Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B"
(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati
atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi
pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan
berbagai negara Asia.
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan
berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform,
arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa
juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau
diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah
adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam
tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
Virus hepatitis B juga disebut hepatitis serum. Terdapat berbagai uji serologik untuk
mendiagnosis HBV dan untuk mengetahui daya tular serta prognosis penderita. Uji-uji
yang tersedia secara komersial meliputi pemeriksaan antigen permukaan hepatitis B
(hepatitis B surface antigen, HBsAg), antibodi HBsAg (anti-HBs), antibodi inti hepatitis B
(anti HBc), antibodi IgM spesifik inti hepatitis B (IgM anti HBc), antigen e hepatitis B
(HBeAg), antibodi e hepatitis B (anti-HBe).
1.2. Manfaat dan Tujuan
a. Mengetahui pemeriksaan HbsAg
b. Untuk mengetahui adanya antigen virus Hepatitis B Surface (HBs Ag)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus,
bakteri, penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai
penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Saat ini, telah
ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT
(masih dalam tahap penelitian).. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut
Hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus
hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya,
seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab
hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
2.2. Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis dapat
dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus.
Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh
virus. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus
disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya penyebab
hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis B dan C dapat berkembang
menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan komplikasi lainnya yang dapat
mengakibatkan kematian.
Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning.
Sebenarnya hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain
adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil
komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan maupun
kehadiran parasit dalam organ hati (liver). Salah satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis
symptoms) adalah timbulnya warna kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata.
Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan
semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah
mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.
Patofisiologi
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa
sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi
kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat
kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga
terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan
(anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang
masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak
hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral
racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang
banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan

dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.


Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi
hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak
khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan
hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu
hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif
2.4. Gambaran klinis Penyakit Hepatitis
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
a. Hepatitis kronik.
Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai
perasaan lelah yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi
portal (asites, perdarahan varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium
yang sudah lanjut. Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin,
transminase dan globulin serum. Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan
morfologis yang khas untuk hepatitis kronik.
b. Hepatitis akut.
Pada umumnya, hepatitis tipe A, B, dan C mempunyai perjalanan klinis yang
sama. Hepatitis tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan
sering dihubungkan dengan serum-sickness. Serangan yang teringan tidak
menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya transminase serum.
Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa
prodmoral kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya
merasa tidak enak badan, menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan
nausea, dan kemudian ada panas badan ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas,
yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada nafsu untuk merokok atau
minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang malam dan pasien
merasa sengsara. Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat. Hati
dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan
sembuh.
Manifestasi Klinik
Stadium Praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas,
urin menjadi lebih coklat.
Stadium Ikterik, berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi
pasien masih lemah anoreksia, dan muntah. Hati membesar dan nyeri tekan.
Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Serangan Ikterus biasanya
pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodromal, kurang lebih 3-4 hari
sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa tidak enak makan,
menderita gejala digestive terutama anoreksia dan nausea dan kemudian ada
panas badan ringan, ada nyeri di abdomen kanan atas yang bertambah pada
tiap guncangan badan. Masa prodormal diikuti warna urin bertambah gelap dan
warna tinja menjadi gelap, keadaan demikian menandakan timbulnya ikterus dan
berkurangnya gejala : panas badan menghilang, mungkin timbul bradikardi.
Setelah kurang lebih 1-2 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan

