Anda di halaman 1dari 116

MENTER!

KESEHATAN
REP\,;SUK iNDONES~A

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1792/MENKES/SKlXII/2010
TENTANG
PEDOMAN PEMERIKSAAN KIMIA KLiNIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa pemeriksaan laboratorium kesehatan bidang kimia klinik


merupakan hal yang sangat menentukan dalam penegakan
diagnosis, monitoring terapi dan prognosis penyakit;

b.

bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan pemeriksaan


kimia klinik di laboratorium kesehatan agar dapat terlaksana
dengan efektif dan efisien, serta menghasilkan pemeriksaan
yang berkualitas, tepat, cepat, dan teliti perlu disusun suatu
pedoman;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia
Klinik;

1.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan
Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);

3.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);

MENTER! KESEHATAN
REPUBLIK lNDONESIA

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);

5.
6.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SKlIII/2003


tentang Laboratorium Kesehatan;
Nomor
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Pelayanan
1267/Menkes/SKlXII/2004
Tentang
Standar
Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;

7.

Keputusan

Kesehatan
Nomor
1224/Menkes/SKlXI/2007
Tentang Pedoman Klasifikasi dan
Kodefikasi Jenis
Pemeriksaan,
Spesimen,
Metode
Pemeriksaaan Laboratorium Kesehatan;

8.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 605/Menkes/SKlVII/2008


Tentang Standar Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai
Besar Laboratorium Kesehatan;

9.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/Menkes/PerNIII/2009


tentang Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi
Biologik dan Muatan Informasinya;

Menteri

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/Menkes/PerNII1I2009


tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New
Emerging dan Re-Emerging;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/Perlll1l2010
tentang Laboratorium Klinik;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes/PerNII1I2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PEMERIKSAAN KIMIA KLiNIK.

KEDUA

Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik sebagaimana dimaksud dalam


Diktum Kesatu tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

PEDOMAN

MENTERIKESEHATAN

REPU6UK ii':OONES!A

KETIGA

Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik merupakan acuan bagi


laboratorium kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Swasta serta pihak
pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pelayanan pemeriksaan
kimia klinik di laboratorium kesehatan.

KEEMPAT

Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan keputusan ini dilakukan


secara berjenjang oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas
dan fungsinya masing-masing.

KELIMA

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal14 Desember 2010

G RAHAYU SEDYANINGSIH

MENTER! KESEHATAN
REPUBUK. INDONESIA

Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor
: 1792/MENKES/SKXI1I2010
Tanggal : 14 Desember 2010

PEDOMAN PEMERIKSAAN KIMIA KLiNIK

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perneriksaan laboratorium rnerupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang
tidak terpisahkan dengan kegiatan pelayanan kesehatan lainnya untuk
rnenunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pernulihan kesehatan perorangan ataupun rnasyarakat.
Pelayanan kesehatan berbasis evidence based rnerupakan dasar pelayanan
di laboratoriurn kesehatan. Salah satu di antaranya adalah adanya hasil
perneriksaan laboratoriurn. Sebagai kornponen penting dalarn pelayanan
kesehatan, hasil perneriksaan laboratoriurn kirnia klinik digunakan untuk
penetapan diagnosis, pernberian pengobatan dan pernantauan hasil
pengobatan serta penentuan prognosis.
Pelayanan laboratoriurn kesehatan di Indonesia khususnya di bidang
perneriksaan kirnia klinik saat ini telah diselenggarakan di berbagai jenis dan
jenjang pelayanan, seperti pada Laboratoriurn Puskesrnas, Laboratoriurn
Kesehatan Kabupaten/Kota, Rurnah Sakit Urnurn (RSU) Kabupaten/Kota,
Balai Besar Laboratoriurn Kesehatan (BBLK), Balai Laboratoriurn Kesehatan
(BLK), Rurnah Sakit Urnurn (RSU) Pernerintah dan Swasta rnaupun
Laboratoriurn Klinik Swasta.
Adanya jenjang pelayanan dalarn perneriksaan kirnia klinik karena
rnenggunakan rnetode dan alat yang berbeda serta adanya perkernbangan
i1rnudan teknologi dalarn bidang perneriksaan, rnaka perlu dibuat pedornan
perneriksaan kirnia klinik yang dapat dijadikan acuan bagi tenaga teknis di
laboratoriurn dalarn rnelaksanakan perneriksaan kirnia klinik, agar diperoleh
kesarnaan rnetode perneriksaan dan akhirnya dapat rneningkatkan rnutu hasil
perneriksaan.

MENTERIKESEHATAN

REPUg'.JK INDONESIA

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tersusunnya Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik untuk dapat digunakan
sebagai pedoman pemeriksaan bagi petugas teknis laboratorium
kesehatan di Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Kabupaten/Kota, RSU
Kabupaten/Kota, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK), Balai
Laboratorium Kesehatan (BLK), Rumah Sakit pemerintah dan swasta
maupun Laboratorium Klinik Swasta.
2. Tujuan khusus
a. meningkatkan pengetahuan pelayanan teknis laboratorium klinik
khususnya dalam bidang kimia klinik dalam melakukan praktik
laboratorium yang baik dan benar dalam prosedur pra analitik, analitik
dan pasca analitik sehingga dapat meningkatkan mutu hasil
pemeriksaan.
b. terwujudnya kesamaan metode pemeriksaan parameter kimia klinik.
C. Sasaran
Pedoman pemeriksaan kimia klinik ditujukan untuk petugas teknis
laboratorium
kesehatan
di
Puskesmas,
Laboratorium
Kesehatan
Kabupaten/Kota, RSU Kabupaten/Kota, Balai Besar Laboratorium Kesehatan
(BBLK), Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), Rumah Sakit pemerintah dan
swasta maupun Laboratorium Klinik Swasta.
D. Ruang Lingkup
Pedoman pemeriksaan kimia klinik terdiri dari pra analitik, analitik, pasca
analitik, pemantapan mutu serta kesehatan dan keselamatan kerja. Pedoman
ini membahas pemeriksaan kimia klinik yang umum diperiksa di laboratorium
kesehatan, dan spesimen yang dibahas dibatasi pada spesimen darah yang
berasal dari manusia.
E. Pengertian
1. Akurasi (Ketepatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan analit yang sebenarnya. Akurasi nilai yang
menyatakan tingkat kebenaran hasil pengukuran sesuai dengan standar.
2. Antikoagulan adalah zat yang mencegah pembekuan darah.

MENTER! KESEHATAr'\l
~EPU8UK
INDONESIA

3. Bahan Kontrol adalah bahan atau substansi yang digunakan untuk


memantau ketepatan dan ketelitian suatu pemeriksaan atau untuk
mengawasi kualitas pemeriksaan.
4. Detektor adalah bagian dari fotometer yang berfungsi untuk mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik (fotodetector).
5. Kalibrator adalah bahan atau substansi yang digunakan untuk
mengkalibrasi peralatan.
6. Ketidakpastian (uncertainty) adalah parameter yang terkait dengan
pengukuran, yang menunjukkan penyebaran nilai yang dapat secara
layak diberikan pada besaran ukur.
7. Kit Insert adalah petunjuklketerangan operasional suatu produklkit reagen
yang dibuat oleh pabrik.
8. Kuvet adalah wadah yang digunakan sebagai tempat campuran hasil
reaksi yang akan dianalisa di jalur cahaya pada fotometer.
9. Linearitas adalah kemampuan metode analisis suatu sistem pemeriksaan
yang memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam
sampel.
10. Matriks adalah semua komponen atau substansi yang ada dalam bahan
pemeriksaan kecuali analit.
11. Monokromator adalah alat yang digunakan untuk menseleksi panjang
gelombang sehingga hanya satu panjang gelombang yang dilewatkan.
12. Nilai Kritis adalah nilai yang mencerminkan keadaan patologis yang dapat
membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan.
13. Nilai Rujukan adalah nilai yang digunakan sebagai acuan nilai normal dari
pemeriksaan.
14. Pemantapan
Mutu
Eksternal
(PME)
adalah
kegiatan
yang
diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang
bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
15. Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara
terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
errorJpenyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
16. Plasma adalah komponen darah berbentuk cairan yang tidak
mengandung sel darah tetapi masih mengandung faktor pembekuan.
17. Presisi (ketelitian) adalah kedekatan hasil pemeriksaan yang dilakukan
berulang dengan sampel yang sama.
18. Sampel adalah satu atau lebih bagian yang diambil dari suatu sistem dan
dimaksudkan untuk memperoleh informasi, sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan terhadap sistem tersebut atau produksinya.

MENTERiKESEHATM~

REPV6UK INDONESiA

19. Satuan adalah patokan untuk mengukur suatu besaran.


20. Serum adalah komponen darah berbentuk cairan yang tidak lagi
mengandung sel darah tanpa mengandungfaktor pembekuan.
21. Spesimen adalah sekumpulan dari satu bagian atau lebih bahan yang
diambillangsung dari suatu sistem.
22. Standar adalah zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui dan
diperoleh dengan cara penimbangan.
23. Sumber cahaya adalah bagian dari fotometer yang menghasilkancahaya.
24. Ketelusuran (Tracebility) adalah sifat hasil suatu pengukuran atau nilai
suatu standar yang dapat dihubungkan dengan acuan tertentu, biasanya
standar nasional atau internasional, melalui suatu rantai pembandingan
yang tidak terputus yang semuanya mempunyai ketidakpastiantertentu.
25. Turn Around Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh jenis pemeriksaan
tertentu mulai dari pengambilan sampel sampai hasil pemeriksaan
diberikan kepada pasien.
26. Uji Banding adalah pengujian yang dilakukan dengan pembanding, baik
alat atau reagen maupun metode, bisa dilakukan di dalam satu
laboratroiumsendiri atau laboratoriumlain.
27. Uji Profisiensi adalah uji yang dilakukan oleh laboratorium dengan
membandingkan hasil pemeriksaan terhadap bahan kontrol dengan
laboratorium lain.
28. Validasi adalah upaya yang dilakukan untuk memantapkan kualitas hasil
pemeriksaan.
29. Verifikasi adalah upaya pencegahan terjadinya kesalahan dalam
melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai
pasca analitik dengan melakukan pengecekan setiap tindakan/proses
pemeriksaan.

II. PRA ANALITIK


A. Alat
1. Jenis alat
a. Sentrifus
1) prinsip kerja
prinsip kerja sentrifus adalah melawan gaya tarik bumi (gravitasi)
dengan kekuatan sentrifugal sehingga partikel yang terlarut dalam
cairan akan terlempar keluar dari pusat putaran, dengan berat

MENTERiKESEHATAN
RE?VBUt( INDONESIA

paling besar akan terlempar terlebih dulu. Tenaga ini disebut


Relative Centrifugal Force (RCF) dalam satuan g
yang
menggambarkan daya pemisah alat tersebut.
2) jenis sentrifus
a) sentrifus dengan rotor jenis swingout
sentrifus jenis ini memiliki selongsong tabung yang melekat
secara bebas pada rotor sehingga apabila diputar,
selongsong bersama tabung sentrifus di dalamnya akan
berada pada posisi mendatar atau horizontal. Sedimen yang
terbentuk padat dan datar, namun kecepatan putaran lebih
rendah dibandingkan dengan jenis angle karena gesekan
udara lebih besar.
b)
sentrifus dengan rotor jenis angle atau
fixed
sentrifus jenis ini memiliki selongsong tabung yang melekat
secara tetap dengan sudut kemiringan 45 sehingga saat
diputar posisi selongsong dan tabung di dalamnya tetap pada
kemiringan tersebut. Sedimen yang terbentuk tidak sepadat
sedimen jenis swing-out dan permukaan yang miring
mengakibatkan mudah terurai kembali saat alat berhenti atau
ketika tabung dikeluarkan. Kecepatan putaran lebih cepat
karena gesekan udara lebih sedikit dibanding swing-out.
c) ultrasentrifus
sentrifus jenis ini memiliki kecepatan tinggi dan umumnya
memakai rotor jenis fixed dan dilengkapi pendingin karena
gesekan pada kecepatan tinggi dapat meningkatkan suhu di
dalam sentrifus sampai 5C. Kecepatan ultrasentrifus ini
dapat mencapai 20.000 g atau 15.000 rpm. Salah satu contoh
penggunaan ultrasentrifus di laboratorium adalah untuk
memisahkan lipoprotein atau kilomikron.
3)

kecepatan putaran
keeepatan sentrifus diukur dalam rpm yang tidak menggambarkan
daya pemisah alat tersebut. Terminologi yang benar adalah
Relative Centrifugal Force (ReF) dalam satuan g yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini atau
menggunakan Nomogram 1
g = radius rotor x rpm2 x 1,118 x 10-5
Radius rotor : panjang lengan rotor dari pusat tungkai pemutar
(em)
g
: diketahui
misalnya
: r 25 em, g 500 maka rpm 1337

MENTER!KESEHATAN
REFUBLlK INDONESIA

pada umumnya sentrifus kecil yang sederhana mempunyai


kecepatan putaran per menit (revolution per menitlrpm) antara
3000-5000 rpm yang dapat diatur menggunakan tombol pengatur
kecepatan. Kecepatan sampai 20.000 9 dapat diperoleh memakai
ultrasentrifus dengan pendingin.
4) penggunaan secara benar
kecepatan pemutaran sampel darah yang diusulkan NCClS
adalah 1000-1200 9 selama 5-15 menit, walaupun tidak ada
kecepatan dan waktu standar yang ditetapkan khusus untuk
darah atau serum. Untuk memperoleh hasil yang benar,
sebaiknya menggunakan tabung yang sesuai dengan anjuran
pabrik pembuat sentrifus. Hal ini terutama berlaku untuk jenis
sentrifus khusus seperti mikrosentrifus dan sentrifus berukuran
besar atau berkecepatan tinggi. Untuk kecepatan di atas 5000 9
perlu digunakan tabung polipropilen agar tidak pecah. Tabung
yang digunakan harus sesuai dengan ukuran selongsong agar
kedudukannya pas dan tidak boleh terlalu keluar dari
selongsongnya.
Sentrifus tidak boleh dijalankan bila belum tertutup rapat atau
dalam keadaan tabung belum seimbang. Tabung berukuran sama
perlu didudukan berhadapan dan untuk keseimbangan boleh
menggunakan tabung berisi air. Jangan mengisi tabung sampai
penuh tetapi sebaiknya hanya % bagian saja. Sebaiknya
menggunakan tabung tertutup atau tabung yang ditutup dengan
parafilm. Apabila sewaktu dijalankan terdengar bunyi yang
mencurigakan atau bunyi gesekan segera hentikan sentrifus
untuk melihat kemungkinan pecahnya tabung.
Sewaktu menggunakan sentrifus, kecepatan harus dinaikkan
secara bertahap dan tidak dibenarkan langsung memasang pada
kecepatan tinggi. Begitu pula sewaktu mematikan, sentrifus harus
ditunggu sampai berhenti dan tidak dibenarkan memperlambat
dengan tangan. Setelah berhenti, sebaiknya tutup sentrifus tidak
segera dibuka tetapi didiamkan dahulu sekitar 5 menit agar
terhindar dari kejadian infeksi oleh aerosol yang terbentuk selama
sentrifugasi
b. Pipet
1) jenis pipet
a) pipet volumetrik
pipet volumetrik adalah contoh pipet transfer yang dirancang
untuk memindahkan volume tertentu. Bagian tengah pipet

MENTERIKESEHATAN

REF'vBUK INDONESiA

menggelembung silindris dan besarnya volume tertera di


bagian atas. Pipet bagian bawah dibuat berangsur-angsur
keeil sedemikian rupa agar eairan yeng tersisa di ujung pipet
tidak akan mengakibatkan kesalahan pipet. Pipet ini eoeok
untuk eairan kental seperti darah atau serum
b) pipet serologik
pipet serologik adalah eontoh pipet ukur yang umum
digunakan, di mana skala ukuran tertera sampai ke bagian
ujung pipet. Apabila skala ukuran terhenti sebelum ujung pipet
berakhir disebut pipet Mohr. Pipet ini digunakan untuk larutan
reagen dan tidak dianjurkan untuk mengukur standar atau
sampel
e) pipet semiotomatik (fixed, adjustable)
pipet semiotomatik umumnya tersedia dalam volume 5 - 1000
J-lL. Untuk volume yang besar, selain dalam bentuk pipet
tersedia juga bentuk dispenser yang dipasang pada mulut
botol penampung. Prinsip kerja menggunakan piston yang
menghisap berdasarkan tekanan positif. Sedangkan bagian
yang bersentuhan dengan eairan menggunakan ujung pipet
plastik sekali pakai. Untuk pipet jenis ini perlu diperhatikan
eara menekan penghisap yang benar
2) pemakaian pipet yang benar
tidak boleh memipet langsung dengan mulut. Menggunakan pipet
kaea harus menggunakan alat bantu karet penghisap atau bola
karet (bulb). Pada saat menyesuaikan volume dengan skala ukur
dan mengalirkan eairan, posisi pipet harus tetap tegak lurus.
Pengukuran permukaan eairan dengan skala ukur harus
dilakukan pada bidang pandang sejajar mata. Untuk penggunaan
pipet volumetrik, aliran tidak boleh terhalang dan saat
mengalirkan eairan, ujung pipet harus menyentuh dinding wadah
penampung sampai 2 detik setelah aliran terhenti. Cairan sisa
tidak boleh ditiup. Sebaliknya pada penggunaan pipet ukur jenis
serologik eairan sisa ditiup setelah aliran terhenti (blowout).
Cara menggunakan pipet semiotomatik untuk menghisap adalah
dengan memegang pipet tegak lurus, kemudian menekan sampai
posisi 1 dan melepaskannya kembali seeara perlahan. Untuk
mengeluarkan eairan, pipet dipegang tegak lurus kemudian
menekan penghisap sampai posisi 2 dan melepaskannya kembali
seeara perlahan. Ada eara forward dan reverse.

MENTER! KESEHATAN
REFvBlIK iNDONESiA

c.

