PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam
hidup dan kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan
yang sebenar-benarnya dan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan
nasionalnya. Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa
untuk melemahkan dan atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman,
rintangan dan gangguan itulah yang yang disebut dengan Ketahanan Nasional.
Oleh karena itu, ketahanan nasional mutlak senantiasa harus dibina dan
dibangun serta ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan
dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa.
B. Ruang Lingkup
PEMBAHASAN
A.
Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis suatu negara atau bangsa yang
terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar,
secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.[3] Oleh karena
itu, Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus
senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus-menerus serta sinergik yang
harus selalu didasari oleh pemikiran geopolitik dan geostrategi sebagai sebuah
konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan konstelasi
yang ada disekitar Indonesia.
B.
Secara teori suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan
merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri. [4] Menurut Antoine
Destut de Tracy (1836) Ideologi merupakan ilmu tentang terjadinya cita-cita atau
gagasan. Lalu dipertegas oleh Daniel Bell sebagai sistem keyakinan untuk
memotivasi orang atau kelompok masyarakat untuk bertindak dengan cara
tertentu sebagaimana diajarkan oleh ideologi tersebut.[5]
Pancasila memiliki posisi yang bervariasi di dalam struktur negara dan bangsa
Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, ideologi nasional, pandangan hidup
bangsa dan ligatur atau pemersatu bangsa. Semua ini berbasis pada konsep nilai
empat pilar bangsa (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika).
Sebagai konsep tersebut harus berada di dalam koridor yang jelas. Sebagai
dasar negara maka Pancasila menjadi acuan peraturan perundang-undangan,
sebagai ideologi nasional maka Pancasila adalah arah pembangunan bangsa,
Pancasila sebagai pandangan hidup maka Pancasila adalah pembentuk pola pikir
sikap dan tingkah laku atau karakter bangsa dan sebagai pemersatu maka
Pancasila sebagai pengikut kemajemukan.
1.
Pancasila I
Pancasila 2
Pancasila 3
Pancasila 4
Pancasila 5
Pancasila 6
1 Juni 1945
22 Juni 1945
18 Agus 1945
29 Okt 1949
5 Juli 1959
1966
Sidang BPUPKI
Piagam Jakarta
UUD RIS
Dekrit Presiden
Orde Baru
2.
Kelima sila Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga
pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung
didalamnya.
D.
Peran Masing-Masing Komponen Bangsa Untuk Mengimplementasikan NilaiNilai Pancasila
Segala macam bentuk pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah harus
didasari pada hakikat manusia sebagai monopluralis yang meliputi susunan
kodrat manusia, jiwa dan raga, sifat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi bediri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan YME.
Dalam bidang politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai Individu (makhluk sosial)
yang terjelma sebagai masyarakat. Dalam pengertian lain pengembangan politik
harus mendasarkan diri pada moralitas seperti yang tertuang dalam Pancasila.
Dalam bidang ekonomi, pemerintah harus terus mendorong sistem
perekonomian Indonesia yang mendasarkan diri pada moralitas humanistik
berbasis ekonomi yang berkemanusiaan. (ekonomi kerakyatan), yang tidak
hanya mendasarkan pada pada mengejar pertumbuhan saja melainkan juga
mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Pengembangan IPTEK harus mendasarkan pada sila pertama yang coba
mengkomplemasikan ilmu pengetahuan, mencipta, serta perimbangan antara
rasional dan tidak rasional, antara akal, rasa, dan kehendak. Jadi pengembangan
IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan,
tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia
dan lingkungan. Tidak hanya itu, pengambangan IPTEK juga harus beradab
karena IPTEK adalah hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.
Pemerintah (Negara)
Rakyat
a.
Dalam bidang sosial budaya, masyarakat hendaknya mendasarkan ke
lokalitasannya sebagai bagian terintegrasi dengan Pancasila. Hal ini harus
berkesesuaian dengan etika pancasila yang bersifat humanistik. Artinya nilainilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Pancasila harus dijadikan
sumber normatif bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya
Dalam kehidupan beragama, masyarakat seharusnya mengembangkan suatu
suasana bermasyarakat ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh
toleransi, dan saling menghargai. Agar konflik-konflik yang berdasar pada agama
dapat diredam dengan baik.
E.
Tidak hanya tantangan di atas, Pancasila juga mendapat tantangan dari Trans
Ideologi seperti: liberalisme, individualisme, pragmatisme, hedonisme dan juga
ideologi lain yang didatangkan dari luar negeri. Secara ontologis, relasi Pancasila
pada dasarnya dapat digambarkan sebagai relasi antara manusia dengan the
ultimate reality, alam semesta, sesama manusia, negara bangsa, masyarakat,
dan dunia global.
