Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila ( Oreochormis niloticus L.) merupakan ikan yang termasuk dalam kelas
Cichlidae. Ikan ini berasal dari benua Afrika dan tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Sulawesi, dan lainnya, ikan nila memiliki rata-rata panjang 190-230mm dan
memiliki panjang maksimum 380mm. Ikan ini juga memiliki linea lateralis yang terputus
yaitu pada bagian atas sirip dada dan bagian bawah dari kepala. Ikan memiliki sirip
dorsal yang memanjang mulai bagian atas operkulum sampai bagian atas sirip ekor yang
kontinu, sirip dada, sirip anal, dan sirip caudal. Sirip caudal berbentuk homochercal. Jarijari sirip lunak dan memiliki rumus D. XVI- XVII. 11-15; A. III. 8-11. Pemilihan ikan
nila sebagai objek penelitian poliploidi ini karena ikan nila mudah ditemukan disetiap
daerah dan ikan ini memiliki perkembangbiakan yang cepat (Rachmatika, 2003).
Poliploidi merupakan penggandaan perangkat kromosom secara keseluruhan.
Peristiwa ini dapat terjadi secara spontan maupun sebagai akibat perlakuan. Poliploidi
sering terjadi sebagai akibat rusaknya aparatus spindel selama satu atau lebih
pembelahan meiosis, ataupun selama pembelahan mitosis (Corebima, 2000). Mekanisme
poliploidi pada makhluk hidup dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu poliploidi
secara alami dan poliploidi secara buatan. Poliploidisasi secara alami tidak melibatkan
rencana atau kesengajaan manusia. Penyebab terjadinya poliploidisasi ini adalah faktorfaktor lingkungan sekitar makhluk hidup yang meliputi faktor suhu, tekanan, ketinggian
tempat dan sebagainya (Mustami, 1997).
Untuk mengukur tingkat ploidi pada ikan, digunakan metode tidak langsung.
Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan pengukuran volume inti atau sel,
elektrophoresis protein, pengamatan morfologi dan penghitungan jumlah nukleolus.
Penghitungan jumlah nukleolus merupakan salah satu analisis ploidi yang sering
digunakan. Metode penghitungan nukleolus ini merupakan analisis poliploidi secara
tidak langsung, artinya penentuan ploidi tidak langsung menghitung atau mengukur
kuantitas DNA atau kromosom (Firdaus, 2003). Firdaus (2003) menyatakan bahwa
jumlah nukleolus maksimal pada setiap sel dari suatu organisme sesuai dengan jumlah
materi genetiknya.
Berdasarkan pernyataan diatas, dilakukan penelitian tentang keragaman poliploidi
pada ikan nila alami yang berasal dari tiga daerah yang berbeda yaitu Kabupaten

Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar dengan metode perhitungan jumlah
nukleolus. Ketiga daerah yang memiliki geografis berbeda yaitu pada ketinggian daerah
Kabupaten Tulungagung memiliki ketinggian 56 mdpl, Kabupaten Blitar memiliki
ketinggian 145 mdpl, serta Kota Blitar memiliki tinggi 156 mdpl dan lebih spesifik pada
sungai lahar yang mengalirkan lahar dingin dari Gunung Kelud.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keragaman ploidi alami ikan Nila (Oreochormis niloticus) pada daerah
Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar?
2. Bagaimana pengaruh ketinggian daerah terhadap jumlah ploidi alami ikan Nila
(Oreochormis niloticus) pada daerah Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan
Kota Blitar?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keragaman ploidi alami ikan Nila (Oreochormis niloticus) pada
daerah Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar.
2. Untuk mengetahui pengaruh ketinggian daerah terhadap jumlah ploidi alami ikan Nila
(Oreochormis niloticus) pada daerah Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan
Kota Blitar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
a. Mengetahui keragaman ploidi alami ikan Nila (Oreochormis niloticus) pada
daerah yang berbeda yaitu Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota
Blitar.
b. Mengetahui pengaruh perpedaan ketinggian daerah terhadap jumlah ploidi alami
ikan Nila (Oreochormis niloticus) pada daerah Kabupaten Tulungagung,
Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar.
c. Menambah keterampilan, kecakapan, serta pengalaman dalam melaksanaan
penelitian dalam perhitungan jumlah ploidi ikan alami.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh informasi keragaman ploidi alami ikan Nila (Oreochormis niloticus)
pada daerah yang berbeda yaitu Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota
Blitar.
b. Memperoleh informasi pengaruh perpedaan ketinggian daerah terhadap jumlah ploidi
alami ikan Nila (Oreochormis niloticus) pada daerah Kabupaten Tulungagung,
Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar.

