Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) yang semakin maju
dan semakin canggih, membuat teknologi beton mempunyai potensi yang lebih luas
dalam bidang kontruksi. Hal ini menyebabakan beton banyak digunakan untuk
konstruksi bangunan gedung, rumah, jalan raya, jalan kereta api, lapangan terbang,
pelabuhan, bangunan air, terowongan, bangunan lepas pantai, kapal, dan lain-lain
termasuk untuk membuat patung-patung karya seni. Beton merupakan bahan yang
dominan karena memiliki durability atau tingkat keawetan yang tinggi dibanding
bahan material lain.
Dalam konstruksi suatu bangunan, dibutuhkan beton yang bermutu tinggi
dimana memiliki kuat tekan yang tinggi, dan dengan kreasi seorang teknik sipil, beton
bisa bernilai ekonomis dan memiliki berat yang ringan.
Dengan adanya Lomba Beton 2016 yang di selenggarakan oleh Universitas Trisakti
yang bertemakan OPTIMASI BETON RINGAN K-250 ini , kami sebagai mahasiswa
jurusan teknik sipil mencoba untuk berkreasi dalam pembuatan beton, yaitu dengan
berkreasi dalam pemilihan agregat dimana agregat merupakan bagian penting dalam
beton. Dan kami berharap bisa berperan aktif dalam memajukan dan mengembangkan
bidang teknik sipil secara umum.

SDB team Univ tamajagakarsa | 1

Dalam lomba ini kami mencoba menggunakan batu apung ( Pumice ) sebagai aggregat
kasa, pasir Bangka sebagai aggregat halus dan abu sekam padi sebagai tambahan pasta
pengikat, dimana ketiganya merupakan hasil alam, sehingga beton yang akan kami
kembangkan (buat) bisa mengembangkan potensi alam kita

I.2 Tujuan Rancangan Beton


Perencanaan campuran beton ini bertujuan untuk menghasilkan beton
dengan sebaik-baiknya, dimana memiliki kriteria sebagai berikut :
Kuat tekan tinggi,
Beratnya ringan,
Biaya produksi ekonomis,
Bersifat inovasi dalam pemilihan bahan,
Selain itu tujuan dari penggunaan pumice, pasir Bangka sebagai
aggregat

beton dan penggunaan abu sisa bakaran sekam padi mampu

mengembangkan potensi alam di daerah, terutama wilayah pantai Bangka.

I.3 Rencana Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan beton yang direncanakan adalah kekuatan tekan beton
karakteristik K-250 ( IF 0SD ) pada beton berumur 21 hari sesuai dengan
ketentuan lomba, dan slump direncanakan sebesar 12 - 20 cm diharapkan telah
dapat memenuhi workability yang ideal. Tetapi meski demikian kekuatan tekan
beton juga masih dipengaruhi oleh antara lain :

Faktor air semen,


SDB team Univ tamajagakarsa | 2

Umur beton,

Jenis semen yang digunakan,

Jumlah semen, dan

Sifat

aggregat.
I.4 Standar Pengujian
Untuk dapat dinyatakan benar hasilnya, pengujian di laboratorium harus
dilakukan sesuai dengan standar tertentu. Sehubungan dengan itu, standar
pengujian yang dipakai pada pembuatan ini adalah :
ASTM C33

