KESEHATAN
REP\,;SUK iNDONES~A
Mengingat
a.
b.
c.
1.
2.
3.
MENTER! KESEHATAN
REPUBLIK lNDONESIA
4.
5.
6.
7.
Keputusan
Kesehatan
Nomor
1224/Menkes/SKlXI/2007
Tentang Pedoman Klasifikasi dan
Kodefikasi Jenis
Pemeriksaan,
Spesimen,
Metode
Pemeriksaaan Laboratorium Kesehatan;
8.
9.
Menteri
KEDUA
PEDOMAN
MENTERIKESEHATAN
REPU6UK ii':OONES!A
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal14 Desember 2010
G RAHAYU SEDYANINGSIH
MENTER! KESEHATAN
REPUBUK. INDONESIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor
: 1792/MENKES/SKXI1I2010
Tanggal : 14 Desember 2010
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perneriksaan laboratorium rnerupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang
tidak terpisahkan dengan kegiatan pelayanan kesehatan lainnya untuk
rnenunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pernulihan kesehatan perorangan ataupun rnasyarakat.
Pelayanan kesehatan berbasis evidence based rnerupakan dasar pelayanan
di laboratoriurn kesehatan. Salah satu di antaranya adalah adanya hasil
perneriksaan laboratoriurn. Sebagai kornponen penting dalarn pelayanan
kesehatan, hasil perneriksaan laboratoriurn kirnia klinik digunakan untuk
penetapan diagnosis, pernberian pengobatan dan pernantauan hasil
pengobatan serta penentuan prognosis.
Pelayanan laboratoriurn kesehatan di Indonesia khususnya di bidang
perneriksaan kirnia klinik saat ini telah diselenggarakan di berbagai jenis dan
jenjang pelayanan, seperti pada Laboratoriurn Puskesrnas, Laboratoriurn
Kesehatan Kabupaten/Kota, Rurnah Sakit Urnurn (RSU) Kabupaten/Kota,
Balai Besar Laboratoriurn Kesehatan (BBLK), Balai Laboratoriurn Kesehatan
(BLK), Rurnah Sakit Urnurn (RSU) Pernerintah dan Swasta rnaupun
Laboratoriurn Klinik Swasta.
Adanya jenjang pelayanan dalarn perneriksaan kirnia klinik karena
rnenggunakan rnetode dan alat yang berbeda serta adanya perkernbangan
i1rnudan teknologi dalarn bidang perneriksaan, rnaka perlu dibuat pedornan
perneriksaan kirnia klinik yang dapat dijadikan acuan bagi tenaga teknis di
laboratoriurn dalarn rnelaksanakan perneriksaan kirnia klinik, agar diperoleh
kesarnaan rnetode perneriksaan dan akhirnya dapat rneningkatkan rnutu hasil
perneriksaan.
MENTERIKESEHATAN
REPUg'.JK INDONESIA
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tersusunnya Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik untuk dapat digunakan
sebagai pedoman pemeriksaan bagi petugas teknis laboratorium
kesehatan di Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Kabupaten/Kota, RSU
Kabupaten/Kota, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK), Balai
Laboratorium Kesehatan (BLK), Rumah Sakit pemerintah dan swasta
maupun Laboratorium Klinik Swasta.
2. Tujuan khusus
a. meningkatkan pengetahuan pelayanan teknis laboratorium klinik
khususnya dalam bidang kimia klinik dalam melakukan praktik
laboratorium yang baik dan benar dalam prosedur pra analitik, analitik
dan pasca analitik sehingga dapat meningkatkan mutu hasil
pemeriksaan.
b. terwujudnya kesamaan metode pemeriksaan parameter kimia klinik.
C. Sasaran
Pedoman pemeriksaan kimia klinik ditujukan untuk petugas teknis
laboratorium
kesehatan
di
Puskesmas,
Laboratorium
Kesehatan
Kabupaten/Kota, RSU Kabupaten/Kota, Balai Besar Laboratorium Kesehatan
(BBLK), Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), Rumah Sakit pemerintah dan
swasta maupun Laboratorium Klinik Swasta.
D. Ruang Lingkup
Pedoman pemeriksaan kimia klinik terdiri dari pra analitik, analitik, pasca
analitik, pemantapan mutu serta kesehatan dan keselamatan kerja. Pedoman
ini membahas pemeriksaan kimia klinik yang umum diperiksa di laboratorium
kesehatan, dan spesimen yang dibahas dibatasi pada spesimen darah yang
berasal dari manusia.
E. Pengertian
1. Akurasi (Ketepatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan analit yang sebenarnya. Akurasi nilai yang
menyatakan tingkat kebenaran hasil pengukuran sesuai dengan standar.
2. Antikoagulan adalah zat yang mencegah pembekuan darah.
MENTER! KESEHATAr'\l
~EPU8UK
INDONESIA
MENTERiKESEHATM~
REPV6UK INDONESiA
MENTERiKESEHATAN
RE?VBUt( INDONESIA
kecepatan putaran
keeepatan sentrifus diukur dalam rpm yang tidak menggambarkan
daya pemisah alat tersebut. Terminologi yang benar adalah
Relative Centrifugal Force (ReF) dalam satuan g yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini atau
menggunakan Nomogram 1
g = radius rotor x rpm2 x 1,118 x 10-5
Radius rotor : panjang lengan rotor dari pusat tungkai pemutar
(em)
g
: diketahui
misalnya
: r 25 em, g 500 maka rpm 1337
MENTER!KESEHATAN
REFUBLlK INDONESIA
MENTERIKESEHATAN
REF'vBUK INDONESiA
MENTER! KESEHATAN
REFvBlIK iNDONESiA
c.
Fotometer
1) prinsip kerja
prinsip kerja fotorneter adalah penyerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat memiliki
absorbansi pada panjang gelombang tertentu yang khas. Setelah
diketahui spektrum kurva serapan suatu zat, dapat ditentukan
panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi untuk zat
tersebut. Panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi
digunakan untuk mengukur kadar zat yang diperiksa. Banyaknya
cahaya yang diabsorbsi oleh zat berbanding lurus dengan kadar
zat. Untuk memastikan ketepatan pengukuran, kadar yang
hendak diukur dibandingkan terhadap kadar yang diketahui
(standar), setelah ditera terhadap blanko.
2) teori cahaya
spektrum panjang gelombang cahaya yang dapat ditangkap mata
manusia adalah antara 380 nm (ungu) hingga 760 nm (merah), di
bawah spektrum ini adalah ultraviolet (UV) dan di atas rentang ini
adalah infra merah. Kecepatan cahaya merambat adalah 3x1010
cm/detik dan kecepatan ini konstan. Maka hubungan antara
panjang gelombang (A.) frekuensi (v) dan energi (E) adalah makin
besar A. maka v berkurang, makin pendek A. maka makin tinggi v,
jika v makin tinggi maka E menjadi semakin besar.
Hubungan antara E, A. dan v oleh Planck dijabarkan sebagai
berikut:
E=hv
E : energi (erg)
h : konstanta Planck (6,62 x 1027 erg.detik)
v : frekuensi (Hertz)
hubungan antara v dengan A. dijabarkan sebagai berikut :
V=~
A
c : kecepatan cahaya dalam keadaan hampa udara
dari kedua persamaan tersebut dapat dibuat persamaan :
E
he
A
persamaan tersebut menunjukkan bahwa E cahaya berbanding
terbalik terhadap A.. Berarti makin pendek A. makin besar E yang
diperlukan.
Tiap zat terdiri atas proton, neuron dan elektron, dengan elektron
berada pada tingkatan energi tertentu. Perubahan dari awal ke
MENTER!KESEHATAN
REPUBUK iNDONESIA
=-
Tb
= -log
T
Tb
2 - log
T%
=-
3) komponen fotometer
komponen utama dari fotometer adalah sumber cahaya, isolator
panjang gelombang (monokromator), kuvet, fotodetektor, alat
baca, recorder dan mikroprosesor.
a) sumber cahaya
Fotometer UVNIS memiliki dua sumber cahaya, satu untuk
cahaya VIS dan satu untuk UV. Untuk sumber VIS biasanya
digunakan lampu tungsten, sedangkan untuk UV lampu
deuterium. Lampu tungsten yang banyak digunakan adaJah
tungsten halogen dan dapat menjadi sumber energi stabil
untuk cahaya antara 340-950 nm, dengan usia Jampukira
kira 500 jam. Lampu UV mengandung gas, umumnya berasal
MENTERjKESEHAT~~
REPUBUK INDONESIA
MENTERIKESEHATAN
REPVBUK INDONESIA
14
ME~ERIKESEHATAN
REPU6UK lNDONESIA
e) alat baca
fungsinya adalah membaca sinyal listrik dari detektor dimana
data digambarkan dalam bentuk yang bisa diinterpretasikan
atau disajikan pada display yang dapat dibaca oleh
pemeriksa. Pada alat yang analog pembacaan langsung
sesuai kekuatan cahaya, sedangkan pada alat digital signal
analog dikonversi menjadi digital melalui CPU (Central
Processing Unit).
f)
mikroprosesor
dengan adanya mikroprosesor dan output software dari
kalibrator dapat disimpan dan konsentrasi sampel yang tidak
diketahui secara otomatis dapat aihitung. Data dari beberapa
kalibrator dapat disimpan dalam bentuk kurva kalibrasi yang
utuh dan dapat dilihat dalam bentuk display atau dicetak.
15
Mi::~TERi KESEHATtu~
R:::pi;'::n..E{ :NDONESIA
16
MENTER! KESEHATAN
RE?U3UK lNOONES!A
e.
cs',
b)
c)
d)
e)
rr
Ag+,
dan NH/3. Umumnya membran mempunyai
ketebalan 10 - 100 IJm
elektroda bentuk padat
elektoda bentuk padat dapat dibuat dari membran homogen
yang terdiri dari kristal tunggal atau membran heterogen yang
terdiri dari substansi aktif dari inert matrix
ion-exchange electrode
larutan ion exchange electrode adalah pelarut yang di
dalamnya dilarutkan substansi ion selektif. Baik pelarut
maupun substansi yang terlarut di dalamnya sebaiknya tidak
larut dalam air dan ditempatkan pada matrix Polyvinylchlorida
(PVC). Contohnya adalah larutan ion K+, NH4+, Ca2+,H+,
Cl, HC03elektroda gas
elektrode gas dibuat secara khusus untuk pengukuran gas
spesifik dalam larutan atau campuran gas. Contohnya adalah
elektroda CO2dan elektroda NH3
elektroda enzim
adalah variasi dari bentuk elektroda dimana elektroda dilapisi
oleh lapisan enzim yang dikatalisir oleh reaksi kimia dan
dapat dimonitor dengan elektoda. Respon dari enzim
elektroda ini sangat kompleks karena dipengaruhi oleh
kecepatan difusi dari substrat ke dalam lapisan enzim dan
kecepatan reaksi dari enzyme catalyzed. Contoh elektroda ini
adalah elektroda urea dan elektroda glukosa.
iViENTERl KESEHATAN
RE?1JBUK INDONESIA
f.
flame photometer
1) prinsip flame photometer
adalah pengaktifan elektron pada atom oleh energi panas dari api.
Elektron menjadi tidak stabil dan mengeluarkan energi yang
dihasilkan diubah menjadi arus listrik yang dapat diukur pada
flame photometer.
2) bagian-bagian flame photometer
a) aspirator
aspirator berfungsi untuk menarik sampel masuk ke dalam
atomyzer. Tekanan negatif yang ditimbulkan oleh aliran udara
menyebabkan sampel menjadi tertarik masuk ke tabung
kapiler dan selanjutnya masuk ke atomyzer
b) alat penyemprot (Atomyzer)
alat penyemprot berfungsi untuk menyebarkan larutan ke
dalam bentuk uap halus dan dibebaskan ke dalam flame.
Kekuatan aliran air menabrak daerah lintas ujung kapiler dan
merubah sampel menjadi kabut halus dan selanjutnya
dimasukkan ke flame
c) flame
setelah sampel masuk ke flame, larutan diuapkan dan
meninggalkan serbuk garam. Fungsi dari flame adalah untuk
menambah energi yang digunakan untuk pemecahan ikatan
kimia dan merangsangatom netral
d) monokromator
fungsinya sama dengan yang terdapat pada spektrofotometer
e) detektor
fungsinya adalah mengukur intensitas dari hantaran sinyal
oleh perubahan energi cahaya menjadi aliran listrik yang
seimbang. Sistem detektor biasanya terdiri dari tabung
fotomultiplier
18
MENTERIKESEHATAN
REP0BUK INDONESIA
MENTcRiKESEHATA~
RE;PLlGUK iNDONESiA
ME~TERIKESEHATAN
REPV3UK lNDONESIA
b. Pipet
1) perawatan
perawatan pipet kaca harus dilakukan dengan baik. Sisa larutan
terutama yang bersifat kental seperti serum, plasma atau darah
harus dibersihkan dengan menggunakan deterjen dan secara
berkala direndam dalam cairan pelarut protein seperti Extran.
Apabila pipet tersumbat bekuan darah dapat direndam dalam
larutan KOH 10% selama semalam. Untuk pipet semiotomatik,
perawatan harian cukup dibersihkan menggunakan lap basah dan
mengeringkan kembali lalu meletakkannya pada rak pipet yang
tersedia. Pengeringan sebaiknya dengan cara dianginkan pada
suhu kamar atau suhu inkubator (35-3rC) dan jangan dalam
suhu panas karena volume dapat berubah. Namun untuk
perawatan berkala sistem piston yang terdapat dalam pipet
sebaiknya diserahkan kepada teknisi dari masing-masing pabrik
pembuat. Tip digunakan sekali pakai, tidak diperbolehkan untuk
mencuci dan menggunakankembali.