c. Memberi motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perhitungan


jumlah ploidi ikan alami.
1.4.3 Asumsi Penelitian
a. Faktor internal seperti umur ikan Nila (Oreochormis niloticus) dianggap sama.
b. Faktor eksternal selama pemeliharaan ikan Nila (Oreochormis niloticus), seperti
makanan dianggap sama.
c. Semua larutan yang digunakan dianggap dalam keadaan yang sama.
d. Jumlah nukleolus dianggap sebagai penunjuk ploidi dari jaringan sirip ekor ikan yang
diamati.
1.4.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
a. Ikan yang digunakan untuk penelitian adalah ikan Nila (Oreochormis niloticus) dari
Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar.
b. Ploidi yang diamati dalam penelitian ini adalah n, 2n, 3n, dan 4n.
c. Pengamatan dilakukan 15 ulangan untuk masing-masing tempat, pada masing-masing
ulangan dengan 2 ring, dan tiap ring diamati 3 bidang pandang.
d. Pengamatan yang kami lakukan adalah dengan menghitung jumlah nukleolus pada
jaringan sirip ekor ikan Nila (Oreochormis niloticus).
1.4.5 Definisi Oprasional
a. Ikan Nila adalah ikan yang hidup bebas di sungai.
b. Nukleolus adalah organel di dalam nucleus yang terlihat di mikroskop dengan bentuk
bulat kecil.
c. Nukleolus merupakan struktur yang nampak pada saat interfase dan muncul akibat
adanya aksi gen pada NOR.
d. ploidi merupakan jumlah dari perangkat kromosom (yang lengkap) pada suatu sel
e. Organisme poliploidi adalah suatu organisme yang memiliki tiga atau lebih perangkat
kromosom.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Karakteristik ikan Nila (Oreochormis niloticus)
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk ke dalam
famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan nila memiliki bentuk
tubuh yang pipih ke arah vertikal (compress). Posisi mulutnya terletak di ujung hidung
(terminal) dan dapat disembulkan (Suyanto, 2003).
Klasifikasi Ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Amri dan Khairuman (2002)
adalah sebagai berikut:
Filum

: Chordata

Sub Filum

: Vertebrata

Kelas

: Ostheichthyes

Sub Kelas

: Acanthoptherigi

Ordo

: Percomorphi

Sub Ordo

: Percoidea

Famili

: Cichlidae

Genus

: Oreochromis

Spesies

: Oreochromis niloticus

Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak
mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari
ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan, bagian tutup insang berwarna
putih (Kottelat et al, 1993) ikan ini juga memiliki linea lateralis yang terputus yaitu pada
bagian atas sirip dada dan bagian bawah dari kepala. Ikan memiliki sirip dorsal yang
memanjang mulai bagian atas operkulum sampai bagian atas sirip ekor yang kontinu, sirip
dada, sirip anal, dan sirip caudal. Sirip caudal berbentuk homochercal. Jari-jari sirip lunak
dan memiliki rumus D. XVI- XVII. 11-15; A. III. 8-11 (Rachmatika, 2003). Ikan ini memiliki
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran
rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas,
1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38

dengan suhu terbaik adalah 25-30

dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto, 2003).