Fotometer
1) prinsip kerja
prinsip kerja fotorneter adalah penyerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat memiliki
absorbansi pada panjang gelombang tertentu yang khas. Setelah
diketahui spektrum kurva serapan suatu zat, dapat ditentukan
panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi untuk zat
tersebut. Panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi
digunakan untuk mengukur kadar zat yang diperiksa. Banyaknya
cahaya yang diabsorbsi oleh zat berbanding lurus dengan kadar
zat. Untuk memastikan ketepatan pengukuran, kadar yang
hendak diukur dibandingkan terhadap kadar yang diketahui
(standar), setelah ditera terhadap blanko.
2) teori cahaya
spektrum panjang gelombang cahaya yang dapat ditangkap mata
manusia adalah antara 380 nm (ungu) hingga 760 nm (merah), di
bawah spektrum ini adalah ultraviolet (UV) dan di atas rentang ini
adalah infra merah. Kecepatan cahaya merambat adalah 3x1010
cm/detik dan kecepatan ini konstan. Maka hubungan antara
panjang gelombang (A.) frekuensi (v) dan energi (E) adalah makin
besar A. maka v berkurang, makin pendek A. maka makin tinggi v,
jika v makin tinggi maka E menjadi semakin besar.
Hubungan antara E, A. dan v oleh Planck dijabarkan sebagai
berikut:
E=hv
E : energi (erg)
h : konstanta Planck (6,62 x 1027 erg.detik)
v : frekuensi (Hertz)
hubungan antara v dengan A. dijabarkan sebagai berikut :
V=~

A
c : kecepatan cahaya dalam keadaan hampa udara
dari kedua persamaan tersebut dapat dibuat persamaan :
E

he
A
persamaan tersebut menunjukkan bahwa E cahaya berbanding
terbalik terhadap A.. Berarti makin pendek A. makin besar E yang
diperlukan.
Tiap zat terdiri atas proton, neuron dan elektron, dengan elektron
berada pada tingkatan energi tertentu. Perubahan dari awal ke

MENTER!KESEHATAN

REPUBUK iNDONESIA

keadaan tereksitasi memerlukan energi tertentu tergantung dari


konfigurasi atom zat tersebut. Energi yang ditimbulkan oleh
cahaya dapat mengeksitasielektron dari keadaan awal ke tingkat
energi pertama (tereksitasi), interaksi ini disebut absorbsi.
Pengukuran interaksi ini merupakan dasar spektrofotometri.
Spektrofotometer mengukur banyaknya cahaya (T = transmitted
light) setelah cahaya (I = incident light) melalui suatu larutan.
% T = intensitas cahaya melalui larutan (T) lintensitas cahaya
melalui blanko (Tb) x 100 atau :
T x 100 Hukum Lambert
%T

=-

Tb

banyak cahaya yang diserap (A = absorbansi) oleh larutan


berbanding terbalik secara logaritmik dengan T :

= -log

T
Tb

bila dianggap 100% maka :


A = loglOO% - logT%

2 - log

T%

A berbanding lurus dengan konser.trasi zat terlarut (c), jarak


tempuh cahaya melalui larutan (b), dan kemampuan zat
menyerap cahaya (a), dipaparkandengan rumus :
A= abc Hukum Beer
atau dengan kata lain dengan membandingkan A larutan X (Ax)
yang tidak diketahui kadarnya terhadap A larutan X yang
diketahui kadarnya (As), diperoleh kadar X dalam larutan yang
diperiksa melalui persamaan :
Kadar X

Ax x kadar s tan dar


As

=-

3) komponen fotometer
komponen utama dari fotometer adalah sumber cahaya, isolator
panjang gelombang (monokromator), kuvet, fotodetektor, alat
baca, recorder dan mikroprosesor.
a) sumber cahaya
Fotometer UVNIS memiliki dua sumber cahaya, satu untuk
cahaya VIS dan satu untuk UV. Untuk sumber VIS biasanya
digunakan lampu tungsten, sedangkan untuk UV lampu
deuterium. Lampu tungsten yang banyak digunakan adaJah
tungsten halogen dan dapat menjadi sumber energi stabil
untuk cahaya antara 340-950 nm, dengan usia Jampukira
kira 500 jam. Lampu UV mengandung gas, umumnya berasal

MENTERjKESEHAT~~
REPUBUK INDONESIA

dari hidrogen. Lampu deuterium menghasilkan intensitas


cahaya 3 hingga 5 kali lebih kuat dari lampu hidrogen.
Tungsten yang menguap selama berlangsungnya waktu
pemakaian, akan melapisi permukaan gelas lampu, hingga
suatu saat mengurangi energi cahaya yang terpancar. Pada
lampu tungsten halogen, gas halogen tekanan rendah dan
gelas lampu yang terbuat dari silika memperpanjang usia
lampu, akhir-akhir ini dengan kwartz (quartz-hallogen)
diperoleh sumber cahaya yang bagus dan awet dengan masa
pemakaian 2000-5000 jam. Karena semua lampu memiliki
usia, sebaiknya secara berkala diperiksa kelayakan lampu
dan bila perlu menggantinya. Perlu pula diperhatikan bahwa
permukaan bola lampu tidak boleh disentuh/dipegang. Bila
perlu mengganti lampu, maka dipegang dengan kertas lensa.
Cahaya yang dihasilkan oleh lampu diteruskan melalui sistem
optik dan lensa serta difokuskan melalui "entrance slith" ke
alat monokromator.
b) monokromator
tujuan monokromator adalah mcnghasilkan cahaya dengan
panjang gelombang yang murni. Beberapa mekanisme untuk
menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
melalui filter, prisma dan grating. Mekanisme paling
sederhana adalah filter. Ada dua jenis filter yaitu interferensi
dan filter kaca atau filter wratten. Filter kaca tersusun atas
beberapa lapis kaca berwarna sedemikian hingga cahaya
yang dihasilkan memiliki panjang gelombang yang diinginkan.
Filter wratten sama seperti filter kaca hanya kaca diganti oleh
gelatin berwarna.
Kelebihan penggunaan filter adalah harga yang murah,
kekurangannnya adalah cahaya yang dihasilkan memiliki
bandwith yang lebar. Filter interferensi mirip dengan filter
kaca hanya dengan panjang gelombang tertentu yang
dilewatkan.
Alat yang menggunakanfilter sebagai monokromator disebut
fotometer. Fotometer memiliki panjang gelombang yang tetap
hingga pilihan panjang gelombang terbatas. Prisma terbuat
dari gelas atau kwartz, prinsip kerja berdasarkan atas
perbedaan indeks refleksi pada berbagai panjang gelombang.
Kelemahan prisma adalah cahaya yang keluar dari prisma
tidak linier, cahaya dengan panjang gelombang pendek
menyimpang jauh dari cahaya dengan gelombang panjang,
hingga kalibrasi panjang gelombang pada alat yang

MENTERIKESEHATAN

REPVBUK INDONESIA

menggunakan prisma harus dilakukan pada lebih dari satu


panjang gelombang.
Diffraction grating tersusun atas beberapa alur yang disketsa
atas kaea sedemikian hingga menghasilkan spektrum eahaya
yang sejajar. Alur dibuat sedemikian rupa hingga mengurangi
stray radiant energy (SRE). Kelebihan grating adalah alat ini
menghasilkan eahaya yang tinier untuk semua spektrum
eahaya, hingga untuk kalibrasi eukup dua panjang gelombang
yang dikalibrasi, kekurangannya adalah harga yang mahal.
e) kuvet
berbagai bahan digunakan untuk pembuatan kuvet seperti
kaea, plastik hingga kwartz. Sentuk kuvet juga bermaeam
maeam. Kuvet berbentuk jajaran genjang lebih tepat untuk
pengukuran karena eahaya akan jatuh dengan sudut tegak
lurus pada permukaan kuvet. Untuk pemeriksaan yang
memerlukan UV sebaiknya digunakan kuvet dari kwartz.
Diameter kuvet yang standar adalah 1 em.
d) detektor
detektor yang digunakan pada alat fotometer umumnya
adalah tabung fotomultiplier (photomultiplier tube), fotosel,
atau fotodioda. Sinyal listrik yang dihasilkan detektor
berbanding lurus dengan energi eahaya yang diterima
detektor.
Tabung fotomultiplier adalah tabung yang mengamplifikasi
energi eahaya dan mengubahnya menjadi pulsa listrik.
Tabung fotomultiplier memiliki respon eepat, dan sensitifitas
baik untuk VIS maupun UV.
Fotosel atau phototube rnerniliki katoda yang lebar yang peka
eahaya dan anoda sempit yang silindris. Katoda dilapisi
caesium (bahan yang fotosensitif) yang bila terpajan eahaya
melepas elektron. Elektron yang dihasilkan terkumpul di
anoda dan menghasilkan listrik.
Fotodioda adalah dioda pendeteksi eahaya (light detecting
diode) umumnya dibuat dari silikon. Akhir-akhir ini dibuat cip
silikon yang memiliki kemampuan mengubah energi eahaya
menjadi energi listrik yang eepat, tepat dengan spektrum
panjang gelombang yang lebar.
Pulsa listrik yang dihasilkan detektor diteruskan ke alat baea
yang umumnya berupa alat analog atau digital. Pada alat
yang analog pembaeaan langsung sesuai kekuatan eahaya,
sedangkan pada alat digital sinyal analog dikonversi menjadi
digital melalui CPU (Central Processing Unit).

14

ME~ERIKESEHATAN
REPU6UK lNDONESIA

e) alat baca
fungsinya adalah membaca sinyal listrik dari detektor dimana
data digambarkan dalam bentuk yang bisa diinterpretasikan
atau disajikan pada display yang dapat dibaca oleh
pemeriksa. Pada alat yang analog pembacaan langsung
sesuai kekuatan cahaya, sedangkan pada alat digital signal
analog dikonversi menjadi digital melalui CPU (Central
Processing Unit).
f)

mikroprosesor
dengan adanya mikroprosesor dan output software dari
kalibrator dapat disimpan dan konsentrasi sampel yang tidak
diketahui secara otomatis dapat aihitung. Data dari beberapa
kalibrator dapat disimpan dalam bentuk kurva kalibrasi yang
utuh dan dapat dilihat dalam bentuk display atau dicetak.

d. sistem otomasi alat pemeriksa kimia klinik


otomasi laboratorium klinik sejalan dengan tuntutan untuk dapat
memeriksa banyak uji pada banyak sampel dengan hasil yang teliti,
tepat dan cepat. Caranya dengan mengotomasi banyak langkah
manual. Perkembangan alat pemeriksa kimia klinik otomasi dapat
dibedakan mulai dari sistem saluran tunggal, sistem pola tetap, diskrit,
sistem jalan masuk acak, kluster, integrasi dan modular serta otomasi
laboratorium penuh/total.
1) sistem saluran tunggal (single channel system)
sistem ini dinamakan juga sistem kurnpulan berurutan. Prinsip
dari sistem ini adalah tiap langkah manual diupayakan dilakukan
oleh alat bantu yang seluruhnya dilaksanakan dalam saluran
tunggal. Serum sampel dihisap berurutan dengan plastik yang
digerakkan oleh 'pompa peristaltik, antara sampel dihisapkan
gelembung udara, pencampuran serum sampel dengan reagen
dimungkinkan dengan sistem kumparan (coi!), pemisahan protein
dilakukan dengan membran dialisis (Oyalizer) dan pemanasan
dengan alat pemanas (constant temperatur heating beat).
Pembacaan kadar oleh fotometer yang ditampilkan sebagai grafik
oleh pencatat.
Kelebihan sistem ini pengerjaan relatif mudah, sampel dapat
ditambahkan tiap waktu selama alat masih berjalan. Sedangkan
kekurangan sistem ini adalah kecepatan memberikan hasil masih
rendah yaitu 40-60 tes per jam dan perlu waktu untuk mengganti
dari satu jenis uji ke uji yang lain.

15

Mi::~TERi KESEHATtu~
R:::pi;'::n..E{ :NDONESIA

2) sistem pola tetap (fixed profile system)


sistem ini berupa penggabungan beberapa saluran yang
memungkinkan pemeriksaan simultan beberapa analit satu
sarnpel.
Kelebihan sistem ini adalah banyaknya hasil terutama bila banyak
tes yang sama untuk tiap sarnpel. Kekurangan sistem ini adalah
tidak ada pilihan, walaupun tidak diminta sampel tetap dikerjakan
dan sampel harus dikerjakan secara bersamaan hingga kurang
sesuai bila datangnya sampel tidak bersamaan.
3) sistem diskrit
pada sistem ini tiap sampel diproses secara terpisah dan reaksi
berlangsung pada tiap tabung tersendiri tetapi masih secara
berurutan. Bagian utama dari sistem ini adalah unit persiapan,
sentrifus, inkubator, kolorimeter otomatis dan printer serta pipet
otomatik dari dispenser. Kelebihan sistem ini adalah ketepatan
memilih uji dan reagen, waktu periksa cepat, volume sampel dan
reagen sedikit. Kekurangan sistem ini adalah pengerjaan semua
jenis uji untuk sampel yang sama harus bersamaan, sehingga
jumlah waktu untuk seluruh uji menjadi lambat, adakalanya harus
menjalankan beberapa siklus yang memboroskan kontrol dan
kalibrator.
4) sistem jalan masuk acak (random acces system)
pada sistem ini analisis dikerjakan secara acak baik sampel
maupun reagen. Pilihan uji dapat dikerjakan pada pilihan sampel
dalam sembarangan pilihan urutan. Analisis dikerjakan secara
diskrit. Pemilihan uji berdasarkan masukan pada keyboard atau
dengan barcode atau dengan urutan kemasan reagen. Dengan
cara demikian pergerakan mekanik dihemat dan hasil lebih cepat.
Permintaan segera/CITO juga dimungkinkan.
5) sistem kluster dan integrasi
prinsip sistem ini adalah penggabungan beberapa alat (kluster)
misalnya penggabungan beberapa alat pemeriksa kimia otomatik
dari pabrik yang sama. sistem ini memerlukan modul kendali
pusat yang didukung oleh sistem perangkat lunak komputer yang
canggih.
6) Sistem modular dan otomasi laboratorium total (TLAITotal
Laboratory Automation).
Pada sistem ini konfigurasi disusun dari beberapa komponen.
Kombinasi modul ini memungkinkan hasil analitik meningkat dan
memungkinkan teknologi berbeda dipergunakan untuk semua
jenis pemeriksaan. Sistem rru
menggabungkan otomasi
laboratorium mulai dari tahap pra analitik, analitik dan pasca
analitik juga didukung oleh sistem robotik dan ban berjalan.

16

MENTER! KESEHATAN
RE?U3UK lNOONES!A

e.

ion selective electrode (ISE)


1) prinsip kerja
adalah mengubah aktivitas ion dalam larutan menjadi tegangan
listrik yang dapat diukur dengan voltmeter atau pH-meter.
Tegangan listrik yang dihasilkan tergantung pada logaritma
konsentrasi ion sesuai dengan rumus Nemst.
2) jenis elektroda
a) elektroda gelas
elektroda gelas dibuat dari formula gelas khusus yang terdiri
dari Si02 dengan penambahan dari beberapa oxida logam.
Membran dengan komposisi bervariasi dari gelas dibuat
dengan selektivitas langsung untuk H+, Na+, K+, U+, Rb+,

cs',

b)

c)

d)

e)

rr

Ag+,
dan NH/3. Umumnya membran mempunyai
ketebalan 10 - 100 IJm
elektroda bentuk padat
elektoda bentuk padat dapat dibuat dari membran homogen
yang terdiri dari kristal tunggal atau membran heterogen yang
terdiri dari substansi aktif dari inert matrix
ion-exchange electrode
larutan ion exchange electrode adalah pelarut yang di
dalamnya dilarutkan substansi ion selektif. Baik pelarut
maupun substansi yang terlarut di dalamnya sebaiknya tidak
larut dalam air dan ditempatkan pada matrix Polyvinylchlorida
(PVC). Contohnya adalah larutan ion K+, NH4+, Ca2+,H+,
Cl, HC03elektroda gas
elektrode gas dibuat secara khusus untuk pengukuran gas
spesifik dalam larutan atau campuran gas. Contohnya adalah
elektroda CO2dan elektroda NH3
elektroda enzim
adalah variasi dari bentuk elektroda dimana elektroda dilapisi
oleh lapisan enzim yang dikatalisir oleh reaksi kimia dan
dapat dimonitor dengan elektoda. Respon dari enzim
elektroda ini sangat kompleks karena dipengaruhi oleh
kecepatan difusi dari substrat ke dalam lapisan enzim dan
kecepatan reaksi dari enzyme catalyzed. Contoh elektroda ini
adalah elektroda urea dan elektroda glukosa.

iViENTERl KESEHATAN
RE?1JBUK INDONESIA

f.

flame photometer
1) prinsip flame photometer
adalah pengaktifan elektron pada atom oleh energi panas dari api.
Elektron menjadi tidak stabil dan mengeluarkan energi yang
dihasilkan diubah menjadi arus listrik yang dapat diukur pada
flame photometer.
2) bagian-bagian flame photometer
a) aspirator
aspirator berfungsi untuk menarik sampel masuk ke dalam
atomyzer. Tekanan negatif yang ditimbulkan oleh aliran udara
menyebabkan sampel menjadi tertarik masuk ke tabung
kapiler dan selanjutnya masuk ke atomyzer
b) alat penyemprot (Atomyzer)
alat penyemprot berfungsi untuk menyebarkan larutan ke
dalam bentuk uap halus dan dibebaskan ke dalam flame.
Kekuatan aliran air menabrak daerah lintas ujung kapiler dan
merubah sampel menjadi kabut halus dan selanjutnya
dimasukkan ke flame
c) flame
setelah sampel masuk ke flame, larutan diuapkan dan
meninggalkan serbuk garam. Fungsi dari flame adalah untuk
menambah energi yang digunakan untuk pemecahan ikatan
kimia dan merangsangatom netral
d) monokromator
fungsinya sama dengan yang terdapat pada spektrofotometer
e) detektor
fungsinya adalah mengukur intensitas dari hantaran sinyal
oleh perubahan energi cahaya menjadi aliran listrik yang
seimbang. Sistem detektor biasanya terdiri dari tabung
fotomultiplier

g. point of care testing (POCT)


1) prinsip kerja
umumnya prinsip dasar alat ini menggunakan sel pengukuran
dimana reaksi tertentu dapat berlangsung, sel ini dapat berupa
matriks yang berpori, chamber atau suatu permukaan (surface).
Cara pengukuran dapat secara visual, optikal atau monitoring
reaksi elektrokimia yang terjadi. Umumnya pemeriksaan POCT
kimia menggunakanteknologi biosensor.
Dengan teknologi biosensor muatan listrik yang dihasilkan oleh
interaksi kimia antara zat tertentu dalam darah dan zat kimia pada

18

MENTERIKESEHATAN

REP0BUK INDONESIA

reagen kering (strip) akan diukur dan dikonversi menjadi angka


yang sesuai dengan jumlah muatan listrik. Angka yang dihasilkan
dianggap setara dengan kadar zat yang diukur dalam darah.
2) jenis POCT
POCT pada:
a) perawatan primer
b) penatalaksanaanDiabetes Melitus
e) pasien dengan nyeri dada
d) Unit Gawat Darurat
e) perawatan intensif
pemeriksaanyang dapat dilakukan dengan POCT :
a) glukosa
b) asam Urat
e) kolesterol
d) trigliserida
e) laktat
f) elektrolit
g) analisa gas darah
h) bikarbonat
i) magnesium
j) bilirubin
k) ureum
I) HCG
3) komponen POCT
a) alat analiser (otomatis, atau visual)
b) reagen (umumnya berupa reagen kering)
e) bahan kontrol (untuk quality contro/IOC)
d) kalibrator (berupa angka yang dimasukkan seeara manual
atau otomatis berupa kode eip)
4) pemeliharaan
umumnya eukup mudah dan tidak memerlukan perawatan
khusus, karena bentuknya yang sangat kecil sehingga tidak
memerlukan tempat yang luas. Tapi harus diperhatikan eara
penyimpanannya (pengaruh
suhu,
kelembaban,
getaran,
guneangandan benturan).
5) kelebihan dan kekurangan alat POCT
a) kelebihan alat POCT :
hasilnya eepat sehingga diagnosis dapat segera
ditegakkan, tindakan/pengobatan segera dapat diberikan
yang akan mengurangiwaktu perawatan
mudah digunakan sehingga dapat dilakukan oleh
perawat, pasien dan keluarganya untuk monitoring pasien

MENTcRiKESEHATA~

RE;PLlGUK iNDONESiA

volume sampel yang dipakai lebiH sedikit


bisa dilakukan bed side
alat lebih kecilltidak perlu ruanqan khusus
bisa dibawalmobile
b) kekurangan alat POCT :
presisi dan akurasi kurang baik bila dibandingkan dengan
metode rujukan
kemampuan pengukuran terbatas
dipengaruhi oleh suhu, kelernbaban, hematokrit, dan
dapat terjadi interferensi dengan z, at tertentu
pra analitik sulit dikontrol bila 'yang melakukan bukan
orang yang kompeten
pemantapan mutu internal kurang diperhatikan dan sulit
terdokumentasi. Hasil sulit terdokumentasi, terutama bila
dilakukan di rumah.
2. Pemeliharaan dan kalibrasi alat
a. Sentrifus
1) perawatan
keseimbangan diperlukan selama sentrifugasi, karena bila tidak
seimbang maka akan terjadi getaran. Getaran ini akan semakin
hebat pada saat terjadi percepatan dan perlambatan. Apabila hal
ini terjadi selain mengakibatkan sedimen yang terbentuk dapat
terurai kembali juga akan mempercepat rusaknya alat.
2) kalibrasi
kecepatan putaran sentrifus harus diperiksa paling sedikit setiap 3
bulan sekali menggunakan alat yang disebut tachometer.
Tachometer ada 2 macam yaitu tachometer kontak dan
tachometer optik/phototachometer. Tachometer kontak mengukur
rpm dengan menempelkan alat ke bagian sentrifus yang berputar,
sedangkan tachometer optik mengukur rpm berdasarkan pantulan
permukaan yang sedang berputar. Kecepatan tidak boleh lebih
dari 5% dari rpm yang tertera.
Apabila sentrifus memiliki pengatur waktu perlu diperiksa secara
berkala dengan stopwatch dan tidak boleh berbeda lebih dari
10%. Sentrifus dengan pendingin perlu diperiksa suhunya setiap
bulan sekali dan tidak boleh menyimpang lebih dari 0,5C dari
suhu yang diharuskan.