2) kalibrasi
sebelum menggunakan pipet sebaiknya dilakukan kalibrasi untuk
mengetahui besar penyimpangan yang mungkin terjadi. Batas
penyimpangan yang masih diperbolehkan untuk pemeriksaan
rutin di laboratorium adalah 0,1%. Apabila kesalahan lebih dari
0,1% maka pipet tersebut tidak dapat digunakan atau diperlukan
nilai konversi sesuai besar penyimpangan.
Kalibrasi pipet mikro termasuk pipet semiotomatik sedikit berbeda
dengan pipet serologik atau volumetrik. Kesalahan yang masih
diperkenankan apabila koefisien variasi (CV) kurang dari 5%.
c. fotometer
1) perawatan
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) gunakan lampu yang sesuai dengan fotometer
b) tegangan listrik harus stabil
c) hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit (tergantung
jenis/merek alat) supaya cahaya lampu menjadi stabil
d) monokromator atau filter harus bersih, tidak lembab dan tidak
berjamur
e) kuvet (tergantung jenisnya) harus tepat meletakannya. Sisi
yang dilalui cahaya harus menghadap ke cahaya. Bagian
MEN\ERIKES~HA1AN
::\EPUBL:K iNDONE:S~
tersebut
t)
harus
bersih,
tidak
ada
bekas
tangan/goresan
ataupun embun
isi kuvet harus eukup sehingga seluruh eahaya dapat melalui
isi kuvet
g)
h)
i)
j)
2)
pada
eara
kalibrasi
beberapa hal yang perlu dikalibrasi pada fotometer:
a) ketepatan panjang gelombang
yang dimaksud dengan ketepatan panjang gelombang adalah
bahwa panjang gelombang eahaya yang dihasilkan alat
sesuai dengan yang dinyatakan pada monitor/layer.
Untuk
memastikan ketepatan panjang gelombang, digunakan filter
khusus atau larutan zat yang memiliki puneak serapan yang
tajam dan tertentu.
Beberapa eara untuk menguji ketepatan panjang gelombang:
dengan warna sinar
kalibrasi
berdasarkan
pengamatan
warna,
hasilnya
kurang teliti. Toleransi yang masih dianggap baik adalah
5nm
dengan lampu deuterium
dengan filter didynium atau holmium oxide
dengan standar filter bersertifikat
b) linearitas
yang
dimaksud
dengan
linearitas
fotometer
adalah
kemampuan metode analisis suatu sistem pemeriksaan yang
memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel.
Bila fotosel mampu menghasilkan pulsa listrik yang sesuai
dengan perubahan intensitas eahaya maka akan terbentuk
garis lurus. Hasil yang nonlinear dapat disebabkan oleh
detektor, atau amplifier atau alat baea. Uji sederhana yang
umum dilakukan adalah dengan rnernbuat kurva tera larutan
ammonium sulfat.
e) eahaya nyasar (stray light)
eahaya nyasar adalah eahaya di luar eahaya dengan panjang
gelombang yang diinginkan yang sampai pada detektor.
Cahaya nyasar mengakibatkan absorbansi lebih rendah
dari
22
MENIERIKESEHATAN
REPUBUK iNDONESIA
MENTERlKESEHAT~~
REPJBUK :~IJO~ESiA
ME~TER!KESEHATAN
RE?U6UK lNDONESiA
kontrol jenis ini ialah lebih tahan lama, bisa digunakan untuk
semua tes, tidak perlu membuat sendiri, analisis statistik
dilakukan satu kali pertahun. Kekurangan bahan kontrol
adalah kadang ada variasi dari botol ke botol ditambah
kesalahan pada rekonstitusi, sering serum diambil dari hewan
yang mungkin tidak sama dengan serum manusia.
b) bahan kontrol assayed
bahan kontrol assayed merupakan bahan kontrol yang
diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi menurut
metode pemeriksaannya. Harga bahan kontrol ini lebih mahal.
Untuk laboratorium kecil, penggunaan bahan kontrol ini ada
baiknya karena bila membuat sendiri dengan serum akan
mahal dan penentuan analisis statistiknya lebih sukar dan
mahal. Bila diinginkan, bahan kontrol ini dapat digunakan
disamping bahan kontrol unassayed setiap 2-4 minggu.
Bahan kontrol ini dapat digunakan untuk kontrol akurasi.
Selain itu, bahan kontrol assayed diperlukan untuk menilai alat
dan cara baru.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan kontrol suatu pemeriksaan,
bahan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. harus memiliki komposisi sama atau mirip dengan spesimen
misalnya untuk pemeriksaan urin digunakan bahan kontrol urin
atau zat yang menyerupai urin
b. komponen yang terkandung di dalam bahan kontrol harus stabil,
artinya selama masa penyimpanan bahan ini tidak boleh
mengalami perubahan
c. hendaknya disertai dengan sertifikat analisa yang dikeluarkan
oleh pabrik yang bersangkutan pada bahan kontrol jadi
(komersial).
Bahan kontrol yang dianjurkan adalah buatan pabrik (komersial)
hal-hal yang harus diperhatikan:
a. masa kadaluarsa
b. stabilitas bahan kontrol
c. penanganan bahan kontrol yang benar
d. penyimpanan bahan kontrol
e. kadar analit (normal, rendah, tinggi).
4. Bahan standar
Bahan standar adalah zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui
dan diperoleh dengan cara penimbangan. Ada 2 macam standar, yaitu:
MENTER!KESEHATAN
REplJBLJK fNOONESiA
a.
bahan standar
primer
standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya, yang menjadi
standar untuk semua zat lain. Standar primer umumnya mempunyai
kemurnian lebih dari 99%, bahkan banyak yang kemurniannya 99,9%.
Kemurnian standar primer dapat dilihat dari sertifikat analisis.
Syarat standar primer:
1) stabil
2) dapat dibakar sampai suhu 105-110C tanpa perubahan kimia,
atau tidak meleleh, tersublimasi, terdekomposisi atau mengalami
reaksi kimia sampai suhu 120-130C
3) tidak higroskopis
4) mempunyai komposisi yang jelas
5) dapat disiapkan dengan kemurnian > 99,0%
6) dapat dianalisis secara tepat
7) mempunyai ekivalensi berat yang tinggi sehingga kesalahan
penimbangan berefek minimal terhadap konsentrasi larutan
standar
b.
bahan standar
sekunder
Bahan standar sekunder merupakan zat yang konsentrasi dan
kemurniannya ditetapkan melalui analisis dengan perbandinqan
terhadap standar primer.
5. Kit Insert
Sebelum melakukan pemeriksaan harus dibaca dan diperhatikan petunjuk
yang tertera di dalam kit insert dalam Bahasa Indonesia, merupakan
acuan untuk melaksanakan pemeriksaan.
6. Kalibrator
Kalibrator digunakan untuk mengkalibrasi alat.
Syarat-syarat kalibrator:
a. harus diterima dalam keadaan dingin
b. penanganan, penyimpanan dan pemakaian harus sesuai dengan
petunjuk pabrik.
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK !NDONESIA
C. SPESIMEN
1.
Persiapan Pasien
a.
Glukosa
TTG (Tes Toleransi Glukosa)
Glukosa kurva harian
Trigliserida
2)
3)
Puasa 10 - 12 jam
Puasa 10- 12 jam
Puasa 10 -12 jam
Puasa 12 jam
Asam urat
VMA
Renin (PRA)
Insulin
C. Peptide
Gastrin
Aldosteron
Homocysteine
Lp (a)
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
10 -12 jam
10 - 12 jam
10 - 12 jam
8 jam
8 jam
12 jam
12 jam
12 jam
PTH intact
ApoA1
ApoS
Puasa 12 jam
Dianjurkan Puasa 12 jam
Dianjurkan Puasa 12 jam
Puasa 12 jam
MENTERiKESEHATAN
RE?UBUK INDONES:A
Kafein
Thiazid
28
ME'rrER! KESEHATAN
REPiJ8UK !NDONESIA
Jenis Obat
Pil KB (hormon)
Morfin
Phenobarbital
Obat antidiabetika
Kortikosteroid
3) merokok
merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat
pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi
dalam 1 jam hanya dengan merokok 1-5 batang dan terlihat
akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak, epinefrin,
gliserol bebas, aldosteron dan kortisol.
Perubahan lambat terjadi pada lipoprotein, aktivitas beberapa
enzim, hormon, vitamin, dan logam berat.
4) alkohol
konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan
lambat beberapa kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam
waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan terlihat akibatnya
berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat, asam urat dan
terjadi asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan
aktifitas o-glutamiltransferase,AST, ALT, trigliserida dan kortisol.
5) aktivitas fisik
aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan
tubuh antara kompartemen di dalam pembuluh darah dan
interstisial, kehilangan cairan karena berkeringat dan perubahan
kadar hormon. Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar
antara kadar gula darah di arteri dan vena serta terjadi perubahan
konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas CK,
AST dan LDH.
6)
ketinggian/attitude
29
MENTER\KESEHATN~
REPL:8UK INDONESiA
30
~E~lER!KESEHATAN
REP;;6UK INDONESiA
2. Pengambilan Spesimen
a.
peralatan
secara umum peralatan
syarat:
1) bersih
2) kering
yang digunakan
harus memenuhi
syarat
3)
4)
5)
31
MPfTER! KESEHATA,~
REf~7J6LIK~NDONESeA
b.
c.
d.
wadah
wadah spesimen harus memenuhi syarat:
1) terbuat dari gelas atau plastik
2) tidak bocor atau tidak merembes
3) harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
4) besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
5) bersih
6) kering
7) tidak mempengaruhi sifat zat dalam spesimen
8) tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
9) untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan
botol berwarna coklat (inaktinis).
antikoagulan
antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah
sampel darah membeku.
8eberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan
antikoagulan.
Kesalahan dalam pemberian antikoagulan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Antikoagulan yang dipakai harus
memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar
zat yang akan diperiksa.
8eberapa antikoagulan yang dipakai pad a pemeriksaan kimia klinik
antara lain:
1) heparin
antikoagulan ini yang paling banyak digunakan pada pemeriksaan
kimia klinik. Antikoagulan
ini bekerja dengan menghambat
pembentukan
protrombin menjadi trombin dan pembentukan
fibrinogen menjadi fibrin. Konsentrasi yang umum digunakan
2)
3)
32
MENTERIKESEHATAN
REP1J8UI<; !NDONESIA
e. lokasi
sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi
pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta.
f. volume
volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek
yang diperiksa.
g. teknik
pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
Hal paling penting saat penerimaan spesimen adalah pemberian
identitas. Pemberian identitas dilakukan terhadap pasien dan
spesimen, yaitu pada saat pengisian surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah
spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap:
a. tanggal permintaaan
b. tanggal dan jam pengambilanspesimen
c. identitas pasien
d. identitas dari yang meminta pemeriksaan
e. nomor laboratorium
f. diagnosis/keteranganklinik
g. obat-obat yang telah diberikan dan lama pemberian
h. pemeriksaan laboratoriumyang diminta
i. jenis spesimen
j. volume spesimen
k. nama pengambil spesimen.
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium
harus memperhatikan:
a. tanggal pengambilanspesimen
b. nama dan nomor pasien
c. jenis spesimen
3. Pengolahan spesimen
8eberapa contoh pengolahan spesimen sebagai berikut:
a. darah (whole blood)
darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara
MENTERl KESEHATAN
REPU8UK INDONESIA
membolak-balik
b.
tabung
kira-kira
10-12
kali secara
perlahan
dan
merata.
serum
1) biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama
20 - 30 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit.
2) pemisahan
serum dilakukan
kurang
dari 2 jam setelah
pengambilan spesimen, kecuali untuk pemeriksaan gula darah
pemisahan dilakukan kurang dari 30 menit setelah darah
'rnernbeku.
3) serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
c.
2)
keruh (lipemik)
plasma
1) campur darah dengan antikoagulan
dengan segera secara perlahan.
plasma
dilakukan
kurang
dari
2
spesimen, kecuali untuk pemeriksaan
pemisahan
pemisahan
3)
dilakukan
kurang
dari
menit
setelah
darah
membeku.
plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (Iipemik).
4. Penyimpanan spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesimen dapat berubah.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
a. terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
b. terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
c. terjadi penguapan
d. pengaruh suhu
e. terkena papa ran sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan
memperhatikan
jenis
pemeriksaan
yang akan diperiksa.
Persyaratan
penyimpanan
beberapa
spesimen
untuk
beberapa
pemeriksaan
laboratorium
harus memperhatikan
jenis spesimen.
Antikoagulan/pengawet
dan wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan spesimen:
a. disimpan pada suhu kamar
b.
c.
d.
MENTER!KESEHATAN
REPU8UK INDONESIA
5.
Pengiriman spesimen
III. ANALITIK
A. ALAT I AL T (GPT)
1.
Definisi
a. standar WHOIIFCC
metode
Tes UV optimasi
L-Alanin + 2-0ksoglutarat
ALAT
-----
+_
LOH
Piruvat + NADH + H+-------+
L-Glutamat+Pyruvat
D-Lactat + NAO+
MENTER!KESEHATAN
RE?t:BUK iN!)ONESIA
prinsip
b.
(absorbans)
3. Spesimen
a.
b.
c.
jenis spesimen
1) spesimen pilihan serum (dari darah yang tidak hemolisis)
2) dapat juga menggunakan plasma heparin atau EDTA
cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
cara penyimpanan (stabilitas)
1) pad a suhu 4 a_SoC stabil selama 7 hari
2) pada suhu 20 25C stabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 7 hari.
