Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa apabila


sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2% dari prosetase
keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan, Indonesia sendiri
sampai saat ini menurut sebuah riset jumlah penduduk yang menjadi wirausaha baru
sekitar 0,20%, maka tidaklah mengherankan apabila saat ini kondisi perekonomian
Indonesia tertinggal jauh dari negara tetangga yaitu Singapura yang memiliki
prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, apalagi jika harus
dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang hampir 13%
penduduknya menjadi wirausahawan.

Maka dari itu, dengan ditumbuh kembangkanya pengetahuan seputar


kewirausahaan, akan membangkitkan semangat masyarakat Indonesia khusunya
generasi muda atau mahasiswa untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan
berwirausaha, tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Dengan dilandasi
semangat nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah
percaturan perekonomian dunia, maka akan banyak mahasiswa yang termotivasi
untuk meningkatkan kualitas dirinya dan mencetuskan ide-ide kreatif dalam bidang
kewirausahaan yang berdaya saing tinggi.

Mengapa dengan semakin banyak wirausahawan disuatu negara akan


meningkatkan daya saing negara tersebut ?, jawabanya yang pertama, sebuah
negara yang memiliki wirausahawan banyak tentunya akan mendapatkan
penghasilan yang besar dari sektor pajak, atas kegiatan ekonomi yang mereka
lakukan. Coba bayangkan apabila suatu negara terlalu banyak pegawai negeri sipil
yang kurang atau bahkan tidak produktif, maka mereka setiap bulan memakan
anggaran negara untuk menggaji mereka, namun sumbangsih mereka pada
perekonomian nasional sangat minim baik dari segi pajak maupun tingkat
konsumsi. Dengan semakin banyak penduduk menjadi wirausaha, maka ekonomi
mereka akan mandiri bahkan kewirausahaan memiliki peran yang sangat penting
untuk menaikkan harkat martabat suatu bangsa dikancah internasional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sikap mental wirausaha ?


2. Bagaimana Berpikir kreatif dalam kewirausaan ?
3. Bagaimana sikap dan kepribadian kewirausahaan ?
4. Apasaja kelemahan kewirauasahaan di Indonesia ?
5. Apa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi wirausaha ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui sikap mental wirausaha


2. Mengetahui cara berpikir kreatif dalam kewirausaan
3. Mengetahui sikap dan kepribadian kewirausahaan
4. Mengetahui kelemahan kewirauasahaan di Indonesia
5. Mengetahui motivasi berprestasi wirausaha serta mengetahui Bagaimana cara
dan sikap menumbuhkan motivasi berprestasi dengan berwirausaha

1.4 Manfaat Penulisan

1. Membantu mahasiswa untuk memahami dan mendalami dasar-dasar


kewirausahaan
2. Dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dalam memahami tentang
kewirausahaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sikap Mental Wirausaha

Sikap adalah potensi atau sering juga disebut pendorong yang ada dalam
individu untuk bereaksi terhadap segala hal yang ada dalam lingkungannya. Dapat
diartikan kita semua memiliki sikap atau pendorong untuk melakukan hal yang
tadinya hanya kita dengar atau kita lihat. Sikap inilah yang akan membentuk suatu
kreativitas ketika kita mengembangkannya. Sedangkan kata mental dapat diartikan
sebagai rangkaian sistem abstrak yang hidup dalam pikiran mengenai apa yang
harus dianggap penting dan berharga dalam hidup.

Sikap dan mental yang harus dimiliki seorang wirausaha kurang lebih ada
sepuluh, diantaranya adalah per!aya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani
mengambil risiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan, kreatif dan inovatif
kemandirian, memiliki tanggung jawab, selalu mencari peluang usaha, dan
memiliki kemampuan personal. Berikut merupakan sikap yang harus dimiliki oleh
seorang wirausahawan :

1. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap dan keyakinan mental yang harus dimiliki
seorang wirausahawan dalam menaghadapi tugas dan pekerjaan. Didalam sikap
per!aya diri terkandung nilai - nilai keyakinan, optimisme, individualisme, dan
ketidak tergantungan serta yakin akan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan sistematis, berencana efektif, dan efisien. jadi, seorang wirausaha
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi relativ lebih mampu menyelesaikan
masalah sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain.
2. Berorientasi Pada Tugas dan Hasil
Seorang wirausaha yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang
yang selalu mengedepankan nilai - nilai motif berprestasi, ketekunan, tekad, kerja
keras, energik, dan mempunyai dorongan keras dalam meraih tujuan atau sasaran
bisnis. ntuk mendapat hasil yang optimal, seorang wirausaha harus berinisiatif,
disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi.

3. Berani Mengambil Resiko


Keberanian dan kemampuan mengambil risiko merupakan nilai utama dalam
kewirausahaan. Misalnya, seorang wirausaha yang takut mengambil risiko bisnis
akan menyebabkan wirausahawan tersebut mengalami kesulitan dalam berinisiatif.
Tentu pengambilan risiko ini dilaksanakan setelah melalui pemikiran, analisis,
perhitungan serta pertimbangan yang matang.

4. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang sukses tidak terlepas dari sikap
kepemimpinannya, kepeloporannya, keteladanannya dalam mengendalikan usaha
bisnisnya. Selain hal tersebut, pemimpin dalam menjalankan usahanya se!ara
transparansi dan jujur dengan tujuan tidak hanya men!ari laba saja, tetapi juga
meningkatkan kesejahteraan para karyawannya. Dalam hal ini, para karyawan
sangat saying kepada pimpinan dan mereka menganggap bahwa perusahaan
menjadi bagian dari hidupnya. olehkarena itu, ia selalu bekerja keras dan tekun.
Demikian juga seorang pemimpin selalu membantu bawahannya yang menemui
kesulitan dalam pekerjaannya. pimpinan merasa dekat dengan seluruh karyawannya
karena mereka dianggap sebagai mitra kerja atau mitra usaha dan bukan sebagai
buruh terhadap majikan.

5. Berorientasi ke Masa Depan


Seorang wirausaha haruslah berwawasan ke masa depan, mempunyai visi ke
depan, dan mengetahui kemana kegiatan bisnisnya tersebut akan dibawa, apa yang
ingin dicapai, strategi - strategi apa saja yang harus dilakukan agar kegiatan dan
kelangsungan hidup usahanya dapat terus terjamin. jadi dalam hal ini perusahaan
diharapkan dapat berkembang dan tetap terjamin kelangsungan hidupnya dalam
jangka panjang.

6. Kreatif dan Inovatif


Seorang wirausaha harus memiliki sikap kreatif, yaitu kemampuan
menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan
peluang yang ada. Disamping itu seorang wirausaha juga harus memiliki sikap
inovatif, yaitu kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap
permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan keluarga
dan masyarakat dunia usaha . Jadi, kreatifitas adalah kemampuan menciptakan
gagasan baru, sedangkan inovatif adalah melakukan sesuatu yang baru. Sikap
inovatif sebagai karakteristik wirausaha menunjukan selalu mendekati berbagai
masalah dan selalu berusaha dengan cara- cara baru yang lebih bermanfaat. Terbuka
atau transparan untuk pandangan, gagasan, dan penemuan baru yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. termasuk dalam sikap inovatif
tersebut adalah kecenderungan untuk selalu meniru, tetapi melalui penyempurnaan
- penyempurnaan tertentu atau modifikasi.

7. Kemandirian
Sikap kemandirian yang dimiliki seorang wirausaha menunjukkan bahwa ia
selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan
dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Dalam hal ini seorang
wirausaha dalam bertindak dapat mengambil keputusan dan memiliki berbagai
kegiatan dalam mencapai tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri menentukan dan
memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Dengan kemandiriannya seorang
wirausaha dapat menerapkan ide - ide barunya dalam meningkatkan produk dan
kualitas, perluasan pasar, promosi, dan sebagainya. Jadi dalam hal ini, kemandirian
seorang wirausaha tercermin dalam otonomi melaksanakan kegiatan, pengambilan
keputusan, menentukan kebijakasanaan, strategi perusahaan, dan tidak terikat oleh
perintah orang lain.
8. Memiliki Tanggung Jawab
Ide, perilaku, dan implementasi dari aktivitas seorang wirausaha tidak terlepas
dari tuntutan dan tanggung jawab. Oleh karena itu, komitmen sangat diperlukan
dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan tanggung jawab. Perilaku
wirausahawan yang bertanggung jawab memiliki disiplin, patuh komitmen,
bersungguh - sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, konsisten, dan tidak pernah ingkar
janji. Kejujuran dan transparasi manajemen dalam perusahaan akan meningkatkan
loyalitas dan motivasi kerja para karyawan.

9. Selalu Mencari Peluang Usaha


Seorang wirausaha biasanya mampu melakukan beberapa hal dalam satu
waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya bisa menangani berbagai persoalan
yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi kemampuan seorang wirausaha
dalam mengerjakan tugas sekaligus, semakain besar pula kemungkinan untuk
mengelola perusahaan menjadi sumber daya produktif.

Seorang wirausaha harus selalu belajar, karena dalam kehidupan ini penuh
dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk maju, tumbuh dan berkembang.
Semakin tinggi kompetensi yang kita miliki, semakin mudah kita memba!a
banyaknya peluang atau kesempatan usaha di berbagai bidang. Tentu kita dapat
memanfaatkan peluang usaha sesuai dengan kemampuan yang kita miliki di
lingkungan sekitar kita. Kalau diamati dengan seksama, banyak peluang - peluang
usaha yang belum tersentuh oleh tangan wirausaha. Dalam hal ini kita harus dapat
memanfaatkan peluang - peluang tersebut.