ME~TERIKESEHATAN

REPV3UK lNDONESIA

b. Pipet
1) perawatan
perawatan pipet kaca harus dilakukan dengan baik. Sisa larutan
terutama yang bersifat kental seperti serum, plasma atau darah
harus dibersihkan dengan menggunakan deterjen dan secara
berkala direndam dalam cairan pelarut protein seperti Extran.
Apabila pipet tersumbat bekuan darah dapat direndam dalam
larutan KOH 10% selama semalam. Untuk pipet semiotomatik,
perawatan harian cukup dibersihkan menggunakan lap basah dan
mengeringkan kembali lalu meletakkannya pada rak pipet yang
tersedia. Pengeringan sebaiknya dengan cara dianginkan pada
suhu kamar atau suhu inkubator (35-3rC) dan jangan dalam
suhu panas karena volume dapat berubah. Namun untuk
perawatan berkala sistem piston yang terdapat dalam pipet
sebaiknya diserahkan kepada teknisi dari masing-masing pabrik
pembuat. Tip digunakan sekali pakai, tidak diperbolehkan untuk
mencuci dan menggunakankembali.
2) kalibrasi
sebelum menggunakan pipet sebaiknya dilakukan kalibrasi untuk
mengetahui besar penyimpangan yang mungkin terjadi. Batas
penyimpangan yang masih diperbolehkan untuk pemeriksaan
rutin di laboratorium adalah 0,1%. Apabila kesalahan lebih dari
0,1% maka pipet tersebut tidak dapat digunakan atau diperlukan
nilai konversi sesuai besar penyimpangan.
Kalibrasi pipet mikro termasuk pipet semiotomatik sedikit berbeda
dengan pipet serologik atau volumetrik. Kesalahan yang masih
diperkenankan apabila koefisien variasi (CV) kurang dari 5%.
c. fotometer
1) perawatan
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) gunakan lampu yang sesuai dengan fotometer
b) tegangan listrik harus stabil
c) hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit (tergantung
jenis/merek alat) supaya cahaya lampu menjadi stabil
d) monokromator atau filter harus bersih, tidak lembab dan tidak
berjamur
e) kuvet (tergantung jenisnya) harus tepat meletakannya. Sisi
yang dilalui cahaya harus menghadap ke cahaya. Bagian

MEN\ERIKES~HA1AN

::\EPUBL:K iNDONE:S~

tersebut
t)

harus

bersih,

tidak

ada

bekas

tangan/goresan

ataupun embun
isi kuvet harus eukup sehingga seluruh eahaya dapat melalui

isi kuvet
g)
h)
i)
j)
2)

tidak boleh ada gelombang udara dalam kuvet


untuk perneriksaat' enzimatik, kuvet harus diinkubasi
suhu yang sesuai dengan suhu pemeriksaan
fotodetektor
harus dijaga kebersihannya
dengan
membersihkan permukaannya dengan alkohol 70%
amplifier/pengolah signal harus berfungsi dengan baik

pada
eara

kalibrasi
beberapa hal yang perlu dikalibrasi pada fotometer:
a) ketepatan panjang gelombang
yang dimaksud dengan ketepatan panjang gelombang adalah
bahwa panjang gelombang eahaya yang dihasilkan alat
sesuai dengan yang dinyatakan pada monitor/layer.
Untuk
memastikan ketepatan panjang gelombang, digunakan filter
khusus atau larutan zat yang memiliki puneak serapan yang
tajam dan tertentu.
Beberapa eara untuk menguji ketepatan panjang gelombang:
dengan warna sinar
kalibrasi
berdasarkan
pengamatan
warna,
hasilnya
kurang teliti. Toleransi yang masih dianggap baik adalah
5nm
dengan lampu deuterium
dengan filter didynium atau holmium oxide
dengan standar filter bersertifikat
b) linearitas
yang
dimaksud
dengan
linearitas
fotometer
adalah
kemampuan metode analisis suatu sistem pemeriksaan yang
memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel.
Bila fotosel mampu menghasilkan pulsa listrik yang sesuai
dengan perubahan intensitas eahaya maka akan terbentuk
garis lurus. Hasil yang nonlinear dapat disebabkan oleh
detektor, atau amplifier atau alat baea. Uji sederhana yang
umum dilakukan adalah dengan rnernbuat kurva tera larutan
ammonium sulfat.
e) eahaya nyasar (stray light)
eahaya nyasar adalah eahaya di luar eahaya dengan panjang
gelombang yang diinginkan yang sampai pada detektor.
Cahaya nyasar mengakibatkan absorbansi lebih rendah
dari
22

MENIERIKESEHATAN

REPUBUK iNDONESIA

yang seharusnya sehingga


mengakibatkan
hubungan
nonlinear antara absorbansi dengan kadar. Untuk menguji
diperlukan filter dengan nilai T yang telah diketahui, bila hasil
T lebih dari yang tertera pada kaca filter maka terdapat
cahaya nyasar.
d. point of care testing (POCT)
setiap alat POCT biasanya sudah dilengkapi dengan kalibrator dari
pabrik pembuatnya, yang dapat berupa kode (nomor) yang dapat
berupa cip atau dimasukkan secara manual.
B. Reagen
1. Jenis Reagen
a. reagen kimia basah (wet chemistry)
bentuknya bisa berupa Iiofilisat, bubuk dan siap pakai
b. reagen kimia kering (dry chemistry)
bentuknya bisa berupa cip, strip, catridge yang siap pakai.
Perlu diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
jenis reagen
2. Kondisi Reagen
Hal yang perlu diperhatikan pada reagen sebelum melakukan
pemeriksaan antara lain:
a. ijin edar dari Kernenterian Kesehatan RI
b. etiketllabel/wadah
c. perhatikan tanggal produksi, nomor batch reagen
d. batas kadaluarsa
e. perhatikan stabilitas reagen. Untuk reagen yang sudah dibuka masa
stabilitasnya menjadi lebih pendek dari reagen yang belum dibuka
f. keadaan fisik dari reagen
g. kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna
h. suhu penyimpanan.
3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan
suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil
pemeriksaan harian.

MENTERlKESEHAT~~

REPJBUK :~IJO~ESiA

a. bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan :


1) sumber bahan kontrol
ditinjau dari sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari
manusia, binatang atau merupakan bahan kimia murni
2) bentuk bahan kontrol
menurut bentuknya, bahan kontrol ada bermacam-macam
yaitu bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat) dan bentuk strip.
Bahan kontrol bentuk padat bubuk atau bentuk strip harus
dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan
b. jenis bahan kontrol
1) buatan sendiri
bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk
sudahjadi.
Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri, yaitu:
a) bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum
kumpulan (pooled sera). Serum kumpulan merupakan
campuran dari bahan sisa serum pasien yang sehari-hari
dikirim ke laboratorium.
Keuntungan dari serum kumpulan ini antara lain mudah
didapat, murah, bahan berasal dari manusia, tidak perlu
dilarutkan dan laboratorium mengetahui asal bahan kontrol.
Kekurangan dari serum kumpulan adalah merepotkan analis
untuk membuatnya, harus membuat kumpulan khusus untuk
enzim, cara penyimpanan mungkin sukar bila kondisi suhu lOC (deep freezer) tidak ada atau terlalu kecil dan analisis
stastitik harus dikerjakantiap 3 - 4 bulan.
Serum yang dipakai harus memenuhi syarat yaitu tidak boleh
ikterik atau hemolitik. Pembuatan dan pemeriksaan bahan
kontrol ini harus dilakukan hati-hati sesuai dengan pedoman
keamanan laboratorium, karena bahan ini belum tentu bebas
dari HIV, HBV, HCV dan lain-lain.
b) bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni sering
disebut sebagai larutan spikes
c) bahan kontrol yang dibuat dari lisat, disebut juga hemolisat
2) buatan pabrik (komersial)
a) bahan kontrol unassayed
bahan kontrol unassayed merupakan bahan kontrol yang
tidak mempunyai nilai rujukan sebagai tolok ukur. Nilai
rujukan
dapat diperoleh
setelah
dilakukan
periode
pendahuluan. Biasanya dibuat kadar normal atau abnormal
(abnormal tinggi atau abnormal rendah). Kebaikan bahan

ME~TER!KESEHATAN

RE?U6UK lNDONESiA

kontrol jenis ini ialah lebih tahan lama, bisa digunakan untuk
semua tes, tidak perlu membuat sendiri, analisis statistik
dilakukan satu kali pertahun. Kekurangan bahan kontrol
adalah kadang ada variasi dari botol ke botol ditambah
kesalahan pada rekonstitusi, sering serum diambil dari hewan
yang mungkin tidak sama dengan serum manusia.
b) bahan kontrol assayed
bahan kontrol assayed merupakan bahan kontrol yang
diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi menurut
metode pemeriksaannya. Harga bahan kontrol ini lebih mahal.
Untuk laboratorium kecil, penggunaan bahan kontrol ini ada
baiknya karena bila membuat sendiri dengan serum akan
mahal dan penentuan analisis statistiknya lebih sukar dan
mahal. Bila diinginkan, bahan kontrol ini dapat digunakan
disamping bahan kontrol unassayed setiap 2-4 minggu.
Bahan kontrol ini dapat digunakan untuk kontrol akurasi.
Selain itu, bahan kontrol assayed diperlukan untuk menilai alat
dan cara baru.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan kontrol suatu pemeriksaan,
bahan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. harus memiliki komposisi sama atau mirip dengan spesimen
misalnya untuk pemeriksaan urin digunakan bahan kontrol urin
atau zat yang menyerupai urin
b. komponen yang terkandung di dalam bahan kontrol harus stabil,
artinya selama masa penyimpanan bahan ini tidak boleh
mengalami perubahan
c. hendaknya disertai dengan sertifikat analisa yang dikeluarkan
oleh pabrik yang bersangkutan pada bahan kontrol jadi
(komersial).
Bahan kontrol yang dianjurkan adalah buatan pabrik (komersial)
hal-hal yang harus diperhatikan:
a. masa kadaluarsa
b. stabilitas bahan kontrol
c. penanganan bahan kontrol yang benar
d. penyimpanan bahan kontrol
e. kadar analit (normal, rendah, tinggi).
4. Bahan standar
Bahan standar adalah zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui
dan diperoleh dengan cara penimbangan. Ada 2 macam standar, yaitu:

MENTER!KESEHATAN

REplJBLJK fNOONESiA

a.
bahan standar
primer
standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya, yang menjadi
standar untuk semua zat lain. Standar primer umumnya mempunyai
kemurnian lebih dari 99%, bahkan banyak yang kemurniannya 99,9%.
Kemurnian standar primer dapat dilihat dari sertifikat analisis.
Syarat standar primer:
1) stabil
2) dapat dibakar sampai suhu 105-110C tanpa perubahan kimia,
atau tidak meleleh, tersublimasi, terdekomposisi atau mengalami
reaksi kimia sampai suhu 120-130C
3) tidak higroskopis
4) mempunyai komposisi yang jelas
5) dapat disiapkan dengan kemurnian > 99,0%
6) dapat dianalisis secara tepat
7) mempunyai ekivalensi berat yang tinggi sehingga kesalahan
penimbangan berefek minimal terhadap konsentrasi larutan
standar
b.
bahan standar
sekunder
Bahan standar sekunder merupakan zat yang konsentrasi dan
kemurniannya ditetapkan melalui analisis dengan perbandinqan
terhadap standar primer.
5. Kit Insert
Sebelum melakukan pemeriksaan harus dibaca dan diperhatikan petunjuk
yang tertera di dalam kit insert dalam Bahasa Indonesia, merupakan
acuan untuk melaksanakan pemeriksaan.
6. Kalibrator
Kalibrator digunakan untuk mengkalibrasi alat.
Syarat-syarat kalibrator:
a. harus diterima dalam keadaan dingin
b. penanganan, penyimpanan dan pemakaian harus sesuai dengan
petunjuk pabrik.

MENTERI KESEHATAN
REPUBUK !NDONESIA

C. SPESIMEN
1.

Persiapan Pasien
a.

Persiapan Pasien Secara Umum


1)

persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan


basal:
a) untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8-12
jam sebelum diambil darah
b) pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul
07.00 - 09.00
Tabel 1. Pemeriksaan Yang Perlu Puasa

Glukosa
TTG (Tes Toleransi Glukosa)
Glukosa kurva harian
Trigliserida

2)

3)

Puasa 10 - 12 jam
Puasa 10- 12 jam
Puasa 10 -12 jam
Puasa 12 jam

Asam urat
VMA
Renin (PRA)
Insulin
C. Peptide
Gastrin
Aldosteron
Homocysteine
Lp (a)

Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa
Puasa

10 -12 jam
10 - 12 jam
10 - 12 jam
8 jam
8 jam
12 jam
12 jam
12 jam

PTH intact
ApoA1
ApoS

Puasa 12 jam
Dianjurkan Puasa 12 jam
Dianjurkan Puasa 12 jam

Puasa 12 jam

menghindari obat-obat sebelum spesimen diambil


a) untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum
obat 24 jam sebelum pengambilan spesimen
b) apabila pernberian pengobatan tidak memungkinkan untuk
dihentikan, harus diinformasikan kepada petugas laboratorium
contoh: sebelum pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum
obat antidiabetes
menghindari aktifitas fisik/olahraga sebelum spesimen diambil

MENTERiKESEHATAN

RE?UBUK INDONES:A

4) memperhatikan posisi tubuh


untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari perubahan
posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurangnya 15 menit
sebelum diambil darah.
5) memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang
hari)
pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan
waktu pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH,
Renin dan Aldosteron.
b. faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
1) diet
makan dan minum dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis
pemeriksaan, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya:
pemeriksaan gula darah dan trigliserida.
pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan
minuman kecuali air putih tawar. Karena pengaruhnya yang
sangat besar, maka pada pemeriksaan gula darah puasa, pasien
perlu dipuasakan 10-12 jam sebelum darah diambil dan pada
pemeriksaan trigliserida perlu dipuasakan sekurangnya 12 jam.
2) obat
obat-obat yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya
akan menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat
tersebut. Oi samping itu pemberian obat secara intramuskuler
akan menimbulkan jejas pada otot sehingga mengakibatkan
enzim yang dikandung oleh sel otot masuk ke dalam darah, yang
selanjutnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain
pemeriksaan Kreatin Kinase (CK) dan Laktat Oehidrogenase
(LOH). Obat-obat
yang
sering
digunakan
dan
dapat
mempengaruhi pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Oaftar Obat dan Pemeriksaan Yang Oipengaruhi
Jenis Obat
Oiuretik

Kafein
Thiazid

Pemeriksaan Yang Dipengaruhi


Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat
dan enzim dalam darah akan meningkat
karena terjadi hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan Elektrolit
Sama dengan diuretik
glukosa darah
tes toleransi glukosa
ureum darah

28

ME'rrER! KESEHATAN
REPiJ8UK !NDONESIA

Jenis Obat
Pil KB (hormon)
Morfin
Phenobarbital
Obat antidiabetika
Kortikosteroid

Pemeriksaan Yang Dipengaruhi


Kadar hormon
Enzim hati (GOT, GPT)
Gamma GT
glukosa darah
glukosa urine
Tes toleransi glukosa

3) merokok
merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat
pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi
dalam 1 jam hanya dengan merokok 1-5 batang dan terlihat
akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak, epinefrin,
gliserol bebas, aldosteron dan kortisol.
Perubahan lambat terjadi pada lipoprotein, aktivitas beberapa
enzim, hormon, vitamin, dan logam berat.
4) alkohol
konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan
lambat beberapa kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam
waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan terlihat akibatnya
berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat, asam urat dan
terjadi asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan
aktifitas o-glutamiltransferase,AST, ALT, trigliserida dan kortisol.
5) aktivitas fisik
aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan
tubuh antara kompartemen di dalam pembuluh darah dan
interstisial, kehilangan cairan karena berkeringat dan perubahan
kadar hormon. Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar
antara kadar gula darah di arteri dan vena serta terjadi perubahan
konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas CK,
AST dan LDH.
6)

ketinggian/attitude

beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang


nyata sesuai dengan tinggi rendahnya daratan terhadap
permukaan laut. Parametertersebut adalah eRP, ~2-globulin,dan
asam urat. Adaptasi terhadap perubahan ketinggian daratan
memerlukanwaktu harian hingga berminggu-minggu.
7) demam
pada waktu demam akan terjadi:
a) peningkatan gula darah pada tahap permulaaan, dengan
akibat terjadi peningkatan kadar insulin yang akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah pada
tahap lebih lanjut.

29

MENTER\KESEHATN~

REPL:8UK INDONESiA

b) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal


demam karena terjadi peningkatan metabolisme lemak, dan
terjadi peningkatan asam lemak bebas dan benda keton
karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam
yang sudah lama.
8) trauma
trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serta enzim yang berasal dari otot.
9) variasi ritme sirkadian
pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat tertentu dalam
tubuh dari waktu ke waktu yang disebut dengan variasi ritme
sirkadian. Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu
dapat bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dan dapat bersifat
siklus seperti siklus harian (variasi diurnal), siklus bulanan
(menstruasi) dan musiman. Variasi diurnal yang terjadi antara
lain:
a) besi serum, kadar besi serum yang diambil pada sore hari
akan lebih tinggi daripada pagi hari
b) glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi
hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada
siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila
dilakukan pada pagi hari
c) enzim, aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi
disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke
waktu
d) kortisol, kadarnya lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan
pada malam hari
e) kalium, pada pagi hari lebih tinggi daripada siang hari.
Selain yang sifatnya harian dapat terjadi variasi fluktuasi kadar zat
dalam tubuh yang sifatnya bulanan. Variasi siklus bulanan
umumnya pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi
setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi
penurunan kadar besi, protein dan fosfat dalam darah disamping
perubahan kadar hormon seks. Dernrkian pula pada saat ovulasi
terjadi peningkatan kadar aldosteron dan renin serta penurunan
kadar kolesterol darah.
10) umur
fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol LDL akan berubah
dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.
11) ras
aktivitas CK orang kulit hitam Amerika lebih rendah daripada
orang kulit putihnya. Keadaan serupa dijumpai pada ras bangsa

30

~E~lER!KESEHATAN
REP;;6UK INDONESiA

lain seperti seperti perbedaan aktivitas amilase, kadar vitamin 812


dan lipoprotein.
12) jenis kelamin
berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Kadar besi serum berbeda pada wan ita dan pria dewasa.
Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi setelah umur
lebih dari 65 tahun. Perbedaan akibat gender lainnya adalah
aktivitas CK dan kreatinin.
Perbedaaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif
lebih besar daripada wan ita. Sebaliknya kadar hormon seks
wanita, prolaktin dan kolesterol HDL akan dijumpai lebih tinggi
pada wanita daripada pria.
13) kehamilan
bila pemeriksaan
dilakukan
pada pasien
harnil, sewaktu
interpretasi
hasil perlu mempertimbangkan
masa kehamilan
wanita tersebut.
Pada kehamilan
akan terjadi
hemodilusi
(pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan
dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan. Volume
urin akan meningkat 25% pada trimester ke-3.
Setiap kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar
tiroid, elektrolit, besi dan feritin, protein total dan albumin, lemak
dan aktivitas fosfatase alkali.
Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi
oleh kehamilan,
peningkatan
protein transport,
hemodilusi,
volume
tubuh
yang
meningkat,
defisiensi
relatif
karena
peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.
Pemberian
penjelasan
pad a pasien sebelum
pengambilan
spesimen,
mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien.
Untuk pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam bentuk inform consent.

