Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat,
dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk
geometri tertentu. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk
kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan
strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur
adalah contoh-contoh kristal.Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada
skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau
ketaksempurnaan.Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat
material tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami karakteristik material penyusun benda padat.
2. Mengetahui dan memahami karakteristik dari :
a. Kristal
b. Arah Kristal
c. Bidang Kristal
d. Kisi kubik
e. Polimorfi
f. Ketidakmurnian
g. Ketidaksempurnaan dalam kristal pada benda padat.

1.3 Permasalahan
Mengetahui Susunan-susunan atom pada benda padat.
1.4 Sistematika Penulisan
Bab 1 :Pendahuluan
Latar belakang, Tujuan, Permasalahan, dan Sistematika Penulisan
Bab 2 :Pembahasan
Bab 3 :Kesimpulan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. KRISTAL
Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas
secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair
membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa
kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur
kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga
menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari
merupakan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses
terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Pengertian kristalisasi sendiri yaitu
proses pembentukan kristal yang terjadi pada saat pembekuan, perubahan dari fasa cair ke fasa
padat. Jika ditinjau
dari mekanismenya, kristalisasi terjadi melalui 2 tahap :
1. Tahapan Nucleation (pembentukan inti)
2. Tahapan Crystal Growth (Pertumbuhan Kristal)
1. Proses Terbentuknya Kristal
Adapun cara terbentuknya kristal secara sederhana bahwa dalam keadaaan cair, atom-atom
tidak memiliki susunan yang teratur (selalu mudah bergerak) dan mempunyai temperature yang
relatip tinggi serta atom-atomnya memiliki energi yang cukup banyak sehingga mudah bergerak
dan tidak ada pengaturan letak atom relatip terhadap atom lainnya. Dengan semakin turunnya
temperature maka energy atom akan semakin rendah dan semakin sulit bergerak sehingga atomatom ini mulai mencari atau mengatur kedudukan relatip terhadap atom lainnya dan mulai
membentuk lattice. Proses ini terjadi pada temperature yang relatip lebih dingin dimana
sekelompok atom menyusun diri membentuk inti Kristal. Inti-inti ini akan menjadi pusat dari
proses kristalisasi selanjutnya

2. Sistem Kristal.
3

Kristal kubik memiliki pola yang sama sepanjang ketiga sumbu tegak lurusnya yaitu a1 =
a2 = a3. Kebanyakan logam dan beberapa jenis keramik berbentuk kubik.
Kristal bukan kubik terjadi bila pola ulangnya tidak sama dalam ketiga arah koordinatnya
atau sudut antara ketiga sumbu kristal tidak sama dengan 90 o. Terdapat tujuh system kristal
dengan karakteristik geometriknya seperti tercantum dalam table dibawah ini.
Sistem
Kubik
Tetra gonal
Ortorombik

Sumbu
a1 = a2 = a3
a1 = a2 c
abc

Monokliruk

abc

Triklinik
Heksagonal
Rombohedral

abc
a1 = a2 = a3 c
a1 = a2 = a3

Sudut sumbu
Semua sudut = 90o
Semua sudut = 90o
Semua sudut = 90o
Dua sudut = 90o
Satu sudut 90o
Semua sudut berbeda Tidak ada yang 90o
Semua sudut 90o dan 120o
Semua sudut sama Tetapi tidak 90o

3. Arah Kristal
Apabila membuat korelasi antara berbagai sifat dengan struktur kristal, maka perlu
dilakukan identifikasi arah kristal spesifik, karena banyak sifat bergantung pada arah. Sebagai
contoh, modulus elastis dari besi kpr dalam arah diagonal ruang lebih besar daripada modulus
elastis dalam arah rusuk kubus. Sebaliknya, permeabilitas magnetik besi memiliki nilai terbesar
dalam arah sejajar dengan rusuk sel satuan.
-

Indeks Arah
Semua arah menggunakan penandaan atau indeks yang sama. Oleh karena itu, untuk

menandai suatu arah, ambil garis yang melalui titik asal, yaitu 0,0,0. Arah diberi tanda dengan
koefisien dari suatu titik pada garis tersebut. Akan tetapi, karena jumlah titik pada garis tak
4

terhingga banyaknya, maka secara khusus memilih titik dengan set bilangan bulat terkecil. Jadi,
arah [111] bergerak dari 0,0,0 melewati 1,1,1. Namun, arah ini juga melalui , , dan 2,2,2.
Begitu pula [112] melewati , , 1, tetapi, untuk kemudahan digunakan notasi bilangan bulat.