10. Memiliki Kemampuan Personal


Semua orang yang berkehidupan sebagai wirausaha harus terus mau
belajarberbagai pengetahuan, misalnya membaca buku atau menghadiri seminar,
terutama dibidang bisnis. Dengan demikian wawasan atau kompetensi wirausaha
akan meningkat. Hal ini dapat membantu kelancaran bisnis dan dapat
mempermudah membaca munculnya peluang - peluang bisnis baru. Seorang
wirausaha memiliki kompetensi tinggi, artinya ia memiliki pengetahuan yang luas,
memiliki keahlian atau keterampilan, dan memiliki perilaku atau moralitas yang
baik.

Selain sikap mental atau karakteristik wirausaha tersebut diatas, dalam usaha
mendorong keberhasilan usahanya, seorang wirausaha juga harus dapat :

a. Membangun komunikasi yang diperlukan untuk komunikasi se!ara


internal maupun eksternal, seperti negosiasi permodalan, kerja sama
pemasaran produk, kontrak penjualan, dan sebagainya.

b. Membangun keper!ayaan sangat diperlukan dalam menjalin hubungan


dengan perbankan, loyalitas konsumen terhadap produk - produk
perusahaan, dan sebagainya.

c. Membangun network atau jaringan yang sangat diperlukan dalam


menciptakan pasar - pasar baru, mencari peluang bisnis baru, dan
sebagainya.

d. Membangun kemampuan teamwork yang terdiri dari tenaga


professional dan karyawan untuk mencapai tujuan.

e. Membangun pikiran kreatif diperlukan untuk kegiatan promosi,


menciptakan produk - produk baru, mencari pelanggan - pelanggan
baru, dan sebagainya.

f. Membangun !ara berpikir terstruktur diperlukan, misalnya dalam


pembuatan program, pembuatan proyek, reorganisasi, dan sebagainya.

g. Membangun kemampuan untuk cepat dan tepat diperlukan untuk


menyesuaikan perkembangan teknologi, perubahan selera konsumen,
perubahan pasar, dan sebagainya.
Membangun perilaku atau moralitas yang baik sebagai wirausaha dalam
melaksanakan kegiatan bisnis kita harus jujur dan tidak boleh menipu. jika baik
dikatakan baik, yang jelek dikatakan jelek atau yang salah dikatakan salah, yang
benar dikatakan benar berbicara bertingkah seperti keadaan sebenarnya .

2.2 Berfikir Kreatif dalam Kewirausahaan

Dalam kewirausahaan , kita di tuntut untuk selalu berfikir kreatif. Berikut beberapa
hal yang perlu dilakukan dalam berfikir kreatif dalam kewirausahaan :

1. Persiapan (Preparation)
Persiapan menyangkut kesiapan untuk berfikir kreatif, dilakukan dalam
bentuk formal, pengalaman, magang dan pengalaman belajar lainnya. Zimmerer
mengemukakan tujuh langkah untuk memperbaiki pikiran kita agar dapat berpikir
kreatif yaitu :
a. Hindari sikap untuk tidak belajar. Dalam setiap situasi selalu ada peluang
untuk dapat dipelajari.
b. Belajar banyak. Jangan hanya mempelajari keahlian yang kita miliki karena
bidang lain tidak menutup kemungkinan untuk bisa dijadikan sebagai peluang
inovasi.
c. Diskusikan ide-ide kita dengan orang lain.
d. Himpun artikel-artikel yang penting.
e. Temui profesional atau asosiasi dagang dan pelajari cara mereka
memecahkan persoalan.
f. Gunakan waktu untuk belajar sesuatu dari orang lain.
g. Kembangkan keterampilan menyimak gagasan orang lain.

2. Penyelidikan (Investigation)
Dalam penyelidikan diperlukan individu yang dapat mengembangkan
pemahaman mendalam tentang masalah atau keputusan. Untuk menciptakan konsep
dan ide-ide baru tentang suatu bidang, seseorang pertam-tama harus mempelajari
masalah dan memahami komponen-komponen dasarnya.
3. Transformasi (Transformation)
Tahap tranformasi menyangkut persamaan dan perbedaan pandangan di
antara informasi yang terkumpul. Transformasi adalah mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan yang ada tentang infomasi yang terkumpul. Dalam tahap ini
diperlukan dua tipe berpikir, yaitu berpikir konvergen dan divergen. Berpikir
konvergen adalah kemampuan untuk melihat persamaan dan hubungan diantara
beragam data dan kejadian. Sedangkan berpikir divergen adalah kemampuan
melihat perbedaan antara data dan kejadian yang beraneka ragam.

4. Penetasan (Incubation)
Penetasan merupakan penyiapan pikiran bawah sadar untuk merenungkan
informasi yang terkumpul. Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk
merefleksikan informasi.

5. Penerangan (Illumination)
Penerangan akan muncul pada tahap penetasan, yaitu ketika terdapat
pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik terang. Pada tahap ini, semua
tahap sebelumnya muncul secara bersama dan menghasilkan ide-ide kreatif serta
inovatif.

6. Pengujian (Verification)
Pengujian menyangkut validasi keakuratan manfaat ide-ide yang muncul
yang dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes pemasaran,
pembangunan proyek percobaan, pembangunan prototipe dan aktifitas lain yang
dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan diimplementasikan.

