BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri
yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju
jantung.1
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah sindrom klinis ditandai oleh sesak
napas dan kelelahan (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur dan fungsi jantung. Gagal jantung kongestif merupakan masalah
dunia luas, yang menyerang lebih dari 20 juta orang. Prevalensi gagal jantung
meningkat sesuai usia, menyerang sekitar 6-10% dari orang usia diatas 65 tahun.
Insidennya lebih banyak pada pria dibanding wanita.1
Di negara industri, penyakit jantung koroner (PJK) menjadi penyebab
utama pada pria dan wanita, yaitu sekitar 60-75% dari kasus gagal jantung.
Hipertensi berperan dalam gagal jantung pada 75% pasien, termasuk pasienpasien penyakit jantung koroner. PJK dan hipertensi, kedua-duanya sama-sama
meningkatkan resiko gagal jantung.3,4
Gagal
kontraktilitas
jantung
dan
kongestif
daya
pompa
merupakan
akibat
sehingga
diperlukan
dari
berkurangnya
inotropik
untuk
BAB II
STATUS PENDERITA
A.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Umur
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Sukomoro
Pekerjaan
: Petani
Tanggal periksa
: 20 Oktober 2014
Ruang
: 14308969
B.
ANAMNESIS
: sendiri
: orang lain
1. Keluhan Utama
: Sesak nafas
4.
Hipertensi (+)
DM (tidak tahu)
Jantung (ayah)
5.
C.
Riwayat Kebiasaan
-
1. Keadaan Umum
Cukup, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan
berlebih.
2. Tanda Vital
Tensi
: 130/70 mmHg
Nadi
: 104 x / menit
Pernafasan
: 34 x /menit
Suhu
: 36 2 oC
3. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider
nevi (-).
4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (+),
atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), mimik wajah
(kesakitan)
5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). Sekret (-)
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi :
Sinistra
Dextra
batas kiri bawah
Medio
Clavicularis Sinistra
batas kanan bawah
Dextra
pinggang jantung
Sinistra
(batas jantung terkesan membesar)
Auskultasi: Bunyi jantung III intensitas normal, reguler, bising
jantung (-)
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
12. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
13. Ektremitas
Palmar eritema (-/-)
akral dingin
Oedem
+ +
14. Sistem genetalia: dalam batas normal.
D.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thoraks (tanggal 21 Oktober 2014)
Kesimpulan :
-
Cardiomegali
Hasil
Normal
9.65
3.80-10.60
65.1/
20.2/ 40.0-70.0/25.0-40.0/3.013.4/1.00/0.3 10.0/2.0-4.0/0-2.0.
5.66
4.40-6.00
17.6
13.2-17.2
49.6
40.0-52.0
87.6
80.0-100.0
31.1
26.0-34.0
35.5
32.0-36.0
261
150-400
45.9
37-54
satuan
103/ul
%
106/ul
g/dl
%
Fl
Pg
g/L
103/ul
Fl
RDW-CV
PDW
MPV
P-LCR
PCT
LED/BBS
GDA
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Albumin
Uric acid
14.7
10.8
9.7
22.2
0.25
51
264
33.9
38.2
31.8
1.15
4.24
6.0
11.0-15.0
0-10
<200
<35
<45
18.0-40.0
0.90-1.30
3.50-5.20
3.5-7.2
%
Fl
Fl
%
%
mm/jam
mg/dl
U/l
U/l
mg/dl
mg/dl
g/dl
mg/dl
EKG:
E.
RESUME
Pernafasan
:28 x /menit
F.
DIAGNOSIS
Congestive Heart Failure (CHF) dengan Diabetes Melitus tipe II
G.
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Asma bronkiale
Liver disease
Renal dysfunction
G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
a. Edukasi tentang penyakitnya
b. Tirah baring
2. Medikamentosa
10
1.
O2 2-4 L/menit
2.
Infus RL 7 tpm
3.
4.
5.
6.
Humulin R 3x 4 iu
7.
H. FOLLOW UP
Nama
: Tn. S
Subyektif
Sesak nafas
berkurang,
mual (+),
bengkak
kaki (+).
Obyektif
T: 110/80
N: 84
RR: 28
S : 36,4
GDA 212
Oedem
+
+
Assesment
CHF
dengan
DM tipe2
Therapy
O2 2-4 L/menit
Infus RL 7 tpm
Inj. Diphenhidramine
2x1
22/10/14.
23/10/14
Sesak
berkurang,
lidah pahit.