0_
4. Linearitas
Linearitas 4-600 U/L
5. Limitasi
a.
b.
36
MENTERIKESEHATAN
REPVBUK INDONES!A
6. Nilai Rujukan
Tabel 3. Nilai Rujukan ALAT/ALT (GPT)
Metode
IFCC,
dengan
> 90
th
13-45
10 -40
7 - 35
13-40
10 - 28
6 - 38
5-24
0,22 - 0,77
0,17 - 0,68
0,12 - 0,60
0,22 - 0,68
0,17-0,48
0,10 -0,65
0,09 - 0,41
5-30
0,09 - 0,51
Lk
Lk
Pr
Lk
SCE,3?DC
Dewasa
0,77
Pr
Pr
SMAC,37DC
0,22
13 -45
Pr
60 - 90 th
0,017
Satuan
internasional
(I-IKatlL)
Lk
P-5' -P,37DC
12 bl- 60 th
Faktor
Konvensional
konversi
(u/L)
Lk
Pr
25,9 30,5
17,612,4
0,44 0,52
0,30 0,21
B. ALBUMIN
1. Definisi
Albumin adalah bagian utama dari protein plasma yang berfungsi
mempertahankan tekanan onkotik didalam darah, membawa beberapa
bahan seperti bilirubin, asam lemak, kalsium dan obat dalam darah.
Albumin merupakan protein yang paling banyak ditemukan dalam plasma
(55-65% dari total protein), sumber nutrisi, dan bag ian dari suatu sistem
bufer kompleks. Albumin digunakan untuk evaluasi status nutrisi, albumin
hilang pada penyakit akut, penyakit hati, penyakit ginjal dengan
proteinuria, perdarahan, luka bakar, eksudat dan perdarahan saluran
cerna dan penyakit kronis lainnya.
2.
Metodedan Prinsip
a.
standar WHO/IFCC
Bromcresol green dye
metode
Pada pH 4.1, albumin menunjukkan sifat kation yang
prinsip
akan berikatan dengan bromcresol green (BCG) suatu
pewarna anion
sehingga
terbentuk
kompleks
berwarna biru-hijau.
37
MENTERIKESEHATAN
i\EP;Ji3UK i.NDONES!A
Linearitas
2-60 giL
5.
Limitasi
a. pemeriksaan tidak terganggu pada kadar bilirubin konjungasi dan
unkonjugasi 1026 umollL (60 mg/dL)
b. pada hemolisis pemeriksaan sampai dengan kadar hemoglobin 621
urnol/l, (1000 mg/dL)
c. sampel lipemik mempengaruhi hasil pembacaan
d. spesifisitas menurun pada albumin kadar rendah dan globulin kadar
tinggi.
MENTERiKESEHATAN
RE?U8UK INDONESIA
6.
Nilai Rujukan
Tabel4. Nilai Rujukan Albumin
Metode
Bromcressol
Green OyeBinding
Konvensional
(g/dL)
Faktor
konversi
Satuan
internasional
2,8 - 4,4
3,8 - 5,4
3,2 -4,5
3,4-4,8
3,2 -4,6
2,9-4,5
10
28-44
38-54
32-45
34 -48
32 -46
29 -45
(giL)
C. ASAT/AST (GOT)
1. Definisi
Aspartat Aminotransferase (ASAT/AST) dahulu lebih sering disebut
dengan Glutamik Oksalasetik Transaminase (GOT), merupakan enzim
tubuh intraseluler yang sangat penting, mengkatalis perubahan asam alfa
keto menjadi asam amino dengan cara transfer gugus amino.
ASAT banyak terdapat dalam sel otot jantung, hati, ginjal, otot rangka dan
sel darah merah. Kerusakan pada jaringan atau organ tersebut dapat
mengakibatkan meningkatnya enzim ASAT dalam darah.
Pemeriksaan secara bersama ALAT dan ASAT dipakai untuk
membedakan kerusakan hati dari otot jantung dan otot rangka. Umumnya
secara khas ALA T lebih tinggi daripada ASAT pada hepatitis virus atau
toksik akut, sedangkan pada hepatitis kronik ASAT lebih tinggi daripada
ALAT.
Rasio ASAT/ALAT <1 indikasi kerusakan hati ringan dan rasio
ASAT/ALAT> 1 berkaitan dengan penyakit hati yang kronis dan berat.
YE~T~~~KESEHATA~
RE?USUK ;h;:)ONESiA
2. Metodedan Prinsip
a. Standar WHO/I FCC
metode
prinsip
Tes UV optimasi
ASAT
L-Aspartat + 2-Oksoglutarat
_. L-Glutamat + Oksaloasetat
MDH
L-Malat +
+ NADH + H+-----+
Oksaloasetat
NAD+
ASAT mengkatalis transfer gugus amino dari L-Aspartat ke 2Oksoglutarat menjadi L-Glutamat dan Oksaloasetat. Oksaloasetat
selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi
NAD+ dengan bantuan enzim Malat Dehidrogenase. Hasil penurunan
serapan (absorbans) pada A, 340 nm sesuai dengan aktivitas ASAT.
(V~ENTERi KESEHATf-\\
RE?\;3UK !NDONESiA
c.
6. Nilai Rujukan
Tabel 5. Nilai Rujukan ASAT/AST (GOT)
UV
30C
IFCC,
dengan
Faktor
konversi
0,017
Lk
Pr
25-75
15-6C
8-20
11 - 26
10 -20
Lk
47 -150
9-80
15-40
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
13- 35
19-48
9-36
11 - 38
18 -30
Dewasa
10 -30
0,17 - 0,51
Dewasa
7 -31
0,12 - 0,53
Lk
25,6 19,5
0,44 0,33
Pr
20,4 7,8
0,35 0,13
7 -18
0,12-0,31
Optimasi,
P-
5'-p,3rC
0-10 hr
10 hr - 24 bl
24 bl- 60 th
60 - 90 th
> 90 th
IFCC,
dengan
Satuan
internasional
(J..IKatlL)
0,43 -1,28
0,26 -1,02
0,14 - 0,34
0,19 - 0,44
0,17 - 0,34
Konvensional
(UlL)
Metode
0,80 - 2,55
0,15 -1,36
0,26 - 0,68
0,60
0,82
0,61
0,65
0,51
P-
5'-P,30C
SCE,37C
SMAC,3rC
DGKC,25C
iViENTERI KESEHATAN
REP\J6l..1K INDONESIA
bilirubin diglukuronida
terkonjugasi
(direk)
sedangkan yang tak
terikat pada albumin.
ikatan albumin pad a
dapat bereaksi.
3. Spesimen
a.
b.
c.
jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) EDTA
b) Heparin
cara pengambilan
1) darah vena (pilihan utama)
2) darah kapiler
cara penyimpanan (stabilitas)
1) suhu kamar (20-25C) selama < 2 jam
2) suhu 2-8C selama 3 hari
3) suhu -20C selama 3 bulan
4) tidak boleh terpapar dengan cahaya.
42
MENTERiKESEHATAN
REPU6LlK lNDONESIA
4.
5.
Linearitas
Metode Jendrassik & Grof
Metode Diazo Sulfanilat
Limitasi
a.
b.
c.
d.
e.
6. Nilai Rujukan
a. bilirubin total
Metode
Prematur
Sulfanilat
Matur
Konvensional
(mg/dL)
Prematur
Matur
< 2,0
Tali Pusat
< 2,0
0-1 hr
< 8,0
1,4 - 8,7
< 12,0
1 - 2 hr
3,4 - 11,5
1,5 -12,0
3 - 5 hr
< 16,0
> 5 hr - 60 th
0,3 -1,2
60 - 90 th
0,2 -1,1
> 90 th
0,2 -0,9
Satuan
Faktor
internasional
konversi
(urnol/L) Diazo
17,1
< 34
< 34
< 137
24 - 149
< 205
58 - 197
< 274
26 - 205
5 - 21
3 -19
3 -15
b. bilirubin direk
Tabel 7. Nilai Rujukan Bilirubin Direk
Metode
Konvensional
(mg/dL)
Faktor
konversi
Diazo
Sulfanifat
Dewasa
< 0,2
17, 1
43
Satuan
internasional
(pmot/t.)
<3,4
ME~TERiKESEHATAN
REP1.)8l!K INDONESLA
7. Nilai kritis
Umur < 1 tahun
~ 15
mg/dL
Catatan: Pengukuran bilirubin pada neonatus dengan menggunakan
Bilirubinometer bukan untuk mengukur bilirubin total secara
langsung tetapi mengukur indeks ikterus.
E. GAMMA GLUTAMIL TRANSFERASE (GAMMA-GT)
1. Definisi
Gamma-GT merupakan suatu enzim yang banyak ditemukan terutama
dalam hati dan ginjal. Kuantitas yang lebih rendah ditemukan dalam
limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang
sensitif untuk menentukan disfungsi hati (mendeteksi beragam jenis
penyakit parenkim hati).
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip
44
MENTER.! KESEHATAN
REPL:SUK !NDONESiA
4. Linearitas
Maksimum pembacaan sampai dengan 1000 U/L
5. Aktivitas dan interpretasi hasil
a. sampel tidak boleh hemolisis
b. obat-obat yang dapat mempengaruhi (meningkatkan) nilai GammaGT
yaitu
aminoglikosida,
fenitoin
(dilantin),
fenobarbital,
warfarin/koumarin
c. kadar serum akan meningkat pada awal kerusakan hati dan akan
tetap meningkat selama ada kerusakan sel
d. konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar Gamma-GT. Kadar
akan tinggi terjadi 12-24 jam setelah konsumsi alkohol dalam jumlah
yang banyak, kadar akan tetap meningkat beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah berhenti minum alkohol
e. dalam reaksi kinetik, plasma dengan antikoagulan (Citrat,oxalat,NaF)
dapat menghambat aktifitas -GT sebesar 10 - 15%.
6. Nilai Rujukan
Tabel 8. Nilai Rujukan Gamma Glutamil Transferase (Gamma-GT)
Metode
zasz,3rC
Konvensional
(U/L)
Faktor
konversi
Satuan
internasional
(~KatlL)
11 - 194
0-151
0-114
0-81
0-34
0,017
Lk
Pr
Lk
Pr
0-24
1 - 20
3-22
3-25
3 -20
2 - 30
1 -24
0,19 - 3,30
0,00 - 2,57
0,00 -1,94
0,00 -1,38
0,00 - 0,58
0,00 - 0,39
0,00 - 0,41
0,02 - 0,34
0,05 - 0,37
0,05 - 0,43
0,05 - 0,34
0,03 - 0,51
0,02 - 0,41
Lk
Pr
Lk
Pr
7 -45
4-27
5-43
4-26
Dewasa
SCE,3rC
20 - 24 th
25 - 29 th
0,77
0,46
0,73
0,44
ME~TERlKESEHATAN
RE?v6!JK iN~ONES!A
Metode
30 - 34 th
35 - 39 th
40 - 44 th
45 - 49 th
50 - 54 th
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Konvensional
(U/L)
5 -60
3 - 37
5 - 96
3 -25
5 - 82
3 - 30
5 - 53
4-44
7 -64
Faktor
konversi
Satuan
internasional
(JJKatlL)
0,09 -1,02
0,05 - 0,63
0,99 -1,63
0,05 - 0,43
0,09 -1,39
0,05 - 0,51
0,09 - 0,90
0,07 - 0,75
0,12 -1,09
F. FOSFATASEALKALI
1. Definisi
Fosfatase alkali adalah enzim hidrolisis yang bekerja optimal pada
suasana alkalis. Dijumpai dalam darah berasal terutama dari tulang dan
hati, namun juga dari jaringan lain seperti ginjal, plasenta, testis, timus,
paru dan tumor.
Peningkatan fisiologis karena pertumbuhan tulang pada anak-anak dan
selama kehamilan, sedangkan peningkatan patologis terutama berkaitan
dengan penyakit hepatobiliar dan tulang. Pada penyakit hepatobiliar
menunjukkan adanya sumbatan pada saluran empedu (kolestasis) karena
batu empedu, tumor dan radang. Peningkatan juga dijumpai pada
hepatitis karena infeksi. Pada penyakit tulang peningkatan ALP
disebabkan peningkatan aktivitas osteoblast seperti pada penyakit Paget,
osteomalacia, metastasis tulang dan hiperparatiroid.
2. Metodedan prinsip
a. standar menurut WHOIIFCC
metode
prinsip
MENTERIKESEHATAN
RE?;JSUK INDONESIA
3.
Spesimen
a. jenis spesimen
1) spesimen pilihan serum (dari darah yang tidak hemolisis)
2) dapat juga menggunakan Plasma heparin atau EDTA
b. cara pengambilan
1) darah vena
2) darah kapiler
c. cara penyimpanan (stabilitas)
stabil untuk penyimpanan:
1) pada suhu 20- 25C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 4_ 8C stabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 2 bulan.
4.
Linearitas
Limitasi
Nilai Rujukan
MEi\jTERI KESEH.~TA.1\l
RE?\}B~!i< IN:JONESfA
Metode
Bowers and
McComb
(4-Npp,
AMP)
1 - 12 th
SCE (4NPP,DEA)
20 - 29 th
Konvensional
(UlL)
< 350
Faktor
konversi
0,017
Satuan
internasional
(IJKatfL)
< 5,95
Lk
< 5,95
< 350
Pr
0,43
-1,70
25 -100
Lk
> 15 th
< 8,50
< 500
Pr
12 -14 th
0,43 - 1,70
25 -100
Pr
> 20 th
Catatan : Nilai dapat bertambah sampai 3x lipat sepanjang puberitas
30-39
40-49
50 - 59 th
60 - 69 th
> 69 th
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
100 - 320
70 - 260
90 - 320
70 -260
100 - 360
80 - 290
110 - 390
110 - 380
120 - 450
110 - 380
120 -460
90-430
fosfatase
;:::60 th
60 - 90 th
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Konvensional
(UlL)
30C
3r
38- 94
53 -128
28 -78
42- 98
43-88
56 -119
40 - 111
53 - 141
56 -155
43 -160
-
G. PROTEIN TOTAL
1.