2.2 Poliploidi
Poliploidi merupakan suatu kondisi dimana makhluk hidup tertentu memiliki
lebih dari dua perangkat kromosom (Firdaus, 2003). Keadaan ini terjadi akibat adanya
induksi poliploidisasi. Pada umumnya tiap organisme mempunyai dua perangkat
kromosom (diploid). Menurut Firdaus (2003), poliploidi merupakan salah satu bentuk
mutasi kromosom dan dapat digunakan sebagai pengendali kelamin(sex control) suatu
organisme, pembentuk galur murni, dan penghasil ikan yang steril. Poliploidi terjadi
karena penggandaan peringkat kromosom secara keseluruhan, dari individu yang
tergolong diploid dapat muncul turunan yang triploid maupun tetraploid (Corebima,
2000). Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan lingkungan
ekstrem, atau persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan sel.
Perilaku reproduksi tertentu mendukung poliploidi terjadi, misalnya perbanyakan
vegetatif atau partenogenesis, dan menyebar luas, sehingga menyebabkan kasus
nondisjungsi pada kromosom. Nondisjungsi adalah kondisi dimana pasangan kromosom
yang homolog tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya pada waktu fase
pembelahan meiosis I atau dimana sister chromatid gagal berpisah selama fase meiosis II
(Campbell et al., 2000). menurut Corebima (2000), poliploidi juga dapat terjadi sebagai
akibat dari penyimpangan selama pembelahan mitosis dan meisosis. Menurut Kadi
(2007), juga menyatakan bahwa bila pada saat terjadinya pembelahan meiosis,
kromosom tidak berpisah dengan homolognya juga dapat menyebabkan terjadinya
indvidu poliploidi.
2.3 Nukleolus
Nukleolus adalah struktur yang paling menonjol dari sebuah inti eukariotik.
Nukleolus ini berperan dalam sintesis rRNA dan biogenesis dari subunit ribosom (Raska,
2004). Individu haploid mempunyai satu nukleolus, diploid mempunyai satu atau dua
nukleolus per sel, dan triploid mempunyai satu, dua atau tiga per sel dan seterusnya.
Nukleolus terbentuk di sekitar diskrit lokus kromosom yang dikenal sebagai NOR.
Pengertian Nucleolus Organizer Region (NOR) adalah suatu daerah disekitar kromosom
yang berfungsi membentuk nukleolus, disebut juga nucleolar organizer, daerah yang
berisi beberapa tempat gen pengkode ribosom RNA (RNA-r), dalam Firdaus (2002)
menjelaskan satu NOR mempunyai kemampuan untuk tidak membentuk lebih dari satu
nukleolus.

2.4 Karakteristik Wilayah Pengambilan Sampel


a. Kabupaten Blitar
Tempat pengambilan sampel berada di Sungai Bengawan. Sungai Bengawan
adalah sungai yang mengalir di kabupaten Blitar, tepatnya di Dusun Dogong
Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro. Kecamatan Kanigoro secara geografis
berada 10 km dari pusat Kota Blitar. Aliran sungai ini dimnafaatkan untuk PLTA
di Kabupaten Blitar. Sungai Bengawan ini mengalir di ketinggian 145 mdpl.
b. Kota Blitar
Tempat pengambilan sampel lebih spesifik dilakukan di Sungai Lahar. Sungai
Lahar adalah sungai yang merupakan jalur aliran lahar dingin dari Gunung Kelud.
Sungai ini mengalir di Kota Blitar menuju Kabupaten Blitar, sungai Lahar berada
di ketinggian 156 mdpl dan mengalir di Kelurahan Tanggung, Kecamatan
Kepanjenkidul, Kota Blitar. Kelurahan Tanggung ini berada sekitar 3 km ke arah
utara dari pusat kota Blitar.
c. Kabupaten Tulungagung
Tempat pengambilan sampel berada di sungai yang mengalir di Desa Ngunut,
Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Sungai ini bermuara di sungai
Brantas Tulungagung yang kemudian mengalir ke arah Blitar. Sungai ini mengalir
di dataran rendah dengan ketinggian 85 mdpl.
2.5 Kerangka Konseptual
Ikan Nila dari daerah Kabupaten Blitar, Kota Blitar, dan Kabupaten
Tulungagung.

Kabupaten Blitar, Kota Blitar, dan Kabupaten Tulungagung memiliki


ketinggian yang berbeda.

menghitung jumlah nukleolus untuk mengetahui adanya poliploidi pada


daerah Kabupaten Blitar, Kota Blitar, dan Kabupaten Tulungagung.

Terjadi perbedaan kemunculan dan frekuensi n, 2n, 3n, dan 4n pada ikan Nila
daerah Kabupaten Blitar, Kota Blitar, dan Kabupaten Tulungagung.

Data yang diperoleh, dianalisi dengan akurat.