: Standard Spesification or Concrete Aggregates

ASTM C40

: Test for Organik Impurites in Sand for Concrete

ASTM C142

: Test for Clay Lumps and Friable Particles in Aggregates

ASTM C29

: Test for Unit Wight and Voids aggregates

ASTM C127

: Test for Specific Gravity and Absorption of Coarse


Aggregates

ASTM C128

: Test for Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregates

ASTM C136

: Test for Shieve Gravity and Screen Analysis of Fine

&

Coarse Aggregates
ASTM C129

: Making & Curing

Concrete Test Spesimens in the

Laboratory
ASTM C143

: Test for Slump and Portland Cement Concrete

ASTM C39

: Test for Compressive Strength of Silinder Concrete


Spesimens

SDB team Univ tamajagakarsa | 3

BS 882

: Grading Limits for Fine Aggregrate

SK SNI 03-2834-2000 : Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal

I.5 Sistematika Laporan

Sistematika laporan bertujuan untuk mempermudah pengertian kearah


pemahaman penulis laporan sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup, maka
uraian penulisan ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan hal-hal mengenai latar belakang, tujuan
pembuatan atau rancangan beton, target kuat tekan, standar pengujian,
dan sistematika laporan.
BAB II SPESIFIKASI BETON & PEMILIHAN MATERIAL
Pada bab ini diuraikan hal-hal tentang alasan pemilihan bahan.
BAB III MIX DESIGN
Pada bab ini di uraikan perhitungan mix design dan dijelaskan tentang
metode atau tata cara pembuatan beton.
BAB IV HASIL PERCOBAAN
Pada bab ini diuraikan tentang hasil uji beton pada umur 3, 7 dan 21
hari disertai grafiknya.
BAB V RINCIAN BIAYA PEMBUATAN
Pada bab ini dijelaskan tentang rincian biaya pembuatan beton per-m
dan perbandingan harga dengan harga pasaran.
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.

SDB team Univ tamajagakarsa | 4

BAB II
SPESIFIKASI BETON & PEMILIHAN MATERIAL

2.1 SPESIFIKASI BETON


Berdasarkan berat satuan (SNI 03-2843-2002) Beton dibagi menjadi:

Beton RINGAN

%HUDW VDWXDQ .9003 Kg/m

Beton BIASA

: Berat satuan 2.200 2.500 Kg/m3

Beton BERAT

: Berat satuan > 2.500 Kg/m3

Adapun spesifikasi beton yang kita buat berupa benda uji berbentuk silinder dengan
ukuran diameter 15mm x30mm sebanyak 6 buah, dimana 2 buah untuk di uji tekan usia
3 hari, 2 buah untuk di uji tekan pada usia 7 hari dan 2 lagi buat di uji tekan pada usia
21 hari dengan berat reta-rata 8,873 kg/sample.
Ada beberap faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton ringan antara lain:

Tipe semen

Faktor Air Semen (FAS)

Ukuran butiran maksimum agreegat

Tipe supplasticizer

Teknik pencampuran dengan teknik pre-wetting

Cara perawatan benda uji

Usia benda uji

SDB team Univ tamajagakarsa | 5

2.2 PEMILIHAN MATERIAL


2.2.1 Aggregat Halus (Pasir Bangka)
Karakteristik kualitas aggregat halus yang digunakan sebagai komponen
struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik
kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab aggregat halus mengisi sebagian besar
volume beton. Pasir laut sebagai salah satu jenis material aggregat halus memiliki
ketersediaan dalam kuantitas yang besar, namun secara kualitas masih perlu diteliti
lebih lanjut terhadap struktur beton. Pasir laut umumnya memiliki karakteristik
butiran yang halus dan bulat, gradasi (susunan besar butiran) yang seragam serta
mengandung garam-garam klorida (Cl) dan sulfat (SO4 ) merupakan sifat yang sangat
tidak menguntungkan bagi beton, sehingga banyak disarankan untuk tidak
digunakan dalam pembuatan beton. Butiran yang halus dan bulat serta gradasi yang
seragam, dapat mengurangi daya lekat (interlocking) antar butiran dan dapat
berpengaruh terhadap kekuatan (strength) dan ketahanan (durability) beton.
Sedangkan adanya klorida dalam beton akan memberi risiko berkaratnya baja
tulangan dalam beton, yang selanjutnya dapat memecahkan beton. Jika hal seperti
itu terjadi, maka tulangan di dalam beton menjadi tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Garam sulfat, terutama Mg-sulfat (Mg-SO ) 4 sangat agresif terhadap
semen, yang reaksinya dengan semen akan menghasilkan senyawa-senyawa yang
volumenya mengembang, lalu sedikit demi sedikit merusak beton (Samekto dan
Candra, 2001). Apabila karakteristik butiran pasir laut distabilisasi (diatasi dengan
suatu cara atau metode) serta kandungan garam-garamannya direduksi atau apabila