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Ichlasul Amal MA pernah
mengatakan bahwa ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai
dengan arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta Indonesia. Hal ini
disebabkan perkembangan ekonomi dunia yang cenderung kapitaslistik sama
sekali tidak sesuai dengan ekonomi Pancasila yang berasaskan kerakyatan.
Sementara ekenomi global sama sekali tidak memandang hal tersebut.[10]
Tidak hanya itu, sila-sila yang ada dalam Pancasila juga sudah mulai tidak
dipahami. Contohnya, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Banyak umat
manusia yang masih mempersoalkan dan memperdebatkan agama. Mestinya,
hal itu tidak perlu terjadi karena semua itu sudah tercakup dalam Pancasila.
Belum lagi soal lainnya. misalnya sila Persatuan Indonesia dengan ditandai
masih ada yang mempersoalkan suku dan ras dalam menjalankan hubungan
sosial masyarakat.
Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara
untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara
semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu. Saya yakin syarat
yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan perwakilan.
Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita,
sayapun, adalah orang Islam, maaf beribu-ribu maaf, keislaman saya jauh
belum sempurna, tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada,
dan melihat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati
Islam. Dan hati Islam Bung karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam
permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga
keselamatan agama, [11]
Potret NII adalah potret tentang disintegrasi dan rekonsolidasi. Karena terjadi
penyimpangan faham dan ajaran Islam yang dipraktekkan organisasi NII.
Pergerakan NII jelas-jelas hanya sebuah kelompok yang mengklaim
memperjuangkan Negara Islam, tapi nyata bertentangan dengan Islam. Hal ini
tentunya bertentangan dengan beberapa sila dalam Pancasila seperti sila
pertama, sila ke tiga dan penjelasan butir-butirnya dalam Pancasila.
F.
Urgensi Pemahaman Komprehensif Terhadap Nilai-Nilai Pancasila Terhadap
Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan suatu keadaan yang harus terus diwujudkan oleh
segenap masyarakat Indonesia, dengan cara berpegang pada 3 dasar untuk
mewujudkan ketahananNasional Indonesia yaitu: Pancasila, UUD 1945, dan
wawasan Nusantara. Sebagai salah satu dasar dalam pewujudan Ketahanan
Nasional, Pancasila harus mampu terinternasilasi dan terimplementasikan
Masing-masing sila telah memberikan koridor yang cukup jelas dalam acuan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama mengandung makna segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, moral
negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum peraturan perundangan, kebebasan dan hak azasi warga negara harus
dijiwai nilai nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila kedua, Mengandung makna
bahwa negara dalam menjaga ketahanan nasional menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Sila Persatuan Indonesia,
Mengandung makna bahwa suatu perbedaan yang ada dalam suatu bangsa
hendaknya tidak dijadikan alasan untuk menjadi konflik dan permusuhan
melainkan diarahkan pada suatu kedaan yang saling menguntungkan yaitu
persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan ketahan nasional. Sila
ke empat Mengandung makna adanya kebebasan yang harus disertai dengan
tanggung jawab baik terhadap masyarakat, bangsa maupun secara moral
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Serta mengakui adanya persamaan hak yang
melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku dan agama. Sila kelima
mengandung nilai nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan hidup
bersama. Keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain, manusia dengan lingkungan, bangsa dan negara serta
hubungan manusia dengan Tuhan, agar terjadi hubungan yang harmonis dan
bebas konflik untuk mewujudkan ketahanan nasional yang utuh.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
B.
Rekomendasi
serta moralitas yang loyal, utuh dan bangga terhadap bangsa dan negara. Di
samping itu perlu dituntut sikap yang wajar dari anggota masyarakat dan
pemerintah terhadap adanya keanekaragaman. Untuk itu setiap anggota
masyarakat dan pemerintah memberikan penghormatan dan penghargaan yang
wajar terhadap kebhinekaan.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia
harus dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga kelestarian dan
keampuhannya demi terwujudnya tujuan nasional serta cita-cita bangsa
Indonesia, khususnya oleh setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan serta setiap warga negara Indonesia.
Dalam hal ini teladan para pemimpin penyelenggara negara dan tokoh-tokoh
masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.
Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila harus menunjukkan keseimbangan
fisik material dengan pembangunan mental spiritual untuk menghindari
tumbuhnya materialisme dan sekulerisme. Dengan memperhatikan kondisi
geografi Indonesia, maka strategi pembangunan harus adil dan merata di
seluruh wilayah untuk memupuk rasa persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
Pendidikan Moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya dalam mata pelajaran. Selain itu, pendidikan moral
Pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat.
Pancasila sebagai pedoman memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan
ketahanan nasional, sehingga perlu adanya pembinaan dan pelatihan yang
dapat menumbuhkan ketahanan di berbagai kalangan masyarakat terutama
pada generasi penerus bangsa.
RUJUKAN
Feith, Herbert dan Castle, Lance. 1996. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965.
Jakarta: LP3ES.
Pancasila Hadapi Tantangan Makin Berat. Koran Suara Merdeka, terbit 2 Juni
2011.
Usman, Wan dkk. 2003. Daya Tahan Bangsa. Jakarta: Program Studi Pengkajian
Ketahanan Nasional Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
[1] Bambang Rahardjo, Syamsuhadi. 1995. Garuda Emas Pancasila Sakti. Jakarta
: Yapeta Pusat. Hal. 53 dan 55
[3] Wan Usman, dkk. 2003. Daya Tahan Bangsa. Jakarta: Program Studi
Pengkajian Ketahanan Nasional Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
[6] Kompas, Merajut Nusantara: Rindu Pancasila, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
Oktober 2010.
[8] Prof. EM. DR. Wuryadi, MS. Pancasila Untuk Indonesia dan Dunia (Konsistensi
dan Dinamika Gagasan Bung Karno). Dalam seminar Nasional Pancasila Untuk
Indonesia, Universitas Gajah Mada.
[10] Pancasila Hadapi Tantangan Makin Berat. Koran Suara Merdeka, terbit 2 Juni
2011.
[11] Herbert, Feith dan Castle, Lance, 1996. Pemikiran Politik Indonesia 19451965. Jakarta: LP3ES. hal. 20-21.
Implementasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional (MAKALAH)
20
Kamis
Mar 2014
Posted by lidyanambela in Tak Berkategori Meninggalkan komentar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
1.2
Ruang Lingkup
1.2.1
1.2.2
1.2.3
BAB 2
PEMBAHASAN
Destut de Tracy (1836) Ideologi merupakan ilmu tentang terjadinya cita-cita atau
gagasan. Lalu dipertegas oleh Daniel Bell sebagai sistem keyakinan untuk
memotivasi orang atau kelompok masyarakat untuk bertindak dengan cara
tertentu sebagaimana diajarkan oleh ideologi tersebut.
Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu
tentang pengertian dasar,ide. Hubungan manusia dengan cita-cita disebut
ideologi. Ideologi berisi seperangkat nilai, dimana nilai-nilai itu menjadi citacitanya atau manusia bekerja dan bertindak untuk mencapa nilai-nilai tersebut.
Menurut Dr. Alfian, seorang ahli politik Indonesia, Pancasila memenuhi syarat
sebagai ideologi terbuka yang sifatnya luwes dan tahan terhadap perubahan
zaman karena di dalamnya memnuhi tiga dimensi ideologi, yaitu:
1) Dimensi Realitas
Nilai nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam
masyarakat Indonesia. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam
suasana atau pengalaman kehidupan masyarakat bangsa kita yang bersifat
kekluargaan, kegotong-royongan atau kebersamaan.
2) Dimensi Idealitas
Suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila
merupakan nilai-nilai yang di cita-citakan dan ingin diwujudkan.
3) Dimensi Fleksibilitas
Nilai dasar Pancasila adalah fleksibel karena dapat dikembangkan dan
disesuaikan dengan tuntutan perubahan.
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari
NKRI yang harys dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
1.
Religius
2.
Manusiawi
3.
Bersatu
4.
Demokratis
5.
Adil
6.
Sejahtera
7.
Maju
8.
Mandiri
9.
2.
BAB 3
PENUTUP
3.1
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie,jimly.
Setijo,panji.2008.Pendidikan Pancasila.Jakarta:Grasindo.
Winarno.2008.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta:Bumi
Aksara.
Implementasi Pancasila sebagai Ideologi Pancasila
05.05
No comments
PENDAHULUAN
Sesungguhnya cita-cita kemerdekaan bersumber dan dijiwai kesadaran filsafat
hidup Pancasila, karenanya dijadikan dasar negara (NKRI) sebagai terumus
dalam Pembukaan UUD Proklamasi yang disahkan 18 Agustus 1945.Bagaimana
kesetiaan dan kebanggaan nasional tiap warganegara, dan orsospol atas nilai
A. LATAR BELAKANG
Sebenarnya, proses reformasi selama belakangan ini adalah kesempatan emas
yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk merevitalisasi semangat dan
cita-cita para pendiri negara kita untuk membangun negara Pancasila ini.
