Dr. Howard Gardner, Profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat
mengemukakan, definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur potensi manusia secara
lebih luas, baik pada anak maupun orang dewasa. Ia membagi 8 jenis kecerdasan, dan dikenal
sebagai Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Dan kita semua punya 8 area
kecerdasan itu dalam taraf berbeda.
Ajak anak membuat seekor domba dari sebutir telur ayam yang direbus. Rekatkan kapas,
mata mainan pada telur rebus, serta hias menyerupai seekor domba lucu. Permainan ini
melibatkan olah tubuhnya sehingga merangsang kecerdasannya.
Caranya dengan menggunting gambar dari buku atau hasil gambar sendiri, lalu tempelkan di
atas karton dan potong mengikuti bentuk gambar. Ambil sumpit dan tempelkan di bagian
belakang gambar dan wayang sumpit pun siap dimainkan. Ketika anak memainkannya
dengan orang lain, itu akan menjadi media melatih kecerdasan interpersonalnya.
Anita menyarankan kita bisa mengajaknya membuat boneka dari styrofoam. Bentuk berbagai
pola binatang atau orang menggunakan pensi, kemudian gunting, dan hiasi pola tersebut
untuk kemudian ditempelkan pada sedotan. Saat anak berhasil menyelesaikan boneka
pertamanya, ia akan merasa pintar dan percaya diri. Kepercayaan inilah yang nantinya akan
menularkan keberanian lainnya.
Semua kecerdasan ini pasti ada, hanya saja kadar atau tingkat dominasinya berbeda-beda
pada setiap anak. Oleh karena itu, penulis yang juga seorang pendongeng ini percaya tak ada
anak yang bodoh. Bahkan dari sebuah permainan, kita bisa menemukan sekaligus
merangsang potensi kecerdasan anak kita. Dan permainan itu adalah :
Coba! Buat alat musik sederhana dengan benda-benda yang ada di rumah. Misalnya ember
plastik dan sendok kayu sebagai drum dan alat pemukulnya. Kurang menantang? Buat
seperangkat alat musik dan mainkan bagai sebuah orkes simfoni. Saat bayi mulai bisa
berinteraksi dengan sekitarnya, maka dia sudah memiliki keinginan untuk bermain. Karena
hasrat bermain ini sebenarnya adalah salah satu caranya untuk belajar mengenai diri dan
sekitarnya.
Itu mengapa, permainan yang kita berikan pada anak haruslah yang dapat memicu
perkembangan otak hingga membentuk kecerdasan optimal. Dan sebenarnya tak perlu
permainan yang jelimet untuk merangsang kecerdasan anak.
Siapa bilang butuh biaya mahal untuk merangsang kecerdasan anak, karena ternyata hanya
perlu kreativitas serta waktu bermain yang menyenangkan antar orang tua dan anak. Jadi,
sudah siap mengeksplorasi kecerdasan anak melalui permainan?
5. Kecerdasan Gerak Tubuh (Body Smart). Disebut juga kecerdasan kinestetik, melibatkan
kemampuan mengontrol gerakan, keseimbangan, ketangkasan dan keanggunan dalam
bergerak. Anak-anak dengan kecerdasan gerak tubuh di atas rata-rata, senang bergerak dan
menyentuh sesuatu dengan tangkas dan cepat. Keterampilan motorik halus dan kasarnya baik.
Bisa dibilang, anak mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Stimulasi: Sikap menghargai dan memanfaatkan tubuh yang baik, terbentuk melalui
pengalaman yang diperoleh sejak dini. Beri anak kesempatan untuk mengembangkan
kepercayaan terhadap kemampuan tubuhnya dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang
aman untuk berksplorasi, baik dengan berjalan, berlari, berayun, memanjat, melompat,
merangkak, maupun berenang.
Anak bisa menjadi penari, atlet, koreografer, aktor/aktris, guru olahraga, pelatih drama,
mekanik, atau ahli bedah.
Coba! Perdengarkan musik favorit anak, lalu menarilah bersamanya sambil bertepuk tangan,
mengangkat atau menghentakkan kaki dan berputar.
Anak bisa menjadi pengajar, pekerja sosial, konselor, politisi, atau mediator.
Coba! Bacakan buku cerita favorit anak. Tanyakan padanya apa yang dirasakan oleh karakter
dalam cerita dan mengapa si tokoh merasa demikian.