sembuh. Tinja menjadi normal kembali dan nafsu makan pulih. Setelah
kelihatannya sembuh rasa lemah badan masih dapat berlangsung selama
beberapa minggu.
Stadium pasca ikterik. Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi.Penyembuhan pada ank-anak lebih cepat lebih cepat dari orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
2.5. Pengertian Hepatitis B
Virus hepatitis B (VHB) adalah virus DNA, suatu prototif virus yang termasuk
keluarga Hepadnaviridae. Virus ini memiliki DNA yang sebagian berupa untaian tunggal
(single stranded DNA) dan DNA polymerase endogen yang berfungsi menghasilkan
DNA untaian ganda (double stranded DNA, dsDNA). Virion lengkap VHB terdiri atas
suatu struktur berlapis ganda dengan diameter keseluruhan 42 nm. Bagian inti sebelah
dalam (inner core) yang berdiameter 28 nm dan dilapisis selaput (envelop) yang
tebalnya 7 nm mengandung dsDNA dengan berat molekul 1.6X 106. Bagian envelop
yang mengelilingi core terdiri atas kompleks dengan sifat biokimia heterogen ; bagian ini
mempunyai sifat antigen berbeda dengan antigen core (HBcAg) dan disebut antigen
permukaan hepatitis B surface antigen (HbsAg). HbsAg diproduksi lebih banyak oleh
hepatosit yang terinfeksi dan dilepaskan ke dalam darah sebagai partikel bulat
berukuran 17-25 nm (diametrer rata-rata 20 nm) dan sebagian partikel tubuler
berdiameter sama yang panjangnya berkisaran antara 100-200 nm.
Antibodi terhadap HBcAg dan HBsAg masing-masing disebut anti HBc dan antiHBs. Keberadaan anti-HBs dalam sirkulasi melindungi seseorang terhadap infeksi
dengan VHB. Selain kedua jenis antigen di atas antigen lain yang diketahui adalah
HBeAg yang merupakan bagian integral dari kapsid virion VHB. HBeAg dapat beredar
bebas dalam darah atau membentuk kompleks dengan IgG. Karena kaitannya sangat
erat dengan nukleokapsid VHB, maka HBeAg merupakan petanda yang dapat dipercaya
yang menunjukkan banyaknya virion dalam serum. Sebaliknya ant HBe digabungkan
dengan kadar virion yang lebih rendah.Hepatitis B adalah salah satu peradangan hati
yang disebabkan oleh suatu virus hepatitis B. Hepatitis B muncul dalam darah dan
menyebar melalui kontak dalam darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi atau
penggunaan bersama jarum obat. Hepatitis B merupakan penyakit yang dapat berjalan
akut maupun kronik. Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh secara sempurna dan
mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan.
Virus hepatitis B dengan komponen antigen permukaan (HbsAg). Diameter 42 nm,
dengan core 4 nm. coat virion merupakan surface antigen atau HbsAg . Suface
antigen biasanya diproduksi berlebihan sehingga dijumpai dalam darah penderita. Pada
hepatitis agresif, hati mengalami peradangan kronik, fibrotik dan mengecil dan dapat
menjurus. Gejalanya meliputi penyakit kuning, lemah, rasa sakit pada perut dan muntah.
2.6. Cara Penyebaran Virus Hepatitis B
Penyebaran virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara :
A. Penularan melalui kulit (perkutan)
Penularan perkutan terjadi jika bahan yang mengandung HBsAg/partikel virus
hepatitis B intak masuk atau dimasukkan ke dalam kulit. Terdapat 2 keadaan cara
penularan ini :
Penularan perkutan yang nyata :
Terjadi jika bahan yang infeksius masuk melewati kulit; melalui penyuntikan
darah atau bahan yang berasal dari darah, baik secara intravena atau tusukan
jarum :

a. Hepatitis pasca transfusi


Hepatitis virus B akut dapat timbul sebagai akibat transfusi darah yang
mengandung HBsAg positip. Dengan melakukan uji saring darah donor
terhadap adanya HBsAg, maka jelas terdapat penurunan prevalensi kejadian
hepatitis pasca transfusi.
b. Hemodialisa
Prevalensi yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun kronik, telah
dilaporkan pada penderita dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa berkala.
c. Alat suntik
Penularan lewat suntikan dengan mempergunakan alat yang tidak steril, telah
lama dikenal. Sering sesudah imunisasi masal terjadi letupan hepatitis
beberapa waktu kemudian.
Penularan perkutan tidak nyata :
Penularan perkutan yang tidak nyata bisa terjadi. Banyak penderita mendapat
hepatitis virus B dan tidak pernah dapat mengingat bahwa mereka mendapat
trauma pada kulit atau hal lain, virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang
sehat, namun dapat melalui kulit yang mengalami kelainan penyakit kulit.
Penularan yang tidak nyata ini sangat mungkin memegang peranan penting
dalam menerangkan jumlah pengidap HBsAg yang sangat besar.
Penyebaran melalui selaput lendir
Penyebaran peroral
Cara ini terjadi jika bahan yang infeksius mengenai selaput lendir mulut. Cara ini
tidak sering menimbulkan infeksi. Agaknya penularan melalui mulut hanya terjadi
pada mereka dimana terdapat luka didalam mulutnya :
Penyebaran seksual
Cara ini terjadi melalui kontak dengan selaput lendir saluran ginjal, sebagai
akibat kontak seksual dengan individu yang mengandung HBsAg positip yang
bersifat infeksius. Infeksi dapat terjadi melalui hubungan seksual baik
heteroseksual maupun homoseksual. Hal ini dimungkinkan oleh karena cairan
sekret vagina dapat mengandung HBsAg.
Penularan perinatal (transmisi vertikal)
Penularan perinatal ini disebut juga sebagai penularan maternal neonatal dan
merupakan cara penularan yang unik. Penularan infeksi virus hepatitis B terjadi
dalam kandungan, sewaktu persalinan, pasca persalinan.
2.7. Pengertian HbsAg
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)
merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini
dinamakan antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter
peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia.
HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul
di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi,
mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg
merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3 5 minggu. Pada kasus yang
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada
kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan dan tidak adanya
anti-HBc IgM. Beberapa kasus menunjukkan peningkatan menjadi hepatitis kronis
berhubungan dengan adanya penyakit kronis yang diderita, misalnya kegagalan ginjal,
infeksi HIV, dan diabetes..HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan

sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah
carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Gambaran HbsAg
2.8. Pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk
keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta
digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat
untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau
superinfeksi dengan virus lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus
hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan
infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc
dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi
rendah.
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk
mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah
hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun,
meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B
tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu
parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi
hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka
berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir
yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.
Ada tiga pemeriksaan standar yang biasa digunakan untuk menegakkan diagnosa
infeksi hepatitis B yaitu:
a. HBsAg (hepatitis B surface antigen): adalah satu dari penanda yang muncul dalam
serum selama infeksi dan dapat dideteksi 2 -8 minggu sebelum munculnya kelainan
kimiawi dalam hati atau terjadinya jaundice (penyakit kuning). Jika HBsAg berada
dalam darah lebih dari 6 bulan berarti terjadi infeksi kronis. Pemeriksaan HBsAg
bisa mendeteksi 90% infeksi akut.
Fungsi dari pemeriksaan HBsAg diantaranya :
- Indikator paling penting adanya infeksi virus hepatitis B
- Mendiagnosa infeksi hepatitis akut dan kronik
- Tes penapisan (skrining) darah dan produk darah (serum, platelet dll)
- Skrining kehamilan
b. Anti HBs (antibodi terhadap hepatitis B surface antigen): jika hasilnya reaktif/positif
menunjukkan adanya kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis B yang berasal dari
vaksinasi ataupun proses penyembuhan masa lampau.
c. Anti HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B): terdiri dari 2 tipe yaitu Anti HBc
IgM dan Anti HBc IgG.
Anti HBc IgM:
- Muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi dan bertahan hingga 6 bulan.
- Berperan pada core window (fase jendela) yaitu saat dimana HBsAg sudah hilang
tetapi anti-HBs belum muncul
Anti HBc IgG:
- Muncul sebelum anti HBcIgM hilang
- Terdeteksi pada hepatitis akut dan kronik
- Tidak mempunyai efek protektif
Interpretasi hasil positif anti-HBc tergantung hasil pemeriksaan HBsAg dan Anti-

HBs.
2.8.1. Metode : Rapid Tes/ Imunokromatografi
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi antigen pada permukaan virus Hepatitis B dalam serum
secara kualitatif.
b. Alat dan bahan :
Serum atau plasma
New Spot HBsAg Test Device
c. Prinsip :
Ketika serum/plasma ditambahkan dalam sampel pad, serum akan bergerak
menuju pada konjugat yang dilapisi dengan gold-monoclonal antibody sebagai
anti HBs konjugat. Campuran tersebut bergerak di sepanjang membran oleh
aksi kapiler dan bereaksi dengan cocktail monoclonal dan polyclonal antibody
anti HBs yang melapisi area test. Apabila terdapat HBsAg pada tingkat
minimal 0,5 ng/ml, hasilnya terbentuk warna pada tes tersebut. Jika tidak ada
HBsAg dalam sampel, warna pada area tidak akan nampak. Selanjutnya
sampel akan menuju ke kontrol area dan membentuk warna merah / ungu
mengindikasikan bahwa tes bekerja dan hasilnya valid.
d. Cara kerja :
1. Semua spesimen dan test device harus dipersiapkan dalam kondisi yang
sesuai dengan suhu ruang sebelum digunakan kira-kira 20-30 menit.
2. Masukkan serum kedalam lubang sampel sebanyak 100
3. Tunggu hingga muncul garis warna merah atau ungu pada test.
4. Baca Interpretasi dalam 20-30 menit.
e. Interpretasi hasil :
Positif (+) : Adanya dua garis warna pada tanda T dan C
Negatif (- ) : Hanya ada satu garis warna pada kontrol (C)
Invalid : Tidak ada garis warna pada kontrol (C)
2.8.2. Metode : pasif aglutinasi latex
a. Prinsip :
HbsAg dalam serum akan berekasi dengan antibodi HbsAg yang reaktif yang
dilekatkan pada latex yang ditandai dengan aglutinasi yang jelas.
b. Alat dan bahan:
Paper slide
Reagen latex HbsAg
Stick
Rotator
c. Cara kerja:
1. Disiapkan paper slide yang bersih dan baru
2. Dipipet masing-masing
Kontrol (+) Kontrol (-) Sampel
Kontrol (+) 1 tetes - Kontrol (-) - 1 tetes Serum - - 50 mikro
Reagen latex 1 tetes 1 tetes 1 tetes
3. Diaduk menggunakan stik membentuk lingkaran
4. Diletakkan dan digoyang diatas rotator 200 rpm selama 5 menit dan
dibaca hasilnya