7. Implementasi (Implementation)
Implementasi adalah transformasi ide ke dalam praktik bisnis. Zimmerer
mengemukakan beberapa kaidah atau kebiasaan kewirausahaan yaitu :
a. Create, innovate, and activate yaitu ciptakan, temukan dan aktifkan.
Wirausaha selalu memimpikan ide-ide baru dan bertanya “apa mungkin” atau
“mengapa tidak” dan menggunakan inovasinya dalam kegiatan praktis.
b. Always be on the look out for the new opportunities, yaitu selalu mencari
peluang baru. Wirausaha harus selalu usaha mencari peluang atau
menemukan cara baru untuk menciptakan peluang.
c. Keep it simple, yaitu berpikir sederhana. Wirausaha selalu mengharapkan
umpan balik dengan mungkin dan berusaha dengan cara yang tidak rumit.
d. Try it, fix it, do it, yaitu selalu mencoba, memperbaiki dan melakukannya.
Wirausaha berorientasi pada tindakan. Bila ada ide, wirausaha akan segera
mengerjakannya.
e. Shoot for the top, yaitu selalu mengejar yang terbaik, terunggul, dan ingin
cepat mencapai sasaran. Wirausaha tidak pernah segan, mereka selalu
bermimpi besar. Meskipun tidak selalu benar, mimpi besar adalah sumber
penting untuk inovasi dan visi.
f. Don’t be ashamed to start small, yaitu jangan malu untuk memulai dari hal-
hal yang kecil. Banyak perusahaan besar yang berhasil karena dimulai dari
usaha kecil.
g. Don’t fear failure : learn form it, yaitu jangan takut gagal, belajarlah dari
kegagalan. Wirausaha harus tahu bahwa inovasi terbesar berasal dari
kegagalan.
h. Never give up, yaitu tidak pernah menyerah atau berhenti karena wirausaha
bukan orang yang mudah menyerah.
i. Go for it, yaitu berusaha untuk terus mengejar apa yang diinginkan. Orang
yang pantang menyerah selalu mengejar apa yang belum dicapainya.
2.3 Sikap dan kepribadian kewirausahaan

2.3.1 Menurut beberapa ahli mengenai sikap dan kepribadian kewirausahaan :

Alex Inkeles dan David H. Smith (1974 : 19-24) adalah beberapa ahli yang
mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern. Menurutnya kualitas
manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern
yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai dan tingkah laku dalam kehidupan
social.

Ciri-ciri orang modern tersebut hamper sama dengan yang dikemukakan oleh Gunar
Myrdal, yaitu :

1. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi


2. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional
3. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai masalah
4. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang
5. Selalu memiliki perencanaan dalam segala kegiatan
6. Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
7. Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu
8. Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan pinsip
masing-masing
9. Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972)

David McClelland (1961 : 205) mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan,


yaitu :

1. Keterampilan mengambil keputusan dan resiko moderat, serta buka atas dasar
kebetulan belaka.
2. Energik, khususnya dalam berbagai bentuk kegiatan inovatif
3. Memiliki sikap tanggung jawab individual
4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan
tolak ukur satuan uang sebagai indicator keberhasilan.
5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang
6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan kepemimpinan
dan manajerial.

2.3.2 Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan


berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.

Menurut pengertian dari para Pakar-pakar, maka dapat disimpulkan


bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik
yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang
kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian
diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah
lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.

Berikut ini adalah beberapa semangat dan pribadi seorang wirausahawan


yang memacunya untuk bisa menjadi sukses:

1. Tidak mudah putus asa


Menjalankan usaha, bukan perkara mudah. Pasti banyak tantangan dalam
menjalaninya. Contoh : membuka sebuah café. Kita sudah tahu ada berapa banyak
café yang telah berdiri. Pastinya akan menemui persaingan yang sangat berat. Jika
café kita sepi, bisa saja orang memutuskan berhenti. Tidak begitu dengan orang
yang ingin sukses. Bila persaingan ketat, yang kita perlukan adalah sebuah
pembaharuan, sesuatu yang membuat café kita berbeda agar bisa lebih diperhatikan
oleh konsumen. Karenanya, semangat untuk tidak putus asa haruslah tetap dijaga.

2. Bekerja sama
Anda punya ide unik untuk sebuah usaha, dan anda tidak punya modal dalam
bentuk uang yang cukup. Bila anda merupakan orang yang bisa berkomunikasi
dengan baik dan bekerja sama dengan orang lain, uang bukan lagi persoalan bagi
anda untuk memulai sebuah usaha. Anda bisa minta bantuan pada kerabat atau
teman anda untuk membuka usaha tersebut.

3. Jujur
Dalam bekerja sama, kejujura sungguh sangat penting. Bukan itu saja.
Kejujuran merupakan aspek penting dalam kehidupan. Begitu juga dengan
wirausaha. Bila anda tidak jujur. Saya berani jamin. Usaha anda tidak akan
berlangsung lama. Oleh karena itu, junjunglah dengan tinggi sikap jujur itu.