SDB team Univ tamajagakarsa | 6

pasir laut memiliki karakteristik butiran yang kasar dengan gradasi yang bervariasi
serta memiliki kandungan garam-garaman yang tidak melebihi batas yang
ditetapkan, maka pasir laut dapat digunakan sebagai komponen struktural beton dan
menjadi alternatif yang baik untuk mengatasi keterbatasan material aggregat halus
di quarry (tempat penambangan) lain. Indonesia sebagai negara yang mempunyai
lebih dari 3700 pulau dan pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi
melalui

garis

khatulistiwa,

tentunya

memiliki

keanekaragaman

(variety)

karakteristik kualitas pasir pantai (laut). Salah satunya diamati pada pasir laut
Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki karakteristik butiran yang kasar dan
gradasi (susunan besar butiran) yang bervariasi serta memiliki kandungan
garamgaraman klorida (Cl) dan sulfat (SO )4 yang tidak melebihi batas yang
ditetapkan, yakni untuk kandungan garam klorida sebesar 0,038 persen (max. 0,04)
BS 1377 part 3 dan untuk garam sulfat sebesar 0,028 persen (max 0,2) BS 1337 part
3 (B4T, Bandung). Selain itu, pasir laut Kepulauan Bangka Belitung memiliki berat
jenis yang tinggi dan memiliki ketahanan yang baik terhadap keausan/pelapukan
akibat pengaruh iklim/cuaca dan faktor-faktor mekanis. Namun kandungan lumpur
(silt) dan lempung (clay) serta kandungan zat organik yang terdapat pada pasir laut
Kepulauan Bangka Belitung cukup tinggi, hal ini tentunya akan dapat berpengaruh
terhadap karakteristik kualitas beton yang dihasilkan, sehingga menarik minat untuk
diteliti terhadap struktur beton, dimana hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh penggunaan pasir laut Kepulauan Bangka Belitung dan karakteristik
yang dimilikinya

sebagai agregat halus dalam pembuatan

beton terhadap

karakteristik kualitas beton yang dihasilkan.


SDB team Univ tamajagakarsa | 7

Pasir yang akan kita gunakan terlebih dahulu dicuci menghilangkan


kandungan lumpur, lempung dan kandungan-kandungan yang dapat melemahkan
beton itu sendiri. Lalu kita keringkan dengan menghampar diruangan terbuka setelah
kering baru kita keproses gredasi (pengayakan), yang kita pakai yang lolos saringan
2,36 mm dan yang tertahan pada saringan 0,60 mm

2.2.2 Aggregat Kasar ( Pumice )


Salah satu usaha untuk memperingan beton adalah dengan cara merekayasa
material beton melalui penggunaan aggregat ringan seperti batu apung (pumice).
Pumice banyak dijumpai di Indonesia, misalnya: Pulau Sumatera dan Jawa, dan saat
ini penggunaan pumice belum optimal.
Pumice sendiri memiliki beberapa kriteria, adapun kriterianya sebagai
berikut:
-

Berat jenisnya yang kecil (641) sehingga bahan ini sangat ringan

Tahan terhadap panas, koefisien thermalnya 10,3 x 10 -6 oC -1

Sifatnya yang menyatu dengan semen

Kuat tekannya rendah

Pada Lomba yang bertema OPTIMALISASI BETON RINGAN K-250 ini, kami
tertarik untuk menggunakan pumice sebagai aggregat kasar mengingat pumice
mempunyai berat jenis yang kecil. Setelah pumice kita bersihkan dari pasir atau

SDB team Univ tamajagakarsa | 8

tanah yang masih menempel baru kita pecahkan untuk mendapatkan ukuran yang
kita inginka yakni lolos dari saringan 19 mm dan tertahan di saringan 4,75 mm