2. Pengambilan Spesimen
a.

peralatan
secara umum peralatan
syarat:
1) bersih
2) kering

yang digunakan

harus memenuhi

syarat

3)
4)

tidak mengandung bahan kimia atau deterjen


terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat yang ada pada
spesimen

5)

mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya

31

MPfTER! KESEHATA,~
REf~7J6LIK~NDONESeA

b.

c.

d.

wadah
wadah spesimen harus memenuhi syarat:
1) terbuat dari gelas atau plastik
2) tidak bocor atau tidak merembes
3) harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
4) besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
5) bersih
6) kering
7) tidak mempengaruhi sifat zat dalam spesimen
8) tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
9) untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan
botol berwarna coklat (inaktinis).
antikoagulan
antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah
sampel darah membeku.
8eberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan
antikoagulan.
Kesalahan dalam pemberian antikoagulan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Antikoagulan yang dipakai harus
memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar
zat yang akan diperiksa.
8eberapa antikoagulan yang dipakai pad a pemeriksaan kimia klinik
antara lain:
1) heparin
antikoagulan ini yang paling banyak digunakan pada pemeriksaan
kimia klinik. Antikoagulan
ini bekerja dengan menghambat
pembentukan
protrombin menjadi trombin dan pembentukan
fibrinogen menjadi fibrin. Konsentrasi yang umum digunakan

2)

adalah 0,2 mg/mL darah.


Kalsium sitrat heparin dengan konsentrasi 40-60 IU/mL darah
(heparin
kering)
dan 8-12
IU/mL darah
(heparin
cair)
direkomendasikan untuk penentuan ion kalsium
EDTA (Ethylene diamine tetraacetic acid)

3)

digunakan dalam bentuk Dipotasium (K2), Tripotasium (K3) dan


Disodium (Na2)' Antikoagulan ini lebih banyak digunakan pad a
pemeriksaan hematologi. Konsentrasi yang digunakan adalah 1-2
mg/mL darah.
Na Fluoride-Oksalat

antikoagulan ini banyak dipakai pada pemeriksaan gula darah


Konsentrasi: 4,5 mg/mL darah.
waktu
sebaiknya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari.

32

MENTERIKESEHATAN

REP1J8UI<; !NDONESIA

e. lokasi
sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi
pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta.
f. volume
volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek
yang diperiksa.
g. teknik
pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
Hal paling penting saat penerimaan spesimen adalah pemberian
identitas. Pemberian identitas dilakukan terhadap pasien dan
spesimen, yaitu pada saat pengisian surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah
spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap:
a. tanggal permintaaan
b. tanggal dan jam pengambilanspesimen
c. identitas pasien
d. identitas dari yang meminta pemeriksaan
e. nomor laboratorium
f. diagnosis/keteranganklinik
g. obat-obat yang telah diberikan dan lama pemberian
h. pemeriksaan laboratoriumyang diminta
i. jenis spesimen
j. volume spesimen
k. nama pengambil spesimen.
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium
harus memperhatikan:
a. tanggal pengambilanspesimen
b. nama dan nomor pasien
c. jenis spesimen
3. Pengolahan spesimen
8eberapa contoh pengolahan spesimen sebagai berikut:
a. darah (whole blood)
darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara

MENTERl KESEHATAN
REPU8UK INDONESIA

membolak-balik
b.

tabung

kira-kira

10-12

kali secara

perlahan

dan

merata.
serum
1) biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama
20 - 30 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit.
2) pemisahan
serum dilakukan
kurang
dari 2 jam setelah
pengambilan spesimen, kecuali untuk pemeriksaan gula darah
pemisahan dilakukan kurang dari 30 menit setelah darah
'rnernbeku.
3) serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan

c.

2)

keruh (lipemik)
plasma
1) campur darah dengan antikoagulan
dengan segera secara perlahan.
plasma
dilakukan
kurang
dari
2
spesimen, kecuali untuk pemeriksaan

pemisahan

pemisahan
3)

dilakukan

kurang

dari

(EDTA, heparin atau NaF)


jam
setelah pengambilan
gula darah
30

menit

setelah

darah

membeku.
plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (Iipemik).

4. Penyimpanan spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesimen dapat berubah.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
a. terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
b. terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
c. terjadi penguapan
d. pengaruh suhu
e. terkena papa ran sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan
memperhatikan
jenis
pemeriksaan
yang akan diperiksa.
Persyaratan
penyimpanan
beberapa
spesimen
untuk
beberapa
pemeriksaan
laboratorium
harus memperhatikan
jenis spesimen.
Antikoagulan/pengawet
dan wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan spesimen:
a. disimpan pada suhu kamar
b.
c.
d.

disimpan dalam lemari es dengan suhu 2_8C


dibekukan pada suhu -20C, -70C atau -120C Uangan sampai
terjadi beku ulang)
penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.

MENTER!KESEHATAN

REPU8UK INDONESIA

5.

Pengiriman spesimen

Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya


dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen antara lain:
a. waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen
b. tidak terkena sinar matahari langsung
c. kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang bertuliskan "Bahan Pemeriksaan
lnteksius"
d. suhu pengiriman harus memenuhi syarat.

III. ANALITIK
A. ALAT I AL T (GPT)
1.

Definisi

Alanin Aminotransferase (ALAT/ALT) dahulu lebih sering disebut dengan


Glutamik Piruvik Transaminase (GPT), merupakan enzim tubuh
intraseluler yang sangat penting, mengkatalis perubahan asam alfa keto
menjadi asam amino dengan cara transfer gugus amino.
ALAT banyak terdapat dalam sel hati, dan ditemukan juga dalam jumlah
yang tidak terlalu banyak dalam sel parenkim ginjal, otot jantung dan otot
rangka, pankreas, limpa dan paru.
Pemeriksaan secara bersama ALAT dan ASAT dipakai untuk
membedakan kerusakan hati dari otot jantung dan otot rangka.
Umumnya secara khas ALAT lebih tinggi daripada ASAT pada hepatitis
virus atau toksik akut, sedangkan pada hepatitis kronik ASAT lebih tinggi
daripada ALAT.
Rasio ASAT/ALAT < 1 indikasi kerusakan hati ringan dan rasio
ASAT/ALA T > 1 berkaitan dengan penyakit hati yang kronis dan berat.
2.

Metode dan Prinsip

a. standar WHOIIFCC
metode

Tes UV optimasi
L-Alanin + 2-0ksoglutarat

ALAT
-----

+_

LOH
Piruvat + NADH + H+-------+

L-Glutamat+Pyruvat
D-Lactat + NAO+

MENTER!KESEHATAN

RE?t:BUK iN!)ONESIA

prinsip

ALAT mengkatalis transfer gugus amino dari L-Alanine ke 2Oxoglutarate


menjadi
L-Glutamate
dan Pyruvat.
Pyruvat
selanjutnya
mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH
menjadi NAD+ dengan bantuan enzim Lactate Dehidrogenase.
Hasil penurunan serapan
dengan aktivitas alat

b.

(absorbans)

pada A 340 nm sesuai

yang banyak digunakan saat ini


sarna dengan standar metode WHO/IFCC.

3. Spesimen
a.

b.

c.

jenis spesimen
1) spesimen pilihan serum (dari darah yang tidak hemolisis)
2) dapat juga menggunakan plasma heparin atau EDTA
cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
cara penyimpanan (stabilitas)
1) pad a suhu 4 a_SoC stabil selama 7 hari
2) pada suhu 20 25C stabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 7 hari.
0_

4. Linearitas
Linearitas 4-600 U/L

5. Limitasi
a.

b.

temperatur pemeriksaan pilihan adalah 37C. Pemilihan pad a suhu


lebih rendah akan memberikan hasil yang lebih rendah. Pad a
temperatur 30C faktor konversi 0,69 dan temperatur 25C faktornya
0,51.
pemeriksaan tidak terganggu oleh bilirubin 40 mg/dL), hemoglobin
400 mg/dL) dan trigliserida 2000 mg/dL).

36

MENTERIKESEHATAN

REPVBUK INDONES!A

6. Nilai Rujukan
Tabel 3. Nilai Rujukan ALAT/ALT (GPT)
Metode
IFCC,
dengan

Usia dan jenis


kelamin
8ayi baru
lahir -12 bl

> 90

th

13-45
10 -40
7 - 35
13-40
10 - 28
6 - 38
5-24

0,22 - 0,77
0,17 - 0,68
0,12 - 0,60
0,22 - 0,68
0,17-0,48
0,10 -0,65
0,09 - 0,41

5-30

0,09 - 0,51

Lk

Lk

Pr

Lk

SCE,3?DC

Dewasa

0,77

Pr

Pr

SMAC,37DC

0,22

13 -45

Pr

60 - 90 th

0,017

Satuan
internasional
(I-IKatlL)

Lk

P-5' -P,37DC
12 bl- 60 th

Faktor
Konvensional
konversi
(u/L)

Lk

Pr

25,9 30,5
17,612,4

0,44 0,52
0,30 0,21

B. ALBUMIN
1. Definisi
Albumin adalah bagian utama dari protein plasma yang berfungsi
mempertahankan tekanan onkotik didalam darah, membawa beberapa
bahan seperti bilirubin, asam lemak, kalsium dan obat dalam darah.
Albumin merupakan protein yang paling banyak ditemukan dalam plasma
(55-65% dari total protein), sumber nutrisi, dan bag ian dari suatu sistem
bufer kompleks. Albumin digunakan untuk evaluasi status nutrisi, albumin
hilang pada penyakit akut, penyakit hati, penyakit ginjal dengan
proteinuria, perdarahan, luka bakar, eksudat dan perdarahan saluran
cerna dan penyakit kronis lainnya.
2.

Metodedan Prinsip
a.

standar WHO/IFCC
Bromcresol green dye
metode
Pada pH 4.1, albumin menunjukkan sifat kation yang
prinsip
akan berikatan dengan bromcresol green (BCG) suatu
pewarna anion
sehingga
terbentuk
kompleks
berwarna biru-hijau.

37

MENTERIKESEHATAN

i\EP;Ji3UK i.NDONES!A

Intensitas warna biru-hijau sesuai dengan konsentrasi


albumin yang diukur dengan fotometer.
Albumin + BCG
.. Albumin BCG kompleks
b. yang banyak digunakan saat ini
sama dengan standar metode WHO/IFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) K2-EDTA
b) Li-heparin
b. cara pengambilan
darah vena
c. cara Penyimpanan (stabilitas)
1) suhu 20-25C stabil selama 2,5 bulan
2) suhu 2_ 8C stabil selama 5 bulan
3) suhu (_15)- (-25)C stabil selama 4 bulan
4.

Linearitas
2-60 giL

5.

Limitasi
a. pemeriksaan tidak terganggu pada kadar bilirubin konjungasi dan
unkonjugasi 1026 umollL (60 mg/dL)
b. pada hemolisis pemeriksaan sampai dengan kadar hemoglobin 621
urnol/l, (1000 mg/dL)
c. sampel lipemik mempengaruhi hasil pembacaan
d. spesifisitas menurun pada albumin kadar rendah dan globulin kadar
tinggi.

MENTERiKESEHATAN

RE?U8UK INDONESIA

6.

Nilai Rujukan
Tabel4. Nilai Rujukan Albumin
Metode

Bromcressol
Green OyeBinding

Usia dan jenis


kelamin
0-4 hr
4 hr - 14 th
14 - 18 th
18 - 60 th
60 - 90 th
> 90 th

Konvensional
(g/dL)

Faktor
konversi

Satuan
internasional

2,8 - 4,4
3,8 - 5,4
3,2 -4,5
3,4-4,8
3,2 -4,6
2,9-4,5

10

28-44
38-54
32-45
34 -48
32 -46
29 -45

(giL)

C. ASAT/AST (GOT)

1. Definisi
Aspartat Aminotransferase (ASAT/AST) dahulu lebih sering disebut
dengan Glutamik Oksalasetik Transaminase (GOT), merupakan enzim
tubuh intraseluler yang sangat penting, mengkatalis perubahan asam alfa
keto menjadi asam amino dengan cara transfer gugus amino.
ASAT banyak terdapat dalam sel otot jantung, hati, ginjal, otot rangka dan
sel darah merah. Kerusakan pada jaringan atau organ tersebut dapat
mengakibatkan meningkatnya enzim ASAT dalam darah.
Pemeriksaan secara bersama ALAT dan ASAT dipakai untuk
membedakan kerusakan hati dari otot jantung dan otot rangka. Umumnya
secara khas ALA T lebih tinggi daripada ASAT pada hepatitis virus atau
toksik akut, sedangkan pada hepatitis kronik ASAT lebih tinggi daripada
ALAT.
Rasio ASAT/ALAT <1 indikasi kerusakan hati ringan dan rasio
ASAT/ALAT> 1 berkaitan dengan penyakit hati yang kronis dan berat.

YE~T~~~KESEHATA~
RE?USUK ;h;:)ONESiA

2. Metodedan Prinsip
a. Standar WHO/I FCC
metode
prinsip

Tes UV optimasi

ASAT

L-Aspartat + 2-Oksoglutarat

_. L-Glutamat + Oksaloasetat
MDH
L-Malat +
+ NADH + H+-----+

Oksaloasetat
NAD+
ASAT mengkatalis transfer gugus amino dari L-Aspartat ke 2Oksoglutarat menjadi L-Glutamat dan Oksaloasetat. Oksaloasetat
selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi
NAD+ dengan bantuan enzim Malat Dehidrogenase. Hasil penurunan
serapan (absorbans) pada A, 340 nm sesuai dengan aktivitas ASAT.

b. yang banyak digunakan saat ini


sama dengan metode standar WHO/IFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) spesimen pilihan serum (dari darah yang tidak hemolisis)
2) dapat juga menggunakan plasma heparin atau EDTA
b. cara pengambilan
1) darah vena (pilihan utama)
2) darah kapiler
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 4- 8C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 20-25C stabil selama 4 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 3 bulan.
4. Linearitas
Linear sampai 4-600 U/L
5. Aktivitas
a. temperatur pemeriksaan pilihan adalah 3rC.
Pemilihan pada suhu
lebih rendah akan memberikan hasil yang lebih rendah.
Pada
temperatur 30C faktor konversi 0,69 dan temperatur 25C faktornya
0,51.
b. pemeriksaan tidak terganggu oleh bilirubin 40 mg/dL), dan
trigliserida 2000 mg/dL).

(V~ENTERi KESEHATf-\\
RE?\;3UK !NDONESiA

c.

hasil pemeriksaan akan tinggi apabila serum mengandung eritrosit


atau hemolisis.

6. Nilai Rujukan
Tabel 5. Nilai Rujukan ASAT/AST (GOT)

UV

30C

IFCC,
dengan

Faktor
konversi
0,017

Lk
Pr

25-75
15-6C
8-20
11 - 26
10 -20

Lk

47 -150
9-80
15-40

Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

13- 35
19-48
9-36
11 - 38
18 -30

0,22 0,32 0,15 0,19 0,31 -

Dewasa

10 -30

0,17 - 0,51

Dewasa

7 -31

0,12 - 0,53

Lk

25,6 19,5

0,44 0,33

Pr

20,4 7,8

0,35 0,13

7 -18

0,12-0,31

8ayi baru lahir


Infant
Dewasa
> 60 th

Optimasi,

P-

5'-p,3rC

0-10 hr
10 hr - 24 bl
24 bl- 60 th
60 - 90 th
> 90 th

IFCC,
dengan

Satuan
internasional
(J..IKatlL)
0,43 -1,28
0,26 -1,02
0,14 - 0,34
0,19 - 0,44
0,17 - 0,34

Konvensional
(UlL)

Usia dan jenis


kelamin

Metode

0,80 - 2,55
0,15 -1,36
0,26 - 0,68
0,60
0,82
0,61
0,65
0,51

P-

5'-P,30C
SCE,37C
SMAC,3rC

DGKC,25C

D. BILIRUBINTOTAL DAN BILIRUBIN DIREK


1. Definisi
Bilirubin
merupakan
hasil penguraian
hemoglobin
oleh sistem
retikuloendotelial dan dibawa di dalam plasma menuju hati untuk
melakukan proses konjugasi (secara langsung), untuk membentuk

iViENTERI KESEHATAN
REP\J6l..1K INDONESIA

bilirubin diglukuronida
terkonjugasi
(direk)
sedangkan yang tak
terikat pada albumin.
ikatan albumin pad a
dapat bereaksi.

dan diekskresikan ke dalam empedu. Bilirubin yang


dapat larut dalam air dan bereaksi langsung,
terkonjugasi (indirek) tidak larut dalam air karena
Nilai bilirubin total di dapatkan dengan melepaskan
bilirubin indirek sehingga dapat larut dalam air dan

2. Metode dan Prinsip


a. standar WHO/IFCC
metode
Jendrassik dan Grof
prinsip
Bilirubin total" bereaksi dengan asam sulfanilat yang
diazotisasi dengan kafein menjadi zat warna azo. Bilirubin
direk dapat ditunjukkan dengan reaksi diazotisasi dalam
suasana asam, sedangkan bilirubin indirek tidak bereaksi.
b. yang banyak digunakan saat ini
metode
Diazo Sulfanilat
prinsip
Sulfanilic Acid dengan sodium nitrit membentuk diazotized
sulfanilic Acid (DSA). Bilirubin bereaksi dengan diazotized
sulfanilic acid membentuk azobilirubin yang akan menyerap
cahaya pada A 546 nm.
Sulfanilic acid + sodium nitrite -7 diazotized sulfanilic acid
(DSA)
Bilirubin + DSA
-7 azobilirubin direk
Bilirubin + DSA + akselerator
-7 azobilirubin total

3. Spesimen
a.

b.

c.

jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) EDTA
b) Heparin
cara pengambilan
1) darah vena (pilihan utama)
2) darah kapiler
cara penyimpanan (stabilitas)
1) suhu kamar (20-25C) selama < 2 jam
2) suhu 2-8C selama 3 hari
3) suhu -20C selama 3 bulan
4) tidak boleh terpapar dengan cahaya.

42

MENTERiKESEHATAN

REPU6LlK lNDONESIA

4.

5.

Linearitas
Metode Jendrassik & Grof
Metode Diazo Sulfanilat

sampai dengan 25 mg/dL


sampai dengan 20 mg/dL

Limitasi
a.
b.
c.
d.
e.

harus segera dikerjakan karena tidak stabil dalam suhu kamar


serum tidak boleh terkena cahaya pada saat dianalisa
sampel tidak boleh hemolisis
bila serum lipemik gunakan blanko sampel
obat yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan bilirubin
1) menurunkan nilai bilirubin:
barbiturat, aspirin, penisilin, kafein
2) meningkatkan nilai bilirubin:
antibiotik, diuretik, isoniazid (INH), sulfonamid, diazepam (valium),
narkotika, barbiturat, steroid, kontrasepsi oral, vitamin A, C, K
dan tolbutamid.