Definisi
Protein total adalah suatu plasma protein yang disintesis terutama di sel
parenkim hati, sel plasma, kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang.
Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Albumin disintesa di hati,
berfungsi
utamanya
untuk
mempertahankan
tekanan
onkotik,
ME~TER1KESEHAT~~
REP"JB':.._:KINDONESiA
3.
Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) K2-EDTA
b) Li-heparin (pilihan utama)
b. cara pengambilan
1) darah vena
2) darah kapiler
c. cara penyimpanan spesimen (stabilitas)
1) suhu 20_ 25C stabil kurang dari 6 hari
2) Suhu 4_ aoc stabil selama 4 minggu
3) Suhu -20C stabil selama 1 tahun.
4. Linearitas
Kadar protein total serum atau plasma yang dapat terdeteksi adalah 0,212 g/dL.
~ENTERlKESEPATAN
REP:;'i8LiK lNOONESIA
5. Limitasi
a. Specimen hemolisis sampai kadar Hb 184 prnol/l, dan lipemik sampai
kadar lipid 7 mmollL, bilirubinemia sampai kadar 858 umol/l, tidak
mengganggu pemeriksaan dengan syarat menggunakan blanko
sampel, namun tetap dianjurkan menggunakan sampel baru bila
dimungkinkan.
b. terjadi false high pada 48 jam setelah penggunaan kontras warna
bromophthalein dan juga pada pemasangan turnikuet yang terlalu
lama (Iebih dari 1 menit).
c. obat yang meningkatkan kadar protein total serum atau plasma yaitu
steroid anabolik, androgen, klofibrat, kortikosteroid, dextran, epinefrin,
hormon pertumbuhan, natrium heparin, kalsium heparin, insulin,
fenazopiridin, progesteron, hormon tiroid.
d. obat yang menurunkan kadar protein total serum atau plasma yaitu
obat yang berisi ammonium, estrogen, obat sitotoksik, obat
hepatotoksik, kontrasepsi oral, dan alopurinol.
e. kadar protein total serum atau plasma akan lebih rendah 4-8 g/dL bila
spesimen dikumpulkan pada posisi pasien berdiri.
f. kadar protein total plasma lebih tinggi 4% daripada kadar protein total
serum karena adanya fibrinogen.
6. Nilai Rujukan
Tabel 10. Nilai Rujukan Protein Total
Metode
Biuret
dalam
perawatan
_._.
> 60 th
Konvensional
(g/dL)
Faktor
konversi
4,8-8,0
3,6 -6,0
4,6- 7,0
4,4 - 7,6
5,1 -7,3
5,6 - 7,5
6,0 - 8,0
6,4 - 8,3
6,0- 7,8
10
Satuan
internasional
(gIL)
48-80
36-60
46-70
44-76
51 -73
56-75
60-80
64-83
60-78
McNTER1KESEHATAN
REPUBUK iNDONESiA
H. ASAM URAT
1.
Definisi
Asam urat merupakan produk metabolisrne purin. Asam urat beredar
dalam sirkulasi darah, difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan diekskresikan
keluar tubuh bersama dengan urin. Kadar asam urat darah dipengaruhi
oleh asupan makanan yang banyak mengandung asam amino purin
seperti kacang dan jeroan. Peningkatan kadar asam urat darah dikaitkan
dengan penyakit gout (arthritis urica) dan risiko terbentuknya batu
ginjal/saluran kemih.
2.
Metodedan Prinsip
a.
standar WHO/IFCC
metode
prinsip
b.
metode
prinsip
3.
Enzimatik Urikase
Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin dan hidrogen
peroksida.
H202 yang terbentuk akan bereaksi dengan
4Aminoantipirin
dengan
dikatalis
oleh
ezim peroksidase
menghasilkan senyawa yang berwarna merah. Intensitas warna ini
diukur secara fotometri pada A, 520-560 nm.
Spesimen
a.
b.
4.
Enzimatik
Asam urat dioksidasi oleh urikase menjadi allantoin dan hidrogen
peroksida.
Dengan adanya enzim peroksidase, H202 yang
terbentuk akan bereaksi dengan
4-Aminoantipirin menghasilkan
senyawa yang berwarna. Intensitas warna ini sebanding dengan
kadar asam urat dan diukur secara fotometri.
jenis spesimen
1) Serum (dari darah yang tidak hemolisis)
2) Plasma heparin
cara penyimpanan (stabilitas)
1) Suhu 20- 25C : 3 hari
2) Suhu 2_ BOC
: 3-5 hari
3) Suhu -20C
: 6 bulan
Linearitas
Linearitas sampai 25 mg/dL.
MENTERiKESEHATAN
REP~)BUK lNDONESIA
5.
Limitasi
a. adanya asam askorbat dan bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan
hasil tes rendah palsu.
b. serum lipemik dapat menyebabkan hasil pemeriksaan tinggi palsu.
c. bila basil lebih dari 25 mg/dL lakukan pengenceran serum (1 : 1)
dengan NaCI 0.85% dan hasilnya dikalikan 2.
6.
Nilai Rujukan
Tabel 11. Nilai Rujukan Asam Urat
Metode
Enzimatik
th
Dewasa
< 12
60 - 90 th
> 90
I.
th
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Konvensional
(mg/dL)
Faktor
konversi
2,0- 5,5
4,4 -7,6
2,3 -6,6
4,2 -8,0
3,5 - 7,3
3,5 - 8,3
2,2 - 7,7
59,48
Satuan
internasional
(J-ImoI/L)
119 - 327
262 -452
137 - 393
250 - 476
208 -434
208 -494
131 - 458
KREATININ
1. Definisi
Kreatinin dalam darah berasal dari metabolisme kreatin otot. Kreatinin
dilepaskan ke dalam darah secara konstan, konsentrasinya berhubungan
dengan massa otot yang dipengaruhi variasi umur dan jenis kelamin.
Kadar kreatinin pada pria biasanya lebih tinggi daripada wanita. Kreatinin
sebagai hasil metabolisme akan dikeluarkan dari darah melalui ginjal
bersama urin. Pada orang sehat, produksi kreatinin dan ekskresi kreatinin
berlangsung secara paralel dan relatif konstan. Perubahan fungsi ginjal
akan menghambat ekskresi kreatinin sehingga kadarnya meningkat pada
kerusakan ginjal.
2. Metodedan prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip
Jaffe
Kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis
membentuk kompleks warna jingga kemerahan.
Intensitas warna yang dihasilkan berbanding langsung
MENTERI KESEHATAN
f':E?J8UK iNDONESIA
Linearitas
Linearitas sampai 25 mg/dL.
5.
Lirnitasi
a. bila hasil lebih dari 25 mg/dL lakukan pengenceran serum (1 : 1)
dengan NaCI 0.85% dan hasilnya dikalikan 2.
b. obat golongan sefalosporin (cefoxitin), dapat meningkatkan kadar
kreatinin.
6.
Nilai Rujukan
Tabel 12. Nilai Rujukan Kreatinin
Metode
Jaffe
Konvensional
(rng/dL)
Faktor
konversi
Tali pusat
1 -4 hr
Infant
Anak-anak
Remaja
0,6-1,2
0,3 -1,0
0,2 - 0,4
0,3 - 0,7
0,5 -1,0
88,4
Satuan
internasional
(prnotd.)
53 -106
27 -88
18 - 35
27 -62
44-88
MENTER! KESEHATAN
~EP0BUK INDONESiA
Metode
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
18 - 60 th
60 - 90 th
> 90 th
Konvensional
(mg/dL)
0,9 -1,3
0,6 -1,1
0,8 - 1,3
0,6 -1,2
1,0-1,7
0,6 -1,3
Faktor
konversi
Satuan
internasional
(J,JmoI/L)
80 -115
53-97
71-115
53 -106
88 -150
53 - 115
7. Nilai kritis
1 hari - 30 hari
1 bulan - 23 bulan
2 tahun - 11 tahun
12 tahun - 15 tahun
;::16 tahun
W:=\,!::~i KESEHATAj\:
~E?v3UK l::\Z)ONESiA
u
p
=
=
=
=
3. Spesimen
jenis spesimen
1) serum
2) plasma heparin
3) plasma EDTA.
4. Linearitas
Linearitas sampai 25 mg/dL.
5. Limitasi
a. bila hasil lebih dari 25 mg/dL lakukan pengenceran serum (1 : 1)
dengan NaCf 0.85% dan hasilnya dikalikan 2.
b. obat golongan cephalosporin (cefoxitin) dapat meningkatkan kadar
kreatinin.
6. Nilai Rujukan
Metode
0-1 th
1 th
2 th
3 th
4 th
5 th
6 th
7 th
8 th
9 th
10 th
11 th
12 th
13 - 14 th
55
Satuan
konversi
0,00963
internasional
(mLlsc/m2)
0,69
0,43
0,53
0,58
0,68
0,70
0,62
0,65
0,69
0,80
0,86
0,89
1,05
0,83
MENTERIKESEHATAN
R::;:?i,;a'A( !NDONES!A
Metode
Konvensional
(mLlmin/1.73 fl12)
20 - 29 th
Lk
Pr
30 - 39 th Lk
Pr
Untuk tiap dekade
setelahnya nilainya
berkurang 6,5
94 -140
72 -110
59 -137
71 - 121
Faktor
konversi
Satuan
internasional
(mLlsc/m2)
0,91-1,35
0,69-1,06
0,57- 1,32
0,68-1,17
J. UREUM
1. Definisi
Ureum adalah kandungan utama nitrogen, merupakan hasil katabolisme
protein pada manusia. Merupakan fraksi terbesar dari komponen non
protein nitrogen (menurut Bishop 45%).
2. Metodedan Prinsip
a. standard WHO/ IFCC
metode
prinsip
Enzimatik
urease
-----+
2 NH3 + CO2
GLOH
NH3 + a-Ketoglutarat + -7 L-Glutamat + NAOH + H+ -7 NAO+ + H20
Urea + H20
56
w.E~;ER! KESEHATAN
REPi.iBLlK IIl.!DONES!A
c.
4. Linearitas
Linear sampai 400 mg/dL (serum/plasma).
5. Limitasi
a. harus segera dikerjakan karena tidak stabil dalam suhu kamar
b. tidak boleh hemolisis
6. Nilai Rujukan
Tabel 14. Nilai Rujukan Blood Urea Nitrogen (BUN)
Metode
Kolorimetrik
Tali pusat
Prematur 1 mg
< 1 th
Infantlanak-anak
18 - 60 th
60 - 90 th
> 90 th
Konvensional
(mg/dL)
Faktor
konversi
21 -40
3-25
4-19
5 -18
6-20
8-23
10 - 31
0,357
Satuan
Internasional
(mmoIlL)
7,5 -14,3
1,1-8,9
1,4 - 6,8
1,8 - 6,4
2,1-7,1
2,9-8,2
3,6 -11,1
57
MENTER!KESEHATAN
RE?;';BUK INDONESIA
Vxf
U
x
B
Klirens = f (faktor)
U
B
V
=
=
=
=
Linearitas
400 mg/dL
5. Limitasi
a. waktu pengumpulan urin harus 2 jam pasca minum air putih
b. retensi urin dapat dihindarkan dengan hidrasi yang cukup sehingga
aliran urin mencapai 2 mLlmenit.
MENTER! KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
6. Nilai Rujukan
64 - 99 mUmenit
K. HDL
1. Definisi
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang ukurannya
paling kecil. HDL memiliki proporsi protein paling tinggi dibanding
liporotein lainnya yaitu >50% protein. Protein utama yaitu apo AI dan apo
All, disertai protein lain yang jumlahnya lebih kecil apo C (CI, CII dan CIII),
E, AIV dan D. Komponen lipid yang banyak adalah fosfolipid dengan
sedikit kolesterol ester dan trigliserida.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
Kolorimetrik enzymatik
metode
Dengan pemberian phosphotungstic acid dan ion
prinsip
magnesium ke dalam sampel maka kilomikron, VLDL
dan LDL mengendap (presipitasi).
Serum +HDL separating reagent --.
sentrifus -.
HDL fraksi (supernatant) + kilomikron, VLDL, LDL fraksi
(presipitasi). Setelah disentrifus dalam supernatan hanya
terdapat HDL yang kadar kolesterolnya ditentukan
dengan metode kolorimetrik enzimatik seperti tes
kolesterol total.
b. yang banyak digunakan saat ini
sama dengan metode WHOIIFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma EDTA
b. cara pengambilan
darah vena
c. cara penyimpanan/stabilitas
1) Suhu 15 - 25C stabil selama 2 hari
2) Suhu 2_ BOC stabil selama 5 - 7 hari
3) Suhu -20C stabil selama 3 bulan.
MENTER!KESEHATAN
REPUBLIK !NDONESIA
4. Limitasi
a. spesimen yang hernolisis dan ikterik jangan digunakan karena
menyebabkan peningkatan konsentrasi HDL palsu.
b. asam ascorbic menghambat penentuan enzymatic dari cholesterol.