5. Hasil postif terdapat aglutinasi


2.8.3. Pemeriksaan Hepatitis B metode ELISA
a. Prinsip :
Pencucian untuk menghilangkan pembungkus antigen terbentuk
kompleksbiotin dan streptolisin menghubungkan alkalin fosfat mengkatalisis
hidrolis dan substrat menghasilkan fluoresensi, diukur pada panjang
gelombang 450 nm. Intensitas dari fluoresensi sebanding dengan kualitas
Anti-HBs pada serum.
b. Alat dan bahan
Alat
1. Mikropipet
2. Yellow tape dan blue tape
3. Mini vidas
4. Tabung reaksi
5. Tissue
Reagensia :
1. Reagen standart (S1)
2. Reagen Kontrol 1 dan 2 (C1 dan C2)
c. Cara kerja
1. Persiapan reagen
2. Semua reagen disimpan pada suhu kamar sebelum pemeriksaan
3. Larutan pencuci konsentrat diencerkan 1 : 10 dengan aquadest (50 ml
larutan konsentrat dengan 450 ml aquadest). Larutan pencuci yang telah
diencerkan dapat disimpan sampai 2 minggu pada suhu 2-8 C)
4. Perbandingan antara jumlah strip, pelarut konjugat dan konjugasi
konsentrat :
Jumlah strip 1 2 3 4
Pelarut konjugat (ml) 1,0 2,0 4,0 6,0
Konjugat konsentrat (l) 20 40 80 120
d. Prosedur pemeriksaan :
1. Dipipet masing-masing 100 l serum control (+), serum control (-), dan
sample yang akan dianalisa, kemudian dimasukkan ke dalam tiap sumur
yang telah ditandai, kecuali blanko
2. Plate ditutup dengan kertas pelekatdan diinkubasi pada suhu 37 40
C selama 1 jam
3. Plate diangkat lalu kertas perekat dibuang. Kemudian diisap dengan
aspirator lalu diisi dengan larutan pencuci. Teknik penghisapan dan
pencucian diulangi sebanyak 4 kali. Setelah pencucian terakhir, larutan
yang teersisa dalam sumur tersebut diserap dengan tisu (tahap 3)
4. Ditambahkan 100 l larutan konjugat kedalam masing-masing sumur
kecuali sumur untuk blanko
5. Plate ditutup dengan kertas perekat dan diinkubasi pada suhu 37-40
C selama 30 menit.
6. Menjelang 5-10 menit inkubasi kedua berkhir, encerkan larutan
kromogen dengan buffer substrat, larutan ini dibuang jika memberikan
warna biru
7. Plate tersebut diangkat dan kertas perekatnya dibuang. Lakuakan
teknik pencucian plate seperti tahap III
8. Ditambahkan 100 l substart-TMB kedala masing-masing sumur
9. Diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit

10.Reaksi dihentikan dengan menambahkan 100 l H2SO4 dalam


masing-masing sumur
11.Pembacaan sumur blano dilakukan pada panjang gelombang 450 nm,
dilanjutkan dengan pembacaan masing-masing absorban sumur yang
tidak lebih dari 30 menit
e. Pembacaan Hasil :
1 Negative control [NC] < 0,200
2 Hitung negative control rata-rata [NCx]
3 Negative control harus berada pada range 0,6 1,4 kali dari NCx
4 Tes validatif PC-NCx
5 Cut Off Value (COV) = NCx + 0,050
f. Interpretasi Hasil :
Ada atau tidaknya HBsAg dalam sample yang diperiksa ditentukan
oleh hubungan nilai absorban dari setiap sample dengan nilai Cut Off
(NCO).
Sample positif bila absorban Cut Off Value (COV)
Sample negative bila absorban sample < Cut Off Value (COV)
2.8.4. Pemeriksaan HBsAg metode EIA (Enzime-linked Immunoassay)
Langkah Kerja :
1. Antibodi yang spesifik terhadap antigen dilekatkan pada suatu permukaan
fase padat (a solid-phase surface) atau suatu manik-manik plastik.
2. Ditambahkan serum pasien yang mungkin mengandung atau tidak
mengandung antigen.
3. Ditambahkan suatu antibodi yang spesifik terhadap antigen tertentu yang
berlabel enzim (conjugate).
4. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna jika terdapat
enzim. Warna yang terbentuk sesuai dengan jumlah antigen yang terdapat
pada

Anda mungkin juga menyukai