6. Nilai Rujukan
a. bilirubin total
Metode

Prematur
Sulfanilat

Matur

Tabel 6. Nilai Rujukan Bilirubin Total

Usia dan jenis


kelamin

Konvensional
(mg/dL)

Prematur
Matur
< 2,0
Tali Pusat
< 2,0
0-1 hr
< 8,0
1,4 - 8,7
< 12,0
1 - 2 hr
3,4 - 11,5
1,5 -12,0
3 - 5 hr
< 16,0
> 5 hr - 60 th
0,3 -1,2
60 - 90 th
0,2 -1,1
> 90 th
0,2 -0,9

Satuan
Faktor
internasional
konversi
(urnol/L) Diazo
17,1

< 34
< 34
< 137
24 - 149
< 205
58 - 197
< 274
26 - 205
5 - 21
3 -19
3 -15

b. bilirubin direk
Tabel 7. Nilai Rujukan Bilirubin Direk
Metode

Usia dan jenis


kelamin

Konvensional
(mg/dL)

Faktor
konversi

Diazo
Sulfanifat

Dewasa

< 0,2

17, 1

43

Satuan
internasional
(pmot/t.)
<3,4

ME~TERiKESEHATAN

REP1.)8l!K INDONESLA

7. Nilai kritis
Umur < 1 tahun
~ 15
mg/dL
Catatan: Pengukuran bilirubin pada neonatus dengan menggunakan
Bilirubinometer bukan untuk mengukur bilirubin total secara
langsung tetapi mengukur indeks ikterus.
E. GAMMA GLUTAMIL TRANSFERASE (GAMMA-GT)
1. Definisi
Gamma-GT merupakan suatu enzim yang banyak ditemukan terutama
dalam hati dan ginjal. Kuantitas yang lebih rendah ditemukan dalam
limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang
sensitif untuk menentukan disfungsi hati (mendeteksi beragam jenis
penyakit parenkim hati).
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip

Szasz y-GT pada suhu 37DC


L-y-glutamil-3-karboksi-4-nitroanilida + glisilglisin -7 L-y-glutamil
glisilglisin + 5-amino-2-nitro-benzoat.
Nilai 5-amino-2-nitro-benzoat yang terbentuk sebanding dengan
aktifitas y-GT dalam sampel yang diukur pada A. 405 nm.

b. yang banyak digunakan saat ini


sama dengan metode standar WHO/IFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum (pilihan utama)
2) plasma EDTA
b. cara pengambilan
1) darah vena
2) darah kapiler (untuk neonatus dan bayi)
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) suhu 20-25C selama 1 hari
2) suhu 4DC selama 7 hari
3) suhu -20C selama 2 bulan sampai 1 tahun.

44

MENTER.! KESEHATAN
REPL:SUK !NDONESiA

4. Linearitas
Maksimum pembacaan sampai dengan 1000 U/L
5. Aktivitas dan interpretasi hasil
a. sampel tidak boleh hemolisis
b. obat-obat yang dapat mempengaruhi (meningkatkan) nilai GammaGT
yaitu
aminoglikosida,
fenitoin
(dilantin),
fenobarbital,
warfarin/koumarin
c. kadar serum akan meningkat pada awal kerusakan hati dan akan
tetap meningkat selama ada kerusakan sel
d. konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar Gamma-GT. Kadar
akan tinggi terjadi 12-24 jam setelah konsumsi alkohol dalam jumlah
yang banyak, kadar akan tetap meningkat beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah berhenti minum alkohol
e. dalam reaksi kinetik, plasma dengan antikoagulan (Citrat,oxalat,NaF)
dapat menghambat aktifitas -GT sebesar 10 - 15%.
6. Nilai Rujukan
Tabel 8. Nilai Rujukan Gamma Glutamil Transferase (Gamma-GT)
Metode

zasz,3rC

Usia dan jenis


kelamin
Tali pusat
-1 bl
1 - 2 bl
2 -4 bl
4-7 bl
723
-12 bl
1 - 2 th
2 - 5 th
5 -10 th
1
15 th

Konvensional
(U/L)

Faktor
konversi

Satuan
internasional
(~KatlL)

11 - 194
0-151
0-114
0-81
0-34

0,017

Lk
Pr
Lk
Pr

0-24
1 - 20
3-22
3-25
3 -20
2 - 30
1 -24

0,19 - 3,30
0,00 - 2,57
0,00 -1,94
0,00 -1,38
0,00 - 0,58
0,00 - 0,39
0,00 - 0,41
0,02 - 0,34
0,05 - 0,37
0,05 - 0,43
0,05 - 0,34
0,03 - 0,51
0,02 - 0,41

Lk
Pr
Lk
Pr

7 -45
4-27
5-43
4-26

0,12 0,07 0,09 0,07 -

Dewasa

SCE,3rC

20 - 24 th
25 - 29 th

0,77
0,46
0,73
0,44

ME~TERlKESEHATAN

RE?v6!JK iN~ONES!A

Metode

Usia dan jenis


kelamin

30 - 34 th
35 - 39 th
40 - 44 th
45 - 49 th
50 - 54 th

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk

Konvensional
(U/L)

5 -60
3 - 37
5 - 96
3 -25
5 - 82
3 - 30
5 - 53
4-44
7 -64

Faktor
konversi

Satuan
internasional
(JJKatlL)

0,09 -1,02
0,05 - 0,63
0,99 -1,63
0,05 - 0,43
0,09 -1,39
0,05 - 0,51
0,09 - 0,90
0,07 - 0,75
0,12 -1,09

F. FOSFATASEALKALI
1. Definisi
Fosfatase alkali adalah enzim hidrolisis yang bekerja optimal pada
suasana alkalis. Dijumpai dalam darah berasal terutama dari tulang dan
hati, namun juga dari jaringan lain seperti ginjal, plasenta, testis, timus,
paru dan tumor.
Peningkatan fisiologis karena pertumbuhan tulang pada anak-anak dan
selama kehamilan, sedangkan peningkatan patologis terutama berkaitan
dengan penyakit hepatobiliar dan tulang. Pada penyakit hepatobiliar
menunjukkan adanya sumbatan pada saluran empedu (kolestasis) karena
batu empedu, tumor dan radang. Peningkatan juga dijumpai pada
hepatitis karena infeksi. Pada penyakit tulang peningkatan ALP
disebabkan peningkatan aktivitas osteoblast seperti pada penyakit Paget,
osteomalacia, metastasis tulang dan hiperparatiroid.
2. Metodedan prinsip
a. standar menurut WHOIIFCC
metode

prinsip

Tes fotometerik kinetik (International Federation of Clinical


Chemistry and Laboratory Medicine/lFCC atau menurut Deutsche
Gesellschaft fur Klinische Chemie IOGKC)
ALP
p-Nitrofenilfosfat + H20
Fosfat + p-Nitrofenol
p-Nitrofenilfosfat dihidrolisis oleh ALP menjadi fosfat dan p
nitrofenol. Kecepatan hidrolisis p-NPP diukur dengan intensitas
warna merah p-nitrofenol yang terjadi dan ini sebanding dengan
aktivitas ALP bila dibaca pada A405 nm.

MENTERIKESEHATAN

RE?;JSUK INDONESIA

b. yang banyak digunakan saat ini


metode
prinsip

3.

p-nitrofenil fosfatase buffer AMP 3rC


p-NPP + H20
Alkali fosfatase
p-nitrofenol + H3P04
p-nitrofenil fosfat dihidrolisa menjadi p-nitrofenol dan fosfat
organik. Kecepatan hidrolisis p-NPP sebanding dengan aktivitas
ALP bila dibaca pada A 405 nm

Spesimen

a. jenis spesimen
1) spesimen pilihan serum (dari darah yang tidak hemolisis)
2) dapat juga menggunakan Plasma heparin atau EDTA
b. cara pengambilan
1) darah vena
2) darah kapiler
c. cara penyimpanan (stabilitas)
stabil untuk penyimpanan:
1) pada suhu 20- 25C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 4_ 8C stabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 2 bulan.
4.

Linearitas

Linearitas 2-800 U/L


5.

Limitasi

a. temperatur pemeriksaan pilihan adalah 3rC. Pemilihan pada suhu


lebih rendah akan memberikan hasil yang lebih rendah
b. metode pemeriksaan yang dianjurkan adalah menurut IFCC
c. pemeriksaan tidak terganggu oleh bilirubin 40 mg/dL), dan
trigliserida 2000 mg/dL)
d. hasil pemeriksaan akan tinggi apabila serum mengandung eritrosit
atau hemolisis
e. tidak diperkenankan menggunakan plasma EDTA karena EDTA akan
mengganggu reaksi dengan mengikat Kofaktor Zn.
6.

Nilai Rujukan

Sangat ditentukan oleh umur, metode dan temperatur pemeriksaan yang


digunakan.

MEi\jTERI KESEH.~TA.1\l
RE?\}B~!i< IN:JONESfA

Tabel 9. Nilai Rujukan Fosfatase Alkali


Usia dan jenis
kelamin

Metode

Bowers and
McComb
(4-Npp,
AMP)

1 - 12 th

SCE (4NPP,DEA)

20 - 29 th

Konvensional
(UlL)
< 350

Faktor
konversi
0,017

Satuan
internasional
(IJKatfL)
< 5,95

Lk
< 5,95
< 350
Pr
0,43
-1,70
25 -100
Lk
> 15 th
< 8,50
< 500
Pr
12 -14 th
0,43 - 1,70
25 -100
Pr
> 20 th
Catatan : Nilai dapat bertambah sampai 3x lipat sepanjang puberitas

30-39
40-49
50 - 59 th
60 - 69 th
> 69 th

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

100 - 320
70 - 260
90 - 320
70 -260
100 - 360
80 - 290
110 - 390
110 - 380
120 - 450
110 - 380
120 -460
90-430

Tabel 9.a Nilai Rujukan Fosfatase Alkali


Metode
IFCC
(p-nitrofenil
buffer AMP)

Usia dan jenis kelamin


20 - 50 th

fosfatase
;:::60 th
60 - 90 th

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

Konvensional
(UlL)
30C
3r
38- 94
53 -128
28 -78
42- 98
43-88
56 -119
40 - 111
53 - 141
56 -155
43 -160
-

G. PROTEIN TOTAL
1.

Definisi
Protein total adalah suatu plasma protein yang disintesis terutama di sel
parenkim hati, sel plasma, kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang.
Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Albumin disintesa di hati,
berfungsi
utamanya
untuk
mempertahankan
tekanan
onkotik,

ME~TER1KESEHAT~~
REP"JB':.._:KINDONESiA

pembentukan antibodi, hormon, enzim, faktor hemostasis, pertumbuhan


dan perbaikan jaringan dan pH bufer. Protein berikatan dengan beberapa
bahan seperti bilirubin, asam lemak, obat dan hormon selama dalam
sirkulasi darah.
2.

Metode dan Prinsip


a. standar WHO/I FCC
Biuret
metode
Ion kupri akan bereaksi dengan protein dalam suasana basa
prinsip
membentuk kompleks berwarna ungu. Absorbansi kompleks
ini sebanding dengan konsentrasi total protein sampel.
b. yang banyak digunakan saat ini
1) Pengukuran kadar protein total serum atau plasma
sama dengan metode standar WHO/IFCC.
2) Pengukuran kadar protein total urin atau cairan serebrospinal
Turbidimetri
metode
Benzethonium klorida akan mendenaturasi protein
prinsip
dalam suasana basa dan menimbulkan kekeruhan
akibat presipitasi protein.

3.

Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) K2-EDTA
b) Li-heparin (pilihan utama)
b. cara pengambilan
1) darah vena
2) darah kapiler
c. cara penyimpanan spesimen (stabilitas)
1) suhu 20_ 25C stabil kurang dari 6 hari
2) Suhu 4_ aoc stabil selama 4 minggu
3) Suhu -20C stabil selama 1 tahun.

4. Linearitas
Kadar protein total serum atau plasma yang dapat terdeteksi adalah 0,212 g/dL.

~ENTERlKESEPATAN

REP:;'i8LiK lNOONESIA

5. Limitasi
a. Specimen hemolisis sampai kadar Hb 184 prnol/l, dan lipemik sampai
kadar lipid 7 mmollL, bilirubinemia sampai kadar 858 umol/l, tidak
mengganggu pemeriksaan dengan syarat menggunakan blanko
sampel, namun tetap dianjurkan menggunakan sampel baru bila
dimungkinkan.
b. terjadi false high pada 48 jam setelah penggunaan kontras warna
bromophthalein dan juga pada pemasangan turnikuet yang terlalu
lama (Iebih dari 1 menit).
c. obat yang meningkatkan kadar protein total serum atau plasma yaitu
steroid anabolik, androgen, klofibrat, kortikosteroid, dextran, epinefrin,
hormon pertumbuhan, natrium heparin, kalsium heparin, insulin,
fenazopiridin, progesteron, hormon tiroid.
d. obat yang menurunkan kadar protein total serum atau plasma yaitu
obat yang berisi ammonium, estrogen, obat sitotoksik, obat
hepatotoksik, kontrasepsi oral, dan alopurinol.
e. kadar protein total serum atau plasma akan lebih rendah 4-8 g/dL bila
spesimen dikumpulkan pada posisi pasien berdiri.
f. kadar protein total plasma lebih tinggi 4% daripada kadar protein total
serum karena adanya fibrinogen.
6. Nilai Rujukan
Tabel 10. Nilai Rujukan Protein Total
Metode

Biuret

dalam
perawatan

_._.

Usia dan jenis


kelamin
Tali pusat
Prematur
Bayi baru lahir
1 minggu
7 bl- 1 th
1 - 2 th
> 3 th
Dewasa Sehat
Dewasa Sedang

> 60 th

Konvensional
(g/dL)

Faktor
konversi

4,8-8,0
3,6 -6,0
4,6- 7,0
4,4 - 7,6
5,1 -7,3
5,6 - 7,5
6,0 - 8,0
6,4 - 8,3
6,0- 7,8

10

Satuan
internasional
(gIL)
48-80
36-60
46-70
44-76
51 -73
56-75
60-80
64-83
60-78

Nilainya lebih rendah dari 0,2 dari nilai


dewasa sehat
.--

McNTER1KESEHATAN

REPUBUK iNDONESiA

H. ASAM URAT
1.

Definisi
Asam urat merupakan produk metabolisrne purin. Asam urat beredar
dalam sirkulasi darah, difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan diekskresikan
keluar tubuh bersama dengan urin. Kadar asam urat darah dipengaruhi
oleh asupan makanan yang banyak mengandung asam amino purin
seperti kacang dan jeroan. Peningkatan kadar asam urat darah dikaitkan
dengan penyakit gout (arthritis urica) dan risiko terbentuknya batu
ginjal/saluran kemih.

2.

Metodedan Prinsip
a.

standar WHO/IFCC

metode
prinsip

b.

yang banyak digunakan saat ini

metode
prinsip

3.

Enzimatik Urikase
Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin dan hidrogen
peroksida.
H202 yang terbentuk akan bereaksi dengan
4Aminoantipirin
dengan
dikatalis
oleh
ezim peroksidase
menghasilkan senyawa yang berwarna merah. Intensitas warna ini
diukur secara fotometri pada A, 520-560 nm.

Spesimen
a.

b.

4.

Enzimatik
Asam urat dioksidasi oleh urikase menjadi allantoin dan hidrogen
peroksida.
Dengan adanya enzim peroksidase, H202 yang
terbentuk akan bereaksi dengan
4-Aminoantipirin menghasilkan
senyawa yang berwarna. Intensitas warna ini sebanding dengan
kadar asam urat dan diukur secara fotometri.

jenis spesimen
1) Serum (dari darah yang tidak hemolisis)
2) Plasma heparin
cara penyimpanan (stabilitas)
1) Suhu 20- 25C : 3 hari
2) Suhu 2_ BOC
: 3-5 hari
3) Suhu -20C
: 6 bulan

Linearitas
Linearitas sampai 25 mg/dL.

MENTERiKESEHATAN

REP~)BUK lNDONESIA

5.

Limitasi
a. adanya asam askorbat dan bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan
hasil tes rendah palsu.
b. serum lipemik dapat menyebabkan hasil pemeriksaan tinggi palsu.
c. bila basil lebih dari 25 mg/dL lakukan pengenceran serum (1 : 1)
dengan NaCI 0.85% dan hasilnya dikalikan 2.

6.

Nilai Rujukan
Tabel 11. Nilai Rujukan Asam Urat
Metode

Enzimatik

Usia dan jenis


kelamin

th
Dewasa
< 12

60 - 90 th
> 90

I.

th

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

Konvensional
(mg/dL)

Faktor
konversi

2,0- 5,5
4,4 -7,6
2,3 -6,6
4,2 -8,0
3,5 - 7,3
3,5 - 8,3
2,2 - 7,7

59,48

Satuan
internasional
(J-ImoI/L)
119 - 327
262 -452
137 - 393
250 - 476
208 -434
208 -494
131 - 458

KREATININ
1. Definisi
Kreatinin dalam darah berasal dari metabolisme kreatin otot. Kreatinin
dilepaskan ke dalam darah secara konstan, konsentrasinya berhubungan
dengan massa otot yang dipengaruhi variasi umur dan jenis kelamin.
Kadar kreatinin pada pria biasanya lebih tinggi daripada wanita. Kreatinin
sebagai hasil metabolisme akan dikeluarkan dari darah melalui ginjal
bersama urin. Pada orang sehat, produksi kreatinin dan ekskresi kreatinin
berlangsung secara paralel dan relatif konstan. Perubahan fungsi ginjal
akan menghambat ekskresi kreatinin sehingga kadarnya meningkat pada
kerusakan ginjal.
2. Metodedan prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip

Jaffe
Kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis
membentuk kompleks warna jingga kemerahan.
Intensitas warna yang dihasilkan berbanding langsung

MENTERI KESEHATAN
f':E?J8UK iNDONESIA

dengan konsentrasi kreatinin pada spesimen dan dapat


diukur secara fotometri pada A 500-560 nm.
b. yang banyak digunakan saat ini
sama dengan metode standar WHOIIFCC.
3. Spesirnen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma heparin
3) plasma EDTA
b. cara pengambilan
1) darah vena (pilihan utama)
2) darah kapiler
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 2_ 8C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 20 - 25C stabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 3 bulan.
4.

Linearitas
Linearitas sampai 25 mg/dL.

5.

Lirnitasi
a. bila hasil lebih dari 25 mg/dL lakukan pengenceran serum (1 : 1)
dengan NaCI 0.85% dan hasilnya dikalikan 2.
b. obat golongan sefalosporin (cefoxitin), dapat meningkatkan kadar
kreatinin.

6.