Gambar 3-6.1

Sel Satuan Ortorhombik. (a) indeks titik dan (b) indeks arah. Letak titik asal

biasanya titik sudut di sebelah bawah, kiri belakang. Kita gunakan kurung siku untuk
menyatakan arah kristal [uvw], untuk kelompok arah menggunakan <uvw>, untuk indeks bidang
kristal menggunakan kurung biasa (hkl), dan untuk indeks titik tanpa tanda kurung x,y,z.
Untuk indeks arah digunakan tanda kurung siku [uvw] dan digunakan huruf u, v, dan w
adalah koefisien yang berasal dari tiga arah sumbu utama, masing-masing x, y, dan z. Arah-arah
yang sejajar selalu mempunyai indeks yang sama. Perlu dicatat bahwa ada kemungkinan
koefisien negatif, maka diberi tanda garis datar di atasnya. Arah [

] memiliki komponen

negatif pada arah sumbu-z.


-

Sudut Antara Arah.


Dalam perhitungan-perhitungan tertentu (misalnya penguraian gaya geser), kita perlu

menghitung sudut antara dua arah kristal yang berbeda. Biasanya hal ini dapat dihitung dengan
mudah. Pada Gambar 3-6.1 sudut antara arah [110] dan [112] (artinya [110]
arctan
arctan

[112] adalah

. Jika sel satuannya kubik dan bukan ortothombik, maka a=b=c, sudutnya adalah
atau arccos

. Pada kristal hanya kubik dapat ditentukan cos [uvw]

[uvw] dapat ditentukan dengan perkalian skalar vektor. Cara ini sangat membantu perhitungan
karena umumnya menyangkut bentuk kristal kubik yang simetris.
4. Bidang Kristal
Suatu ktistal mempunyai bidang-bidang atom dan ini mempengaruhi sifat dan perilaku
bahan. Jadi wajarlah bila kita mengelnali berbagai bidang dalam kristal. Bidang yang mudah
digambarkain yaitu indeks miller dalam format (hkl). Bidang yang parallel atau sama lain
ekuivalen dan mempunyai indeks yg identik. Dalam pembuatan indeks miller dilakukan dengan
berbagai cara :
1. Jika bidang melalu titik awal, buat bidang paralel lainnga di dalam sel satuan dengan
translasi. Atau dengan membuat titik awal lain di sudut lain sel satuan.
2. Bidang yang dicari bisa berpotongan atau sejajar dengan sumbu. Panjang bidang yang
berpotongan ditulis dalam satuan parameter kisi a, b dan c.
3. Ambil kebalikan dari angka-angka perpotongan tersebut. Bidang yang sejajar dengan
sumbu dianggap berpotongan di tak berhingga sehingganya kebalikannya adalah nol.
4. Bila perlu merubah ketiga bilangan ini ke bilangan bulat terkecil dengan mengali atau
membaginya dengan suatu faktor tertentu.
5. Tulis indeks ini tanpa koma dengan diapit tanda kurung biasa, (h k l).

Bidang melalui titik awal O, titik awal yang baru mesti dibuat, ditulis sebagai O,
diperlihatkan pada gambar b. Bidang ini paralel dengan sumbu x, sehingga perpotongannya di
a. Perpotongan dengan sumbu y dan z dengan referensi titik awal O adalah -b dan c/2.
Dalam satuan parameter kisi a, b,c maka perpotongan bidang adalah , ~, -1 dan , dan karena
angkanya sudah bulat tidak perlu lagi langkah pembulatan. Terakhir ditulis dengan tanda
kurung menjadi (0 1 2).

Langkah-langkah ini secara ringkas disimpulkan sebagai berikut:


Deskripsi
Perpotongan
Perpotongan dalam satuan (a,b,c)
Pembalikan
Pembulatan (tidak diperlukan
Tutup kurung

x
~a
~
0

y
-b
-1
-1

z
c/2

-2

(012)

2.2 KISI KUBIK


Kisi adalah suatu pola yang berulang dalam bentuk 3 dimensi yang berbentuk dalam kristal.