2.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut
1. Adanya perbedaan jumlah dan frekuensi ploidi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
dari Kabupatren Blitar, Kota Blitar, dan Kabupaten Tulungagung.
2. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap jumlah dan ferkuensi jumlah dan
frekuensi ploidi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dari Kabupatren Blitar, Kota
Blitar, dan Kabupaten Tulungagung.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuannuntuk mengetahui
adanya pengaruh ketinggian tempat terhadap jumlah dan frekuensi ploidi dari masingmasing ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan metode perhitungan jumlah nukleolus.
3.2 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini merupakan ikan Nila (Oreochromis niloticus) dari tiga
daerah berbeda yaitu Kabupaten Blitar, Kota Blitar, dan Kabupaten Tulungagung.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini merupakan 15 ikan Nila (Oreochromis niloticus ) pada
masing-masing daerah yaitu Kabupaten Blitar pengambilan sampel berada di Sungai
Bengawan, Kota Blitar di Sungai Lahar, dan Kabupaten Tulungagung di sungai yang
mengalir di Desa Ngunut.
3.3 Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah daerah pengambilan ikan dan ketinggian
daerah yang berbeda.
b. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis ikan yaitu ikan Nila (Oreochromis
niloticus).
c. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah kemunculan ploidi pada ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada masing-masing daerah.
3.4 Instrumen Penelitian
a. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Botol selai
Botol Vial
Plastik
Karet
Neraca Digital
Silet
Mikroskop Cahaya

8. Kaca Benda
9. Pipet
10. Box Staining / heater.
11. Alat tulis
12. Kamera
13. Aquarium
14. Jaring

b. Bahan
1. Sirip Caudal Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kabupaten Blitar.
2. Sirip Caudal Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kota Blitar.
3. Sirip Caudal Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kabupaten Tulungagung.
4. Bubuk Perak Nitrat (AgNO3)
5. Aquades
6. Bubuk Gelatin
7. Gliserin
8. Asam asetat glasial
9. Alkohol absolut (alkohol 96%)
10. Kloroform
15.
3.5 Prosedur
A. Pembuatan Larutan
1. Larutan A
16. Dilarutkan perak nitrat (AgNO3) ke dalam aquades dengan perbandingan 1:2.
2. Larutan B
17. Dilarutkan 22gr gelatin dengan aquades hangat ( 80 50ml kemudian
dicampur dengan 50ml gelatin jenuh.
3. Larutan C (Carnoy)
18. Dicampurkan asam asetat glasial, alkohol absolut, dan kloroform dengan
perbandingan 1:1:1.
4. Larutan D
19. Dicampurkan asam asetat glasial dan aquades dengan perbandingan 1:1.
20.
B. Pembuatan Preparat
1. Sirip kaudal ikan dipotong 0,5 cm.
2. Sirip kaudal dimasukkan ke dalam botol vial dan difiksasi di dalam larutan C
(Carnoy), setelah 30 menit larutan C lama diganti dengan larutan C yang baru.
Ditunggu selama 24 jam.
3. Setelah difiksasi, ekor tadi diletakkan di gelas arloji dan ditetesi larutan D.
4. Ekor dicacah selama minimal 1 jam dengan menggunakan silet yang tajam hingga
terbentuk suspensi sel.
5. Suspensi diambil dan diletakkan di kaca benda dan diratakkannya dengan tusuk
gigi (1 kaca benda terdapat 2 ring suspensi. Sebelum digunakan, kaca benda
6.
7.
8.
9.

direndam pada alkohol 70% (1 hari sebelum digunakan).


Kaca benda diangin-anginkan sampai sedikit kering.
Diteteskan Larutan A pada suspensi dan diratakannya dengan tusuk gigi.
Larutan B ditetesi dan diratakannya dengan tusuk gigi.
Preparat diletakkan di dalam box staining bersuhu 400C-500C selama 30 menit

sampai agak kering.


10. Preparat diambil dan dibilas dengan air secara halus.
11. Preparat diangin-anginkan hingga kering.
12. Preparat diamati dengan perbesaran 1000x, menggunakan 2 ring dan 3 bidang
pandang.
3.6 Teknik Pengumpulan Data

21.