2.2.3 ABU SEKAM PADI


$EX VHNDP SDGL DEX VHFDUD ILVLV VHWDUD GHQJDQ agregat halus (pasir), menurut
spesifikasi agregat ringan untuk beton struktural; SNI no. : 03-2461- DJUHJDW
yang diuji harus memenuhi persyaratan besar butir agregat ringan dan sifat fisis, jadi
penggunaan pasir alam untuk mengganti sebagian atau seluruh agregat ringan halus
dapat dilakukan selama masih memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan
dengan komposisi campuran yang sama untuk beton ringan struktural. Umumnya
pembakaran sekam padi dilakukan di kilang-kilang pengolahan beras, MDGL DEX EDKDQ
yang dLSDNDL VHEDJDL EDKDQ XML DEX biasanya dipakai untuk bahan pembersih alatalat rumah tangga, dan banyak diperjual belikan di warung-warung atau kios penjual
kebutuhan rumah tangga. Penggilingan padi selalu menghasilkan abu sekam yang
cukup banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika bulir padi digiling, 78% dari
beratnya akan menjadi beras dan akan menghasilkan 22% berat kulit gabah (abu
sekam). Kulit gabah ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi.
Kulit gabah terdiri dari 75% bahan mudah terbakar dan 25% berat akan berubah
menjadi abu. Abu ini dikenal dengan Rice Husk Ash (RHA) yang mempunyai
kandungan silika reaktif (amorphous silica) sekitar 85 90%. Jadi dari setiap 1000 kg
padi yang digiling akan dihasilkan 220 kg (22%) kulit gabah (abu sekam). Bila kulit
gabah itu dibakar pada tungku pembakaran maka akan menghasilkan sekitar 55 kg

SDB team Univ tamajagakarsa | 9

(25%) RHA. Untuk membuat abu sekam menjadi silika reaktif yang dapat digunakan
sebagai material pozzolan dalam beton maka diperlukan control pembakaran yang
baik. Temperatur tungku pembakaran tidak boleh melebihi
8000 C, sehingga dapat dihasilkan RHA yang terdiri dari silika yang tidak
terkristalisasi. Jika kulit gabah ini terbakar pada suhu lebih dari 8500 C maka akan
menghasilkan abu yang terkristalisasi menjadi arang dan tidak reaktif lagi
sehingga tidak mempunyai sifat pozzolan.Setelah pembakaran kulit gabah selama 15
jam dengan suhu yang terkontrol maka akan dihasilkan RHA yang berwarna putih
keabu-abuan atau abu-abu sedikait berwarna hitam. Warna hitam menandakan bahwa
temperatur tungku pembakaran terlalu tinggi yang menghasilkan abu yang tidak
reaktif. RHA kemudian dapat digiling untuk mendapatkan ukuran butiran yang halus.
RHA

(abu

sekam)

sebagai

bahan

mencampurkannya pada semen atau

tambahan

dapat

digunakan

dengan

hanya dengan memakai air kapur sebagai

campuran untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan rendah.

2.2.4 BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE)


Secara historis, penggunaan bahan admixtures hampir sama tuanya dengan
penggunaan beton. Pada zaman dahulu orang-orang Romawi sudah menggunakan
lemak hewan, susu, dan darah sebagai bahan campuran dalam beton.

Pada

pembuatan beton ini, kami menggunakan putih telur sebagai bahan admixtures
dengan tujuan sebagai bahan pengikat agregat untuk menghasilkan kuat tekan yang
lebih tinggi. Penggunaan putih telur ini terinspirasi dari Masjid Raya Sultan Riau

SDB team Univ tamajagakarsa | 10

yang dibangun pada tahun 1832, yang masih berdiri kokoh, dimana putih telur
sebagai campuran bahan bangunannya (Sumber :www.visittanjungpinang.com) .
Juga pada Candi Borobudur dan Candi Perambanan dimana putih telur sebagai
bahan perekat batubatu raksasa sebagai bahan penyusun pada kedua candi tersebut (
Sumber : www.id.wikipedia.org )
Adapun bahan tambahan yang kami pakai ialah Master Rheobuild6 produk
dari PT.BASF

Indonesia, jenis superplasticizer yang berfungsi mengurangi

penggunaan air serta

dapat menaikkan strength untuk target slump yang

direncanakan.
2.2.5 AIR
Air adalah bahan dasar pembuatan beton yang paling murah. Fungsi air dalam
pembuatan beton adalah untuk membuat semen bereaksi dan sebagai bahan pelumas
antara butir-butir agregat. Untuk membuat semen bereaksi hanya dibutuhkan air sekitar
25-30 persen dari berat semen. Tetapi pada kenyataan dilapangan apabila faktor air
semen (berat air dibagi berat semen) kurang dari 0,35 maka adukan sulit dikerjakan,
sehingga umumnya faktor air semen lebih dari 0,40 yang mana terdapat kelebihan air
yang tidak bereaksi dengan semen. Kelebihan air inilah yang berfungsi sebagai pelumas
agregat, sehingga membuat adukan mudah dikerjakan. Tetapi seiring dengan semakin
mudahnya pengerjaan, maka akan menyebabkan beton menjadi porous atau terdapat
banyak rongga, maka kuat tekan beton itu sendiri akan menurun (tjokrodimulyo :2007).