Kristal kubik terdiri dari tiga bentuk kisi yaitu kubik sederhana, kubik pemusatan ruang, dan
kubik pemusatan sisi. Sebagian besar logam memiliki kisi kubik pemusatan ruang (kpr) dan kisi
kubik pemusatan sisi (kps).
1. Logam Kubik Pemusatan Ruang.
Besi mempunyai struktur kubik. Pada suhu ruang sel satuan besi mempunyai atom pada tiap titik
sudut kubus dan satu atom pada pusat kubus tersebut. Besi merupakan logam paling umum
dengan struktur kubik pemusatan ruang.

Gambar Struktur kubik pemusatan ruang pada logam

Tiap atom besi dalam struktur kubik pemusatan ruang (kpr) ini dikelilingi oleh 8 atom yang
lainnya, hal ini berlaku bagi semua atom, baik yang terletak pada titik sudut maupun atom
dipusat sel satuan. Oleh karena itu tiap atom memiliki lingkungan geometric yang sama. Sel
satuan logam kpr mempunyai dua atom. Satu atom dipusat kubus, dan delapan seperdelapan
atom pada delapan titik sudutnya.
2. Logam Kubik Pemusatan Sisi
Pengaturan atom dalam tembaga tidak sama dengan pengaturan atom dalam besi
meskipun keduanya kubik. Pada atom disetiap titik sudut sel satuan tembaga, terdapat sebuah
atom ditengah setiap bidang permukaan dan tak ada satupun atom yang terletak di titik pusat
kubus.

Gambar Struktur kubik pemusatan ruang pada Sisi

Struktur kubik pemusatan sisi (kps) lebih sering dijumpai pada logam seperti; aluminium,
tembaga. Timah hitam, perak, dan nikel. Logam dengan struktur kps mempunyai atom 4 kali
lebih banyak. Kedelapan atom pada titik sudut menghasilkan satu atom, dan keenam bidang sisi
menghasilkan 3 atom per sel satuan.

2.3. POLIMORFI
Polimorfi adalah dua atau lebih ragam kristal dengan komposisi yang sama. Contoh yang
paling terkenal ialah polimorfi karbon berupa bentuk ganda grafit dan intan. Contoh khas
polimorfi logam ialah besi, kemampuan laku panas bahan dan kemungkinan untuk merubah
sifat-sifatnya tergantung pada hal ini. Bila besi dipanaskan maka kisinya berubah dari bentuk kpr
menjadi kps. Selanjutnya, perubahan ini mampu balik pada waktu pendinginan besi. Pada suhu
ruang besi kpr mempunyai bilangan koordinasi 8, faktor tumpukan atom 0.68 dan jari-jari atom
0.1241 nm. Besi murni berubah menjadi kps pada 912 derajat Celcius, pada saaat ini bilangan
koordinasi 12, factor tumpukan atom 0.74 dan jari-jari atomnya 0.129 nm. [ pasa suhu 912
derajat Celcius, jari-jari atom besi kpr, karena muai panas menjadi 0.126 nm].
Banyak komposisi lainnya mempunyai dua atau lebih bentuk polimorfi. Bahkan SiC
misalnya, memiliki sekitar 20 modifikasi kristal.

Kubik pemusatan ruang

( a kpr ) log am 4 R /

Kubik pemusatan sisi

(a kps ) metal 4 R /

3
2

Contoh perubahan volume


Besi berubah dari kpr menjadi kps pada suhu 912 derajat Celcius. Pada suhu jari-jari atom besi
dalam kedua struktur tersebut masing-masing sama dengan 0.126 nm dan 0.129 nm. Brp
perubahan volume pada waktu terjadi perubahan struktur.

10

Dasar perhitungan 4 atom besi, atau dua sel satuan besi kpr dan satu sel besi kps
1.

3
Volume kpr = 2a kpr 2[

2.

3
Volume kps = a kps [

3.