Sayangnya, peluang untuk melakukan revitalisasi ideologi kebangsaan kita
dalam era reformasi ini masih kurang dimanfaatkan. Bahkan dalam proses
reformasi-selain sejumlah keberhasilan yang ada, terutama dalam bidang politik
juga muncul ekses berupa melemahnya kesadaran hidup berbangsa.
Terkait pada sila ke tiga ,Persatuan Indonesia justru akhir - akhir ini muncul
manifestasi dalam bentuk gerakan separatisme, tidak diindahkannya konsensus
nasional, pelaksanaan otonomi daerah yang menyuburkan etnosentrisme dan
desentralisasi korupsi, demokratisasi yang dimanfaatkan untuk mengembangkan
paham sektarian, dan munculnya kelompok-kelompok yang memromosikan
secara terbuka ideologi di luar Pancasila.
Patut disadari oleh semua warga bangsa bahwa keragaman bangsa ini adalah
berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, semangat Bhinneka Tunggal
Ika harus terus dikembangkan karena bangsa ini perlu hidup dalam
keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Sayangnya, belum semua warga
bangsa kita menerima keragaman sebagai berkah. Oleh karenanya, kita semua
harus menolak adanya konsepsi hegemoni mayoritas yang melindungi minoritas
karena konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni
1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas
dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan
kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan
budaya.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan
UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus
mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi
seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut,
maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan
MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan
lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia
haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala
sumber huum (sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat,
jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh
oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah
Indonesia.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 Setelah
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang
Pemilihan Umum untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang
akan menyusun UUD baru.
Pembubaran Konstuante.
b.
c.
d.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi
dasar falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV
dengan perumusan dan tata urutan seperti berikut :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu
keadaan yang telah berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas
hukum positif (Ius Contitutum) UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia yang
berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal perumusan Pancasila
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan,
walaupun sebenarnya tidak ada Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut.
Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut
dalam redaksi kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Prikemanusiaan atau internasionalisme,
Kebangsaan Indonesia atau persatuan Indonesia, Kerakyatan atau Demokrasi
dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga
Surabaya pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : Susunan Pancasila itu
adalah suatu kebulatan yang bersifat hierrarchies dan piramidal yang
mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila negara kita.
Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof. Mr.
Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam Ketetapan
No. XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973.
Pengertian Pancasila Secara Termitologis
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai
alat2 Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus
1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan
yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan Pancasila. Rumusan
Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI
yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia
Pancasila Berbentuk:
1.
Hirarkis (berjenjang);
2.
Piramid.
A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut:
1.
Prikebangsaan;
2.
Prikemanusiaan;
3.
Priketuhanan;
4.
Prikerakyatan;
5.
Kesejahteraan Rakyat
B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di
depan sidang BPUPKI, sebagai berikut:
1.
Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia;
2.
Internasionalisme/Prikemanusiaan;
3.
Mufakat/Demokrasi;
4.
Kesejahteraan Sosial;
5.
Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila
yaitu:
1.
2.
3.
Ketuhanan YME.
Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila
atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong.
C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945
rumusannya sebagai berikut:
1.
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya;
2.
3.
Persatuan Indonesia;
trerarahkan oleh Orde Baru, sejauh mana pelakasanaan Pancasila secara murni
dan konsekuen harus ditunjukkan.
Komunisme telah runtuh karena adanya krisis ekonomi negara ibu yaitu Uni
Sovyet dan ditumpasnya harkat dan martaba tmanusia beserta hak-hak asasinya
sehingga perlahan komunisme membunuh dirinya sendiri. Negara-negara satelit
mulai memisahkan diri untuk mencoba paham demokrasi yang baru. Namun,
kapitalisme yang dimotori Amerika Serikat semakin meluas seolah menjadi
penguasa tunggal. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya
sekedar dihantui oleh bahaya subversinya komunis, melainkan juga harus
berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme.
3. Tahun 1995-2020 merupakan tahap repostioning Pancasila. Dunia kini
sedang dihadapkan pada gelombang perubahan yang cepat sebagai implikasi
arus globalisasi.
Globalisasi sebagai suatu proses pada hakikatnaya telah berlangsung jauh
sebelum abad ke-20 sekarang, yaitu secara bertahap, berawal embrionial di
abad 15 ditandai dengan munculnyanegara-negara kebangsaan, munculnya
gagasan kebebasan individu yang dipacu jiwa renaissance dan aufklarung.