SDB team Univ tamajagakarsa | 11

Air yang kita pakai berasal dari air tanah yang sudah dicek di laboratorium
dimana kandungan garam, asam sulfat dan chloride nya dibawah batas maximum dan
memenuhi syarat standart nasional Indonesia (SK-SNI-04-1989 F)
2.2.6 SEMEN
Dalam uji coba ini kita menggunakan semen yang disediakan oleh pihak panitia
lomba yaitu jenis PPC tipe I dari SEMEN MERAH PUTIH.
Selain bahan-bahan di atas untuk melakukan mixing kami memakai beberapa
alat antara lain:

Concrete mixer (molen) mesin pengaduk beton agar campuran beton


lebih homogen

Sendok semen dipakai untuk mengecek adukan beton

Gelas ukur untuk mengukur air dan bahan addictive tambahan

Ember untuk tempat adukan beton

KHUXFXW AEUDPs untuk uji slump

Plat besi untuk alas saat pengujian slump

Meter untuk mengukur ketinggian slump

Centong slump alat untuk memasukkan beton ke kerucut abrams


kecetakan beton

Besi bulat untuk mengerojok atau memadatkan beton saat uji slump
dan pencetakan beton uji

SDB team Univ tamajagakarsa | 12

Besi cetakan beton silinder ukuran 15 x 30 cm 6 buah dan di lumasi


terlebih dahulu agar betonnya tidak nempel pada cetakan

Palu karet untuk memukul cetakan

supaya beton padat dan

meminimalkan rongga pada beton

Timbangan untuk menimbang material dan beton uji

Bak perendam pada proses perawatan beton uji (curing)

Capping set antara lain belerang, plat capping dan kompor untuk
memanaskan belerang

Mesin tekan hidrolik untuk pengujian kuat tekan beton

SDB team Univ tamajagakarsa | 13

BAB III
MIX DESIGN

Perancangan campuran beton adalah sebuah proses pemilihan bahan-bahan


yang cocok untuk beton dan penentuan campuran yang menghasilkan beton yang
seekonomis mungkin dan memenuhi persyaratan pekerjaan seperti kuat tekan,
workabilitas, dan durabilitas.
Kekuatan beton akan mencapai kekuatan mortar apabila kekuatan agregat sedikitnya
sama tinggi dengan kekuatan mortar, hal ini biasa terjadi pada beton normal. Pada
agregat ringan (pumice) karena strukturnya yang berpori maka kekuatannya akan lebih
rendah dari agregat normal, bahkan lebih rendah dari kekuatan mortar sehingga pada
beton ringan dikenal istilah batas kekuatan (limit strength), yaitu batas keadaan dimana
kekuatan beton sebanding dengan kekuatan mortar.
Untuk menghasilkan beton dengan kekuatan yang melebihi batas kekuatan, mortar,
dibutuhkan metode

perancangan campuran

beton ringan yang

sesuai untuk

mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan beton dengan kuat tekan tinggi.

Langkah-langkah perancangan campuran beton ringan:


3.1 Penentuan kadar semen
Untuk menentukan kadar semen dipakai grafik penentuan kadar semen untuk
berbagai nilai slump yang direncanakan. Dengan mengetahui rasio rumus semen
dengan air (rumus Bolumey) dan besarnya nilai slump yang diinginkan maka dapat

SDB team Univ tamajagakarsa | 14

diketahui kadar semen yang diperlukan. Selanjutnya kebutuhan air efektif dapat
dihitung (Gambar 1).

Gambar.1 Penentuan kadar semen untuk berbagai nilai slump


3.2 Penentuan rasio pumice dengan pasir
Dengan mengetahui kadar semen dan ukuran besar butir maksimum dari
agregat ringan, maka dapat dicari besarnya rasio antara volume pumice dengan volume
pasir (Gambar 2).

