LAPORAN KASUS
1
Identitas Pasien
Nama
: Lestari
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 29 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Alamat
Status Nikah
: Menikah
Tanggal MRS
Anamnesis
Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan mual, muntah
Telaah :
Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak 1 minggu. Mual dan muntah terjadi
sepanjang hari lebih dari 3 kali dalam sehari, muntah kurang lebih bervolume 1/4-1/2
gelas, awalnya berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya setelah
itu menjadi air dan cairan kekuningan. Pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan
mual dan muntah semakin bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan
berkurang saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terlihat
kering, nafsu makan menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan pusing (+).
Berat badan os menurun. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan
rumah tangganya. Saat ini usia kehamilan os 2,5 bulan. Os memiliki riwayat sc 1 kali.
Dan os tidak pernah mengalami keguguran.
Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Banyak : 3 kali ganti duk
1
Lamanya : 7 hari
HPHT
: 24 Juni 2016
TTP
: 31 Maret 2017
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1 kali.
- Riwayat Persalinan
G2P1A0
Anak pertama: 5 tahun/perempuan/3200g/SC/sehat
RPT
kehamilan pertama.
RPK : RPO : 3
Pemeriksaan Fisik
Status present
Keadaan Umum
: Tampak Lemas
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36 C
Status lokalisata
1. Kepala
Mata
: Normocephali
: Conjungtiva palpebra anemis (-/-), ikterus (-/-)
Telinga: dbn
Hidung
Mulut
Leher
2. Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Simetris
: Stem fremitus kanan sama dengan kiri
: Sonor pada kedua lapang paru
: SN : vesikuler(+/+), ST: wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
2
3. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
4. Abdomen
: status obstetri
5. Ekstermitas
Superior
Inferior
Status Obstetri
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
: BU (+) normoperistaltik
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah Rutin 07/09/2016
WBC
: 7.0 x 103/ul
RBC
: 4,63 x 106/ul
Hemoglobin
: 12,1 g/dl
Hematokrit
: 36,2 %
Trombosit
: 342 x 103/ul
Diagnosa
SG + KDR (8-10 minggu) + hiperemesis gravidarum
Penatalaksanaan :
Rencana diagnostik
: Observasi KU
Rencana terapi
:
- Rawat Inap
- IUFD RL 30gtt/i
- Inj. Ranitidin 1 Amp/ 12jam
- Inj. Ondansetron 1 Amp/8jam
3
Rencana edukasi
-
FOLLOW UP
KU
0709/2016
Mual (+)
Muntah (+)
KESADARA
Compos mentis
08/09/2016
Mual (+)
Muntah (+)
Nyeri ulu hati (+)
Compos mentis
Mual
TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 22 x/i
T : 36,3 oC
Mual
TD : 110/80 mmHg
HR : 82 x/i
RR : 22 x/i
T : 36,4 oC
N
KELUHAN
VITAL SIGN
TERAPI
09/09/ 2016
Mual (-)
Muntah (-)
Baik
TD : 110/70 mmHg
HR : 86 x/i
RR : 22 x/i
T : 36oC
Compos mentis
BAB 2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah.
Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan
rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning
sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil
mengalami mual dan muntah sepanjang hari.
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat
badan lebih dari 3kg atau 5% dari berat badan.1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu
ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada
minggu ke-12 sampai minggu ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut
melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis
gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditatalaksana dengan rawat inap.
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesisi gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terusmenerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu
hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.
Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih,
kehamilan multiple, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.2
5
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.1.1 Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit
apendisitis, pielitis, dan sebagainya.3
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan
symptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih
belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin,
biokimiawi, dan psikologis.3
3.2 Insidensi
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual
dan 44% mengalami muntah-muntah.
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresisi berkurang dan timbul
asetonuria, keadaan ini disebut hiperemesisi gravidarum dan memerlukan perawatan
di rumah sakit, perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan.
Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan,
dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam
HCl lambung dan hipokalemia.4
3.3 Etiologi
Penyebab utamanya belum diketahui dengan pasti. Dahulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya
semacam racun yang berasal dari janin/kehamilannya. Bersama-sama dengan
preeklampsi-eklampsi, penyakit ini dahulu dikelompokkan kedalam penyakit
gestosis. Nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis
lanjut untuk hipertensi dalam kehamilan (termasuk preeklampsi-eklampsi).