Nilai Rujukan
Tabel 12. Nilai Rujukan Kreatinin
Metode

Jaffe

Usia dan jenis


kelarnin

Konvensional
(rng/dL)

Faktor
konversi

Tali pusat
1 -4 hr
Infant
Anak-anak
Remaja

0,6-1,2
0,3 -1,0
0,2 - 0,4
0,3 - 0,7
0,5 -1,0

88,4

Satuan
internasional
(prnotd.)
53 -106
27 -88
18 - 35
27 -62
44-88

MENTER! KESEHATAN
~EP0BUK INDONESiA

Usia dan jenis


kelamin

Metode

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

18 - 60 th
60 - 90 th
> 90 th

Konvensional
(mg/dL)
0,9 -1,3
0,6 -1,1
0,8 - 1,3
0,6 -1,2
1,0-1,7
0,6 -1,3

Faktor
konversi

Satuan
internasional
(J,JmoI/L)
80 -115
53-97
71-115
53 -106
88 -150
53 - 115

7. Nilai kritis
1 hari - 30 hari
1 bulan - 23 bulan
2 tahun - 11 tahun
12 tahun - 15 tahun
;::16 tahun

;:: 1,5 mg/dL


;::2,0 mg/dL
;::2,5 mg/dL
;::3,0 mg/dL
;::10,0mg/dL

1.1 KLiRENS KREATININ


1. Definisi
Klirens kreatinin adalah sejumlah mililiter plasma yang dibersihkan dari
kreatinin oleh ginjal dalam satu menit. Tes Klirens kreatinin mengukur
Glomerular Filtration Rate (GFR) sehingga digunakan sebagai indikator
kemampuan filtrasi glomerulus ginjal.
Pada orang sehat, produksi kreatinin dan ekskresi kreatinin melalui urin
berlangsung secara berimbang dan relatif konstan. Perubahan fungsi
ginjal akan menghambat ekskresi kreatinin sehingga konsentrasi kreatinin
akan meningkat pada kerusakan ginjal.
2. Metode dan Prinsip
standar WHO/IFCC
prinsip

Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur kadar


kreatinin darah dan kreatinin urin. Urin ditampung
secara akurat selama 24 jam. Spesimen darah diarnbil
di pertengahan waktu pengumpulan urin (12 jam).
Tinggi badan dan berat badan pasien diukur untuk
mengetahui luas permukaan tubuh.
Nilai klirens
kreatinin dapat dihitung dengan rumus :
(U/P) x V x( 1,73/A) = ..... mL plasma/menit

W:=\,!::~i KESEHATAj\:
~E?v3UK l::\Z)ONESiA

u
p

=
=
=
=

kadar kreatinin urin 24 jam


kadar kreatinin plasma
volume diuresis per menit
luas permukaan tubuh (dapat dilihat pada
Nomogram 2)

3. Spesimen
jenis spesimen
1) serum
2) plasma heparin
3) plasma EDTA.
4. Linearitas
Linearitas sampai 25 mg/dL.
5. Limitasi
a. bila hasil lebih dari 25 mg/dL lakukan pengenceran serum (1 : 1)
dengan NaCf 0.85% dan hasilnya dikalikan 2.
b. obat golongan cephalosporin (cefoxitin) dapat meningkatkan kadar
kreatinin.
6. Nilai Rujukan

Metode

Usia dan jenis

Tabel 13. Nilai Rujukan Klirens Kreatinin


Konvensional
Faktor
kelamin
(mLlmin/1.73 m2)
72
45
55
60
71
73
64
67
72
83
89
92
109
86

0-1 th
1 th
2 th
3 th
4 th
5 th
6 th
7 th
8 th
9 th
10 th
11 th
12 th
13 - 14 th

55

Satuan
konversi
0,00963

internasional
(mLlsc/m2)
0,69
0,43
0,53
0,58
0,68
0,70
0,62
0,65
0,69
0,80
0,86
0,89
1,05
0,83

MENTERIKESEHATAN

R::;:?i,;a'A( !NDONES!A

Metode

Konvensional
(mLlmin/1.73 fl12)

Usia dan jenis


kelamin

20 - 29 th

Lk
Pr
30 - 39 th Lk
Pr
Untuk tiap dekade
setelahnya nilainya
berkurang 6,5

94 -140
72 -110
59 -137
71 - 121

Faktor
konversi

Satuan
internasional
(mLlsc/m2)

0,91-1,35
0,69-1,06
0,57- 1,32
0,68-1,17

J. UREUM
1. Definisi
Ureum adalah kandungan utama nitrogen, merupakan hasil katabolisme
protein pada manusia. Merupakan fraksi terbesar dari komponen non
protein nitrogen (menurut Bishop 45%).
2. Metodedan Prinsip
a. standard WHO/ IFCC
metode
prinsip

Enzimatik
urease
-----+
2 NH3 + CO2
GLOH
NH3 + a-Ketoglutarat + -7 L-Glutamat + NAOH + H+ -7 NAO+ + H20
Urea + H20

b. yang banyak digunakan saat ini


Kolorimetrik (Cara Berthelot)
metode
Urea dihidrolisa dengan adanya air dan urease
prinsip
menghasilkan urea dan karbondioksida.
Berthelot : reaksi ion amonium dengan hipoklorit dan
salisilat menghasilkan warna hijau pada A 578 nm.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma: EDTA
b. cara pengambilan
1) darah Vena
2) darah Perifer

56

w.E~;ER! KESEHATAN
REPi.iBLlK IIl.!DONES!A

c.

cara penyimpanan (stabilitas)


1) suhu 20 - 25C stabil selama 24 jam
2) suhu 2 - 8C stabil selama 72 jam
3) suhu -20C stabil selama 2-3 bulan.

4. Linearitas
Linear sampai 400 mg/dL (serum/plasma).
5. Limitasi
a. harus segera dikerjakan karena tidak stabil dalam suhu kamar
b. tidak boleh hemolisis
6. Nilai Rujukan
Tabel 14. Nilai Rujukan Blood Urea Nitrogen (BUN)
Metode

Usia dan jenis


kelamin

Kolorimetrik

Tali pusat
Prematur 1 mg
< 1 th
Infantlanak-anak
18 - 60 th
60 - 90 th
> 90 th

Konvensional
(mg/dL)

Faktor
konversi

21 -40
3-25
4-19
5 -18
6-20
8-23
10 - 31

0,357

Satuan
Internasional
(mmoIlL)
7,5 -14,3
1,1-8,9
1,4 - 6,8
1,8 - 6,4
2,1-7,1
2,9-8,2
3,6 -11,1

Catatan: Nilai rujukan ureum diperoleh dengan cara mengkalikan nilai

rujukan BUN dengan faktor 2,14.

57

MENTER!KESEHATAN

RE?;';BUK INDONESIA

J.1 KLiRENS UREUM


1. Definisi
Volume darah yang dibersihkan dari ureum oalarn waktu tertentu dengan
cara mengekskresikannya ke urin.
2. Metodedan Prinsip
standar WHO/IFCC
metode

Vxf
U
x
B

Klirens = f (faktor)
U
B
V

=
=
=
=

1,73/ luas permukaan tubuh


Kadar zat dalam urin
Kadar zat dalam darah
Diuresis dalam mLl menit

Catatan : V (diuresis/menit) harus > 2 mLlmenit


3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum/plasma
2) urin
b. cara pengambilan
1) darah vena
2) urin kumpulan
c. cara penyimpanan (urin)
1) suhu kamar stabil selama 24 jam dengan pengawet Thymol
2) suhu 2-8C stabil selama 4 hari.
4.

Linearitas
400 mg/dL

5. Limitasi
a. waktu pengumpulan urin harus 2 jam pasca minum air putih
b. retensi urin dapat dihindarkan dengan hidrasi yang cukup sehingga
aliran urin mencapai 2 mLlmenit.

MENTER! KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

6. Nilai Rujukan
64 - 99 mUmenit

K. HDL
1. Definisi
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang ukurannya
paling kecil. HDL memiliki proporsi protein paling tinggi dibanding
liporotein lainnya yaitu >50% protein. Protein utama yaitu apo AI dan apo
All, disertai protein lain yang jumlahnya lebih kecil apo C (CI, CII dan CIII),
E, AIV dan D. Komponen lipid yang banyak adalah fosfolipid dengan
sedikit kolesterol ester dan trigliserida.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
Kolorimetrik enzymatik
metode
Dengan pemberian phosphotungstic acid dan ion
prinsip
magnesium ke dalam sampel maka kilomikron, VLDL
dan LDL mengendap (presipitasi).
Serum +HDL separating reagent --.
sentrifus -.
HDL fraksi (supernatant) + kilomikron, VLDL, LDL fraksi
(presipitasi). Setelah disentrifus dalam supernatan hanya
terdapat HDL yang kadar kolesterolnya ditentukan
dengan metode kolorimetrik enzimatik seperti tes
kolesterol total.
b. yang banyak digunakan saat ini
sama dengan metode WHOIIFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma EDTA
b. cara pengambilan
darah vena
c. cara penyimpanan/stabilitas
1) Suhu 15 - 25C stabil selama 2 hari
2) Suhu 2_ BOC stabil selama 5 - 7 hari
3) Suhu -20C stabil selama 3 bulan.

MENTER!KESEHATAN

REPUBLIK !NDONESIA

4. Limitasi
a. spesimen yang hernolisis dan ikterik jangan digunakan karena
menyebabkan peningkatan konsentrasi HDL palsu.
b. asam ascorbic menghambat penentuan enzymatic dari cholesterol.
5. Nilai Rujukan
Tabel 15. Nilai Rujukan HDL
Metode
Kolorimetrik
Enzimatik

Satuan
(mmoIlL)
Konvensional
Usia daninternasional
jenis
(mg/dL)
6-53
kelamin Lk
Tali pusat
13
- 56
Pr
38-75
Lk
5 - 9 th
36-73
Pr
37 -74
10 - 14 th Lk
37 -70
Pr
30 -63
15 - 19 th Lk
35-74
Pr
30-63
Lk
20 - 24 th
33-79
Pr
31 -63
Lk
25 - 29 th
37 - 83
Pr
28-63
Lk
30 - 34 th
36 -77
Pr
29-62
Lk
35 - 39 th
34-82
Pr
27 -67
Lk
40 - 44 th
34 -88
Pr
30 - 64
Lk
45 - 49 th
34-87
Pr
28 -63
Lk
50 - 54 th
37 -92
Pr
28 -71
Lk
55 - 59 th
37 - 91
Pr
30 -74
Lk
60 - 64 th
38 - 92
Pr
30 -75
Lk
65 - 69 th
35 - 96
Pr
31 -75
Lk
> 70 th
33 - 92
Pr

60

Faktor
konversi
0,0259

0,16 -1,37
0,34 -1,45
0,98 -1,94
0,93 -1,89
0,96 -1,91
0,96 -1,81
0,78 - 1,63
0,91 - 1,91
0,78 -1,63
0,85 - 2,04
0,80 -1,63
0,96 - 2,15
0,72 -1,63
0,93 -1,99
0,75 -1,60
0,88 - 2,12
0,70-1,73
0,88 - 2,28
0,78 -1,66
0,88 - 2,25
0,72 -1,63
0,96 - 2,38
0,72 -1,84
0,96 - 2,35
0,78 -1,91
0,98 - 2,38
0,78 - 1,94
0,91 - 2,48
0,80 -1,94
0,85 - 2,38

MENTER!KESEHATAN

RE?;;=3UK INDONES!A

L. KOLESTEROL TOTAL
1. Definisi
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang
ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/I FCC

(Cholesterol

Oxidase

metode

Kolorimetrik
enzimatik
Methode/CHOD PAP).

prinsip

Kolesterol ester diurai menjadi kolesterol dan asam


lemak menggunakan enzim
kolesterol esterase.
Kolesterol yang terbentuk kemudian diubah menjadi
Cholesterol-3-one dan hidrogen peroksida oleh enzim
kolesterol oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk
beserta fenol dan 4-aminoantipirin oleh peroksidase
diubah menjadi zat yang berwarna merah. Intensitas
warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi
kolesterol total dan dibaca pada 'A 520 nm.

b. yang banyak digunakan saat ini


sama dengan metode pada standar WHO/IFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) Li Heparin
b) EDTA
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) suhu 20_ 25C stabil selama 2 hari
2) suhu 2_ BOC stabil selama 5 - 7 hari
3) suhu -20C stabil selama 3 bulan
4. Linearitas
Linieritas reagen hingga 900 mg/dL
Nilai Normal: dewasa < 200 mg/dL

M'Ei'iTERI KESEHATAN

5. Limitasi
a. faktor yang mempengaruhi adalah asam askorbat > 30 mg/dL,
bilirubin> 20 mg/dL, trigliserida dan hemolisis
b. dipengaruhi oleh jenis enzim dan surfaktan yang dipakai
c. variasi within run: < 1,5%
d. variasi between run: < 3%.
6. Nilai Rujukan
Metode
Enzimatik

Tabel16. Nilai Rujukan Kolesterol Total


Usia dan jenis
kelamin
Tali pusat

Lk

Pr
th

Lk

5 - 9 th

Lk

0-4

Pr
Pr

10 - 14 th

Lk

Pr
15 - 19 th

Lk

Pr
20 - 24 th

Lk

25 - 29 th

Lk

30 - 34 th

Lk

Pr
Pr
Pr
35 - 39 th

Lk

Pr
40 - 44 th

Lk

45 - 49 th

Lk

Pr
Pr
50 - 54 th

Lk

Pr
55 - 59 th

Lk

Pr
60 - 64 th

Lk

65 - 69 th

Lk

Pr
Pr
> 70 th

Lk

Pr

62

Konvensional
(mg/dL)

44 -103
50 -108
114 - 203
112 - 200
121 - 203
126 - 205
119 - 202
124 - 201
113 - 197
119 - 200
124-218
122 - 216
133 - 244
128 - 222
138 - 254
130 - 230
146 - 270
140 - 242
151 - 268
147 - 252
158 - 276
152 - 265
158 - 277
162 - 285
156 - 276
172 - 300
159 - 276
172 - 297
158 - 274
171-303
144 - 265
173 - 280

Faktor
konversi
0,0259

Satuan
internasional
(mmoI/L)
1,14-2,66
1,29 - 2,79
2,95 - 5,25
2,90 - 5,18
3,13 - 5,25
3,26 - 5,30
3,08 - 5,23
3,21 - 5,20
2,93 - 5,10
3,08 - 5,18
3,21 - 5,64
3,16 - 5,59
3,44 - 6,32
3,32 - 5,75
3,57 - 6,58
3,37 - 5,96
3,78 - 6,99
3,63 - 6,27
3,91 - 6,94
3,81 - 6,53
4,09-7,15
3,94 - 6,86
4,09 -7,17
4,20 -7,38
4,04-7,15
4,45 -7,77
4,12-7,15
4,45 -7,69
4,09 -7,10
4,43 -7,85
3,73 -6,86
4,48 -7,25

WENTERIKESEHATAN

REPU2~IK iNDONESIA

M. LDL
1. Definisi
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah 1 dari 5 kelompok lipoprotein yang
merupakan kombinasi lemak dan protein yang merupakan bentuk lipid
yang diangkut dalam darah. Kolesterol LDL disebut jahat karena
mengangkut hasil metabolisme kolesterol dari hati ke jaringan. Semakin
tinggi kadar LDL semakin besar resiko untuk penyakit arteri koroner.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
Kolorimetri enzimatik homogeneus
metode
Kolesterol ester pada partikel LDL menggunakan
prinsip
deterjen dan enzim kolesterol esterase diubah
menjadi kolesterol dan asam lemak bebas.
Kolesterol yang terbentuk diubah menjadi 4kolestenone dan hidrogen peroksida oleh koJesteroJ
oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk
bersama dengan 4-aminoantipirin diubah menjadi
zat berwarna yang dibaca pada fotometer pada A
585 nm.
b. yang banyak digunakan saat ini
perhitungan dengan menggunakan Formula Friedewald
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) Serum
2) Plasma: Li Heparin
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
persiapan pasien : sampel puasa
c.

cara penyimpanan (stabilitas)


1) suhu 20-25C
: stabil 1 hari
2) suhu 2-8C : stabil 5 - 7 hari
3) suhu -20C : stabil 3 bulan

63

MENTER! KESE!-<ATAN
::<:C:?;,;'Si_lKiNDONES1A

4. Linearitas
Linearitas reagen hingga 400 mg/dL
Nilai Normal: Dewasa < 160 mg/dL

5. Limitasi
a.

faktor yang mempengaruhi

asam askorbat > 30 mg/dL, bilirubin >20

b.
c.

mg/dL, trigliserida dan hemolisis


variasi within run
: < 1,5%
variasi between run: < 3%.

6. Nilai Rujukan
Tabel17.
Metode

Usia dan jenis


kelamin

Perhitungan

Lk
Pr
Lk
5 - 9 th
Pr
10 - 14 th Lk
Pr
15 - 19 th Lk
Pr
20 - 24 th Lk
Pr
25 - 29 th Lk
Pr
30 - 34 th Lk
Pr
35 - 39 th Lk
Pr
40 - 44 th Lk
Pr
45 - 49 th Lk
Pr
50 - 54 th Lk
Pr
55 - 59 th Lk
Pr
60 - 64 th Lk
Pr
Tali pusat

Nilai Rujukan LDL


Konvensional
(mg/dL)
20-56
21 - 58
63 - 129
68 -140
64 -133
68 -136
62 -130
59 -137
66 -147
57 -159
70 - 165
71 - 164
78 -185
70 -156
81 - 189
75 -172
87 -186
74 - 174
97 - 202
79 - 186
89 -197
88 - 201
88 - 203
89 - 210
83 - 210
100 - 224

Faktor
konversi
0,0259

Satuan
internasional
(mmoIlL)
0,52 -1,45
0,54 -1,50
1,63 - 3,34
1,76 - 3,63
1,66 - 3,44
1,76 - 3,52
1,61 - 3,37
1,53 - 3,55
1,71 - 3,81
1,48 - 4,12
1,81 - 4,27
1,84 -4,25
2,02 - 4,79
1,81 - 4,04
2,10 - 4,90
1,94 - 4,45
2,25 -4,82
1,92 - 4,51
2,51 - 5,23
2,05 -4,82
2,31-5,10
2,28 - 5,21
2,28 - 5,26
2,31 - 5,44
2,15 - 5,44
2,59 - 5,80

VE;\T!:R! KESEHATAN
REP;;Si..'K IN;)ONES~A

Metode

Usia dan jenis


kelamin
65 - 69 th
> 70 th

Lk
Pr
Lk
Pr

Konvensional
(mg/dL)
98 - 210
92 - 221
88 -186
96 - 206

Faktor
konversi

Satuan
internasional
(mmoI/L)
2,54 - 5,44
2,38 - 5,72
2,28 - 4,82
2,49 - 5,34

N. TRIGLISERIDA
1. Definisi
Trigliserida adalah bentuk utama dari lemak yang disimpan oleh
tubuh,trigliserida terdiri dari tiga
molekul
asam
lemak yang
dikombinasikandengan molekul dari gliserol alkohol. Trigliserida sebagian
besar berasal dari makanan yang kita makan.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
Kolorimetrienzimatik
metode
Trigliserida dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi
prinsip
gliserol dan asam lemak, gliserol yang terbentuk
dikonversi menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserol
kinase. Gliserol-3-fosfat ini kemudian diubah menjadi
dihidroksiaseton dan hidrogen peroksida oleh enzim
GPO. Hidrogen peroksida yang terbentuk bersama
dengan 4-klorofenol oleh enzim peroksidase diubah
menjadi 4-(p-benzoquinon-monoimino)-fenazoneyang
berwarna merah.
Kelemahan metode ini, proses hidrolisis trigliserida
tidak selalu optimal terutama jika menghidrolisis
trigliserida dengan asam lemak yang lebih dari 16
rantai karbon, tidak semua reagen komersil yang
tersedia menghidrolisis secara sempurna.
Karena
enzim ini juga menghidrolisis mono dan digliserida,
maka
dapat
meningkatkan
jumlah
trigliserida.
Walaupun jumlahnya hanya sekitar 3%. 8eberapa
produsen juga telah mengiliminasi gliserol endogen ini
dengan menggunakaninternal atau eksternal blanking.

M~~1cR!KESEHATAN
REPUBUK INDONESiA

b. yang banyak digunakan saat ini


sama dengan metode WHO/IFCC
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) Li Heparin
b) EDTA
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
stabil 2 hari
1) suhu 20-25C
stabil 5-7 hart
2) suhu 2- BOC
stabil 3 bulan
3) suhu -20C
4. Linearitas
BOO mg/dL
5. Limitasi
Faktor yang mempengaruhi : gliserol, asam askorbat > 30 mg/dL, bilirubin
> 20 mg/dL dan hemolisis.

66

6.

