Farming systems
1.
2.
3.
%
luasan
90 - 95
5.0
1.0
34
35
ZA
TSP
KCl
50
200
25
100
25
100
2-3
5001000
10002000
20003000
30004000
250500
5001000
10001500
15002000
250500
5001000
10001500
15002000
4-5
6-10
>10
Rabuk
kandang
2
2
Keterangan
2-3
2-3
sda
3-4
sda
3-4
sda
36
(d).
Pemangkasan tanaman
Pemangkasan tanaman pada awal pertumbuhannya
dilakukan untuk membentuk tajuk. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan adalah sbb:
(a).
Pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan,
sebulan setelah pemupukan
(b).
Pemangkasan dilakukan tepat pada ruas atau buku
tanaman, seki tar 50-60 cm di atas permukaan tanah
(c). Dipilih 3-4 cabang dari cabang-cabang yang tumbuh setelah
pemangkasan
(d).
Cabang yang dipilih adalah yang sehat, bagus, tersebar
di sekeli ling batang pokok, dan tidak saling berdekatan
(e).
Pemangkasan ke dua dilakukan pada cabang-cabang
yang dipertahankan tumbuh setelah pemangkasan pertama,
dan dilaksa nakan pada awal musim peng hujan tahun
berikutnya setelah dilakukan pemupukan
(f).
Pemangkasan ke dua jaraknya 25-30 cm dari pangkal
cabang, tepat pada mata/ ruas/buku yang menghadap ke
luar.
(g).
Setelah tajuk terbentuk pada awal musim hujan
berikutnya, perlu dilakukan pemangkasan lagi untuk
menyempurnakan bentuk tajuk.
(4). Hama dan penyakit dan Cara Pengendalian.
Hama penting pada tanaman mangga, khususnya di Jawa
Timur yaitu penggerek pucuk (Chlumatia transversa), wereng
mangga (Idiocerus niveosparsus), lalat buah (Dacus spp.) lalat
bisul atau puru, dan kutu putih (Rastrococcus spinosus).
Penyakit penting tanaman mangga, antraknos (Gloeosporim
mangiferae), karat daun, blendok (Diplodia spec), dan jamur
jelaga (Capnodium mangiferae).
37
a. Hama Mangga
1. Pengendalian kultur teknis. Penggerek pucuk beserta
pucuknya dan rangkaian bunga yang terserang dipotong
dan dibakar. Kegiatan ini rutin bersamaan pemangkasan.
Pengasapan di bawah tanaman mangga akan menguris
wereng daun. Imago lalat buah ditangkap dengan
perangkap
Methyl Eugenol (ME). Perangkap dari botol
plastik yang didalamnya diberi dua gumpal kapas. Satu
gumpal diberi satu tetes ME dan lainnya dengan Azodrin.
Pada luasan satu hektar dipasang lima perangkap.
Pengendalian ini dibantu dengan membersihkan buah
mangga terserang yang jatuh.
2. Pengendalian dengan insektisida.
Jenis insektisida untuk penggerek batang mangga yang
digunakan petani mangga ialah Azodrin dan Tamaron.
Penyemprotan ketika pucuk 5 cm, sekali seminggu dan
dilanjutkan sampai pucuk besar. Jenis insektisida yang sama
juga dapat untuk wereng mangga dan lalat bisul dan kutu
putih. Aplikasi insektisida melalui lubang batang dengan bor
pada tanaman di atas lima tahun. Selanjutnya lubang
ditutup parafin. Eradikasi tanaman atau bagian tanaman
yang terserang kutu putih dan menjaga kebersihan kebun
mengurangi serangan hama.
b. Penyakit Mangga
1. Pengendalian kultur teknis. Bagian tanaman yang terserang
dipotong dan dibakar.
2. Pengendalian dengan
fungisida.
Penyakit
antraknos
dikendalikan dengan Benlate dengan dosis 0,5 - 1 g/l.
penyemprotan pada awal bunga yang panjangnya 5 cm
setiap dua minggu.
Penyemprotan dihentikan setelah
bunga mekar sempurna, dan satu kali lagi setelah polinisasi.
Penyemprotan fungisida untuk antraknos juga untuk
menekan serangan jamur jelaga dan karat daun. Pada
penyakit blendok, kulit batang yang terserang dikerok
sampai bersih, selanjutnya diolesi Indafol dosis 250 cc per
liter air.
Pencegahan dengan pemberian Basamit pada
persemaian, kemu dian dibiarkan seminggu baru bibit
disemai.
38
39
jenis mangga lain sebagai batang bawah, maka problem keterlambatan maupun kekurangan bibit akan segera dapat teratasi.