Hakikat globalisasi sebagai suatu kenyataan subyektif menunjukkan suatu proses
dalam kesadran manusia yang melihat dirinya sebagai partisipan dalam
masyarakat dunia yang semakin menyatu, sedangkana kenyataan obyektif
globlaisasi merupakan proses menyempitnya ruang dan waktu, menciutnya
dunia yang berkembang dalam kondisi penuh paradoks.
Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, keurgensian Pancasila sebagai
dasar negara semakin dibutuhkan. Pancasila dengan sifat keterbukaanya melalui
tafsir-tafsir baru kita jadikan pengawal dan pemandu kita dalam menghadapi
situasi yang serba tidak pasti. Pancasila mengandung komitmen-komitmen
transeden yang memiliki mitosnya tersendiri yaitu semua yang mitis
kharismatis dan irasional yang akan tertangkap arti bagi mereka yang sudah
terbiasa berfikir secara teknis-positivistik dan pragmatis semata.
Nilai-nilai luhur yang telah dipupuk sejak pergerakan nasional kini telah tersapu
oleh kekuasaan Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama mengembangkan
Pancasila sebagai dasar negara tidak sebagai sesuatu substantif, melainkan diinstumentalisasi-kan sebagai alat politik semata. Demikian pula di Orde Baru
yang berideologikan ekonomi, Pancasila dijadikan asas tunggal yang
dimanipulasikan untuk KKN dan kroni-isme dengan mengatasnamakan sebagai
Mandatoris MPR.
Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan menghadapi jalan
buntu. Krisis moral budaya juga timbul sebagai implikasi adanya krisis ekonomi.
Masyarakat telah kehilangan orientasi nilai dan arena kehidupan menjadi
hambar, kejam, gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spiritual.
Pancasila malah diplesetkan menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran dalam
kehidupan yang penuh paradoks.
4.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
2.
Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:
a)
b)
c)
3.
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut
dapat dibuktikan dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di
dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :
Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan
sebutan Piagam Jakarta).
Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal
Desember 1945, alinea IV.
27
4.2 Saran
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di
negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami
dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar
falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat
diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:
Pancoran Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:
Pantjoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta
Sumber Lain :
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm
http:// www.google.co.id
http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm
http:// www.teoma.com
http:// www.kumpulblogger.com
Daftar Rujukan:
Djamal,D.1986.Pokok-Pokok Bahasan Pancasila.Bandung: Remadja Karya.
Laboratorium Pancasila. 1981. Pancasila dalam Kedudukan dan Fungsinya
sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Surabaya: Usaha
Nasional.
Tim Penulis Jurusan PMPKN. 1987. Pancasila Dasar Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa Indonesia. Malang : IKIP Malang.
http://lasonearth.wordpress.com/makalah/falsafah-pancasila-sebagai-dasarfalsafah-negara-indonesia/
A. Penerapan Ideologi
Penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut Politik. Karena itu sering
terjadi bahwa ideologi dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya: merebut kekuasaan.
Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat diterapkan dengan cara konsensus
mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan
negara. Dalam hal ini sering juga disebut Philosofische Grondslag atau Weltan. Schauung yang
merupakan pikiran-pikiran terdalam, hasrat terdalam warga negaranya untuk di atasnya didirikan suatu negara.
berbagai maslah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa dimensi yang
menunjukkan ciri khas dalam orientasi Pancasila. Ada tiga dimensi yaitu:
a. Dimensi Teologis
Menunjukkan bahwa pembangunan mempunyai tujuan yaitu mewujudkan cita-cita
Proklamasi 1945. Hidup bukanlah ditentutakan oleh nasib, tetapi tergantung pada rakhmat
Tuhan Yang Maha Esa dan usaha manusia.
b. Dimensi Etis
Menunjukkan bahwa dalam Pancasila, manusia dan martabat manusia mempunyai kedudukan
yang sentral.
c. Dimensi Integral-integratif
Mempatkan manusia tidak secara individualisme melainkan dalam konteks strukturalnya.
C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi menceminkan seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan
politiknya bangsa Indonesia, yaitu sebagai tata nilai yang dipergunakan sebagai acuan di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua gagasan-gagasan yang
timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini di tata secara sistematis
menjadi satu kesatuan yang utuh.
Sebagai ideologi, Pancasila berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan
aktivitas di segala bidang, dan karena itu sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel, dan
tidak bersifat tertutup maupun kaku, yang akan menyebabkan ketinggalan zaman.
Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, hal ini dibuktikan dan
adanya sifat-sifat yang melekat pada Pancasila sendiri maupun kekuatan yang terkandung di
dalamnya, yaitu memenuhi persyaratan kualitas 3 (tiga) dimensi di atas.
Mengenai pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka, bukanlah berarti bahwa nilai
dasarnya dapat diubah atau diganti dengan nilai dasar yang lain, karena bila dipahamkan
secara demikian (sebagai pemahaman yang keliru), hal itu sama artinya dengan meniadakan
Pancasila atau meniadakan identitas/ jati diri bangsa Indonesia. Hal mana berlawanan dengan
nalar dan tidak masuk akal. Maka di dalam pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka itu
mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar daripada Pancasila itu dapat dikembangkan
sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
Pengembangan atas nilai-nilai dasar Pancasila dilaksanakan secara kreatif dan dinamis
dengan memperhatikan tingkat kebutuhan serta perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
Dengan demikian nilai-nilai dasar Pancasila perlu dioperasionalkan, yaitu dijalankan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai dasar Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 dijabarkan menjadi nilai instrumental, dan penjabaran atas nilai instrumental ini tetap
mengacu pada nilai dasarnya, dan nilai instrumental menjadi nilai praksis.
Adapun dokumen konstitusional yang disediakan untuk menjabarkan secara kreatif
atas nilai-nilai dasar tersebut antara lain dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang menjadi wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan berupa peraturan
perundang-undangan, serta kebijakan-kebijakan Pemerintah lainnya.
Budaya asing yang bernilai negatif, misalnya tentang samen leven yang tidak dilarang
di dalam kehidupan budaya Barat, akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang mendasarkan dari
pada sikap budaya dan pandangan moral religius, demikian pula dengan pandangan
keagamaan yang dikenal dengan sebutan Children of God, ditolak karena tidak sesuai dengan
pandangan keagamaan yang telah dihayati oleh bangsa Indonesia sejak lama.
D. Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas
terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila. Setiap kedudukan dan fungsi
Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi lain- lain yang konsekuensinya
aktualisasinyapun juga memiliki aspek yang berbeda dengan fungsi Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, demikian pula berkaitan dengan kedudukan dan fungsi
Pancasila lainnya.
Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai titik sentral
pembahasan adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia hal itu
dengan klausa finalis Pancasila yang d rumuskan oleh pembentukan Negara Indonesia. Oleh
karena itu kedudukan dan fungsi Pancasila dapat di ketahui sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa
Pandangan hidup manusia sebagai makhluk Tuahan YME adalah kesatuan nilai- nilai
luhur tesebut adalah suatu yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri.Pandangan hidup
yang digunakan sebagai kerangka yang digunakan baik sebagai nilai acuan dalam menata
kehidupan pribadi maupun sosial.
Dalam pengertian manusia sebagai makhluk Individumaka proses perumusan
pandangan hidup masyarakat dituangkan dalam kelembagaan menjadi pandangan hidup
bangsa di tuangkan dan di lembagakan menjadi ideologi bangsa.
2. Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia
Pancasila dalam kedudukan ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (Philosofische Grondlog) dari Negara, ideologi Negara atau
(Staatsidee). Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma atau
mengatur pemerintahan Negara atau penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya semua
peraturan perundangan bersumber pada aturan perundangan termasuk proses reformasi pada
semua bidang.
3. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia
Pancasila sebagai klausa matrialis di angkat dan di rumuskan oleh para pendiri bangsa ,
sebagai Pancasila berkedudukan sebagai dasarideologi bangsa dan Negara Indonesia. oleh
karena itu Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
E. Alasan menggunakan Ideologi Pancasila
a. Nilai-nilai falsafah yang mendasar dan rasional
b. Teruji kokoh dan kuat sebagai dasar negara
c. Nilai-nilai Pancasila sesuai dengan budaya Indonesia
d. Mampu mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat yang majemuk dan beragam
F. Kelebihan dan Kekurangan ideologi Pancasila
A. Kelebihan :
a. Dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih adil dan makmur
b. Merupakan jalan tengah antara Liberal dan Komunis
c.
a.
Sebagai instrumen politik untuk melihat kinerja pemerintah dan untuk melawan
ketidakadilan sosial dan segala manifestasinya
B. Kekurangan :
Memberi kesempatan kebebasan yang cenderung menjadi anarki
Terlalu normatif
d. Dianggap tidak jelas karena hanya mengambil jalan tengah diantara komunis dan liberal
e.