Perubahan volume

4(0.126)
3

4(0.129)
3

]3 0.0493nm 3

]3 0.0486nm 3

V 0.0486 0.0493

0.014 atau -1.4% perubahan volume


V
0.0493

Catatan : besi muai karena pengaruh panas sampai mencapai suhu 912 derajat Celcius, dimana
secara tiba-tiba terjadi penyusutan, pemanasan lebih lanjut menimbulkan pemuaian lagi

2.4 Ketidakmurnian
Barang yang asli belum tentu murni, tetapi sesuatu yang murni dapat dikatakan asli dan
banyak dari kita yang menggemari sesuatu/barang yang murni, misalnya madu murni, emas 24
karat, dan lain-lain. Meskipun benda murni sempurna atau asli itu lebih baik, adalakanya karena
faktor harga dan nilai ekonomisnya atau karena kita butuh karakteristik tertentu maka dibutuhkan
suatu ketidakmurnian. Sebagai contoh sejenis perak yang mengandung sebanyak 7,50% dan
perak sebanyak 92,50% menjadikan perak tersebut lebih keras dan awet dengan harga yang lebih
murah dibandingkan apabila perak tersebut dimurnikan sampai mencapai kadar 99% lebih. Tentu
saja sifat-sifat itu harus sesuai dengan kebutuhan dari rancangan yang dibuat. Contoh lainnya
adalah seng yang di campurkan dengan tembaga murni. Kuningan yang lebih murah dibandingan
tembaga murni. Kuningan lebih kuat , keras dan lebih ulet daripada tembaga, tetapi kuningan
mempunyai daya hantar listrik yang lebih rendah dibandingkan dengaan tembaga, sehinnga kita
tetap memakai tembaga apabila penghantaran listrik yang baik lebih diutamakan.

2.5 Ketidaksempurnaan pada Kristal


Ketidaksempurnaan pada kristal dapat terjadi karena adanya solidifikasi (pendinginan)
ataupun akibat dari luar.
Ketidaksempurnaan kristal tersebut dapat berupa :

11

1. Ketidaksempurnaan Kristal pada Titik (Point Defect)


1. Cacat kekosongan (Vacancy) yang terjadi karena tidak terisinya suatu posisi atom
pada lattice atau kekosongan sisi kisi, yaitu sisi yang seharusnya ditempati atom,
kehilangan atomnya. Vakansi terbentuk selama proses pembekuan, dan juga karena
getaran atom yang mengakibatkan perpindahan atom dari sisi kisi normalnya.
2. Interstitial (sisipan) adalah salah tempat, posisi yang seharusnya kosong justru
ditempati atom. Interstitial diffusion secara umum lebih cepat daripada vacancy
diffusion karena ikatan dari interstiti terhadap atom-atom sekelilingnya lebih kuat
dan terdapat beberapa posisi interstiti dibandingkan posisi kekosongan dalam hal
berdifusi.
3. Impurity (ketidakmurnian), adanya atom asing yang menggantikan tempat yang
seharusnya diisi oleh atom. Impuritas adalah atom asing yang hadir pada material.
Logam murni yang hanya terdiri dari satu jenis atom adalah tidak mungkin.
Impuritas bisa menyebabkan cacat titik pada kristal. Ada paduan dimana atom
impuritas sengaja ditambahkan untuk mendapatkan karakteristik tertentu pada
material seperti untuk meningkatkan kekuatan mekanik atau ketahanan korosi.
4. Cacat Schottky dan Frenkel banyak dijumpai pada kristal ionik. Cacat Schottky
adalah berupa kekosongan pada suatu titik kisi bersama-sama dengan cacat sisipan di
permukaan. Sedangkan bila kekosongan berpasangan dengan sisipan di dalam kristal
membentuk cacat Frenkel.
2. Ketidaksempurnaan kristal pada Garis (line defect)
Cacat yang menimbulkan distorsi pada lattice yang berpusat pada suatu garis. Sering
pula disebut dengan dislokasi. Secara umum ada 3 jenis dislokasi, yakni : dislokasi ulir,
dislokasi sisi/pinggir, dan dislokasi campuran. Dislokasi ulir terbentuk karena gaya geser
yang diberikan menghasilkan distorsi seperti yang ditunjukkan Gambar 2.4. Daerah
depan bagian atas kristal tergeser sebesar satu atom kekanan relatif terhadap bagian
bawah. Dislokasi ini disimbolkan dengan (.).

