PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bendung merupakan komponen yang sangat penting dalam keseimbangan
sistem tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya. Dari sudut ekologi misalnya,
bendung merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan
daratan yang dipengaruhi tinggi rendahnya muka air.
Selain itu, kehadiran Bendung juga akan mempengaruhi iklim mikro dan
keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Sedangkan ditinjau dari sudut keseimbangan tata
air, bendung berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya untuk
keperluan sistem irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai tangkapan air
untuk pengendalian banjir, serta penyuplai air tanah.
Berbicara tentang bendung ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan sebuah bendung. Salah satu hal terpenting itu ialah struktur atau
konstruksi bendungan tersebut, struktur merupakan hal yang penting karena sebuah
bangunan yang strukturnya tidak kokoh akan membahayakan orang di sekitarnya atau
orang yang menempatinya. Selain itu ada hal yang lain yang perlu diperhatikan juga,
yaitu saluran. Saluran merupakan bangunan pembawa berfungsi untuk mengalirkan air
dimulai dari bangunan pengambilan sampai dialirkan ke petak lahan pertanian. Saluran
pembawa ini terdiri dari saluran pembawa utama dan saluran tersier. Saluran pembawa
berdasarkan fungsinya dibedakan atas: saluran primer; saluran sekunder; dan saluran
tersier.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis mengambil judul makalah
PENGARUH STRUKTUR SALURAN IRIGASI CIBARUSAH KE PETAK
PERSAWAHAN . Karena saluran merupakan komponen terpenting disebuah bendung,
yang berguna mengalirkan air ke lahan pertanian.
1.2.
Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis merumuskan masalah, dimana akan membahas
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
irigasi dan bangunan air, serta untuk mengetahui lebih tentang bangunan bendung.
1.4.
Batasan Penulisan
Dalam makalah ini penulis memberi batasan, dimana hanya membahas pengaruh
BAB II
DASAR TEORI
2.1.
Struktur Bangunan
Struktur bangunan atau konstruksi bangunan merupakan suatu
dari
struktur
bangunan.
contoh
lain
konstruksi
Irigasi
Irigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan cara membendung
sumber air. Atau dalam pengertian lain irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat
yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan
mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan
membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu
per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
2.2.1. Jenis jenis Irigasi
a. Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan adalah pengaliran air di atas permukaan dengan ketinggian air
sekitar 10 - 15 cm di atas permukaan tanah. Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi
yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui
bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara
gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer,
sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah
gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
b. Irigasi Lokal
Irigasi Lokal adalah ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga
berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang
disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
c. Irigasi dengan Penyemprotan
Irigasi dengan penyemprotan adalah irigasi yang biasanya Penyemprotan dipakai
penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman
mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
d. Irigasi Tradisional dengan Ember
Irigasi tradisional dengan ember, di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang
banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng
ember.
e. Irigasi Pompa Air
Irigasi Pompa Air yaituAir diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa
air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada
musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
f. Irigasi Tanah Kering
Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi Di Afrika yang kering dipakai sistem ini,
terasisasi dipakai untuk distribusi air. Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering,
yaitu: irigasi tetes (drip irrigation), irigasi curah (sprinkler irrigation), irigasi saluran
terbuka (open ditch irrigation), dan irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
2.2.2. Tujuan Irigasi
Selain untuk mengairi sawah atau lahan pertanian, irigasi juga memiliki tujuan
lain, yaitu :
Memupuk atau merabuk tanah, Air sungai juga memiliki zat zat yang baik
untuk tanaman
Membilas air kotor, Biasanya ini didapat di perkotaan. Saluran saluran di
daerah perkotaan banyak sekali terdapat kotoran yang akan mengendap apabila
2.3.
Petak persawahan atau sawah adalah tanah yg digarap dan diairi untuk tempat
menanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air
karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya.
Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan.
Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah
sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland
rice).Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal
terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras
banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung di Jawa dan Bali.
2.4.
Irigasi Cibarusah
Irigasi Cibarusah merupakan irigasi yang berasal dari aliran bendung
Cipamingkis, Jonggol, Jawa Barat. Irigasi Cibarusah memiliki luas sekitar 2,934 Ha,
debit aliran dari hulunya sekitar 3,990
m3
dibangun medio tahun 1980an oleh Pemerintahan Orde Baru sekarang ini nyaris tinggal
kenangan. Beralih fungsinya area persawahan menjadi perumahan dan industri
ditengarai menjadikan irigasi seakan ikut beralih fungsi juga, dari saluran penyuplai air
buat persawahan menjadi tempat pembuangan air warga (sabekasi.com, 28 januari
2016) .
Namun diwilayah hulunya irigasi ini masih berfungsi layaknya irigasi pada
umumnya. Karena di bagian hulu tepatnya di Kecamatan Jonggol, masih banyak
persawahan maupun lahan pertanian, dan untuk kebutuhan air masih menggantungkan
dari irigasi Cibarusah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
apalagi di bagian saluran tikungan. Dikandung maksud untuk mencegah terjadinya erosi
atau pergerusan tanah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian dan wawancara yang kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan tidak banyak kerusakan yang terjadi pada saluran
Irigasi Cibarusah. Kerusakan itu terjadi diantaranya di karenakan
tanah yang tidak stabil dan penambangan pasir di sekitar bendung.
5.2. Saran
Perlu dilakukan perbaikan di beberapa saluran agar air dapat
mengalir dengan lancar. Perlu dibangun per turap baru di sepanjang
saluran sekunder.