5. Nilai Rujukan
Tabel 15. Nilai Rujukan HDL
Metode
Kolorimetrik
Enzimatik
Satuan
(mmoIlL)
Konvensional
Usia daninternasional
jenis
(mg/dL)
6-53
kelamin Lk
Tali pusat
13
- 56
Pr
38-75
Lk
5 - 9 th
36-73
Pr
37 -74
10 - 14 th Lk
37 -70
Pr
30 -63
15 - 19 th Lk
35-74
Pr
30-63
Lk
20 - 24 th
33-79
Pr
31 -63
Lk
25 - 29 th
37 - 83
Pr
28-63
Lk
30 - 34 th
36 -77
Pr
29-62
Lk
35 - 39 th
34-82
Pr
27 -67
Lk
40 - 44 th
34 -88
Pr
30 - 64
Lk
45 - 49 th
34-87
Pr
28 -63
Lk
50 - 54 th
37 -92
Pr
28 -71
Lk
55 - 59 th
37 - 91
Pr
30 -74
Lk
60 - 64 th
38 - 92
Pr
30 -75
Lk
65 - 69 th
35 - 96
Pr
31 -75
Lk
> 70 th
33 - 92
Pr
60
Faktor
konversi
0,0259
0,16 -1,37
0,34 -1,45
0,98 -1,94
0,93 -1,89
0,96 -1,91
0,96 -1,81
0,78 - 1,63
0,91 - 1,91
0,78 -1,63
0,85 - 2,04
0,80 -1,63
0,96 - 2,15
0,72 -1,63
0,93 -1,99
0,75 -1,60
0,88 - 2,12
0,70-1,73
0,88 - 2,28
0,78 -1,66
0,88 - 2,25
0,72 -1,63
0,96 - 2,38
0,72 -1,84
0,96 - 2,35
0,78 -1,91
0,98 - 2,38
0,78 - 1,94
0,91 - 2,48
0,80 -1,94
0,85 - 2,38
MENTER!KESEHATAN
RE?;;=3UK INDONES!A
L. KOLESTEROL TOTAL
1. Definisi
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang
ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/I FCC
(Cholesterol
Oxidase
metode
Kolorimetrik
enzimatik
Methode/CHOD PAP).
prinsip
M'Ei'iTERI KESEHATAN
5. Limitasi
a. faktor yang mempengaruhi adalah asam askorbat > 30 mg/dL,
bilirubin> 20 mg/dL, trigliserida dan hemolisis
b. dipengaruhi oleh jenis enzim dan surfaktan yang dipakai
c. variasi within run: < 1,5%
d. variasi between run: < 3%.
6. Nilai Rujukan
Metode
Enzimatik
Lk
Pr
th
Lk
5 - 9 th
Lk
0-4
Pr
Pr
10 - 14 th
Lk
Pr
15 - 19 th
Lk
Pr
20 - 24 th
Lk
25 - 29 th
Lk
30 - 34 th
Lk
Pr
Pr
Pr
35 - 39 th
Lk
Pr
40 - 44 th
Lk
45 - 49 th
Lk
Pr
Pr
50 - 54 th
Lk
Pr
55 - 59 th
Lk
Pr
60 - 64 th
Lk
65 - 69 th
Lk
Pr
Pr
> 70 th
Lk
Pr
62
Konvensional
(mg/dL)
44 -103
50 -108
114 - 203
112 - 200
121 - 203
126 - 205
119 - 202
124 - 201
113 - 197
119 - 200
124-218
122 - 216
133 - 244
128 - 222
138 - 254
130 - 230
146 - 270
140 - 242
151 - 268
147 - 252
158 - 276
152 - 265
158 - 277
162 - 285
156 - 276
172 - 300
159 - 276
172 - 297
158 - 274
171-303
144 - 265
173 - 280
Faktor
konversi
0,0259
Satuan
internasional
(mmoI/L)
1,14-2,66
1,29 - 2,79
2,95 - 5,25
2,90 - 5,18
3,13 - 5,25
3,26 - 5,30
3,08 - 5,23
3,21 - 5,20
2,93 - 5,10
3,08 - 5,18
3,21 - 5,64
3,16 - 5,59
3,44 - 6,32
3,32 - 5,75
3,57 - 6,58
3,37 - 5,96
3,78 - 6,99
3,63 - 6,27
3,91 - 6,94
3,81 - 6,53
4,09-7,15
3,94 - 6,86
4,09 -7,17
4,20 -7,38
4,04-7,15
4,45 -7,77
4,12-7,15
4,45 -7,69
4,09 -7,10
4,43 -7,85
3,73 -6,86
4,48 -7,25
WENTERIKESEHATAN
REPU2~IK iNDONESIA
M. LDL
1. Definisi
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah 1 dari 5 kelompok lipoprotein yang
merupakan kombinasi lemak dan protein yang merupakan bentuk lipid
yang diangkut dalam darah. Kolesterol LDL disebut jahat karena
mengangkut hasil metabolisme kolesterol dari hati ke jaringan. Semakin
tinggi kadar LDL semakin besar resiko untuk penyakit arteri koroner.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
Kolorimetri enzimatik homogeneus
metode
Kolesterol ester pada partikel LDL menggunakan
prinsip
deterjen dan enzim kolesterol esterase diubah
menjadi kolesterol dan asam lemak bebas.
Kolesterol yang terbentuk diubah menjadi 4kolestenone dan hidrogen peroksida oleh koJesteroJ
oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk
bersama dengan 4-aminoantipirin diubah menjadi
zat berwarna yang dibaca pada fotometer pada A
585 nm.
b. yang banyak digunakan saat ini
perhitungan dengan menggunakan Formula Friedewald
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) Serum
2) Plasma: Li Heparin
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
persiapan pasien : sampel puasa
c.
63
MENTER! KESE!-<ATAN
::<:C:?;,;'Si_lKiNDONES1A
4. Linearitas
Linearitas reagen hingga 400 mg/dL
Nilai Normal: Dewasa < 160 mg/dL
5. Limitasi
a.
b.
c.
6. Nilai Rujukan
Tabel17.
Metode
Perhitungan
Lk
Pr
Lk
5 - 9 th
Pr
10 - 14 th Lk
Pr
15 - 19 th Lk
Pr
20 - 24 th Lk
Pr
25 - 29 th Lk
Pr
30 - 34 th Lk
Pr
35 - 39 th Lk
Pr
40 - 44 th Lk
Pr
45 - 49 th Lk
Pr
50 - 54 th Lk
Pr
55 - 59 th Lk
Pr
60 - 64 th Lk
Pr
Tali pusat
Faktor
konversi
0,0259
Satuan
internasional
(mmoIlL)
0,52 -1,45
0,54 -1,50
1,63 - 3,34
1,76 - 3,63
1,66 - 3,44
1,76 - 3,52
1,61 - 3,37
1,53 - 3,55
1,71 - 3,81
1,48 - 4,12
1,81 - 4,27
1,84 -4,25
2,02 - 4,79
1,81 - 4,04
2,10 - 4,90
1,94 - 4,45
2,25 -4,82
1,92 - 4,51
2,51 - 5,23
2,05 -4,82
2,31-5,10
2,28 - 5,21
2,28 - 5,26
2,31 - 5,44
2,15 - 5,44
2,59 - 5,80
VE;\T!:R! KESEHATAN
REP;;Si..'K IN;)ONES~A
Metode
Lk
Pr
Lk
Pr
Konvensional
(mg/dL)
98 - 210
92 - 221
88 -186
96 - 206
Faktor
konversi
Satuan
internasional
(mmoI/L)
2,54 - 5,44
2,38 - 5,72
2,28 - 4,82
2,49 - 5,34
N. TRIGLISERIDA
1. Definisi
Trigliserida adalah bentuk utama dari lemak yang disimpan oleh
tubuh,trigliserida terdiri dari tiga
molekul
asam
lemak yang
dikombinasikandengan molekul dari gliserol alkohol. Trigliserida sebagian
besar berasal dari makanan yang kita makan.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
Kolorimetrienzimatik
metode
Trigliserida dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi
prinsip
gliserol dan asam lemak, gliserol yang terbentuk
dikonversi menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserol
kinase. Gliserol-3-fosfat ini kemudian diubah menjadi
dihidroksiaseton dan hidrogen peroksida oleh enzim
GPO. Hidrogen peroksida yang terbentuk bersama
dengan 4-klorofenol oleh enzim peroksidase diubah
menjadi 4-(p-benzoquinon-monoimino)-fenazoneyang
berwarna merah.
Kelemahan metode ini, proses hidrolisis trigliserida
tidak selalu optimal terutama jika menghidrolisis
trigliserida dengan asam lemak yang lebih dari 16
rantai karbon, tidak semua reagen komersil yang
tersedia menghidrolisis secara sempurna.
Karena
enzim ini juga menghidrolisis mono dan digliserida,
maka
dapat
meningkatkan
jumlah
trigliserida.
Walaupun jumlahnya hanya sekitar 3%. 8eberapa
produsen juga telah mengiliminasi gliserol endogen ini
dengan menggunakaninternal atau eksternal blanking.
M~~1cR!KESEHATAN
REPUBUK INDONESiA
66
6.
Nilai Rujukan
Tabel 18. Nilai Rujukan Trigliserida
Metode
Enzimatik
Pr
0- 9 th
35 -110
internasional
(mmollL)
Konvensional
UsiaSatuan
dan jenis
(mg/dL)
13 - 95
Lk
Tali kelamin
pusat
11 -76
Pr
10 - 14 th
15 - 19 th
20 - 24 th
25 - 29 th
30 - 34 th
35 - 39 th
40 -44
th
45 -49
th
50 - 54 th
55 - 59 th
60 - 64 th
> 65 th
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
32
37
37
39
44
36
46
37
50
39
54
40
55
45
58
46
58
52
58
55
58
56
Lk
Pr
55 - 260
60 - 240
67
0,15-1,07
0,12 - 0,86
0,34 -1,13
30 -100
0,40 - 1,24
Lk
Faktor
konversi
0,0113
-125
-131
-148
-124
- 201
- 131
- 249
- 144
-266
- 150
- 321
-176
- 320
-191
- 327
- 214
- 320
- 233
- 286
- 262
- 291
- 239
0,36 - 1,41
0,42 - 1,48
0,42 - 1,67
0,44 - 1,40
0,50 - 2,27
0,41-1,48
0,52 - 2,81
0,42 -1,63
0,56 - 3,01
0,44 - 1,70
0,61 - 3,62
0,45 - 1,99
0,62 - 3,61
0,51-2,16
0,65 - 3,70
0,52
0,65
0,59
0,65
0,62
0,65
0,63
2,42
3,61
2,63
3,23
2,96
3,29
2,70
0,62 - 2,94
0,68 - 2,71
MENTER! KESEHATAN
REP;,JBUK iNDONESIA
2. Metodedan prinsip
a.
standar WHO/IFCC
Enzimatik
metode
Kreatine fosfat + ADP CK -7 creatine + ATP
prinsip
ATP + D-glucose
HK -7
ADP + G6P
G6P + NADP+
G6PDH-7 D6 fosfoglukonat + NADPH + H+
Peningkatan NADPH yang terbentuk sesuai dengan aktifitas
katalitik CK.
Diukur dengan pengikatan absorbans pada A 340 nm.
b.
3. Spesimen
a.
jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) EDTA ,K2, K3
b) heparin, Li, Na, NH4
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 15- 25C
2) pada suhu 2_ 8C
3) pad a suhu -20C
4. Linearitas
Linearitas sampai 1.500 U/L.
MENTERi KESEHATAN
RcP:;C:-;_!K INDONESiA
5. Limitasi
a.
b.
c.
d.
e.
6. Nilai Rujukan
Tabel19. Nilai Rujukan Kreatin Kinase (CK)
Usia dan jenis
kelamin
Szasz, 37C Setelah kelahiran
dengan sectio (SC)
3 x nilai orang dewasa
Metode
4 hr
20 - 60 th
> 90 th
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
dewasa
38 -174
26 -140
52 - 200
35 -165
21 - 203
22-99
0,65 - 2,96
0,46 - 2,38
0,88 - 3,40
0,60 - 2,81
0,36 - 3,45
0,37 -1,68
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
15 - 105
10- 80
25-80
20-75
20 -110
16 - 81
22 - 90
19 -76
10 - 65
7-55
0,26 - 1,79
0,17 -1,36
0,43 -1,36
0,34 -1,28
0,34 -1,87
0,27 -1,38
0,37 -1,53
0,32 -1,29
0,17- 1,11
0,12 - 0,94
Szasz, 30C
Dewasa
20 - 59 th
60 - 69 th
70 - 90 th
Szasz, 25C
Dewasa
Faktor
konversi
0,017
= nilai orang
6 mg -12 th
Dewasa
Konvensional
(u/L)
2 - 3 x nilai
orang dewasa
Satuan
internasional
(J.1KatlL)
7. Nilai Kritis
;:::10.000 U/L
69
MENTERiKESEHATAN
REPVSi_JKiNDONES!A
EDTA ,K2, K3
ME1':TERi KESEHATAN
RE?UB:_IK iNDONESiA
c.
4. Linearitas
Linearitas sampai 200 U/L.
5. Limltasl
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
6. Nilai Rujukan
4 - 6% kadar CK total.
Q. LACTATE DEHYDROGENASE (LDH)
1. Definisi
Laktat dehidrogenase merupakan enzim pemberi ion hidrogen yang
mengkatalisa reaksi oksidasi dari L-Iaktat menjadi piruvat dengan
perantara NAD sebagai akseptor ion hidrogen.
LDH
Piruvat + NADH
L-Lactat + NAD .,_-----.
Aktivitas LDH dijumpai pada semua sel tubuh terutama di dalam
sitoplasma dalam jumlah yang bervariasi. Konsentrasi
LDH pada
beberapa jaringan dapat mencapai 500 kali kadar normal dalam serum.
