa saat ini generasi muda mengalami krisis kecintaan terhadap
Pancasila, dikarenakan semakin derasnya pengaruh budaya barat, gaya hidup yang
individualis, pragmatis, dan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan yang masih minim.
Misalnya semakin maraknya perkembangan geng motor di kalangan pemuda saat ini.

Untukmenanamkan kembali nilai-nilai Pancasila yang mulai luntur dapat dilakukan misalnya
melalui pendidikan Pancasila, yang saat ini telah diajarkan kembali.
Jika suatu organisasi anggotanya memiliki jiwa yang pancasilais dan nasionalis maka
pasti organisasi itu akan bersatu, begitu pula dengan negara Indonesia apabila warga negara
sudah tertanam jiwa pancasilais dan nasionalis maka negara tersebut juga akan bersatu,
walaupun berasal dari berbagai latar belakang yang beragam.
Pancasila yang berkedudukan sebagai ideologi terbuka, dalam hal ini memang
memberi keleluasaan untuk mengikuti perkembangan jaman menuju berkembangnya cipta,
rasa, dan karsa yang maju dan mandiri untuk menyongsong dinamika kehidupan.
Keterbukaan bukan berarti perubahan-perubahan itu mengubah nilai-nilai dasar Pancasila
sebagai ideologi bangsa, tetapi mengekplisitkan wawasanya secara lebih kongkrit sehingga
memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah yang baru.
Dalam menjabarkan nilai-nilai Pancasila menjadi semakin operasional dan dengan
demikian semakin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
berbagai masalah dan tantangan dewasa ini perlu diperhatikan beberapa dimensi yang
menunjukkan ciri khas dalam orientasi Pancasila yaitu dimensi teologis bahwa nasib
ditentukan oleh ridho ilahi dan usaha manusia, dimensi etis yang menunjukan bahwa dalam
Pancasila, manusia dan martabat mempunyai kedudukan yang sentral, selanjutnya dimensi
integral-integratif yang menempatkan manusia tidak secara individualisme melainkan dalam
konteks struktural. Itulah mengapa mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa itu
harus tetap abadi sampai kapan pun dan kecintaan terhadap Tanah Air juga harga mati.
Apa yang dilakukan oleh pasangan Sudiro Bekti (67) dan Sri Subekti (65) dalam
berita tersebut patutlah kita contoh karena begitu cintanya terhadap Pancasila yang
dibuktikannya dalam hidup sehari-hari. Untuk terus menjaga kebesaran ideologi negara dan
untuk terus mencintai bangsa ini dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya yang berkaitan dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita
dapat merealisasikannya dengan menjalankan aturan agama yang dianut masing-masing
individu tanpa mengganggu agama lain. Berkaitan dengan sila kedua Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab yaitu dengan menghargai hak-hak asasi setiap warga negara tanpa
merugikan hak orang lain. Selanjutnya kiprah nyata dari nilai sila ketiga Persatuan
Indonesia dapat dilakukan dengan menghargai perbedaan yang ada dan menjadikannya
sebagai keanekaragaman yang memberi warna tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaratan perwakilan yang dalam hal ini setiap permasalahan yang timbul haruslah
dimusyawarahkan dengan jalan damai tanpa mementingkan kepentingan individu dan
golongan tetapi harus mengupayakan demi kebaikan bersama. Sila kelima Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil,
baik dibidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan bidang-bidang lainnya. Cara yang
dilakukan dalam mencapai tujuan dalam setiap bidang tersebut juga harus adil.
Kabul Budiyono. 2009. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Tukiran Taniredja, dkk. 2011. Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.
_Diunduh darihttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/04/24/184256/NKRIHarga-Mati pada tanggal 25 April 2012.
_Diunduh dari http://www.detiknews.com/ pada tanggal 25 April 2012.

Anda mungkin juga menyukai