Pada sisi lain justru petani banyak menanam mangga
jenis lain yang sebenarnya merupakan batang bawah di daerah
sentra tersebut, misalnya jenis kecik. Hal ini sesuai dengan
Soewarno dan Anik (1989) yang menyatakan, bahwa tanaman
mangga jenis kecik merupakan tanaman yang baik untuk
batang bawah daripada jenis tabar dan tepak. Disamping itu
ada jenis lainnya yang memungkinkan hasil pertumbuhan
tanaman yang mengarah pada pertumbuhan kerdil/ cebol. Hal
ini berarti dalam satuan luas tertentu akan dapat dihasilkan
produksi yang lebih besar karena peningkatan populasi dan juga
memudahkan pemeliharaan tanaman. Penelitian tentang
tanaman mangga sudah banyak dilaporkan, tetapi pada
umumnya hanya berkisar pada cara bagaimana mengusahakan
tanaman berbuah stabil dalam waktu yang relatif singkat, 4-6
tahun dari saat penyambungan.
Pada sambungan yang
mengarah pada bentuk kerdil baru pada taraf uji coba. Dengan
demikian percobaan serta penyelidikan ke arah tanaman kerdil
sangatlah berarti sebagai dasar penciptaan klon-klon baru yang
pada akhirnya akan tercipta pula kutivar yang dapat
dibanggakan sebagai suatu andalan kultivar unggul.
Secara umum pohon mangga mepunyai kenampakan
yang besar dan tinggi, sehingga keadaan tersebut akan
menyulitkan penge lolaan tanaman (Purnomo et al., 1985). Hal
ini berarti populasi per hektar juga akan menjadi lebih sdikit
daripada pohon mangga yang relatif lebih kecil/ kerdil. Kondisi
tanah pertanian semakin lama semakin menurun, sejalan
dengan mening katnya penduduk, sehingga usaha ke arah
ekstensifikasi lebih digalakkan, padahal biaya untuk keadaan
tersebut sangat besar. Salah satu alternatif adalah dengan
intensi fikasi.
Penciptaaan tanaman kerdil merupakan salah satu solusi
untuk menuju intensifikasi mengingat dengan cara tersebut,
maka akan diperoleh penampilan tanaman yang relatif rendah
daripada tanaman pada umumnya dan juga tajuk yang lebih
sempit tetapi sesuai. Hal ini berarti dalam satu luasan tertentu
akan dapat ditingkatkan populasi tanaman, sehingga lebih
efisien dalam penggunaan lahan maupun pengelolaannya
(Purnomo, 1987).
40
41
lain dari tanaman cebol tersebut juga dikaji oleh Halle et al.,
(1978) yang menyatakan, bahwa penciptaan tanaman cebol
akan membrikan kemudahan dalam usaha pengelolaan
tanaman tahunan yang berkayu.
Perlunya pemilihan batang bawah dalam grafting telah
lama dinya takan oleh Muhkerjee dan Majunder (1963). Kedua
peneliti itu menyatakan, bahwa tidak semua kultivar mangga
sebagai batang bawah cukup cocok dan serasi apabila
disambungkan dengan batang atas. Selanjutnya Winarno (1987)
juga menambahkan, bahwa tujuan peneli tian pertanian antara
lain adalah untuk mencari dan mengem bangkan paket dan
rekayasa teknologi seutuhnya secara berkesinam bungan untuk
mencapai tujuan pembangunan pertanian yang meliputi jangka
panjang dan jangka pendek. Jangka panjang tersebut antara
lain: (1). Pelestarian evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfaf
buah-buahan; (2). Perbaikan varietas melalui seleksi dan
manipulasi genetik. Hal ini dapat ditempuh denganpenciptaan
varietas unggul batang bawah dan batang atas.
Salah satu cara penciptaan varietas unggul batang bawah
adalah dengan memperpendek tanaman guna memperoleh
pertanam an rapat yang hal ini merupakan salah satu solusi ke
arah tanaman kerdil. Hartman dan Kester (1978) menjelaskan,
bahwa dari hasil interaksi antara batang bawah dan atas
tertentu pada tanaman sambungan dapat mengubah pertumbuhan. Selanjutnya juga menam bahkan, bahwa batang bawah
dapat menyebabkan perubahan vigor dan beasr tanaman pada
batang atas. Hal ini juga dinyatakan oleh Chandler (1958),
bahwa batang bawah yang memiliki pertumbuhan kuat akan
mendorong
pertumbuhan batang atas
yang
meimiliki
pertumbuhan lemah dan sebaliknya.
Kecenderungan pertumbuhan tanaman cebol dari
sambungan ini juga dilaporkan oleh Soewarno dan Anik (1989)
yang menyatakan, bahwa jenis kecik sebagai batang bawah
mempunyai kecenderungan pertumbuhan tanaman cebol bila
disambung dengan jenis gadung sebagai batang atas.
Sebagaimana dimaklumi, bahwa semua mangga lokal
mempunyai karakteristik ekonomis yang tidak menarik, dimana
buahnya kecil, berserat dan rasanya tidak enak, sehingga pada
akhirnya harganyapun sangat murah.