Oleh karena itu kerusakan jaringan yang kecilpun dapat menyebabkan
peningkatan aktivitas LDH yang bermakna.
Enzim ini mempunyai berat molekul 134.000 Dalton dan terdiri dari 4
rantai peptida dengan 2 tipe yaitu M atau A dan H atau B. Struktur LD M dan LD - H ditentukan oleh lokus dalam kromosom 11 dan 12. Bila
dipisahkan secara elektroforesa akan dijumpai 5 isoenzim LDH yaitu
71
MEj";TERI KESEHATAN
R~P:"':SLiK tN:>ONES~A
LDH1 (HHHH), LDH2 (HHHM), LDH3 (HHMM), LDH4 (HMMM) dan LDH5
(MMMM). Dijumpai pula isoenzim LDH ke-6 yaitu LDH6 dengan 4 peptida
X atau C sehingga sering disebut LDHx atau LDHc. Subunit LDH6 ini
dijumpai pada testis manusia postpubertal. LDH6 ini dapat dijumpai pada
serum pasien dengan sakit berat. Jaringan yang berbeda akan
menunjukakan isoenzim yang berbeda. Isoenzim LDH 1 dan LDH 2
dominan dijumpai pada otot jantung, ginjal dan eritrosit, LDH4 dan LDH 5
dominan dijumpai pada hati dan otot rangka.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO I IFCC
Enzimatik
metode
Oksidasi dari L-Iaktat rnenjarf piruvat dengan perantara
prinsip
NAD sebagai akseptor ion hidrogen pada suhu 3rC.
b. yang banyak digunakan saat ini :
sarna dengan metode WHO/IFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) Serum: yang direkomendasikan
2) Plasma EDTA : dapat digunakan tanpa perbedaan hasil dengan
serum
3) Plasma Heparin: dapat digunakan dengan keterbatasan
b. cara pengambilan
lebih diutamakan darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu kamar stabil selama 3 hari
2) pada suhu 20- 25C stabil selama 7 hari
3) suhu -20C stabil selama 6 minggu kecuali LDH-4 dan LDH-5
4) Tidak boleh dibiarkan terbuka pada suhu 3rC
4. Linearitas
Sampai dengan 800 U/L.
5. Limitasi
a. pada spesimen plasma mungkin terdapat kontaminasi dari LDH yang
berasal dari trombosit, karena trombosit mengandung LDH yang tinggi
72
~E~TERjKESEHATA~
REP',;i3;)~;ND0NESiA
Piruvat to Lactate
Enzimatik, 300e
Konvensional
(U/L)
Satuan
Internasional
(U/L)
Neonatus
Dewasa
415 - 690
140 - 280
415 - 690
140 - 280
Enzimatik 37e
Dewasa
208 - 378
208 - 378
Lactate to Piruvat
Enzimatik, 300e
Dewasa
35 -100
35 -100
0-4 hr
4 - 10 hr
10 hr- 24 bl
24 bl- 12 th
12 - 60 th
60 - 90 th
290 -775
545 - 2000
180 - 430
110 - 295
110-210
99 -284
290 -775
545 - 2000
180 -430
110 - 295
110-210
99 - 284
Enzimatik
sz-c
R. TROPONIN Til
1. Definisi
Troponin merupakan suatu komplek protein yang berperan dalam
kontraksi otot rangka dan otot jantung. Troponin dijumpai melekat pada
tropomiosin dan terletak dalam filament-filamen actin. Terdapat 3 subunit
troponin yaitu:
Troponin C (TnC) disebut juga the calcium-binding component, yang akan
berikatan dengan ion Calsium yang akan merangsang Troponin I (TnI).
Troponin T (TnT) disebut juga the tropomyosin-binding component, yang
berikatan dengan tropomyosin membentuk kompleks troponin
tropomyosin.
Troponin I (Tnl) disebut juga the inhibitory component yang berikatan
dengan actin, menahan kompleks troponin-tropomyosin pada tempatnya.
73
)/,=;\'ERi KESEHATAX
2:;:.pi";BL'K iNOONESiA
1)
2)
5. Limitasi
a. dipengaruhi oleh spesifisitas antibodi dan epitope yang dipakai
b. antikoagulan yang dipakai harus sesuai dengan kit yang dipakai
6. Nilai Rujukan
Troponin I dengan metode RIA
: <10l-lg/L
ELISA
: s 3,11Troponin T dengan metode ELISA: g1iL
0-0,1 1-g1iL
74
ME[\TER~KESEHATAN
REP\iBUK iNDONESiA
s.
FOSFOR
1. Definisi
Fosfat (fosfor) tubuh terdapat dalam bentuk anion fosfat. Konsentrasi
fosfat inorganik dipengaruhi oleh fungsi kelenjar paratiroid, vitamin,
absorpsi usus, fungsi ginjal, metabolisme tulang dan nutrisi.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip
Kompleks fosfomolibdat - uv
Fosfat bereaksi dengan amonium molibdat untuk
membentuk kompleks yang dapat diukur langsung
dengan spektrofotometer pada A ultraviolet 340 nm.
Linearitas
0,31-20,0 mg/dL.
ENTcRlKESEHATAN
R;:;;P;_;S~iK lNDONESiA
5. Limitasi
a. trombositosis dapat menyebabkan fosfat meningkat palsu.
b.. fosfat meningkat pada gagal ginjal, hipoparatiroid, tumor lysis
syndrome,
keganasan,
insufisiensi
adrenal,
akromegali,
hipervitaminosis
D,
metastasis
osteolitik,
asidosis,
pseudohipoparatiroid, sirosis.
c. fosfat menurun pada hiperparatiroid, defisiensi vitamin D,
malabsorpsi, malnutrisi, kelaparan, transplantasi tulang, defisiensi
hormon pertumbuhan, alkoholisme kronik, alkalosis, metastasis
osteoblastik, gout, hiperkalsemia berat, renal tubular acidosis,
kehamilan dan hipotiroid.
6. Nilai Rujukan
Tabel 21. Nilai Rujukan Fosfor
Metode
Konvensional
(mg/dL)
Faktor
konversi
Kolorimetrik
Tali pusat
Prematur (1 mg)
0- 10 hr
10 hr- 24 bl
24 bl- 12 th
12 - 60 th
> 60 th
Lk
Pr
3,7 - 8,1
5,4 - 10,9
4,5 - 9,0
4,5 -6,7
4,5-5,5
2,7 -4,5
2,3-3,7
2,8 - 4,1
0,323
Satuan
Internasional
(mmoIlL)
1,20 - 2,62
1,74 -3,52
1,45 - 2,91
1,45 - 2,16
1,45 -1,78
0,87 -1,45
0,74-1,20
0,90 -1,32
7. Nilai Kritis
Nilai kritis: <1,0 mg/dL.
T. KALSIUMTOTAL
1. Definisi
Kalsium adalah unsur mineral paling banyak dalam tubuh dengan
distribusi utama pada tulang dalam bentuk hidroksiapatit. Kalsium
ekstrasel berperan penting dalam koagulasi darah, konduksi saraf, kerja
otot, aktivasi enzim dan menjaga integritas dan permeabilitas membran
sel.
76
i1{\c:"-iTERi KESEHATAi\
R:;:P'J3U'< iNOONESjA
2.
3.
standar WHO/IFCC
metode
Atomic absorpstion spectrophotometry (AAS)
prinsip
Kalsium mengabsorpsi cahaya dengan A 422,7 nm.
Jumlah cahaya yang diabsorpsi
berbanding lurus
dengan kadar kalsium.
b.
Metode
prinsip
2)
metode
prinsip
Spesimen
a.
jenis spesimen
serum, plasma lithium-heparin.
Tidak boleh menggunakan
EDTA.
Pemeriksaan kalsium bebas tidak boleh menggunakan pada lithium
heparin
b. cara pengambilan
plebotomi
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) suhu 20_ 25C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 4_ 8C stabil selama 3 minggu
3) pada suhu -20C stabil selama 8 bin
4) calsium ion : 1 jam
77
MENTER! KESEHATA.i\\
REPUGUK !NDONESfA
4.
Linearitas
Rentang pengukuran kalsium total pada 0,4-20 mg/dL.
5. Limitasi
a. tidak boleh menggunakan EOTA karena EOTA akan mengikat
kalsium, menyebabkan kadar rendah palsu.
b. pemeriksaan kalsium bebas lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan
kalsium total. Hipokalsemia ditemukan pada gagal ginjal kronik,
hipoalbuminemia,
defisiensi
magnesium,
hipoparatiroid,
pseudohipoparatiroid, osteomalasia, defisiensi vitamin 0, pankreatitis
hemoragik dan pada fase penyembuhan terapi hiperparatiroid,
hipertiroid dan keganasan darah (hungry bone syndrome).
c. hiperkalsemia dapat ditemukan pada hiperparatiroid, keganasan,
hipervitaminosis 0, mieloma multipel, penyakit Paget, sarkoidosis,
tirotoksikosis, penyakit Addison.
;
6. Nilai Rujukan
Tabel 22. Nilai Rujukan Kalsium Total
Metode
Konvensional
Faktor
Satuan
kelamin
(mg/dL)
konversi
internasional
(mmoI/L)
Spektrofotometri
Tali pusat
8,2 -11,2
0,25
2,05 - 2,80
Prematur
10 hr
6,2 -11,0
7,6-10,4
MENTER! KESEHATAN
REPUBUK iNDONES!A
U. MAGNESIUM
1. Definisi
Magnesium adalah unsur kimia bernomor atom 12 dengan berat molekul
24,312. Magnesium adalah kofaktor banyak enzim intraselular termasuk
enzim-enzim ATP-ase. Magnesium terutama terdapat intrasel semua
jaringan dan tulang.
2. Metode dan Prinsip
a. standar WHO/I FCC
Atomic absorption spectrophotometry
metode
Setiap unsur kimia mengabsorpsi cahaya dengan
prinsip
panjang gelombang yang unik pada keadaan tidak
tereksitasi. Magnesium mengabsorpsi cahaya dengan
A 285,2 nm.
b. yang banyak digunakan saat ini
Kolorimetri dengan klorofosfonazo
metode
Klorofosfonazo
III (CPZIII) berikatan dengan
prinsip
magnesium
dan
menyebabkan
peningkatan
absorbans.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
serum atau plasma (heparin).
b. cara pengambilan
Serum/plasma harus secepatnya
darah 5 mL dari plebotomi.
mencegah peningkatan magnesium
dipisahkan dari darah untuk
serum akibat tirisan sel.
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 20-25C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 4_ 8C stabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 7 hari
4.
Linearitas
Linearitas pada 0,24-6,08 mg/dL. Spesimen dengan kadar yang lebih
tinggi harus diencerkan 1:1 dengan air suling. Lalu diperiksa ulang dan
hasil dikalikan 2.
MENTERIKESEHATAN
RE?!JBUK INDONESiA
5. Limitasi
a. bilirubin berpengaruh pada kadar 60 mg/dL. Hemolisis menyebabkan
interferensi.
b. hipomagnesemia dapat disebabkan oleh peningkatan ekskresi di
ginjal dan/atau di saluran gastrointestinal seperti pada diare kronik,
ataupun karena asupan yang kurang.
Hipomagnesemia dapat
menyebabkan aritmia jantung, gangguan neuromuskular (tetani,
konvulsi, penurunan kesadaran) dan hipokalsemia refrakter.
c. hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, penyakit Addison,
asidosis diabetik, dehidrasi atau akibat terapi.
Pemeriksaan
magnesium dapat diqunakan dalam monitoring terapi antikonvulsan
magnesium sulfat atau terapi yang menyebabkan kehilangan
magnesium seperti pada terapi cis platinum.
d. serum hemolisis menyebabkan konsentrasi magnesium meningkat.
e. peralatan harus bersih dari detergen.
f. peralatan harus disposibel.
6. Nilai Rujukan
Tabel 23. Nilai Rujukan Magnesium
Metode
Usia dan
jenis
kelamin
Kolorimetrik 8ayi baru lahir
5 bl- 6 th
6 - 12 th
12 - 20 th
Dewasa
60 - 90 th
> 90 th
7.
Konvensional
(mg/dL)
Faktor
konversi
1,5 -2,2
1,7-2,3
1,7-2,1
1,7-2,2
1,6 - 2,6
1,6 - 2,4
1,7-2,3
0,4114
Nilai kritis
~ 1.0 mg/dL atau ~9,0 mg/dL
Satuan
internasional
(mmoIlL)
0,62 - 0,91
0,70 - 0,95
0,70 - 0,86
0,70 - 0,91
0,66 -1,07
0,66 - 0,99
0,70 - 0,95
MEN:ER!KESEHATAN
REPUB~_n<i"NDONES~A
Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma Li-heparin
3) urin
b. cara pengambilan
1) pungsi vena
2) urin 24 jam
c.
K
CI
4.