Gambar.2 Penentuan rasio pumice dengan pasir

SDB team Univ tamajagakarsa | 15

Dengan menggunakan

cara diatas dan setelah melakukukan beberapa

percobaan mix design dan beberapa pertimbangan, akhirnya kami membuat mix design
dengan rencana slump 12- FP GDQ NXDW WHNDQ UHQFDQD IF 21 Mpa atau setara K250 sebagai berikut:
No

Bahan

Kg/m3

Air

203 (L)

Semen

406

Pasir

523

Pumice

428

Abu sekam

4,28

Superplasticizer 4,872 (L)

Mix design untuk 1m3dengan Faktor Air Semen (FAS) 0,5


Volume benda uji berbentuk silinder 15cm X 30 cm
2Ux t = 22/7 x (7,5)2x 30 = 0,005 m

Volume yang dibutuhkan untuk 6 silinder adalah:


0,005 x 6 = 0,03 m3

Faktor aman 20% = 0,006 m3

Total volume adukan = 0,036 m 3

dibulatkan menjadi = 0,04 m3

Dari jumlah diatas kita dapatkan:

SDB team Univ tamajagakarsa | 16

Jumlah/0,04

No.

Bahan

1.

Air

8,21 (L)

2.

Semen

16,24 kg

3.

Pasir

20,92 kg

4.

Pumice

17,12 kg

5.

Abu sekam

1,712 kg

6.

Superplasticizer

0,195 liter

Mix design untuk 6 silinder benda uji

SDB team Univ tamajagakarsa | 17

BAB IV
HASIL PERCOBAAN

Setelah proses mixing yang kami lakukan (video terlampir) menghasilkan beton
uji sebanyak 6 buah,
setelah usia 1 hari beton kita keluarkan dari cetakan atau bakisting dan kita timbang
sebelum proses perawatan (curing) dengan cara merendam di bak air dengan suhu
alam, adapun hasilnya sebagai berikut:

No

Kode Beton

Berat (kg)

1.

B10-2 A

9,005

2.

B10-2 B

8,740

3.

B10-2 C

9,015

4.

B10-2 D

8,825

5.

B10-2 E

9,025

6.

B10-2 F

8,630

Rata-rata

8,873

Berat per meter 3

1673

Tabel . Berat beton uji

SDB team Univ tamajagakarsa | 18

Gambar. Beton uji ditimbang sesaat setelah pelepasan bekisting.

4.1 Hasil uji tekan pada umur 3 hari


Setelah umur beton 3 hari kita mengeluarkan dari bak rendaman untuk di uji
sebagaimana yang di syaratkan oleh panitia lomba, setelah kita keringkan baru kita
caping dengan belerang dengan tujuan membuat permukaan beton tersebut rata
sehingga beban yang diberikan oleh mesin penguji terhantar dengan baik dan merata.

SDB team Univ tamajagakarsa | 19

Gambar. Beton uji dicaping sebelum di uji tekan


Adapun hasil uji tekan nya sebagai berikut:
No

Kode beton

Berat (kg)

Kuat tekan

) F 0SD

(KN)
1

B10-2 A

9,005

195

11,03

B10-2 B

8,740

190

10,747

Gambar. Beton uji setelah proses pengujian

SDB team Univ tamajagakarsa | 20

4.2 Hasil uji tekan pada umur 7 hari

Dalam uji tekan umur beton 7 hari kami mendapatkan data sebagai berikut:
No

Kode beton

Berat (kg)

Kuat tekan

) F 0SD

(KN)
1

B10-2 C

9,015

240

13,575

B10-2 F

8,630

175

9,89

Dari hasil uji tekan umur 3 dan 7 hari dengan uji tekan 3 hari rata-rata:192 KN,
dan uji tekan umur 7 hari rata-rata: 207,5 KN, tidak menunjukkan kenaikan uji tekan
yang signifikan,itu dikarenakan salah satu beton uji ada yang cacat saat pembukaan
bekisting (B10-2 F 8,630 kg).