4. Tidak cepat puas


Jangan menjadi orang yang cepat puas bila usaha anda sudah terbilang cukup
sukses. Kita lihat sedikit pada beberapa perusahaan yang sudah sangat sukses.
Apakah mereka berhenti begitu saja saat sudah sukses? Tidak, mereka selalu
berusaha menemukan lagi hal-hal lain yang bisa membantu mengembangkan usaha
mereka itu.

5. Jangan takut salah / gagal


Kegagalan merupakan sebuah pelajaran dan pengalaman dalam sebuah usaha.
Bila anda takut gagal. Lebih baik anda tidak memulai sama sekali usaha itu. Begitu
banyak pengusaha yang sukses saat ini, saat ditanyakan, mereka semua pasti pernah
menemui kegagalan. Dan kegagalan itulah yang memicu kemajuan mereka saat ini.
Kegagalan pasti pernah terjadi dalam hidup seseorang. Tinggal bagaimana kita
menyikapinya.

2.4 Sikap Seorang Wirausahawan

1. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki
kedisiplinan yang tinggi. Disiplin berarti ketepatan komitmen wirusahawan
terhadap tugas dan pekerjaannya. Hal tersebut berlaku menyeluruh dalam ketepatan
terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja, dan sebagainya.
2. Komitmen Tinggi
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki
komitemen yang jelas, terarah, dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan),
terlebih terhadap konsumennya. Seorang wirausahawan yang teguh menjaga
komitmennya kepada konsumen akan memiliki nama baik yang pada akhirnya,
wirausahawan tersebut mendapat kepercayaan dari konsumen.

3. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan oleh seorang
wirausahawan. Padahal, kejujuran seorang wirausahawan akan berdampak
langsung terhadap kepercayaan konsumen. Ketika kejujuran sudah dijunjung tinggi
oleh seorang wirausahawan, maka kepercayaan konsumen juga akan semakin
meninggi.

4. Kreatif dan Inovatif


Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memliki
daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara
berpikir yang maju dan penuh dengan gagasan-gagasan yang baru dan berbeda
dengan produk-produk yang telah ada saat ini.

5. Mandiri
Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pada
pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi
kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dari pihak lain.

6. Realistis
Seorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta
atau realita sebagai landasan yang berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan
keputusan maupun tindakan atau perbuatannya. Banyak wirausahawan yang
berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena tidak
bersikap realistis, tidak objektif, dan tidak rasional dalam pengambilan keputusan
bisnisnya.

2.5 Kelemahan Kewirausahaan Di Indonesia


Beberapa kelemahan Wirausaha Indonesia
Heidjrachman Ranu Pandojo menulis bahwa sifat-sifat kelemahan orang Kita
bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, tan tanpa
orientasi yang tegas.
Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat mentalitet yang meremehkan mutu
2. Sifat mentalitet yang suka menerabas
3. Sifat tak percaya kepada diri sendiri
4. Sifat tak berdisiplin murni
5. Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.

Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di atas sudah banyak kita saksikan
dalam praktik pembangunan di negara ini. SD Inpres yang roboh sebelum
waktunya, jalan dan jembatan yang kembali rusak hanya dalam beberapa waktu
sesudah diperbaiki, barang-barang yang kurang berfungsi dan sebagainya adalah
cermin sifat meremehkan mutu. Sikap ikut-ikutan dalam berinvestasi sehingga
dalam waktu yang relatif singkat suatu obyek akan sudah jenuh sehingga semuanya
akan menderita rugi, hal ini merupakan petunjuk betapa para kaum usahawan
kurang mampu menemukan dirinya sendiri dan lebih suka mengekor pendapat
orang lain.

Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita ambil saja contoh pada waktu
ada kontrol semuanya berusaha baik, berusaha disiplin, tetapi sesudah tidak
dikontrol semuanya berjalan berantakan lagi, tidak ada disiplin lagi, tidak ada
ketertiban lagi. Akhirnya, banyak hal-hal yang berjalan secara tersendat-sendat
hanya karena tidak ada kesinambungan dalam penggarapannya yang disebabkan
para pelaksana memiliki pekerjaan yang berangkap-rangkap, ini adalah cermin
sikap tidak bertanggung jawab yang masih banyak menghinggapi bangsa kita.
Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yang terletak
pada super strukturnya. Di dalam ekonomi pembangunan, ada 3 elemen penting
yang menunjang pembangunan yaitu infra struktur, struktur ekonomi,
superstructure.Infra struktur adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan,
pelabuhan, irigasi, alat transportasi, telepon dan sebagainya. Struktur ekonomi
adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta tenaga manajemen yang
berpandangan luas. Kemampuan mengadaptasi teknologi dan juga tersedia pasar
produksi.

Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat. Semangat


kerja ulet, tak kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya.
Bangsa Jepang dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah Perang
Dunia II, adalah karena merek unggul dalam superstructure ini. Bandingkan dengan
negara kita dengan segala kelemahannya, kurang bertanggung jawab, ingin cepat
kaya, mencuri, memalsukan dokumen-dokumen, cuci tangan, cepat puas, ingin
santai. Demikian pula bangsa kita apabila sudah memperoleh uang/gaji lumayan,
mereka cenderung memperbanyak waktu santai.

Soetrisno Prawirohardjono menggambarkan dalam sebuah kurva, bagaimana


perubahan upah berpengaruh pada waktu santai.

Gambar : Pengaruh Upah dengan Waktu Santai


Sumbu vertikal menggambarkan pendapatan atau roti ekonomi (economic
pie) dan asis menggambarkan penggunaan tenaga kerja dalam waktu sehari (24
jam). Pada waktu pendapatan rendah jumlah jam kerja yang digunakan hanya
sebesar 0W1 jam kerja dengan mendapatkan roti ekonomi 0R1. Dengan
meningkatnya pembangunan jumlah jam kerja yang digunakan menjadi 0W2
dengan mendapatkan pendapatan 0R2, dimana leisure time (waktu terluang) hanya
tinggal W2W (katakan 7 jam). Dengan meningkatnya pendapatan (upah makin
tinggi) maka orang cenderung mengurangi jam kerjanya yaitu dimana pendapatan
setinggi 0R3 maka jam kerja yang digunakan hanya 0W3 dan waktu istirahat yang
dinikmati sekarang menjadi W3W yang berarti ada pertambahan sebesar W3W2.
Kecenderungan demikian adalah bersifat universal atau bersifat 'human'. Perbedaan
bagi setiap bangsa terletak pada penawaran yang berbelok ke kiri tersebut (antara
BL dalam kurva 0L). Bagi bangsa Indonesia (khususnya Jawa) yang dikatakan
'mudah puas' lamban dan lain-lain misalnya dapat ditunjukkan dengan kurva
penawaran tenaga kerja 0L1. Dengan hanya mendapatkan upah 0R4, kurva sudah
berbelok ke kiri yaitu dimulai dari titik B1. Masyarakat kita begitu cepat ingin
menikmati waktu santai, walaupun penghasilannya belum begitu tinggi. Lihatlah
pada hari mulai libur Jumat sore, Sabtu, minggu jalan-jalan ke daerah tujuan wisata
macet total. Kebiasaan lain yang kurang baik yaitu, memanfaatkan hari-hari
'terjepit' untuk bolos, minta ijin tidak masuk kantor. Perilaku ini semua akan
menurunkan prestasi kerja. Sebaiknya waktu istirahat atau leisure dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan mental dan keterampilan peningkatan kebudayaan
bangsa, meningkatkan kesejahteraan, dan lain-lain.

2.6 Motivasi Kewirahausahaan


Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif,
yaitu:
1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang
melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.

Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang


berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgess (1993:6)
ada tujuh motif :
1. The desire for higher income.
2. The desire for more satisfying career.
3. The desire to be self-directed.
4. The desire for the prestige that comes to being a business owner.
5. The desire to run with a new idea or concept.
6. The desire to build long-term wealth.
7. The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.

Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita


(1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni:
1. Alasan keuangan, yakni untuk mencari nafkah untuk menjadi kaya, untuk
mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial, yakni untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat
dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar
dapat bertemu dengan orang banyak.
3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk
menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa
depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami atau
istyri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.
4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau mandiri, untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada
orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan
kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari
kewirausahaan, yaitu:
1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.
3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-
usaha seseorang.

2.6.1 Keterkaitan antara Motivasi Berprestasi dengan Kewirausahaan


Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan, dengan kata lain motivasi berfungsi
sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Hal ini berarti motivasi
berprestasi sangat diperlukan oleh seorang wirausahawan untuk memajukan
usahanya. Oleh sebab itu, dengan memiliki motivasi berprestasi dalam menjalankan
wirausaha seorang wirausahawan akan mampu berpikir inovatif, dan kreatif serta
memiliki semangat juang (motivasi berprestasi) dalam mengembangkan usaha yang
dirintisnya.

Contohnya seorang wirausahawan konveksi busana muslim anak-anak di


Surabaya. Pada awalnya dia memulai usaha koveksi busana muslim anak-anak
tebatas hanya di daerah sekitar tempat tinggalnya. Bahkan kegiatan produksi yang
dalam hal ini menjahit busana muslim dikerjakannya sendiri secara langsung. Hal
ini disebabkan terbatasnya modal yang dimiliki dan kurangnya kepercayaan diri
untuk mencoba memasarkan busana muslim anak-anak tersebut di luar kota tempat
tinggalnya. Namun hal ini mulai berubah ketika dia mendapatkan pesanan baju
busana musim dari luar daerah tempat tinggalnya. Peristiwa ini mampu
menumbukan motivasi berprestasi pada pengusaha tersebut yang pada akhirnya
mendorongnya untuk mengajukan pinjaman di bank untuk mengajukan usahanya.
Tidak berhenti sampai di situ, wirasahawan tersebut semakin intens mencari ide-ide
baru untuk mengembangn motif dan model produk busana muslimnya. Saat ini
wirausahawan tersebut telah mampu memasarkan produknya ke kota-kota besar di
Pulau Jawa (“Program Hidup Ini Indah” Trans TV, 2009)
Pengembangan motivasi berprestasi dalam rangka mengembangkan mental
kewirausahaan akan menghasilkan manusia yang memiliki potensi, produktif, dan
tangguh dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian keberadaan
motivasi berprestasi dapat memberikan dorongan untuk mencapai penghargaan dan
kepuasan yang mengarah pada usaha di masa datang.