20- 25C
2_ BOC
-20C
14 hari
14 hari
14 hari
14 hari
14 hari
14 hari
1 tahun
1 tahun
1 tahun
Linearitas
Serum : Na (80-180 mEq/L)
K (1.5-10 mEq/L)
CI (60-140 mEq/L)
ME~TERIKESEHATAN
REPliBUK iNDONESIA
5. Limitasi
Hemolisa (Hb > 1g/dL),
ikterus (bilirubin> 60 mg/dL),
lipemia (intralipid > 2000 mg/dL)
6. Nilai Rujukan
Metode
Konvensional
(mEq/L)
Faktor
konversi
f Flame
otometri,
ISE,
Kinetik
116 - 140
128 -166
- 148
126
1,0
Satuan
Internasional
(mmoI/L)
116- 140
128-148
126
- 166
133 -146
133-146
139 -146
138 - 145
136 -145
132 -146
139-146
138- 145
136- 145
132- 146
Satuan
Faktor
konversi
internasional
(mmoI/L) Flame
Konvensional
(mEq/L)
5,0 -10,2
1,0
Prematur
48 jam
Tali pusat
8ayi
baru
Matur
lahir
Infant
Anak-anak
Dewasa
5,0 -10,2
3,0 -6,0
5,6 -12,0
3,7 -5,9
3,0-6,0
5,6 -12,0
3,7 -5,9
4,1 - 5,3
3,4 - 4,7
3,5 - 5,1
4,1-5,3
3,4 - 4,7
3,5 - 5,1
Metode
Konvensional
(mEq/L)
Faktor
konversi
Kolorimetrik
Tali pusat
Prematur
0- 30 hr
Dewasa
> 90 th
96 -104
95 -110
98 - 113
98 -107
98 - 111
1,0
Satuan
internasional
(mmollL)
96 -104
95 - 110
98 -113
98 -107
98 - 111
ME~~ERiKESEHATAN
7. Nilai Kritis
Na : s 120 mM/L
K : < 2,5 mM/L
CI : < 80 mEq/L
W. GLUKOSA
1. Definisi
Glukosa adalah karbohidrat dalam bentuk monosakarida. Glukosa dalam
darah jika tidak diperlukan akan disimpan di dalam hati dalam bentuk
glikogen melalui proses glikogenesis. Jika diperlukan glikogen ini dapat
diubah kembali menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis, dan
dilepaskan ke dalam darah.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip
GOD
Glukosa dioksidasi secara enzimatik menggunakan enzim GOD
(glukosa oksidase), membentuk asam glukonik dan H202
kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan
enzim peroksidase (POD) sebagai katalisator membentuk
quinomine. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi glukosa dalam spesimen dan diukur secara fotometri
pada A 340nm
Glukosa + O2 + H20
GOD
POD
metode
prinsip
Heksokinase
Heksokinase (HK) sebagai katalisator mengubah glukosa
menjadi glukosa 6-phosphat dan ADP. Glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G-6-PDH) mengoksidase glukosa 6-fosfat
menjadi glukosa-6-P dan
NADP menjadi NADPH.
8anyaknya NADPH yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi glukosa dalam spesimen dan diukur secara
fotometri pada panjang gelombang 340nm.
HK
ME!\'TERi KESEHATAK
:::;:::;:;>:..aUK ;NDONES!A
3. Spesimen
a. jenis spesimen
serum, plasma EDTA, darah kapiler
b. cara pengambilan
Gula darah puasa, sewaktu dan 2 jam setelah makan
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 20- 25C stabil selama 6 jam
2) pada suhu 2_ BOC stabil selama 3 hari
3) pada suhu -20C selama 3 bulan.
4. Linearitas
a.
B
4
MENTER! KESEHATA\\
6. Nilai Rujukan
Tabel 27. Nilai Rujukan Glukosa
Metode
Puasa
HeKsokinase,
GOD PAP
Usia dan
jenis
kelamin
Tali pusat
Prematur
Neonatus
1 hr
> 1 hr
Anak-anak
Dewasa
60 - 90 th
> 90 th
2 jam post
Faktor
Konvensional
konversi
(mg/dL)
45-96
20-60
30-60
40-60
50-80
60 -100
74 -106
82 - 115
75 - 121
<
120
0,0555
Satuan
internasional
(mmoI/L)
2,5-5,3
1,1- 3,3
1,7-3,3
2,2 -3,3
2,8 -4,4
3,3-5,6
4,1 - 5,9
4,6-6,4
4,2 -6,7
<
6,66
prandial
x.
HbA1c
1. Definisi
HbA1c adalah glikohemoglobin yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik
antara glukosa dengan N- terminal valin rantai b HbA dalam eritosit.
Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi
ketoamin yang stabil dan irreversibel, sehingga kadar HbA1c dapat
menggambarkan rerata konsentrasi glukosa dalam darah selama 3 bulan
terakhir sesuai umur eritrosit. Berdasarkan hal tersebut kadar HbA1c
dalam darah dapat dipergunakan untuk mengetahui rerata kadar glukosa
darah dalam 3 bulan terakhir pada penderita diabetes mellitus.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
metode
Pemisahan berbagai komponen jenis Hb oleh karena
Prinsip
perbedaan muatan antar molekul Hb tersebut.
Hemolisat yang mengandung berbagai jenis molekul
Hb yang berbeda akan diabsorbsi pada fase padat
yang bermuatan positif. Kecepatan elusi dari Hb yang
berbeda jenis ditentukan oleh pH dan kekuatan ionik
larutan dapar pengelusi. Fraksi yang dielusi dapat
85
MEN'ERi KESEHATAI"Ii
REP\J6UK INDONESiA
Imuno Turbidimetri
HbA 1c dalam darah akan bereaksi dengan antibodi
anti HbA1c membentuk kompleks antigen-antibodi yang
larut, antibodi anti-HbA 1c yang tidak terikat akan
beraksi
dengan
polyhapten
yang
ditambahkan
membentuk kompleks antibody-polyhapten yang tidak
larut yang
dapat diukur secara turbidimetri.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
whole blood +EDTNheparin/oksalat
b. cara pengambilan
dengan vena punksi
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) Pada 20-25C: 3 hari
2) Suhu 2_ 8C: 7 hari
3) Suhu -20C : 6 bulan
4. Linearitas
2.0-16,0%
5. Limitasi
a. kadar terendah HbA 1c yang dapat dideteksi pada metode
turbidimetri adalah 0,2 g/dL
b. spesiman ikterik (bila kadar bilirubin > 50 mg/dL) akan meningkatkan
kadar HbA1C secara palsu
c. spesimen hemolisis akan menurunkan kadar HbA 1C secara
palsu d. lipemik (bila kadar trigliserida > 800 mg/dL)
e. faktor rematoid > 750 IU/mL
f. asam ascorbat > 50mg/dL.
86
MENTERiKFSEHATAN
RE;PIJBUK lNDDNES!A
6. Nilai Rujukan
2.5-6.0 %
6.1 - 8.0 %
>8.0 %
: kontrol DM baik
: kontrol DM sedang
: kontrol DM buruk
HbA1c
HbA1c
(DCCT)
(IFCC)
mmol/mol
4.0
5.0
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
20
31
42
48
53
59
64
75
86
97
108
Definisi
Kelompok prostetik hemoglobin adalah besi kompleks protoporfirin IX
(heme) di mana atom terletak di pusat bertindak sebagai stabilisator besi
dari oksihemoglobin. Banyak enzim dan koenzim memerlukan besi,
misalnya peroksidase, katalase, sitokrom (yang juga protein heme),
banyak enzim dari siklus Krebs, dan oksidase monoamina (yang terlibat
dalam neurotransmission).
kadar besi tubuh total adalah sekitar 3 - 3,5 g. Dari jumlah ini sekitar 2,5
9
terdapat dalam eritrosit atau prekursornya di sumsum tulang. Plasma
hanya mengandung 2,5 mg besi. Besi diangkut sebagai Fe (III) terikat
pada apotransferrin protein plasma. The apotransferrin-Fe (III) disebut
transferin. Besi disimpan terutama di hepatosit terikat feritin dan
hemosiderin. Kebutuhan total tubuh bervariasi dari 1 hingga 2 mg per hari
tergantung pada usia dan jenis kelamin.
87
MENTERiKESEHATAN
P\EP\,J~'_iKIN'JONESfA
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO IIFCC
metode
prinsip
88
Nlc;'\iTER! KESEHATAt\
RE?\J6LiK iNDONESiA
5. Limitasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
6. Nilai Rujukan
Tabel 28. Nilai Rujukan Serum Iron (Fe)
Z.
Metode
Konvensional
(J.lg/dL)
Faktor
konversi
Kolorimetrik
100 - 250
40 - 100
50 -120
65 -175
50 - 170
0,179
Satuan
internasional
(J.lmoI/L)
17,9-44,8
7,2 -17,9
9,0-21,5
11,6-31,3
9,0 - 30,4
rnaci
1. Definisi
Tes yang mengukur kadar transferin secara tidak langsung dalam aliran
darah. Transferin adalah protein yang membawa besi dalam tubuh. Tes
ini digunakan untuk mengevaluasi anemia.Peningkatan nilai TIBC dapat
ditemukan pada anemia defisiensi besi, dan polisitemia vera. Kapasitas
pengikatan besi total yang lebih rendah dari normal dapat dilihat pada
89
ME0lTERI KESEHATAN
~EP~;i3i_1l<; iNDONES!A
90
W.E~TERIKESEHATA~
~;::P;;BUK iNDOl'lt";SlA
Kolorimetrik
(1-I9/dL)
Faktor
konversi
Satuan
internasional
(umol/L)
250 - 425
0,179
44,8 -76,1
Usia dan
jenis
kelamin
Konvensional
Oewasa
AA.AMILASE
1. Definisi
Amilase adalah enzim yang menghidrolisis amilum menjadi glukosa,
disekresi oleh kelenjar ludah dan pankreas.
2. Metodedan
Prinsip a. standar
WHO/IFCC
metode
prinsip
ME\lTERi Kf:SErlATAN
~2-:?;;3',)" lNDONES;A
cara penyimpanan
1) pada suhu 20-25C stabil selama 1 hari
2) pada suhu 2_ BOCstabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 2 bulan - 1 tahun
4. Linearitas
Linear sampai 1500 U/L.
5. Limitasi
a.
b.
c.
d.
6. Nilai Rujukan
Tabel 30. Nilai Rujukan Amilase
Metode
Enzimatik
Usia dan
jenis
kelamin
8ayi baru
lahir
Dewasa
60 - 90 th
Konvensional
(U/L)
5-65
27 - 131
24 -151
92
Faktor
konversi
0,017
Satuan
internasional
(JJKatlL)
0,09-1,11
0,46 - 2,23
0,41 - 2,57
Mc~TERiKESEHAT~~
;:;;::;:?\;o'-.iK iNDCNESlA
SS.LlPASE
1.
Definisi
Lipase adalah enzim yang menghidrolisis terutama estergliserol asam
lemak rantai panjang (pada C1 dan C3 dari ikatan ester), menghasilkan
dua molekul asam lemak dan satu molekul ~-monogliserid,dihasilkan oleh
kelenjar pankreas dan sebagian kecil dari usus halus.
Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
heparin
b. cara pengambilan
1) kapiler
2) vena
ME7';TER! I<ESEHATAN
REPUSUK INDONESlA
c.
4. Linearitas
Sampai 1000 U/L
5. Limitasi
a.
b.
c.
d.
6. Nilai Rujukan
Tabel 31. Nilai Rujukan Lipase
Metode
Titrasi
Usia dan
jenis
kelamin
Dewasa
Konvensional
(U/L)
Faktor
konversi
< 160
0,017
Satuan
internasional
(JJKatlL)
< 2,72
Turbidimetri
Dewasa
> 60 th
13-141
0,302
0,22 - 2,40
0,00 - 5,13
Optimized
turbidimetri
20 - 60 th
> 90 th
31 -186
26 - 267
0,53 - 3,16
0,44 -4,54
cc. KOLINESTERASE
1. Definisi
Kolinesterase adalah enzim hidrolase yang menghidrolisis asylkolin atau
asetilkolin menjadi kolin dan karboksilat atau asetat, dihasilkan oleh
jaringan (PChE: hati, pancreas, otak, ginjal, usus halus dan miokardium;
AChE: RBC, jaringan saraf, otot rangka, plasenta).
ME~TER1KESEHATAN
~EP~B:_iK lNVON2S:A
2. Metodadan Prinsip
a. standard IFCC
metode
Kolorimetrik, substrat butiriltiokolin (BTC)
prinsip
butiriltiokolin dihidrolisis kolinesterase menjadi tikolin
dan butirat.
Tiokolin direaksikan dengan DTNB [dithiobis-(2nitrobenzoic
acid)]
membentuk
2-nitro-mercapto
benzoat,
senyawa
berwarna.
Intensitas warna
sebanding dengan aktivitas kolinesterase, dibaca pada
A 405 nm.
b. yang banyak digunakan saat ini
metode
Kinetik kolorimetrik, DGKC
prinsip
Kolinesterase dalam serum/plasma menghidrolisis
butiriltiokolin menjadi butirat and tiokolin. Lalu tiokolin
mereduksi
ion-ferisianida
menjadi
ferosianida.
Penurunan nilai absorbansi yang dibaca pada A 405
nm sebanding dengan aktivitas enzim dalam sampel.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) heparin
b) EDTA
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 20-25C stabil selama 1 hari
2) pada suhu 2_ BOCstabil selama 7 hari
3) pada -20C stabil selama 2 bulan sampai dengan 1 tahun
4. Linearitas
Sampai 12000 U/L
5. Limitasi
a. reagen kerja hanya stabil 2 jam pada suhu kamar
b. hemoglobin> 200 mg/dL
c.
d.
bilirubin> 20 mg/dL
triglycerides> 1000 mg/dL
6. Nilai Rujukan
Tabel 32. Nilai Rujukan Kolinesterase
Metode
Usia dan
jenis kelamin
Kolorimetri
Konvensional
(u/L)
4,9-11,9
Faktor
kor.versi
1,0
Satuan internasional
(lJKatlL)
4,9-11,9
ME~TERIKESEHAiAN.