T: 150/100
N: 80
RR: 24
S : 36,7
GDA
234mg/dl
Oedem
+
+
CHF
dengan
DM tipe 2
CHF
dengan
DM tipe2
HumulinR 3x4iu
Spironolaktone 25
mg 1x1
O2 2-4 L/menit prn
Infus RL 7 tpm
Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Furosemide 1x1 IV
HumulinR 3x6iu
Spironolaktone 25 mg
1x1
Infus RL 7 tpm
10
11
24/10/14
GDA
162
mg/dl
Oedem
+
+
min min
Keluhan (-) T: 130/90
N: 80
RR: 20
S : 36,7
GDA
178mg/dl
Oedem
-
IV
HumulinR 3x6iu
Spironolaktone 25
mg 1x1
CHF
dengan
DM tipe2
Furosemide -0-0
Spironolaktone 25 mg
1x1
Glucodex -0-0
11
12
12
13
BAB III
PEMBAHASAN PENYAKIT
3.1 Definisi
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan
curah jantung (cardiacoutput = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang.1
Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat maka di dalam
tubuh terjadi suatu refleks homeostasis atau mekanisme kompensasi melalui
perubahan-perubahan neurohumoral serta dilatasi ventrikel. Salah satu respon
hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling
pressure) dari jantung atau preload.
Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema
paru dan bendungan di sistem vena maka keadaan ini disebut gagal jantung
kongestif. Apabila tekanan pengisian meningkat dengan cepat sekali seperti yang
sering terjadi pada infark miokard akut sehingga dalam waktu singkat
menimbulkan
berbagai
tanda-tanda
kongestif
sebelum
jantung
sempat
mengadakan mekanisme kompensasi yang kronis maka keadaan ini disebut gagal
jantung kongestif akut.2
3.2 Epidemiologi1,2
Penyakit gagal jantung merupakan salah satu masalah penyebab kematian di
seluruh dunia. Prevalensi kejadian pada populasi dewasa dalam satu kota
sebanyak 2%, prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia, 6-10% pada usia
>65 tahun. Meskipun berdasarkan penelitian insiden relative lebih rendah pada
perempuan daripada laki- laki, pada dasarnya setengah dari perempuan
disebabkan karena pola hidup yang kurang sehat.
3.3 Etiologi
13
14
Gagal jantung dapat disebabkan oleh karena kelainan fungsi dan struktur
jantung. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gagal jantung adalah
Preserved Ejection Fraction dan Depressed Ejection Fraction, dimana yang
paling dominan dalam megakibatkan gagal jantung adalah Coronary Artery
Disease (60-75%). Meskipun begitu tetapi hipertensi dan diabetes mellitus pun
juga memiliki peranan yang dominan dalam menyebabkan penyakit gagal jantung,
berikut adalah etiologi yang dapat menyebabkan gagal jantung.
14
15
3.4 Patofisiologi1,2,3,4,5
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, serta
penglepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Respon neurohumoral ini akan membawa keuntungan untuk sementara
waktu. Namun setelah beberapa saat, kelainan sistem neurohumoral ini akan
memacu perburukan gagal jantung, tidak hanya karena vasokontriksi serta retensi
air dan garam yang terjadi akan tetapi juga karena adanya efek toksik langsung
dari noradrenalin dan angiotensin terhadap miokard.
Apabila keadaan ini tidak segera teratasi peninggian afterload, peninggian
preload dan hipertrofi/dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung
sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi.
15
16
16
17
3.5 Klasifikasi1,5,8
1. Klasifikasi Gagal jantung sistolik dan diastolik
a. Gagal jantung sistolik
gagal jantung sistolik terjadi akibat terganggunya kemampuan jantung untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh adanya
penekanan kontraktilitas darah keseluruh miokard. Gagal jantung sistolik
akut terlihat pada miokarditis akibat virus, keracunan alcohol, dan anemia,
sedangkan gagal jantung sistolik kronis dapat terjadi setelah kardiomiopati
atau infark miokard.
b. Gagal jantung diastolik
gagal jantung diastolic terjadi akibat dari pengisian jantung yang terganggu.
Hal ini biasa tampak pada wanita lanjut usia. Empat mekanisme patologi
yang dihasilkan pada gagal jantung jenis ii telah diketahui.
- Penyakit struktural
Kerusakan katup jantung
Abnormalitas anatomi seperti hipertropi konsentrik
Efusi pericardial
- Abnormal fisiologis
Peningkatan volume sistolik akhir
Pengurangan waktu pengisisan sebagaimana tampak pada takikardia
- Abnormalitas non-miosit
Peningkatan jaringan ikat
Perikarditis kontriktif
- Abnormalitas miosit
2.
Klasifikasi gagal jantung kongestif berdasarkan New York Association
(NYHA) :
17
18
18
19
sudah jelas maka diagnosis gagal jantung mudah dibuat. Tetapi bila sindrom
tersebut belum terlihat jelas seperti pada tahap disfungsi ventrikel kiri/LV
dysfunction (tahap asimtomatik), maka keluhan fatik dan keluhan di atas yang
hilang timbul tidak khas, sehingga harus ditopang oleh pemeriksaan foto rontgen,
ekokardiografi dan pemeriksaan Brain Natriuretic Peptide.
3.7 Pemeriksaan Penunjang1,2,5,7,8
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, EKG/foto
thorax, ekokardiografi-Doppler dan kateterisasi.