Teknik pengumpulan data pada kegiatan penelitian yaitu dengan cara

perhitungan banyaknya nukleolus untuk penentuan ploidi masing-masing ikan di setiap


daerah. Hasil perhitungan jumlah nukleolus dimasukkan ke dalam tabel berikut.
22.
23.

Tabel 3.1 Tabel data ploidi ikan Nila Kabupaten Blitar

28.

29. Daerah
32. Kabupaten Blitar
35. Bidan
36. Bidan
g
g
Panda
Panda
ng 1
ng 2
40.
41.
42.
43.
R
R
R
R

37. Bidan
g
Panda
ng 3
44.
45.
R
R

47.
Ha

48.

49.

50.

51.

52.

53.

55.
Di

56.

57.

58.

59.

60.

61.

63.
Tr

64.

65.

66.

67.

68.

69.

71.
Te

72.

73.

74.

75.

76.

77.

79.
Ha

80.

81.

82.

83.

84.

85.

87.
Di

88.

89.

90.

91.

92.

93.

95.
Tr

96.

97.

98.

99.

100.

101.

103.
Te

104.

105.

106.

107.

108.

109.

25.
Pl
24.
U

26.
27.

46.
1

78.
2

110.
111.
112.

dan seterusnya hingga 15 ulangan

Tabel 3.2 Tabel data ploidi ikan Nila Kota Blitar

113.
U

114.
Pl
121.

Bi
dang
Panda
ng 1

115. Ulangan
118. Kota Blitar
122. Bi
dang
Panda
ng 2

123.

Bi
dang
Panda
ng 3

132.
1

164.
2

126.
R

127.
R

128.
R

129.
R

130.
R

131.
R

133.
Ha

134.

135.

136.

137.

138.

139.

141.
Di

142.

143.

144.

145.

146.

147.

149.
Tr

150.

151.

152.

153.

154.

155.

157.
Te

158.

159.

160.

161.

162.

163.

165.
Ha

166.

167.

168.

169.

170.

171.

173.
Di

174.

175.

176.

177.

178.

179.

181.
Tr

182.

183.

184.

185.

186.

187.

189.
Te

190.

191.

192.

193.

194.

195.

196.

dan seterusnya hingga 15 ulangan

197.
198. Tabel 3.1 Tabel data ploidi ikan Nila Kabupaten Tulungagung

3. Ulangan

1.

2.

Pl

6. Kabupaten Tulungagung
9. Bidan
10. Bidan
11. Bidan

g
Panda
ng 1

g
Panda
ng 2

g
Panda
ng 3

14.

15.

16.

17.

18.

19.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

21.

Ha
29.

Di
20.

37.

Tr
45.

Te
53.

Ha
61.

Di
52.

69.

Tr
77.

Te

84. dan seterusnya hingga 15 ulangan

199.
3.7 Teknik Analisis Data
200.
201.
202.

203.

Daftar Rujukan

204. Amri, K., Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Jakarta: Agromedia.
205.

Boyd CE. 2004. Farm Level Issues in Aquaculture Certification: Tilapia. WWF-US.
Auburn, Alabama.

206.
UM.

Corebima, A. D. 2000. Genetika Mutasi dan Rekombinasi. Malang : Biologi FMIPA

207.

Firdaus, Syarifin. 2003. Studi Tentang Jumlah Nukleolus sebagai Metode Analisis
Ploidi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) ras Punten. Skripsi tidak diterbitkan. FMIPA
Universitas Negeri Malang.

208. Kottelat et al. 1993. Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Hong
Kong: Periplus Editions.
209.

Mustami, Khalifah, Akhmad, dkk. 2001. Study Pembentukan Poliploidi Pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio L.). Ras Punten dengan Kejutan Suhu Panas. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.

210.

Rachmatika, I. 2003. Fish Fauna Of The Gunung Halimun National Park, West Java.
Jakarta: Biodiversity Conservation Project LIPI-JICA-PHKA.
211.

212.

Suyanto, S.R., 2003. Nila. Jakarta: Penebar Swadaya.

Trewavas, E.1982. Tilapias: taxonomy and spesification. Di dalam: Biology and


Culture of Tilapias (R.S.V Pullin and R.H. Lowe Mc Cannel eds.) ICLARM
Conference Proceedings 7. Internationa Centre for Living Aquatic Resource
Management. Manila, Filipina

Anda mungkin juga menyukai