Gambar. Beton uji sebelum proses pengujian

SDB team Univ tamajagakarsa | 21

Gambar. Beton uji setelah proses pengujian

4.2 Hasil uji tekan pada umur 21 hari

No

Kode beton

Berat (kg)

Kuat tekan

) F 0SD

(KN)
1

B10-2 D

8,825

B10-2 E

9,025

SDB team Univ tamajagakarsa | 22

BAB V
RINCIAN BIAYA
Adapun biaya yang di butuhkan untuk membuat beton ringan berbahan pumice
dan tambahan abu sekam dapat dirinci sebagai berikut:
Untuk batu pumice sendiri harga sangat bervariasi dijakarta dan penggunaannya juga
masih seputar alat penyaring air dan kebersihan lainya, tetapi kita mencari informasi
harga pumice di pantai Labuan Banten berkisar Rp 10.000/karung dengan berat 12 kg
dan itu masih bisa lebih murah jika pembelian partai besar, karna ini untuk kepentingan
konstruksi/beton yang notaben nya membutuhkan jumlah yang banyak kami
memasukkan harga pumice yang ada di Labuan dengan asumsi:
Pumice

Rp 834/kg

Pasir Bangka

Rp 250.000 / m3dengan asumsi Rp 170/kg

Abu sekam

Rp 2500/kg

Semen merah putih

Rp 60.000/ 50 kg dengan asumsi Rp 1200/kg

Air

Rp 7,5/L (mengacu pada harga PDAM Jakarta 7500/m3)

Superplasticizar

Rp 30.000/L

Dari rincian harga di atas dapat kita hitung biaya pembuatan beton untuk uji
coba (0,04 m3) seperti dibawah ini:
NO

Material

Kg/0,04m3

Harga Rp

Air

8,21 (L)

61,5

Semen

16,24

19.488

SDB team Univ tamajagakarsa | 23

Pasir

20,29

3.449

Pumice

17,12

14.278

Abu sekam

1,712

4.280

Superplasticizer

0,195 (L)

5.850

TOTAL

43.126,5

Dan untuk rincian biaya pembuatan beton ringan pumice serta penambahan abu sekam
per 1m3adalah sebagai berikut:
NO

Material

Kg/m3

Harga Rp

Air

203 (L)

1.522,5

Semen

409

490.800

Pasir

523

88.910

Pumice

428

356.952

Abu sekam

4,28

10.700

Superplasticizer

4,872 (L)

146.160

TOTAL

1.095.044,5

Dari rincian biaya diatas, dimana untuk 1m3 beton ringan seharga Rp 1.095.500
3
(dibulatkan) lebih mahal dari harga beton biasa K-250 dipasaran yaitu Rp 830.000/m

Itu disebabkan penggunaan semen nya yang begitu banyak, dan itu kami sadari dengan
tujuan kami untuk mencapai kuat tekan yang lebih maksimal dengan menutupi

SDB team Univ tamajagakarsa | 24

kelemahan agregat kasarnya (pumice) dengan menaikkan volume penggunaan semen


sehinga beton kami ini tidak ekonomis.

SDB team Univ tamajagakarsa | 25

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil uji coba ini kami menyimpulkan dalam hal ini penggunaan batu
apung ( Pumice ) sebagai aggregat kasar dan tambahan abu sekam sebagai penambah
pasta pengikat, merupakan campuran yang lebih menekankan pada beban yang bersifat
ringan sedangkan untuk menaikkan besarnya kuat tekan masih memerlukan komposisi
semen yang banyak sehingga, peQJJXQDDQ DEX VHNDP EHOXP PDPSX VHFDUD
sgnifikan mengurangi penggunaan semen, sehingga berpengaruh ketingkat ke
ekonomisan beton tersebut. Masih dibutuhkan penelitian-penelitian yang mencari
solusi untuk menutupi kekurangan pumice yang lebih ekonomis tanpa menambah berat
beton tersebut.

5.2 Saran
Untuk teman-teman yang mau meneliti atau membuat beton ringan pumice,
perlu diperhatikan saat pencampuran, karna berat jenis pumice yang ringan sehingga
diperlukan ketelitian dalam pencampuran agar menghasilkan beton segar yang kita
inginkan.

SDB team Univ tamajagakarsa | 26

Anda mungkin juga menyukai