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung
kongestif:
Dauglas,
pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
dilakukan
20
2.
Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .
3.
4.
Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5.
Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6.
Enzim hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7.
Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik.
8.
Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akut menjadi kronis.
9.
10.
11.
Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung kongestif.
3.8 Terapi1,3,4,5
20
21
Anjuran umum:
1. edukasi: terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
2. aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan
seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang
masih bisa dilakukan
3. gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang
Tindakan umum:
1. Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 gram pada gagal jantung
ringan dan 1 gram pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada
gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
2. Hentikan rokok
3. Aktivitas fisik ( latihan jasmani: jalan 3-5 kali/minggu selama 2030menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan
21
22
Farmakologi
1. Diuretik
Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling sedikit
diuretik regular dosis rendah tujuanuntuk mencapai tekanan vena jugularis
normal dan menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan loop
diuretik atau tiazid. Bila respons tidak cukup baik dosis diuretik dapat
dinaikkan, berikan diuretic intravena, atau kombinasi loop diuretic dan
tiazid. Diuretik hemat kalium, spironolakton dengan dosis 25 -50 mg/hari
dapat mengurangi mortalitas pada paien dengan gagal jantung sedang
sampai berat (klas fungsional IV) yang disebabkan gagal jantung sistolik
2. Penghambat ACE
Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal,
dan pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
3. Penyekat beta
Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Penyekat
beta yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metoprolol. Biasa
digunakan dengan bersama-sama dengan penghambat ACE dan diuretik.
4. Antagonis penyekat reseptor angiotensin II
Masih merupakan alternatif bila pasien tidak toleran terhadap penyekat
enzim konversi angiotensin
5. Glikosida jantung (digitalis)
22
23
Digitalis merupakan
23
24
BAB IV
PENUTUP
Pasien datang ke UGD RSUD Nganjuk dengan keluhan sesak nafas yang
dialami sejak 7 hari yang lalu dan memberat 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Sesak dirasakan tidak terus-menerus. Sesak dipengaruhi aktivitas walaupun
berjalan hanya beberapa meter saja (ngosrong), namun beberapa hari ini sesak
juga terjadi ketika tidur, sehingga pasien sehingga pasien merasa lebih nyaman
tidur malam dengan memakai 2 susun bantal. Selain itu pasien mengeluhkan perut
terasa penuh dan mual. Bengkak kedua kaki dialami sejak 3 hari yang lalu dan
pasien merasa lemas. Pasien mengeluhkan sering berdebar tanpa disertai nyeri
dada.
Pada pasien sebelumnya didapatkan riwayat hipertensi dan penggunaan obat
ACE inhibitor tanpa resep dari dokter. Dimana kondisi tersebut sudah berlangsung
sejak lama sehingga pasien masuk ke UGD RS Nganjuk dengan diagnosa gagal
jantung kongestif.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu
memompa darah dalam jumlah memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh. Gejala dari gagal jantung kongestif gejala yang timbul dapat berupa
dispnea, akibat penimbuan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas,
dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
Prinsip penatalaksanaan gagal jantung kongestif adalah meningkatkan
oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui
istirahat/pembatasan aktivitas, mengurangi beban awal dengan pembatasan cairan,
pemberian diuretik dan vasodilator, mengurangi beban akhir dengan pemberian
ACE antagonis dan prasosin, serta memperbaiki kontraktilitas dengan pemberian
inotropik.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauci, A. S., Braunwald Eugene, Kasper, D. L., Hauser, S. L., Longo L.,
Jameson, J. L., Loscalzo Joseph. 2008. Disorder of the hearth. Harrisons
Principles of Internal Medicines. 17th Editions. United States of America.
2. L., Man Dauglas. 2008. Hearth Failure and Cor Pulmonal. Harrisons
Principles of Internal Medicines. 17th Editions. United States of America.
3. Silbernagl, Stefan., Lang, Florian.2000. Hearth Failure. Hearth and
Circulation. Color atlas of Patophysiology. Page 224-226.
4. Marulam M Panggabean, Daulat M, Gagal jantung. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor), Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006.
5. PAPDI, gagal jantung kronik. Panduan pelayanan medik PB
PAPDI.Jakarta 2006.
6. Karim S, Peter K. EKG dan Penanggulangan beberapa penyakit jantung
untuk dokter umum, FK UI 2005.
7. Guyton, A. C., dan Hall, J. E. 2006. Aliran Darah Otot dan Curah Jantung
Selama Kerja Fisik; Sirkulasi Koroner dan Penyakit Jantung Sistemik.
Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
8. Epstein, F. H., Ross, Russell. 2000. Atherosclerosis an Inflammatory
Disease. Volume 340. Number 2. The New England Journal of Medicines.
P: 115- 126.
9. Price S. A, Wilson L. M. 2005. Anatomi Sistem Kardiovaskular dan
Gangguan Sistem Kardiovaskular. Edisi VI. Volume 1. Alih bahasa :
Pendit BU, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta. EGC : 517546
25