42
(1). Grafting
Grafting merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman melalui bagian-bagiannya. Hal ini berarti tidak
merupakan perkem bangan dari biji melainkan bagian vegetatif
dalam hal ini adalah batang. sebagaimana dimak lumi secara
umum perkembang biakan tanaman dibagi menjadi dua bagian,
yakni seksual dan aseksual. Grafting merupakan perkembangbiakan aseksual. Pembiakan vegetatif banyak dianjurkan
mengingat dengan cara tersebut memungkinkan tanaman
memulihkan dirinya dengan regenerasi jaringan dan bagianbagian yang hilang. Pada pembiakan vegetatif akan terjamin
sifat-sifat menurun dari induk tanaman. Hal ini berarti setiap
tumbuhan baru, memiliki sifat-sifat yang serupa dengan induknya atau dengan kata lain tumbuhan induk diabadikan dalam
tumbuhan baru yang diturunkannya (Dwijoseputro, 1983).
Perbanyakan vegetatif perlu untuk tanaman dan kultivar
yang tidak menghasilkan biji secara langsung atau yang tidak
menghasilkan biji sama sekali. Perbanyakan vegetatif terdiri
dari penggunaan bagian vegetatif seperti batang, daun dan akar
(Soewarno, 1983). Pada perkembangan lebih lanjut ternyata
perkembang biakan vegetatif mempunyai alasan-alasan sebagai
berikut:
a. Kemungkinan tanaman tidak menghasilkan biji
b. Kemungkinan biji yang dihasilkan oleh suatu tanaman bila
ditanam tidak sebaik induknya
c. Dapat mempercepat penyediaan bibit karena dapat diambil
dari bagian vegetatif tanaman
d. Bibit yang diambil dari vegetatif tanaman mempunyai sifat
yang sama dengan induknya.
Disamping itu pohon mangga yang berasal dari biji pada
umumya pertumbuhannya tegak, kuat dan tinggi, sedang yang
berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabang
melebar (Pracaya, 1987). Hal ini bersesuaian dengan Valmayor
(1968) yang telah lama meneliti tentang perbanyakan vegetatif
yang menyatakan, bahwa perbanyakan vegetatif lebih banyak
digunakan karena pembiak an generatif memerlukan waktu
yang panjang untuk berbuah, bentuk pohon yang itnggi dan
besar, sehingga susah pengelolaannya. Diantara pembiakan
vegetatif tersebut, penyambungan merupakan cara yang
terbaik. Selanjutnya Singh (1968) dan Tahir (1981) menya
43
Perlakuan
Perlakuan
entris
Dikerat
dirompes
Dikerat
tidak dirompes
%
Sambung
an jadi
98
82
Panjang
pucuk/c
m
9.59
7.55
Jumlah
daun
6.65
6.68
Bobot
bibit/g
23.3
5
15.75
44
Tidak dikerat
100
10.19
7.36
22.0
3
dirompes
Sumber: Purbiati et al., (1985).
Koesriningrum
dan
Sri
Setiyati
(1973)
juga
menambahkan,
bahwa
alasan-alasan
dilakukannya
penyambungan antara lain untuk mengekalkan sifat klon yang
tidak dapat dilakukan baik oleh stek, bumbun maupun dengan
mancangkok. Selain itu juga untuk meng-ubah pertumbuhan,
misalnya untuk memperoleh tanaman kerdil. Perbiakan secara
mencangkok tidak banyak dianjurkan, mengingat pohon induk
sering rusak bentuknya karena cabang yang baik diambil untuk
cangkokan. Akibatnya hasil pohon induk akan menurun.
Beberapa peneliti menyatakan, bahwa batang bawah
tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil varietas batang
atas (Singh, 1969). Tentu pernyataan ini berlaku paling tidak
untuk tanaman mangga. Tubbs (1973) menyanggah pernyataan
tersebut dan menya takan, bahwa interaksi batang bawah
dengan batang atas tertentu dapat mempengaruhi morfologi
tanaman. Mangga yang disam bungkan pada Spodia Pinnata
dapat menyebabkan pohon cebol tetapi berdaya hidup singkat
(Furtado, 1921).
Batang atas dari biji jika disambungkan dengan tanaman
mente (Anacardium occidentale) yang masih muda dapat
menghasilkan ukuran buah dua kali, tidak berserat, biji kecil
tetapi tidak mampu berkecambah (Fielden dan Gardner, 1936).
Batang atas mangga juga dapat disambung dengan batang
bawah
mangga
spesies
lain.
Mangifera
foetida
direkomendasikan sebagai batang bawah per banyakan di
Burma (Myanmar) (Oche, 1931 dalam Singh, 1969). Batang
baah yang dianjurkan di Indonesia tergantung wilayahnya.
Halini erat hubungannya dengan ketersediaan bahan dalam satu
daerah tertentu mempunyai kultivar lokal tertentu. Selanjutnya
juga diperoleh satu kemungkinan tanaman cebol dari bibit
sambungan batang bawah kultivar saigon dan endog dengan
batang atas Golek (Purnomo et al., 1985) dimana kedua
tanaman tersebut hanya banyak ditemukan di sentra produksi di
Problinggo dan yang lebih mudah adalah di Kebun Percobaan
Cukur Gondang. Hasil penelitian lebih jauh juga menyatakan,
45
46
47
48