Pancasila justru membuat bangsa mengambil keburukan Liberal dan Komunis bersama-sama
G. Study Kasus
KASUS 1:
DPR Isyaratkan Voting RUU Pemilu
Rianita Arrini - detikNews
Senin, 09/04/2012 18:54 WIB
Jakarta Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu masih berupaya mencari titik temu untuk
menuntaskan tiga poin yang masih barlarut-larut yaitu sistem pemilu, ambang batas parlemen
dan metode penghitungan suara. Jika tidak mencapai titik temu, Pansus mengisyaratkan akan
melakukan voting.
"Belum bisa dipastikan. Tadi di rapat konsultasi masih mengupayakan musyawarah mufakat,
tapi semua bersiap diri untuk bisa menerima voting," ujar Ketua Pansus RUU Pemilu, Arief
Wibowo, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/4/2012).
Namun menurut Arief, jika terjadi voting pada rapat Paripurna, Rabu (11/4) lusa, maka
Pansus harus membahas rumusan RUU Pemilu hingga siap.
"Supaya tidak keruh seperti di (sidang) BBM kemarin itu. Jangan serahkan apa yang mau
divoting ke pimpinan, tapi rumusannya diputuskan dalam Pansus sendiri. Biar nanti Paripuna
mengikuti apa yang sudah dirumuskan oleh Pansus," jelasnya.
Dalam rapat konsultasi hari ini, lanjut Arief, Fraksi PAN mencoba menggolkan ambang batas
parlemen sebesar 3,5 persen.
"Tapi lainnya belum setuju karena dari 9 fraksi, kalau tidak bisa musyawarah mufakat maka
dilakukan voting," kata Arief.
Sembilan fraksi masih bertahan dengan keinginannya dalam revisi UU Pemilu ini. Sembilan
fraksi hanya menyepakati alokasi kursi per dapil yaitu 3-10 kursi.
Berikut peta fraksi atas RUU Pemilu:
1. Partai Demokrat
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional
- Model penghitungan dilakukan quota
Demokrat menghendaki voting dilakukan secara parsial.
2. Partai Golkar
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi dapil 3-10
- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional
- Model penghitungan webster
Golkar menghendaki voting dilakukan secara parsial.
3. PDIP
- Sistem tertutup
- jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3 persen nasional
- Metode penghitungan webster
PDIP menginginkan voting dilakukan per paket.
4. PKS
- Sistem tertutup
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang parlemen 4 persen nasional
Sebagai warga negara dan warga masyarakat , setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain, hal inilah yang ditanamkan melalui nilai-nilai Pancasila. Setiap permasalahan yang ada
harus dibicarakan dengan dengan baik dengan tujuan untuk mencapai kebaikan bersama di
atas kepentingan pribadi atau golongan, tidak ada yang memaksakan kehendak dan tidak ada
yang dirugikan. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai nilai
kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
KASUS 2:
Suara Merdeka, 24 April 2012
NKRI Harga Mati
KRISIS kebangsaan yang melanda sebagian generasi muda Indonesia menjadi keprihatinan
semua pihak. Karena itu, semangat untuk tetap menjunjung tinggi dan terus mengamalkan
ajaran Pancasila sebagai ideologi bangsa harus dihargai.
Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila inilah yang kini juga terus dipegang
teguh oleh Yudo Fistiono Sudiro SH (44), ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda
Pancasila Kabupaten Banyumas, yang baru dilantik kemarin.
Pria kelahiran 23 Mei 1967 itu memahami betul saat ini tantangan terberat yang dihadapi
pemuda Indonesia di antaranya adanya krisis kecintaan terhadap Pancasila dan NKRI.
Masih Minim
Itu terjadi karena derasnya pengaruh budaya barat, gaya hidup yang individualis, pragmatis
dan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan yang masih minim.
''Bagi saya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa itu harus tetap abadi sampai
kapan pun dan kecintaan terhadap Tanah Air juga harga mati,'' kata suami Tri Setiati (31)
tersebut.
Sehingga dalam mengemban misi kepengurusannya empat tahun ke depan (2012-2016),
keanekaragaman warna organisasi tersebut ibarat miniatur kebangsaan yang terkandung
dalam nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Anggota sangat beragam dari berbagai latar belakang, namun tetap bisa satu karena sudah
tertanam sebagai seorang pancasialis dan nasionalis.
Kecintaan terhadap Tanah Air menurut putra pertama dari lima bersaudara pasangan Sudiro
Bekti (67) dan Sri Subekti (65) juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Di antaranya, terlihat dari dua nama putranya semua diselipkan kata-kata nusantara. Putra
pertama dinamai Setia Nusantara Nayakapraja (11) dan putra kedua Kineta Energik Anura
Nusantara (6).