REP;~;BUK IN;)mJES!A
a)
b)
c)
2)
3)
d. penanganan spesimen
1) tehnik pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan
2) kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat
3) penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan khusus
4) kondisi pengiriman spesimen sudah tepat
e. persiapan sampel untuk analisa
1) kondisi sampel memenuhi persyaratan
2) volume sampel cukup
3) identifikasi sampel sudah benar
2. Tahap Analitik
a. persiapan reagen
1) reagen memenuhi syarat
2) masa kadaluarsa tidak terlampaui
3) cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar
4) cara pengenceran sudah benar
5) pelarutnya memenuhi syarat
6) penyimpanan dan stabilitas reagen
b. pipetasi reagen dan sampel
1) semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih, memenuhi
persyaratan
2) pipet yang digunakan sudah dikalibrasi
3) pipetasi dilakukan dengan benar
4) urutan prosedur diikuti dengan benar
c.
inkubasi
1) suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan
2) waktu inkubasi tepat
d. pemeriksaan
alatlinstrumen berfungsi dengan baik (terkalibrasi)
e.
pembacaan hasil
penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian sudah benar.
Apabila menggunakan faktor perlu penilaian berkala terhadap faktor
yang digunakan.
c.
:r~\:~,KESEHATAi\i
~;:'~lj2UK iN90~t:SiA
dan jenis kelamin. Satuan penulisan juga harus sama antara hasil
pemeriksaan dengan nilai rujukan.
4.
D. PENCATATAN
Setiap laboratorium harus menentukan turn around time (waktu penyerahan
hasil pemeriksaan) sesuai dengan kemampuan laboratorium masing-masing.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeriksaan laboratorium diperlukan
dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan
untuk peningkatan pelayanan laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus
dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan
pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
Pencatatan kegiatan pemeriksaan di laboratorium dapat dilakukan dengan
membuat buku sebagai berikut:
1. Catatan register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data
pasien (nama umur, alamat, jenis kelamin dan lain-lain) dan jenis
pemeriksaan.
2. Catatan register besar/induk berisi data pasien secara lengkap serta
hasil pemeriksaan spesimen.
3. Catatan register/catatan kerja harian tiap tenaga :
a. data masing-masing pemeriksaan
b. data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
4. Catatan register pemeriksaan rujukan.
5. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.
6. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift).
7. Catatan register perawatan/kerusakan.
8. Kartu status alat dan catatan stok reagen.
9. Catatan kalibrasi.
jV:~\'E;:<.[ KESEhATA?>!
:=\::;:::-:';3:"''',(;i'{~01\iESi.A
V. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan adalah semua
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium.
Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) mengandung komponen:
A. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus
agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian penyimpangan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
1. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pemantapan Mutu Internal
Berapa faktor yang mempengaruhi pemantapan mutu internal antara lain
komitmen untuk mencapai hasil yang bermutu, fasilitas, dana, petugas
yang kompeten, tindakan kontrol terhadap faktor pra analitik, analitik dan
pasca analitik, monitoring kontrol dengan statistik serta adanya
mekanisme pemecahan masalah.
2. Kegiatan Pada Pemantapan Mutu Internal
a. kontrol pra analitik
1) persiapan spesimen
sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih
dahulu dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen untuk itu perlu dibuat petunjuk tertulis untuk persiapan
pasien pada setiap pemeriksaan laboratorium
2) pengambilan dan penanganan spesimen
spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan
waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,
pengawetlantikoagulan, sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen
3) penyimpanan dan transportasi spesimen
metode transportasi spesimen, separasi dan penyimpanan harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
4) identifikasi dan pencatatan pasien
sebelum melakukan pemeriksaan perlu diperhatikan identifikasi
dan pencatatan data pasien dengan benar
100
M=NTERiKESEHATAN
~EPU3UK!~DOl\!cSiA
5) kalibrasi Peralatan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat
perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala sesuai dengan
petunjuk pabrikan.
Kalibrasi peralatan untuk alat yang
dikeluarkan oleh pabrik tertentu dapat dilakukan oleh pabrik yang
memproduksi alat tersebut. Untuk alat alat yang tidak dikeluarkan
oleh pabrik tertentu dapat dilakukan oleh badan/institusi yang
berwenang.
Kalibrasi dilakukan dengan kalibrator, dilakukan pada pertama kali
alat dioperasionalkan, secara berkala, bila kontrol tidak memenuhi
syarat atau pada saat setelah perbaikan alat. Oapat dikerjakan
sendiri atau dengan bantuan pemasok (vendor).
6) pemilihan metode pemeriksaan
a) menggunakan metode pemeriksaan yang sudah baku, dan
dianjurkan oleh 8adan/Lembaga Internasional
b) menggunakan reagensia yang stabil
c) reagen mempunyai nilai sensivitas dan spesivitas yang baik
d) sebaiknya digunakan metode yang mudah dilakukan
e) periksa adanya kesinambungan dari reagen
7) pemilihan larutan standar, kalibrator dan bahan kontrol
ketelusuran hasil pemeriksaan sering tergantung pada kualitas
bahan kontrol dan kalibrasi yang dikeluarkan oleh pabrik yang
memproduksi. Mutu bahan kontrol dan kalibrator yang baik dan
metode yang tetap digunakan untuk validasi metode dan reagen
yang digunakan.
8) dokumentasi metode kerja
langkah-Iangkah
metode
pemeriksaan
(SOP)
penting
didokumentasikan untuk menjaga konsistensi mutu hasil
pemeriksaan jika digunakan oleh analis yang berbeda. SOP wajib
dikaji ulang dan diperbaharui secara berkala.
9) kompetensi petugas pemeriksa
petugas yang berperan dalam
proses pemeriksaan di
laboratorium harus memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan
yang memadai untuk menjalankan proses pemeriksaan dengan
benar. Pendidikan dan pengalaman sangat diperlukan disamping
pelatihan dan lokakarya yang diselenggarakan oleh organisasi
profesi secara berkala.
101
ME~TER~KESEHATAN
R~P~JBLiKiNDONESIA
b. kontrol analitik
monitoring proses analitik yaitu dengan melakukan uji ketelitian dan
ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol.
Oalam penggunaan bahan kontrol, pelaksanaannya harus
diperlakukan sama dengan bahan pemeriksaan spesimen, tanpa
perlakuan khusus baik alat, metode pemeriksaan, reagen maupun
tenaga pemeriksa.
Oalam melaksanakan uji ketelitian dan ketepatan ini digunakan bahan
kontrol assayed, sekurang kurangnya digunakan 2 bahan kontrol
dengan kadar yang berbeda (normal dan abnormal).
Untuk menilai hasil pemeriksaan yang dilakukan terkontrol atau tidak,
digunakan Control Chard Levey-Jennings dan aturan Westgard.
Sistem ini bertujuan untuk memonitor variasi yang timbul selama
pemeriksaan, baik variasi sistemik ataupun random.
Kegiatan yang harus dilakukan pada pengujian ini adalah:
1) periode pendahuluan
pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai
rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya.
Caranya adalah sebagai berikut:
a) periksa bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan
spesimen setiap hari kerja diperiksa sampai mencapai 25 hari
kerja. Apabila belum diperoleh, dapat menggunakan nilai
kontrol dari pabrik.
b) catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam
formulir periode pendahuluan. Contoh formulir periode
pendahuluan dapat dilihat pada formulir 1.
c) setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata
ratanya (mean), standar deviasi (SO), Koefisien Variasi (CV),
batas peringatan (Mean 2S0) dan batas kontrol (mean
3S0).
d) teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean
3S0.
Bila ada maka nilai tersebut dihilangkan dan tulis
kembali nilai pemeriksaan yang masih ada kedalam formulir A
periode pendahuluan, kemudian hitung kembali nilai mean,
SO, CV, mean 2S0, mean 3SU.
Nilai mean dan SO yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai
rujukan pada periode kontrol.
2) periode kontrol
merupakan periode untuk menentukan
pemeriksaan pada hari
102
MENTERlKESEHATA~
REPiJBL'K !!\3!)O~Ji:S;A
103
MENTERl KESEHATAN
~EP;_;BUX: INDONESiA
Keterangan
1
2
3
4
Symbol
1 -3s
2-2s
Type
Kesalaha
n
Random
Sistematik
2 of 32s
R-4s
Random
Sistematik
4-1s
Sistematik
10-X
Sistematik
MENTERiKESEHA1AN
REP~B::JK iNDONESiA
SD x 100
X
so
Presisi
(ketelitian)
sering
dinyatakan
juga
sebagai
(ketidaktelitian).
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem/metode
Impresisi
tersebut
dan sebaliknya.
Oi bawah ini dicantumkan batas minimum presisi (CV maksimum)
beberapa pemeriksaan dalam kimia klinik:
Tabel 33. Oaftar Batas Minimum Presisi (CV Maksimum)
Parameter
Bilirubin total
Kolesterol
Kreatinin
Glukosa
Protein Total
Albumin
Ureum
Asam urat
Trigliserida
CV Maksimum
7
6
6
5
3
6
8
6
7
GOT
GPT
YGT
LOH
Fosfatese Alkali
7
7
7
7
7
Fosfatase Asam
Kolinesterase
Kreatin Kinase
Natrium
Kalium
Klorida
Kalsium
Fosfor Organik
Magnesium
Besi
11
7
8
7
2,7
2
3,3
5
4
7
ME~TER!KESEHATAN
REP;Ji3UK !NDONESlA
.. ~_ _ow. _ ._.._
~ ._.,.
.
_
.-::::..
_,_'-
_...
_.
Hasil
sebenamya
,.._._ .._":.:::: ..
_.._. -_
_-.- -
. _.
_
...._._~Xo.> -.~~.
Kesafahan
._. .
sistematik
tolal
Akurasi
- ~~:~~yI
~ ~
\ c t v' ,\'-Jj
~. : _/
~ ..:=--
;f.r~:""
/;-2r
~(;)~)
. cr-)') \
'1..
A. Akurasi buruk
Presisi buruk
B. Akurasi buruk
Presisi baik
c. Akurasi baik
Presisi baik
y;::""TER!KESEHATAN
R~P:"';3LJi<fNDONEStA
i\1ENTE~1 KESEHATAN
i\c;;;>l}SUK lNDONESiA
VI. KESEHATAN
DAN
KESELAMATAN
PEMERIKSAAN KIMIA KLiNIK
KERJA
01
LASORATORIUM
A. PEDOMAN UMUM
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pemeriksaan kimia klinik merupakan
bagian dari K3 laboratorium. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia.
Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka
berpotensi terinfeksi mikroorganisme patogen. Potensi infeksi juga dapat
terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat.
Petugas harus memahami K3 laboratorium dan tingkatannya, mempunyai
sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SOP, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik
menurut praktik laboratorium yang benar.
S. TATA RUANG DAN FASILITAS LABORATORIUM
1. Ruanganlaboratorium
a. seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
b. pertemuan antara dua dinding dibuat melengkung
c. permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan asam,
alkali, larutan organik dan panas yang sedang. Tepi meja dibuat
melengkung
d. ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah
dibersihkan
e. ada dinding pemisah antara ruang pasien dan laboratorium
f.
tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam setiap ruangan
laboratorium dekat pintu keluar
g. tersedia shower yang berada pada tempat yang mudah dijangkau
h. pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label KELUAR, alat
penutup pintu otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI
(BIOHAZARD)
i. denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon,
alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat) digantungkan di
beberapa tempat yang mudah terlihat
j. tempat sampah kertas, sarung tangan karet/plastik, dan tabung plastik
harus dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol
k. tersedia ruang ganti pakaian, ruang makan/minum dan kamar kecil
I. tanaman hias dan hewan piaraan tidak diperbolehkan berada di ruang
kerja laboratorium.
;v.'C:\Tc:qi KESEHATAN
RS\)~U(( i:-.iDONESIA
Sentrifus/alat
pemusing
8ahaya
Cara mengatasinya
Tusukan,
aerosol,
tumpahan
Aerosol,
percikan,
tabung
pecah
Mt::N-:-=~! KESEHATAN
RE:?UaL:;< iNDONESIA
Peralatan
laboratorium
Cara mengatasinya
8ahaya
Alat
pengguncang
(shaker)
Alat bantupipet
Aerosol,
percikan,
tumpahan
Sahaya
pemipetan
dengan
mulut, yaitu:
tertelannya
mikroorgani
sme
patogen,
inhalasi
aerosol dan
kontaminasi
pada ujung
tempat
menghisap
Pelindung
Tertahannya partikel sebesar 1-5 mikron.
Inhalasi
pernafasan
Melindungimata jika
aerosol
menggunakanpelindung
muka
penuh.
Pelindungmuka Pecahan,
Pelindungmuka : meJindungsi eluruhmuka
dan pelindung
percikan
Pelindungmata:
melindungi mata dan
mata
bagianmata.
Botol dengan Aerosol,
Perlindunganyang efektif
tutup berulir
tetesan
Lemariasam
Percikan
Memisahkan daerah kerja dengan
bahan
operator
kimia
110
MENTERI KESEHATAN
REP\JBUK INDONESIA
ME!'<iER; KESEHATAN
RE?USUK INDONESIA
b.
c.
d.
e.
MENTEf\i KESEHATAN
REPVBUK !NDCNESIA
ME;'\TER) KESEHATf.u~
REF..3BUK iNDONES!A
~E~\~R;KESEhATAN
REPIJ8UK iNOONESIA
MC:",,"";::'::;;
XESE;.y..,\TAN
REP";';8UK INDONESIA
VII. PENUTUP
Buku Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik mencakup berbagai hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan Kimia Klinik di laboratorium mulai dari tahap
Pra analitik, Analitik, Pasca Analitik, Pemantapan Mutu serta Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Laboratorium. Dengan disusunnya pedoman ini dapat
menjadi acuan bagi tenaga teknis yang melaksanakan pemeriksaan Kimia Klinik
di laboratorium sehingga didapatkan basil pemeriksaan Kimia Klinik yang
bermutu.