Mc Clelland menggunakan istilah n-Ach (Need for Achievement) atau


motivasi berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi; motif
berprestasi ditemukan pada suatu macam pikiran yang berhubungan dengan
melakukan sesuatu yang baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik daripada
yang sebelumnya, lebih efisien dan lebih cepat, kurang menggunakan tenaga
dengan hasil baik dan sebagainya.

Ukuran keunggulan adalah dapat berupa prestasi orang lain maupun prsetasi
diri individu tersebut sebelumnya. Sebagai contoh setiap orang diminta
mengemukakan pikirannya secara spontan: Si A bercerita, seorang pemuda yang
sedang belajar untuk ujian, namun sulit memusatkan pikirannya karena selalu
teringat akan pacarnya, sedangkan si B bercerita mengenai seorang anak muda yang
tekun berusaha mendapatkan angka yang baik dalam ujian, karena ia ingin masuk
sekolah kejuruan, Ia bekerja sampai jauh malam takut kalau kurang berhasil dan
lain-lain. Si B jelas memiliki pikiran-pikiran yang ber n-Arch lebih banyak daripada
si A dan mendapatkan angka yang lebih tinggi. Metode yang didapatkan dalam hal
ini adalah pemikiran-pemikiran yang sedemikian itu boleh dikatakan jitu dan
obyektif (Wyner, 1984).

Witterbootom menyatakan bahwa anak yang mempunyai motivasi


berprestasi tinggi didapatkan pada keluarga yang orang tuanya telah melatih
anaknya untuk berdiri sendiri dan menguasai kecakapan tertentu. Namun menurut
Heckhausen dinyatakan motivasi berprestasi bukan diakibatkan dari latihan berdiri
sendiri sedini mungkin akan tetapi latihan pada umur delapan tahun. Latihan dini
untuk percaya pada diri sendiri dapat membantu motif berprestasi hanya apabila itu
sesuai dengannya (Heckhausen, 1966). Di samping itu Heckhausen menerima dan
berusaha mengembangkan teori McClelland tentang motivasi berprestasi ke arah
kognitif. Ia mendefinisikan motif berprestasi sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan atau mempertahankan kecakapan-kecakapan pribadi setinggi
mungkin dalam segala aktivitas dan suatu ukuran keunggulan yang dilakukan
sebagai pembanding dalam melakukan aktivitas tersebut. ada dua kemungkinan
yaitu "berhasil atau gagal".

Di dalam memberikan penilaian terdapat tiga ukuran keunggulan :


1. Yang berhubungan dengan tugas, yaitu menilai berdasarkan kesempurnaan
hasil.
2. Berhubungan dengan diri sendiri, yaitu membandingkan dengan hasil diri-
sendiri, atau prestasi sendiri sebelumnya.
3. Berhubungan dengan orang lain, membandingkan hasil dengan hasil orang
lain.

Dikemukakan pula bahwa motivasi berprestasi mempunyai beberapa disposisi


penilaian :
1. Jika motif berprestasi lebih kuat, perbedaan antara bayangan diri yang nyata
dan ideal akan lebih besar.
2. Orang berorientasi sukses akan lebih mengharapkan kemungkinan sukses,
dan yang berorientasi gagal, akan lebih mengharapkan kemungkinan
kegagalan dalam mencapai prsetasi.
3. Tingkat apresiasi yang berorientasi antara sukses biasanya hanya sedang dan
yang berorientasi gaga; biasanya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
4. Subjek yang bermotivasi sukses sebagai akibat faktor yang mantap, seperti
kemampuan dan menganggap kegagalan bukan kareana faktor tersebut akan
tetapi sebagai akibat kurangnya usaha : monumental.

2.6.2 Sikap Motivasi Berprestasi dalam Kewirausahaan


Istilah entrepreneur atau kewiraswastaan atau kewirusahaan dapat diartikan
sebagai suatu kepribadian sikap kemampuan berwirausaha atau kemampuan yang
unggul dalam menciptakan suatu usaha. Darustam dkk (1994), menyatakan bahwa
di Indonesia wiraswasta adalah entrepreneur yang berdasarkan Pancasila. Oleh
karena itu pembinaan kewiraswastaan terletak pada :
1. Pembentukan sikap mental maju.
2. Membersihkan diri dari sikap mental negatif.
3. Membentuk sikap mental positif.

Seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan


menempuh usaha dengan segala resiko dan diambil atau dihadapi dalam
memperjuangkan usahanya mencapai keberhasilan atau dinyatakan berprestasi.
Dalam hal ini kemampuan seorang wirausahawan harus mampu berpikir kreatif dan
inovatif serta memiliki semangat juang (mitivasi berprestasi) yang tinggi, sehingga
mampu menanggung resiko dalam setiap pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, seseorang haruslah memiliki :
1. Ketrampilan berpikir kreatif.
2. Ketrampilan dalam mengambil keputusan.
3. Ketrampilan dalam kepemimpinan.
4. Ketrampilan manajerial.
5. Ketrampilan dalam bergaul antar manusia (human relation).
Untuk dapat mengembangkan diri individu tersebut, (Darustam dkk, 1995)
harus berupaya melalui :
1. Pendidikan belajar sendiri.
2. Berlatih diri berwiraswasta / wirausaha.
3. Membentuk mental yang selalu ingin maju.
4. Percaya diri sendiri.
5. Melalui kebiasaan bersedia rajin berupaya.
Dalam kaitannya dengan pengembangan mental wirausaha maka diperlukan
pula pengembangan sumber daya manusia yang diharapkan sukses sebagai seorang
wiraswastaan. Mereka hendakmya memiliki sikap mental :
1. Penuh gagasan, ide.
2. Penuh inisiatif dan prakarsa.
3. Penuh daya cipta dan kreativitas.
4. Memiliki self motivation yang tinggi.
5. Dapat bekerja sama.
6. Tahu apa maunya hidup ini.
7. Tahu menghitung resiko.
8. Mampu mencegah hambatan mental.
9. Selalu meningkatkan ketrampilan dan salesmanship.

Atas dasar pendapat diatas dapat digambarkan hendaknya para wirausahawan


di samping memiliki kemampuan managerial skill juga harus memiliki kemampuan
mental yang tangguh, selalu ingin maju, sukses atau dengan istilah lain mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi dalam mengaktualisasikan kemampuannya dan
harapannya.

Enam sifat individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut
Heckhausen antara lain:
1. Lebih mempunyai kepercayaan dalam menjalankan tugas yang berhubungan
dengan prestasi.
2. Mempunyai sikap yang berorientasi ke masa depan dan lebih dapat
menangguhkan pemuasan untuk dapat menjalankan penghargaan.
3. Memilih tugas yang kesukarannya sedang.
4. Tidak suka membuang-buang waktu.
5. Dalam mencari pasangan lebih suka yang memiliki kemauan dari pada
simpatik.
6. Lebih tangguh dalam suatu tugas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi antara lain:
1. Inteligensi
Inteligensi adalah kemauan mental yang kompleks yang ada pada diri
seseorang. Makin tinggi inteligensi seseorang maka akan semakin cepat dan cermat
dalam membaca, memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan
semakin tinggi pula tingkat kreativitas yang dilakukan untuk berprestasi.

2. Kebutuhan dan Pendidikan


Tingkat pendidikan serta variasi, macam keilmuan yang dikuasai akan
melatarbelakangi sikap hidup, konsep diri dan perilaku seseorang dalam
menghadapi macam dan tingkat kebutuhan baik yang berasal dari dalam diri
maupun dari luar individu dalam kehidupan sehari-hari. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang makin luas cakupan pengetahuan yang dikuasai atau
diperolehnya baik secara teoritis maupun praktis.

2.6.3 Cara Menumbuhkan Motivasi Berprestasi dalam Berwirausaha


Motivasi berprestasi sangat dibutuhkan dalam berwirausaha. Karena dengan
memiliki motivasi berprestasi akan menumbuhkan inovatif, kreatif, serta semangat
untuk memajukan usaha yang dikelola.

Berikut adalah alur yang menunjukkan keterkaitan antara motivasi dengan


kewirausahaan.
Beberapa cara menumbuhkan motivasi berprestasi dalam berwirausaha antara lain:
1. Dengan paksaan (by force) atau melalui perintah atau instruksi bersifat
memaksa. Pada awalnya subyek akan melakukan tugas didasarkan pada rasa takut
apabila menolak tugas tersebut. Metode ini sangat tepat dilaksanakan oleh
mentor/coach kepada orang yang ingin maju tetapi tidak menyadari potensi raksasa
di dalam dirinya
2. Dengan persuasif (persuasion) melalui cerita-cerita yang menarik, sehingga
subyek terpikat dan atas kemauan sendiri meniru gambaran tentang keberhasilan
orang lain. Metode ini tepat untuk menumbuhkan motivasi wirausahawan yang
belum banyak memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang kewirausahaan.

3. Dengan stimulasi (stimulation) melalui gambaran dan petunjuk, sehingga


subyek tertarik dan timbul inisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Metode stimulasi ini akan lebih baik, bila
diterapkan pada subyek yang sudah memahami permasalahan kewirausahaan.

4. Belajar dari konsep 3M


a. Mulai dari yang kecil
b. Mulai dari diri sendiri
c. Mulai saat ini juga

Anda mungkin juga menyukai