''ibaratnya darah yang mengalir dalam diri saya adalah darah Pancasila, sehingga apapun akan
saya lakukan demi menjaga kebesaran ideologi bangsa yang dicetuskan Bung Karno,'' kata
warga RT 1/RW 6 Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan itu.
Tempaan di berbagai organisasi mulai semasa masih menjadi mahasiswa, hingga menjadi
ketua MPC PP Banyumas cukup mengembleng mental dan dedikasi untuk terus mencintai
bangsa ini dengan kiprah nyata. (Agus Wahyudi-17)
ANALISIS:
Memang benar bahwa saat ini generasi muda mengalami krisis kecintaan terhadap
Pancasila, dikarenakan semakin derasnya pengaruh budaya barat, gaya hidup yang
individualis, pragmatis, dan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan yang masih minim.
Misalnya semakin maraknya perkembangan geng motor di kalangan pemuda saat ini.
Untukmenanamkan kembali nilai-nilai Pancasila yang mulai luntur dapat dilakukan misalnya
melalui pendidikan Pancasila, yang saat ini telah diajarkan kembali.
Jika suatu organisasi anggotanya memiliki jiwa yang pancasilais dan nasionalis maka
pasti organisasi itu akan bersatu, begitu pula dengan negara Indonesia apabila warga negara
sudah tertanam jiwa pancasilais dan nasionalis maka negara tersebut juga akan bersatu,
walaupun berasal dari berbagai latar belakang yang beragam.
Pancasila yang berkedudukan sebagai ideologi terbuka, dalam hal ini memang
memberi keleluasaan untuk mengikuti perkembangan jaman menuju berkembangnya cipta,
rasa, dan karsa yang maju dan mandiri untuk menyongsong dinamika kehidupan.
Keterbukaan bukan berarti perubahan-perubahan itu mengubah nilai-nilai dasar Pancasila
sebagai ideologi bangsa, tetapi mengekplisitkan wawasanya secara lebih kongkrit sehingga
memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah yang baru.
Dalam menjabarkan nilai-nilai Pancasila menjadi semakin operasional dan dengan
demikian semakin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
berbagai masalah dan tantangan dewasa ini perlu diperhatikan beberapa dimensi yang
menunjukkan ciri khas dalam orientasi Pancasila yaitu dimensi teologis bahwa nasib
ditentukan oleh ridho ilahi dan usaha manusia, dimensi etis yang menunjukan bahwa dalam
Pancasila, manusia dan martabat mempunyai kedudukan yang sentral, selanjutnya dimensi
integral-integratif yang menempatkan manusia tidak secara individualisme melainkan dalam
konteks struktural. Itulah mengapa mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa itu
harus tetap abadi sampai kapan pun dan kecintaan terhadap Tanah Air juga harga mati.
Apa yang dilakukan oleh pasangan Sudiro Bekti (67) dan Sri Subekti (65) dalam
berita tersebut patutlah kita contoh karena begitu cintanya terhadap Pancasila yang
dibuktikannya dalam hidup sehari-hari. Untuk terus menjaga kebesaran ideologi negara dan
untuk terus mencintai bangsa ini dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya yang berkaitan dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita
dapat merealisasikannya dengan menjalankan aturan agama yang dianut masing-masing
individu tanpa mengganggu agama lain. Berkaitan dengan sila kedua Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab yaitu dengan menghargai hak-hak asasi setiap warga negara tanpa
merugikan hak orang lain. Selanjutnya kiprah nyata dari nilai sila ketiga Persatuan
Indonesia dapat dilakukan dengan menghargai perbedaan yang ada dan menjadikannya
sebagai keanekaragaman yang memberi warna tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaratan perwakilan yang dalam hal ini setiap permasalahan yang timbul haruslah
dimusyawarahkan dengan jalan damai tanpa mementingkan kepentingan individu dan
golongan tetapi harus mengupayakan demi kebaikan bersama. Sila kelima Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil,
baik dibidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan bidang-bidang lainnya. Cara yang
dilakukan dalam mencapai tujuan dalam setiap bidang tersebut juga harus adil.
Kabul Budiyono. 2009. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Tukiran Taniredja, dkk. 2011. Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.
_Diunduh darihttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/04/24/184256/NKRIHarga-Mati pada tanggal 25 April 2012.
_Diunduh dari http://www.detiknews.com/ pada tanggal 25 April 2012.