Nilai Rujukan
Tabel 18. Nilai Rujukan Trigliserida
Metode
Enzimatik

Pr

0- 9 th
35 -110

internasional
(mmollL)
Konvensional
UsiaSatuan
dan jenis
(mg/dL)
13 - 95
Lk
Tali kelamin
pusat
11 -76
Pr

10 - 14 th
15 - 19 th
20 - 24 th
25 - 29 th
30 - 34 th
35 - 39 th
40 -44

th

45 -49

th

50 - 54 th
55 - 59 th
60 - 64 th
> 65 th

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

32
37
37
39
44
36
46
37
50
39
54
40
55
45
58
46
58
52
58
55
58
56

Lk
Pr

55 - 260
60 - 240

67

0,15-1,07
0,12 - 0,86

0,34 -1,13

30 -100
0,40 - 1,24

Lk

Faktor
konversi
0,0113

-125
-131
-148
-124
- 201
- 131
- 249
- 144
-266
- 150
- 321
-176
- 320
-191
- 327
- 214
- 320
- 233
- 286
- 262
- 291
- 239

0,36 - 1,41
0,42 - 1,48
0,42 - 1,67
0,44 - 1,40
0,50 - 2,27
0,41-1,48
0,52 - 2,81
0,42 -1,63
0,56 - 3,01
0,44 - 1,70
0,61 - 3,62
0,45 - 1,99
0,62 - 3,61
0,51-2,16
0,65 - 3,70
0,52
0,65
0,59
0,65
0,62
0,65
0,63

2,42
3,61
2,63
3,23
2,96
3,29
2,70

0,62 - 2,94
0,68 - 2,71

MENTER! KESEHATAN
REP;,JBUK iNDONESIA

O. KREATIN KINASE (CK)


1. Definisi
Kreatin Kinase atau disebut juga kreatin fosfokinase (CPK) merupakan
enzim yang berasal dari berbagai organ. CK terdiri dari 3 isoenzim dimana
berbentuk dimmer terdiri dari 2 tipe subunit monomer. M (dari otot
skeletal), B (dari otak) terbentuk menjadi CK-MM, CK-MB dan CK-BB.

2. Metodedan prinsip
a.

standar WHO/IFCC
Enzimatik
metode
Kreatine fosfat + ADP CK -7 creatine + ATP
prinsip
ATP + D-glucose
HK -7
ADP + G6P
G6P + NADP+
G6PDH-7 D6 fosfoglukonat + NADPH + H+
Peningkatan NADPH yang terbentuk sesuai dengan aktifitas
katalitik CK.
Diukur dengan pengikatan absorbans pada A 340 nm.

b.

yang banyak digunakan saat ini


sama dengan metode WHO/IFCC.

3. Spesimen
a.

jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) EDTA ,K2, K3
b) heparin, Li, Na, NH4
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 15- 25C
2) pada suhu 2_ 8C
3) pad a suhu -20C

4. Linearitas
Linearitas sampai 1.500 U/L.

stabil selama 2 hari


stabil selama 7 hari
stabil selama 1 bulan.

MENTERi KESEHATAN
RcP:;C:-;_!K INDONESiA

5. Limitasi
a.
b.
c.
d.
e.

harus segera dikerjakan tidak stabil pada suhu kamar


tidak boleh hemolisis
ikterus tidak berpengaruh sampai bilirubin> 15 mg/dL
lipemik
obat: kalsium dobesilate (menyebabkan rendah palsu)

6. Nilai Rujukan
Tabel19. Nilai Rujukan Kreatin Kinase (CK)
Usia dan jenis
kelamin
Szasz, 37C Setelah kelahiran
dengan sectio (SC)
3 x nilai orang dewasa
Metode

4 hr

20 - 60 th
> 90 th

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

dewasa
38 -174
26 -140
52 - 200
35 -165
21 - 203
22-99

0,65 - 2,96
0,46 - 2,38
0,88 - 3,40
0,60 - 2,81
0,36 - 3,45
0,37 -1,68

Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr

15 - 105
10- 80
25-80
20-75
20 -110
16 - 81
22 - 90
19 -76
10 - 65
7-55

0,26 - 1,79
0,17 -1,36
0,43 -1,36
0,34 -1,28
0,34 -1,87
0,27 -1,38
0,37 -1,53
0,32 -1,29
0,17- 1,11
0,12 - 0,94

Szasz, 30C
Dewasa
20 - 59 th
60 - 69 th
70 - 90 th
Szasz, 25C

Dewasa

Faktor
konversi
0,017

= nilai orang

6 mg -12 th
Dewasa

Konvensional
(u/L)
2 - 3 x nilai
orang dewasa

Satuan
internasional
(J.1KatlL)

7. Nilai Kritis
;:::10.000 U/L

69

MENTERiKESEHATAN

REPVSi_JKiNDONES!A

P. Kreatin Kinase-MB (CKMB)


1. Definisi
Kreatine Kinase-M8 merupakan isoenzim dari CK. CK terdiri dari 3
isoenzim dimana berbentuk dimer terdiri dari 2 tipe subunit monomer M
(dari otot skeletal), 8 (dari otak) terbentuk menjadi CK-MM, CK-M8 dan
CK-88. Otot skeletal kaya akan CK-MM, sedangkan otak, usus, paru dan
kandung kemih banyak terdapat pada isoenzim CK88. CK-M8 hanya
terdapat pada otot jantung, sehingga dapat dipakai untuk membantu
diagnosis dengan kecurigaan infark miokard akut (AMI).
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
Immunoassay
metode
Aktivitas CK M8 diukur dengan antibodi untuk
prinsip
monomer CK MM. Antibodi ini menghambat aktivitas
CKMM dan setengah dari aktivitas CK M8. Antibodi
ini tidak mempengaruhi aktivitas sub unit 8 dari CK
M8 dan CK 88, karena konsentrasi CK 88 yang tidak
berarti dalam sirkulasi tersebut. Aktivitas yang tersisi
dikalikan dengan faktor 2 menunjukkan aktivitas CK
M8.
Setelah dilakukan imunoinhibisi dengan antibodi
terhadap CK-M, maka aktifitas CK-8 dikali 2
diasumsikan sebagai aktifitas CK-M8.
b. yang banyak digunakan saat ini
sarna dengan metode WHO/IFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a)

EDTA ,K2, K3

b) Heparin, Li, Na, NH4


b. cara pengambilan
darah kapiler
darah vena

ME1':TERi KESEHATAN
RE?UB:_IK iNDONESiA

c.

cara penyimpanan (stabilitas)


1) suhu 20 - 25C stabil selama 8 jam
2) suhu 2-8C stabil selama 3 hari
3) suhu -20C stabil selama 4 minggu

4. Linearitas
Linearitas sampai 200 U/L.
5. Limltasl
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

harus segera dikerjakan tidak stabil pada suhu kamar


tidak boleh hemolisis
ikterus tidak berpengaruh sampai bilirubin >20 mg/dL
lipemik
adenilat kinase: Adenilat kinase menyebabkan interferensi positif
obat Kalsium dobesilate (menyebabkan rendah palsu)
lainnya: penderita Gammopathy IgM (Waldenstrom's
Macroglobulinemia) .

6. Nilai Rujukan
4 - 6% kadar CK total.
Q. LACTATE DEHYDROGENASE (LDH)

1. Definisi
Laktat dehidrogenase merupakan enzim pemberi ion hidrogen yang
mengkatalisa reaksi oksidasi dari L-Iaktat menjadi piruvat dengan
perantara NAD sebagai akseptor ion hidrogen.
LDH
Piruvat + NADH
L-Lactat + NAD .,_-----.
Aktivitas LDH dijumpai pada semua sel tubuh terutama di dalam
sitoplasma dalam jumlah yang bervariasi. Konsentrasi
LDH pada
beberapa jaringan dapat mencapai 500 kali kadar normal dalam serum.
Oleh karena itu kerusakan jaringan yang kecilpun dapat menyebabkan
peningkatan aktivitas LDH yang bermakna.
Enzim ini mempunyai berat molekul 134.000 Dalton dan terdiri dari 4
rantai peptida dengan 2 tipe yaitu M atau A dan H atau B. Struktur LD M dan LD - H ditentukan oleh lokus dalam kromosom 11 dan 12. Bila
dipisahkan secara elektroforesa akan dijumpai 5 isoenzim LDH yaitu

71

MEj";TERI KESEHATAN
R~P:"':SLiK tN:>ONES~A

LDH1 (HHHH), LDH2 (HHHM), LDH3 (HHMM), LDH4 (HMMM) dan LDH5
(MMMM). Dijumpai pula isoenzim LDH ke-6 yaitu LDH6 dengan 4 peptida
X atau C sehingga sering disebut LDHx atau LDHc. Subunit LDH6 ini
dijumpai pada testis manusia postpubertal. LDH6 ini dapat dijumpai pada
serum pasien dengan sakit berat. Jaringan yang berbeda akan
menunjukakan isoenzim yang berbeda. Isoenzim LDH 1 dan LDH 2
dominan dijumpai pada otot jantung, ginjal dan eritrosit, LDH4 dan LDH 5
dominan dijumpai pada hati dan otot rangka.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO I IFCC
Enzimatik
metode
Oksidasi dari L-Iaktat rnenjarf piruvat dengan perantara
prinsip
NAD sebagai akseptor ion hidrogen pada suhu 3rC.
b. yang banyak digunakan saat ini :
sarna dengan metode WHO/IFCC.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) Serum: yang direkomendasikan
2) Plasma EDTA : dapat digunakan tanpa perbedaan hasil dengan
serum
3) Plasma Heparin: dapat digunakan dengan keterbatasan
b. cara pengambilan
lebih diutamakan darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu kamar stabil selama 3 hari
2) pada suhu 20- 25C stabil selama 7 hari
3) suhu -20C stabil selama 6 minggu kecuali LDH-4 dan LDH-5
4) Tidak boleh dibiarkan terbuka pada suhu 3rC
4. Linearitas
Sampai dengan 800 U/L.
5. Limitasi
a. pada spesimen plasma mungkin terdapat kontaminasi dari LDH yang
berasal dari trombosit, karena trombosit mengandung LDH yang tinggi

72

~E~TERjKESEHATA~
REP',;i3;)~;ND0NESiA

b. serum harus segera dipisahkan setelah terjadi proses pembekuan,


karena eritrosit mengandung konsentrasi LDH yang tinggi
c. serum yang hemolisis tidak dapat digunakan
d. aktivitas LDH4 dan LDH 5 akan menurun bila disimpan pada -20C
6. Nilai Rujukan
Tabel 20. Nilai Rujukan Lactate Dehydrogenase (LDH)
Metode

Piruvat to Lactate
Enzimatik, 300e

Usia dan jenis


kelamin

Konvensional
(U/L)

Satuan
Internasional
(U/L)

Neonatus
Dewasa

415 - 690
140 - 280

415 - 690
140 - 280

Enzimatik 37e

Dewasa

208 - 378

208 - 378

Lactate to Piruvat
Enzimatik, 300e

Dewasa

35 -100

35 -100

0-4 hr
4 - 10 hr
10 hr- 24 bl
24 bl- 12 th
12 - 60 th
60 - 90 th

290 -775
545 - 2000
180 - 430
110 - 295
110-210
99 -284

290 -775
545 - 2000
180 -430
110 - 295
110-210
99 - 284

Enzimatik

sz-c

R. TROPONIN Til

1. Definisi
Troponin merupakan suatu komplek protein yang berperan dalam
kontraksi otot rangka dan otot jantung. Troponin dijumpai melekat pada
tropomiosin dan terletak dalam filament-filamen actin. Terdapat 3 subunit
troponin yaitu:
Troponin C (TnC) disebut juga the calcium-binding component, yang akan
berikatan dengan ion Calsium yang akan merangsang Troponin I (TnI).
Troponin T (TnT) disebut juga the tropomyosin-binding component, yang
berikatan dengan tropomyosin membentuk kompleks troponin
tropomyosin.
Troponin I (Tnl) disebut juga the inhibitory component yang berikatan
dengan actin, menahan kompleks troponin-tropomyosin pada tempatnya.

73

)/,=;\'ERi KESEHATAX
2:;:.pi";BL'K iNOONESiA

Saat ini troponin dijadikan petanda biokimiawi untuk kerusakan otot


jantung terutama Troponin T (TnT) dan Troponin I (Tnl) karena troponin
akan segera dilepaskan dalam waktu 2-4 jam setelah terjadi kerusakan
otot jantung dan mencapai puncaknya dalam waktu 48-72 jam, troponin
masih dapat terukur 4-14 hari setelah serangan.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO I IFCC
metode

1)
2)

Imunoasssay: TnT dan Tnl


POCT
: TnT dan Tnl

b. yang banyak digunakan saat ini


POCT
3. Spesimen
a. jenis spesimen
tergantung jenis kit yang dipakai, umumnya serum, kecuali Troponin T
(TnT) memakai plasma heparin (Cardiac Reader Roche).
b. cara pengambilan
lebih diutamakan darah vena
c. cara penyimpanan
Troponin T
Troponin I
suhu 20_ 25C
1 hari
3jam
suhu 2_ 8C
7 hari
3 hari
suhu -20C
3 bulan
4 minggu
4. Lower Limit Detection(LLD)
Troponin T
Troponin I

: 0,01 ng/mL atau I-Ig/L


: 0,2 ng/mL atau 1-19/L

5. Limitasi
a. dipengaruhi oleh spesifisitas antibodi dan epitope yang dipakai
b. antikoagulan yang dipakai harus sesuai dengan kit yang dipakai
6. Nilai Rujukan
Troponin I dengan metode RIA
: <10l-lg/L
ELISA
: s 3,11Troponin T dengan metode ELISA: g1iL
0-0,1 1-g1iL

74

ME[\TER~KESEHATAN

REP\iBUK iNDONESiA

s.

FOSFOR

1. Definisi
Fosfat (fosfor) tubuh terdapat dalam bentuk anion fosfat. Konsentrasi
fosfat inorganik dipengaruhi oleh fungsi kelenjar paratiroid, vitamin,
absorpsi usus, fungsi ginjal, metabolisme tulang dan nutrisi.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip

Kompleks fosfomolibdat - uv
Fosfat bereaksi dengan amonium molibdat untuk
membentuk kompleks yang dapat diukur langsung
dengan spektrofotometer pada A ultraviolet 340 nm.

b. yang banyak digunakan saat ini:


Reduksi kompleks fosfomolibdat
metode
Fosfat bereaksi dengan amonium molibdat untuk
prinsip
membentuk
kompleks
fosfomolibdat.
Kemudian
ditambahkan agen pereduksi untuk membentuk
senyawa fosfomolibdat biru yang dapat diukur
absorbansnya pada A 600-700 nm.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
serum, plasma heparin, K2EDTA.
b. cara pengambilan
dianjurkan spesimen pagi hari karena adanya vanasi diurnal,
konsentrasi fosfat lebih tinggi pada sore dan malam hari.
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) suhu 20,_25C stabil selama 24 jam
2) pada suhu 2_ BOC stabil selama 4 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 1 tahun
4.

Linearitas
0,31-20,0 mg/dL.

ENTcRlKESEHATAN

R;:;;P;_;S~iK lNDONESiA

5. Limitasi
a. trombositosis dapat menyebabkan fosfat meningkat palsu.
b.. fosfat meningkat pada gagal ginjal, hipoparatiroid, tumor lysis
syndrome,
keganasan,
insufisiensi
adrenal,
akromegali,
hipervitaminosis
D,
metastasis
osteolitik,
asidosis,
pseudohipoparatiroid, sirosis.
c. fosfat menurun pada hiperparatiroid, defisiensi vitamin D,
malabsorpsi, malnutrisi, kelaparan, transplantasi tulang, defisiensi
hormon pertumbuhan, alkoholisme kronik, alkalosis, metastasis
osteoblastik, gout, hiperkalsemia berat, renal tubular acidosis,
kehamilan dan hipotiroid.
6. Nilai Rujukan
Tabel 21. Nilai Rujukan Fosfor
Metode

Usia dan jenis


kelamin

Konvensional
(mg/dL)

Faktor
konversi

Kolorimetrik

Tali pusat
Prematur (1 mg)
0- 10 hr
10 hr- 24 bl
24 bl- 12 th
12 - 60 th
> 60 th
Lk
Pr

3,7 - 8,1
5,4 - 10,9
4,5 - 9,0
4,5 -6,7
4,5-5,5
2,7 -4,5
2,3-3,7
2,8 - 4,1

0,323

Satuan
Internasional
(mmoIlL)
1,20 - 2,62
1,74 -3,52
1,45 - 2,91
1,45 - 2,16
1,45 -1,78
0,87 -1,45
0,74-1,20
0,90 -1,32

7. Nilai Kritis
Nilai kritis: <1,0 mg/dL.
T. KALSIUMTOTAL
1. Definisi
Kalsium adalah unsur mineral paling banyak dalam tubuh dengan
distribusi utama pada tulang dalam bentuk hidroksiapatit. Kalsium
ekstrasel berperan penting dalam koagulasi darah, konduksi saraf, kerja
otot, aktivasi enzim dan menjaga integritas dan permeabilitas membran
sel.

76

i1{\c:"-iTERi KESEHATAi\
R:;:P'J3U'< iNOONESjA

2.

3.

Metode dan Prinsip


a.

standar WHO/IFCC
metode
Atomic absorpstion spectrophotometry (AAS)
prinsip
Kalsium mengabsorpsi cahaya dengan A 422,7 nm.
Jumlah cahaya yang diabsorpsi
berbanding lurus
dengan kadar kalsium.

b.

yang banyak digunakan saat ini


1)

Metode
prinsip

Fotometri, kompleks cresophthalein


Kalsiurn bereaksi dengan kompleks Cresoftalein
o
(o-CPC)
pada
lingkungan
alkali
dan
membentuk
kompleks
berwarna
lembayung
(violet).
Ca2+ + o-CPC -7 kompleks Ca-o-CPC (berwarna
lembayung).
Intensitas
warna
berhubungan
proporsional
dengan konsentrasi kalsium dan diukur secara
fotometrik.

2)

metode
prinsip

Ion selective electrode (free/ionized kalsium)


Elektroda selektif kalsium mengukur perubahan
tegangan
oleh adanya
kalsium
dalarn sel
pengukuran
dan
dibandingkan
terhadap
elektroda rujukan.

Spesimen
a.

jenis spesimen
serum, plasma lithium-heparin.
Tidak boleh menggunakan
EDTA.
Pemeriksaan kalsium bebas tidak boleh menggunakan pada lithium
heparin
b. cara pengambilan
plebotomi
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) suhu 20_ 25C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 4_ 8C stabil selama 3 minggu
3) pada suhu -20C stabil selama 8 bin
4) calsium ion : 1 jam

77

MENTER! KESEHATA.i\\
REPUGUK !NDONESfA

4.

Linearitas
Rentang pengukuran kalsium total pada 0,4-20 mg/dL.

5. Limitasi
a. tidak boleh menggunakan EOTA karena EOTA akan mengikat
kalsium, menyebabkan kadar rendah palsu.
b. pemeriksaan kalsium bebas lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan
kalsium total. Hipokalsemia ditemukan pada gagal ginjal kronik,
hipoalbuminemia,
defisiensi
magnesium,
hipoparatiroid,
pseudohipoparatiroid, osteomalasia, defisiensi vitamin 0, pankreatitis
hemoragik dan pada fase penyembuhan terapi hiperparatiroid,
hipertiroid dan keganasan darah (hungry bone syndrome).
c. hiperkalsemia dapat ditemukan pada hiperparatiroid, keganasan,
hipervitaminosis 0, mieloma multipel, penyakit Paget, sarkoidosis,
tirotoksikosis, penyakit Addison.
;

6. Nilai Rujukan
Tabel 22. Nilai Rujukan Kalsium Total
Metode

Usia dan jenis

Konvensional

Faktor

Satuan
kelamin

(mg/dL)
konversi
internasional
(mmoI/L)
Spektrofotometri

Tali pusat

8,2 -11,2
0,25
2,05 - 2,80
Prematur
10 hr

6,2 -11,0
7,6-10,4

MENTER! KESEHATAN
REPUBUK iNDONES!A

U. MAGNESIUM
1. Definisi
Magnesium adalah unsur kimia bernomor atom 12 dengan berat molekul
24,312. Magnesium adalah kofaktor banyak enzim intraselular termasuk
enzim-enzim ATP-ase. Magnesium terutama terdapat intrasel semua
jaringan dan tulang.
2. Metode dan Prinsip
a. standar WHO/I FCC
Atomic absorption spectrophotometry
metode
Setiap unsur kimia mengabsorpsi cahaya dengan
prinsip
panjang gelombang yang unik pada keadaan tidak
tereksitasi. Magnesium mengabsorpsi cahaya dengan
A 285,2 nm.
b. yang banyak digunakan saat ini
Kolorimetri dengan klorofosfonazo
metode
Klorofosfonazo
III (CPZIII) berikatan dengan
prinsip
magnesium
dan
menyebabkan
peningkatan
absorbans.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
serum atau plasma (heparin).
b. cara pengambilan
Serum/plasma harus secepatnya
darah 5 mL dari plebotomi.
mencegah peningkatan magnesium
dipisahkan dari darah untuk
serum akibat tirisan sel.
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 20-25C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 4_ 8C stabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 7 hari
4.