12

Gambar 2.2 Dislokasi Ulir

Dislokasi sisi/pinggir adalah terdapatnya bidang atom ekstra atau setengah bidang,
dimana sisinya terputus di dalam kristal. Gambar 2.5 memperlihatkan skematik dari
dislokasi sisi. Dislokasi sisi disimbolkan dengan

Gambar 2.3 Dislokasi Sisi/Pinggir


Jika pada material dijumpai kedua jenis dislokasi diatas maka disebut material
mempunyai dislokasi campuran. Contoh dislokasi campuran bisa dilihat pada gambar

13

Gambar 2.4 Dislokasi Campuran

3. Ketidaksempurnaan Kristal pada bidang (interfacial defect)


Pada bahan polikristal, zat padat tersusun oleh kristal-kristal kecil yang disebut butir
(grain). Setiap butir dapat berukuran mulai dari nanometer hingga mikrometer. Pada
setiap butir atom-atom tersusun pada arah tertentu, dan arah keteraturan atom ini
bervariasi dari satu butir ke butir lain. Batasan antara 2 buah dimensi dan umumnya
memisahkan daerah dari material yang mempunyai struktur kristal berbeda dan atau arah
kristalnya berbeda, misalnya : Batas Butir (karena bagian batas butir inilah yang
membeku paling akhir dan mempunyai orientasi serta arah atom yang tidak sama.
Semakin banyak batas butir maka akan semakin besar peluang menghentikan dislokasi.
Kemudian contoh yang berikutnya adalah Twin (Batas butir tapi special, maksudnya :
antara butiran satu dengan butiran lainnya merupakan cerminan) dan ini menimbulkan
cacat pada daerah batas butir, sehingga disebut cacat batas butir.
4. Ketidaksempurnaan Kristal pada Ruang (Bulk defect)
Perubahan bentuk secara permanen disebut dengan Deformasi Plastis, deformasi
plastis terjadi dengan mekanisme :

14

a. Slip, yaitu : Perubahan dari metallic material oleh pergerakan dari luar sepanjang
Kristal. Bidang slip dan arah slip terjadi pada bidang grafik dan arah atom yang
paling padat karena dia butuh energi yang paling ringan atau kecil.
b. Twinning terjadi bila satu bagian dari butir berubah orientasinya sedemikian rupa
sehingga susunan atom di bagian tersebut akan membentuk simetri dengan bagian
kristal ya
5. Faktor-faktor penyebab Ketidaksempurnaan Kristal
- Suhu
- Listrik
- Pabrikan (getaran dan tekanan)
- Inklusi Benda Asing

BAB III
KESIMPULAN
1.

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion

penyusunnyaterkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Adapun
cara terbentuknya kristal secara sederhana bahwa dalam keadaaan cair, atom-atom tidak
memiliki susunan yang teratur (selalu mudah bergerak) dan mempunyai temperature yang
relatip tinggi. semakin turunnya temperature maka energy atom akan semakin rendah dan
semakin sulit bergerak sehingga atom-atom ini mulai mencari atau mengatur kedudukan relatip
terhadap atom lainnya dan mulai membentuk lattice. Proses ini terjadi pada temperature yang
relatip lebih dingin dimana sekelompok atom menyusun diri membentuk inti Kristal.

15

2.

Kisi adalah suatu pola yang berulang dalam bentuk 3 dimensi yang berbentuk dalam kristal .
Kristal kubik terdiri dari tiga bentuk kisi yaitu kubik sederhana, kubik pemusatan ruang, dan
kubik pemusatan sisi. Sebagian besar logam memiliki kisi kubik pemusatan ruang (kpr) dan
kisi kubik pemusatan sisi (kps).

3. Polimorfi adalah dua atau lebih ragam kristal dengan komposisi yang sama. Contoh yang paling
terkenal ialah polimorfi karbon berupa bentuk ganda grafit dan intan.
4. Ketidaksempurnaan pada kristal dapat terjadi karena adanya solidifikasi (pendinginan) ataupun
akibat dari luar. Ketidaksempurnaan di bagi menjadi 4 :
- Ketidaksempurnaan kristal titik
- Ketidaksempurnaan kristal Garis
- Ketidaksempurnaan kristal bidang
- Ketidaksempurnaan kristal ruang

DAFTAR PUSTAKA
H. Van Vlack, Lawrance Ilmu dan Teknologi Bahan (Jakarta : PENERBIT
ERLANGGA, 1994)

16

Anda mungkin juga menyukai