Akhir-akhir ini diperkirakan bahwa sindrom ini terjadi akibat tingginya atau
peninggian yang cepat dari kadar serum korionik ginadotropin atau hormone estrogen
dalam darah ibu hamil tersebut. Ditemukan peniggian yang bermakna dari kadar
serum korionik gonadotropin total maupun -subunit bebasnya pada ibu dengan
hiperemesis dibandingkan dengan yang hamil normal.
Agaknya faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut terhadap
kehamilannya sangat berpengaruh pada berat ringannya gejala yang timbul. Gejala
mual muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada
penderita diabetes mellitus. Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada
penderita ini atau setelah operasi vagotomi. Selain merupakan refleksi gangguan
intrinsic dari lambung, gejala mual muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan
yang bersifat sentral pada pusat muntah (chemoreceptor trigger zone).
Gangguan keseimbangan hormonal, seperti hCG, tiroksin, kortisol dan hormone
seks (estrogen dan progesterone) diperkirakan sebagai faktor penyebab yang penting.
Perubahan metabolism hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini. Oleh karena
itu, pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan akibat gangguan fungsi hati,
kandung empedu, pancreatitis, atau ulkus peptikum.4
3.4 Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :3
1. Tingkat I
Muntah yang terus menerus
Timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman
Berat badan menurun
Nyeri epigastrium
Muntah pertama keluar makanan, lender, dan sedikit cairan empedu dan
10
b. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim.3
3.9 Prognosis
Dengan terapi yang baik, prognosis penyakit ini umumnya baik. Jarang sekali
menyebabkan kematian atau memaksa kita melakukan abortus terapeutikus. Yang
menjadikan pegangan untuk menilai berhasil tidaknya pengobatan pasien ialah hilangnya
asetonuria, asam laktat, dan meningkatnya berat badan ibu.4
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien atas nama ibu lestari, usia 29 tahun dengan diagnosa SG + KDR (810minggu) + hiperemesis gravidarum. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien mual muntah sejak 1
minggu. Mual dan muntah terjadi sepanjang hari lebih dari 3 kali dalam sehari, muntah
kurang lebih bervolume 1/4-1/2 gelas, awalnya berupa makanan dan minuman yang
dikonsumsi sebelumnya setelah itu menjadi air dan cairan kekuningan. Pada muntahan
tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah berat bila setelah
makan dan minum, dan berkurang saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan
badan terasa lemas sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
biasanya, bibir terlihat kering, nafsu makan menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu
hati dan pusing (+). Berat badan os menurun. dari pemeriksaan fisik di dapatkan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/i, RR 22x/i. Dan tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
11
terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan
sebagainya.
Beberapa etiologi dan faktor predisposisi hiperemesis gravidarum antara lain
primigravida, faktor psikologis, umur muda, <16 minggu, riwayat hiperemesis
gravidarum pada kehamilan sebelumnya dan terdapat hubungan dengan penyakit
keluarga. Pada pasien ini merupakan kehamilan anak kedua, dengan usia kehamilan <20
minggu. Namun pada kehamilan sebelumnya os juga mengalami hal yang sama.
Walaupun adanya masalah psikologis dalam diri pasien disangkal dari anamnesa. Untuk
mengetahui adanya faktor lain seperti adanya penyakit mola hidatosa, diabetes, dan
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG belum dapat diapastikan dan perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien ini di sarankan agar istirahat
yang cukup, hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah. Memberikan pengertian
bahwa kehamilan adalah suatu hal normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan
khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologi. Secara farmakologi di berikan terapi
inj. Ranitidin 1Amp/12jam, inj. Ondancetron 1Amp/8 jam, inj. Neurobion 1Amp/hr dan
terapi pbj ranitidin tab 2x1 dan ondancetron tab 3x1.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a
multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8:46.
2. Lacasse A, Rey E, Ferreira E, Morin C, Berard A. Nausea and vomiting of
pregnancy: what about quality of life? BJOG.2008;115:1484-93.
3. Siddik D. 2010. kelainan gastrointestinal. Dalam: Prawirohardjo S. (Ed keempat).
Ilmu kandungan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, 815-816.
4. Mose CJ. 2012. Gestosis. Dalam: ilmu kesehatan reproduksi. (Ed kedua). Obstetri
patologi. EGC: Jakarta, 64-67.
13