Linearitas
Linearitas pada 0,24-6,08 mg/dL. Spesimen dengan kadar yang lebih
tinggi harus diencerkan 1:1 dengan air suling. Lalu diperiksa ulang dan
hasil dikalikan 2.

MENTERIKESEHATAN

RE?!JBUK INDONESiA

5. Limitasi
a. bilirubin berpengaruh pada kadar 60 mg/dL. Hemolisis menyebabkan
interferensi.
b. hipomagnesemia dapat disebabkan oleh peningkatan ekskresi di
ginjal dan/atau di saluran gastrointestinal seperti pada diare kronik,
ataupun karena asupan yang kurang.
Hipomagnesemia dapat
menyebabkan aritmia jantung, gangguan neuromuskular (tetani,
konvulsi, penurunan kesadaran) dan hipokalsemia refrakter.
c. hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, penyakit Addison,
asidosis diabetik, dehidrasi atau akibat terapi.
Pemeriksaan
magnesium dapat diqunakan dalam monitoring terapi antikonvulsan
magnesium sulfat atau terapi yang menyebabkan kehilangan
magnesium seperti pada terapi cis platinum.
d. serum hemolisis menyebabkan konsentrasi magnesium meningkat.
e. peralatan harus bersih dari detergen.
f. peralatan harus disposibel.
6. Nilai Rujukan
Tabel 23. Nilai Rujukan Magnesium
Metode

Usia dan
jenis
kelamin
Kolorimetrik 8ayi baru lahir
5 bl- 6 th
6 - 12 th
12 - 20 th
Dewasa
60 - 90 th
> 90 th
7.

Konvensional
(mg/dL)

Faktor
konversi

1,5 -2,2
1,7-2,3
1,7-2,1
1,7-2,2
1,6 - 2,6
1,6 - 2,4
1,7-2,3

0,4114

Nilai kritis
~ 1.0 mg/dL atau ~9,0 mg/dL

Satuan
internasional
(mmoIlL)
0,62 - 0,91
0,70 - 0,95
0,70 - 0,86
0,70 - 0,91
0,66 -1,07
0,66 - 0,99
0,70 - 0,95

MEN:ER!KESEHATAN

REPUB~_n<i"NDONES~A

V. NATRIUM, KALIUM DAN KLORIDA


1. Definisi
Na adalah kation utama ekstraseluler, Kalium adalah kation utama
intraseluler dan CI adalah anion utama ekstraseluler. Ketiganya berfungsi
mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh.
2. Metode dan Prinsip
a. standar WHOIIFCC
ISE (ion selective electrode)
metode
Terjadinya perubahan tegangan atau arus antara 2
prinsip
elektroda yang diakibatkan adanya perubahan pada
analit yang dianalisa.
b. yang 8anyak digunakan saat ini
sama dengan metode WHO/IFCC.
3.

Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma Li-heparin
3) urin
b. cara pengambilan
1) pungsi vena
2) urin 24 jam
c.

cara penyimpanan (stabilitas)


segera pisahkan serum atau plasma
Parameter
Na

K
CI
4.

20- 25C

2_ BOC

-20C

14 hari
14 hari
14 hari

14 hari
14 hari
14 hari

1 tahun
1 tahun
1 tahun

Linearitas
Serum : Na (80-180 mEq/L)
K (1.5-10 mEq/L)
CI (60-140 mEq/L)

ME~TERIKESEHATAN

REPliBUK iNDONESIA

5. Limitasi
Hemolisa (Hb > 1g/dL),
ikterus (bilirubin> 60 mg/dL),
lipemia (intralipid > 2000 mg/dL)

6. Nilai Rujukan

Tabel 24. Nilai Rujukan Natrium

Metode

Usia dan jenis kelamin

Konvensional
(mEq/L)

Faktor
konversi

f Flame
otometri,
ISE,
Kinetik

Tali pusat prematur


48 Tali
jam pusat
Prematur
8ayi
baru
Matur
lahir
Infant
Anak-anak
Dewasa
> 90 th

116 - 140
128 -166
- 148
126

1,0

Satuan
Internasional
(mmoI/L)
116- 140
128-148
126
- 166

133 -146

133-146

139 -146
138 - 145
136 -145
132 -146

139-146
138- 145
136- 145
132- 146

Tabel 25. Nilai Rujukan Kalium

Tali pusat prematur


f
otometri,
ISE,
Kinetik

Satuan
Faktor
konversi
internasional
(mmoI/L) Flame

Usia dan jenis kelamin

Konvensional
(mEq/L)

5,0 -10,2
1,0
Prematur
48 jam
Tali pusat
8ayi
baru
Matur
lahir
Infant
Anak-anak
Dewasa

5,0 -10,2
3,0 -6,0
5,6 -12,0
3,7 -5,9

3,0-6,0
5,6 -12,0
3,7 -5,9

4,1 - 5,3
3,4 - 4,7
3,5 - 5,1

4,1-5,3
3,4 - 4,7
3,5 - 5,1

Metode

Tabel 26. Nilai Rujukan Klorida


Metode

Usia dan jenis


kelamin

Konvensional
(mEq/L)

Faktor
konversi

Kolorimetrik

Tali pusat
Prematur
0- 30 hr
Dewasa
> 90 th

96 -104
95 -110
98 - 113
98 -107
98 - 111

1,0

Satuan
internasional
(mmollL)
96 -104
95 - 110
98 -113
98 -107
98 - 111

ME~~ERiKESEHATAN

7. Nilai Kritis
Na : s 120 mM/L
K : < 2,5 mM/L
CI : < 80 mEq/L

dan ~ 160 mM/L


dan > 6,0 mEq/L
dan > 120 mEq/L

W. GLUKOSA
1. Definisi
Glukosa adalah karbohidrat dalam bentuk monosakarida. Glukosa dalam
darah jika tidak diperlukan akan disimpan di dalam hati dalam bentuk
glikogen melalui proses glikogenesis. Jika diperlukan glikogen ini dapat
diubah kembali menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis, dan
dilepaskan ke dalam darah.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
metode
prinsip

GOD
Glukosa dioksidasi secara enzimatik menggunakan enzim GOD
(glukosa oksidase), membentuk asam glukonik dan H202
kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan
enzim peroksidase (POD) sebagai katalisator membentuk
quinomine. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi glukosa dalam spesimen dan diukur secara fotometri
pada A 340nm
Glukosa + O2 + H20

GOD

...asam glukonik + H202

2H202 + 4-aminophenazone+ phenol

POD

... quinomine + 4H20

b. yang banyak digunakan saat ini


1) sama dengan metode standar WHO/IFCC
2)

metode
prinsip

Heksokinase
Heksokinase (HK) sebagai katalisator mengubah glukosa
menjadi glukosa 6-phosphat dan ADP. Glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G-6-PDH) mengoksidase glukosa 6-fosfat
menjadi glukosa-6-P dan
NADP menjadi NADPH.
8anyaknya NADPH yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi glukosa dalam spesimen dan diukur secara
fotometri pada panjang gelombang 340nm.
HK

Glukosa + ATP --....


G-6-P + ADP
glukonat-6-P + NADPH+ H+
G-6-P + NADP G-6-PDH

ME!\'TERi KESEHATAK
:::;:::;:;>:..aUK ;NDONES!A

3. Spesimen
a. jenis spesimen
serum, plasma EDTA, darah kapiler
b. cara pengambilan
Gula darah puasa, sewaktu dan 2 jam setelah makan
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 20- 25C stabil selama 6 jam
2) pada suhu 2_ BOC stabil selama 3 hari
3) pada suhu -20C selama 3 bulan.
4. Linearitas
a.

keterbatasan pengukuran untuk metode GOD adalah : jika kadar


glukosa > 500 mg/dL perlu dilakukan pengenceran 1 bagian volume
sampel : 2 bagian volume NaCI dan hasilnya dikalikan 3.
b. keterbatasan pengukuran untuk metode heksokinase keterbatasan
pengukuran adalah : jika kadar glukosa > 750 mg/dL perlu dilakukan
pengenceran 1 bagian volume spesimen : 1 bagian volume NaCI
fisiologis dan hasilnya dikalikan 2.
5. Limitasi
Asam urat, glutation, ikterik dan asam askorbat akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan kadar glukosa.

B
4

MENTER! KESEHATA\\

6. Nilai Rujukan
Tabel 27. Nilai Rujukan Glukosa
Metode

Puasa
HeKsokinase,
GOD PAP

Usia dan
jenis
kelamin
Tali pusat
Prematur
Neonatus
1 hr
> 1 hr
Anak-anak
Dewasa
60 - 90 th
> 90 th

2 jam post

Faktor
Konvensional
konversi
(mg/dL)

45-96
20-60
30-60
40-60
50-80
60 -100
74 -106
82 - 115
75 - 121
<

120

0,0555

Satuan
internasional
(mmoI/L)

2,5-5,3
1,1- 3,3
1,7-3,3
2,2 -3,3
2,8 -4,4
3,3-5,6
4,1 - 5,9
4,6-6,4
4,2 -6,7
<

6,66

prandial

x.

HbA1c
1. Definisi
HbA1c adalah glikohemoglobin yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik
antara glukosa dengan N- terminal valin rantai b HbA dalam eritosit.
Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi
ketoamin yang stabil dan irreversibel, sehingga kadar HbA1c dapat
menggambarkan rerata konsentrasi glukosa dalam darah selama 3 bulan
terakhir sesuai umur eritrosit. Berdasarkan hal tersebut kadar HbA1c
dalam darah dapat dipergunakan untuk mengetahui rerata kadar glukosa
darah dalam 3 bulan terakhir pada penderita diabetes mellitus.
2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO/IFCC
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
metode
Pemisahan berbagai komponen jenis Hb oleh karena
Prinsip
perbedaan muatan antar molekul Hb tersebut.
Hemolisat yang mengandung berbagai jenis molekul
Hb yang berbeda akan diabsorbsi pada fase padat
yang bermuatan positif. Kecepatan elusi dari Hb yang
berbeda jenis ditentukan oleh pH dan kekuatan ionik
larutan dapar pengelusi. Fraksi yang dielusi dapat

85

MEN'ERi KESEHATAI"Ii
REP\J6UK INDONESiA

dideteksi dengan menggunakan detektor cahaya.


8esarnya area di bawah puncak absorbsi sesuai
dengan persentase fraksi yang bersangkutan.
b. yang banyak digunakan saat ini
metode
prinsip

Imuno Turbidimetri
HbA 1c dalam darah akan bereaksi dengan antibodi
anti HbA1c membentuk kompleks antigen-antibodi yang
larut, antibodi anti-HbA 1c yang tidak terikat akan
beraksi
dengan
polyhapten
yang
ditambahkan
membentuk kompleks antibody-polyhapten yang tidak
larut yang
dapat diukur secara turbidimetri.

3. Spesimen
a. jenis spesimen
whole blood +EDTNheparin/oksalat
b. cara pengambilan
dengan vena punksi
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) Pada 20-25C: 3 hari
2) Suhu 2_ 8C: 7 hari
3) Suhu -20C : 6 bulan
4. Linearitas
2.0-16,0%
5. Limitasi
a. kadar terendah HbA 1c yang dapat dideteksi pada metode
turbidimetri adalah 0,2 g/dL
b. spesiman ikterik (bila kadar bilirubin > 50 mg/dL) akan meningkatkan
kadar HbA1C secara palsu
c. spesimen hemolisis akan menurunkan kadar HbA 1C secara
palsu d. lipemik (bila kadar trigliserida > 800 mg/dL)
e. faktor rematoid > 750 IU/mL
f. asam ascorbat > 50mg/dL.

86

MENTERiKFSEHATAN

RE;PIJBUK lNDDNES!A

6. Nilai Rujukan
2.5-6.0 %
6.1 - 8.0 %
>8.0 %

: kontrol DM baik
: kontrol DM sedang
: kontrol DM buruk

HbA1c

HbA1c

(DCCT)

(IFCC)
mmol/mol

4.0
5.0
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0

20
31
42
48
53
59
64
75
86
97
108

DCCT : Diabetes Control and Complication Trail


IFCC : International Federation of Clinical Chemistry
Y. SERUMIRON (Fe)
1.

Definisi
Kelompok prostetik hemoglobin adalah besi kompleks protoporfirin IX
(heme) di mana atom terletak di pusat bertindak sebagai stabilisator besi
dari oksihemoglobin. Banyak enzim dan koenzim memerlukan besi,
misalnya peroksidase, katalase, sitokrom (yang juga protein heme),
banyak enzim dari siklus Krebs, dan oksidase monoamina (yang terlibat
dalam neurotransmission).
kadar besi tubuh total adalah sekitar 3 - 3,5 g. Dari jumlah ini sekitar 2,5
9
terdapat dalam eritrosit atau prekursornya di sumsum tulang. Plasma
hanya mengandung 2,5 mg besi. Besi diangkut sebagai Fe (III) terikat
pada apotransferrin protein plasma. The apotransferrin-Fe (III) disebut
transferin. Besi disimpan terutama di hepatosit terikat feritin dan
hemosiderin. Kebutuhan total tubuh bervariasi dari 1 hingga 2 mg per hari
tergantung pada usia dan jenis kelamin.

87

MENTERiKESEHATAN

P\EP\,J~'_iKIN'JONESfA

2. Metodedan Prinsip
a. standar WHO IIFCC
metode
prinsip

Ferrozine tanpa deproteinase


Fe (III) dilepaskan dari transferin oleh hidroklorida
guanidine dan direduksi menjadi Fe (II) oleh askorbat dan
hidroksilamin.
Ion besi bivalen membentuk kompleks
berwarna merah chelate dengan FerroZine.
Untuk
mencegah gangguan tembaga, ion cupric terikat dengan
tiourea.
Guanidine-Hul
Transferrin-Fe(lll)
apotransferrin + Fe(llI)
Reducing agents
Fe(llI)
Fe(ll)
Fe(lI) + FerroZine
Fe(II)-(FerroZine h

Intensitas warna chelat yang terbentuk berbanding lurus


dengan konsentrasi besi. Absorbansi larutan ditentukan
dengan cara fotometri mengukur pada A 552 nm.

b. yang banyak digunakan saat ini


sama dengan rnetode yang digunakan WHO/IFCC
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum (bebas dari hemolisis dan Jipemik)
2) lithium heparin
b. cara pengambilan
darah vena
sampel harus diambil pada pagi hari dari pasien dalam keadaan
puasa, karena kadar besi dapat menurun sebesar 30% sepanjang
hari. Untuk follow up harus dilaksanakan pada pagi hari.
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 20-25C stabil selama 7 hari
2) pada suhu 4_ 8Cstabil selama 3 minggu
3) pada suhu -20C stabil selama 1 tahun
4. Linearitas
Linear sampai dengan 150 urnol/l, (840 jJg/dL)

88

Nlc;'\iTER! KESEHATAt\
RE?\J6LiK iNDONESiA

5. Limitasi
a.

b.

c.

d.

e.
f.

konsentrasi besi serum dapat menurun pada pasien dengan anemia


defisiensi besi dan dalam keadaan inflamasi akut atau kronis, seperti
infeksi akut, imunisasi, dan infark miokard. Akut atau perdarahan akut,
termasuk donor darah, akan memiliki konsentrasi besi serum yang
rendah. Konsentrasi besi serum juga menurun pada saat menstruasi.
peningkatan konsentrasi serum besi dapat terjadi pada gangguan
metabolisme zat besi hemokromatosis, hepatitis akut, keracunan besi
akut pada anak-anak, dan setelah menelan obat preparat besi atau
pemberian fe secara parenteral.
dalam kasus yang jarang terjadi, konsentrasi sangat tinggi
imunoglobulin monoklonal, karena gammopathies monoklonal, dapat
menyebabkan kekeruhan pada saat reaksi dalam kuvet dan
meningkatkan secara langsung hasil uji besi kolorimetri.
pada pasien yang diobati dengan suplemen zat besi, besi yang terikat
obat mungkin tidak bereaksi dengan benar dalam tes, sehingga hasil
rendah palsu.
serum yang ikterik dapat menyebabkan kadar Fe rendah palsu.
serum yang lipemik dan hemolisis dapat menyebabkan kadar Fe
tinggi palsu.

6. Nilai Rujukan
Tabel 28. Nilai Rujukan Serum Iron (Fe)

Z.

Metode

Usia dan jenis


kelamin

Konvensional
(J.lg/dL)

Faktor
konversi

Kolorimetrik

Bayi baru lahir


Infant
Anak-anak
Dewasa
Lk
Pr

100 - 250
40 - 100
50 -120
65 -175
50 - 170

0,179

TOTAL IRON BINDING CAPACITY

Satuan
internasional
(J.lmoI/L)
17,9-44,8
7,2 -17,9
9,0-21,5
11,6-31,3
9,0 - 30,4

rnaci

1. Definisi
Tes yang mengukur kadar transferin secara tidak langsung dalam aliran
darah. Transferin adalah protein yang membawa besi dalam tubuh. Tes
ini digunakan untuk mengevaluasi anemia.Peningkatan nilai TIBC dapat
ditemukan pada anemia defisiensi besi, dan polisitemia vera. Kapasitas
pengikatan besi total yang lebih rendah dari normal dapat dilihat pada

89

ME0lTERI KESEHATAN
~EP~;i3i_1l<; iNDONES!A

sirosis, sickle cell anemia, hipoproteinemia, anemia pernisiosa dan


anemia hemolitik.
2. Metodedan Prinsip
a. Standar WHO IIFCC
metode
prinsip

Tidak langsung (Menghitung nilai UIBC + nilai 51 = TIBC)


Direct determination with FerroZine
Fe (II) + transferring Alkaline buffer
transferrin-Fe(lIl) + Fe (II)
(excess)
Fe (II) (excess) + 3 FerroZine
Fe(II)-(FerroZine)J
Intensitas warna yang terbentuk berbanding lurus dengan
konsentrasi besi terikat kelebihan dan secara tidak langsung
sebanding dengan kapasitas TIBC mengikat besi tak jenuh.
Intensitas warna ditentukan dengan cara fotometri dengan
mengukur absorbansi larutan pada A 552 nm.

b. yang banyak digunakan saat ini


sama dengan metode yang digunakan IFCCIWHO.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum (bebas dari hemolisis dan lipemik)
2) lithium heparin
b. cara pengambilan
1) darah vena
2) darah kapiler
sampel harus diambil pada pagi hari dari pasien dalam keadaan
puasa, karena nilai besi dapat menurun sebesar 30% sepanjang
hari.
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 15- 25C stabil selama 4 hari
2) pada suhu 4C stabil selama 7 hari.
4. Linearitas
Linear sampai dengan 125 umoliL (700 ug/dL).
5. Limitasi
a. ascorbat pada ascorbic acid lebih besar dari 20 mg/dL menyebabkan
penurunan hasil TIBC secara signifikan

90

W.E~TERIKESEHATA~

~;::P;;BUK iNDOl'lt";SlA

b. desferal memperlihatkan penyimpangan kurang dari 5% pada 11,5


J.lg/mLdan penyimpangan kurang dari 10% pada 23 J.lg/mL.
6. Nilai Rujukan
Tabel 29. Nilai Rujukan Total Iron Binding Capacity (TIBC)
Metode

Kolorimetrik

(1-I9/dL)

Faktor
konversi

Satuan
internasional
(umol/L)

250 - 425

0,179

44,8 -76,1

Usia dan
jenis
kelamin

Konvensional

Oewasa

AA.AMILASE
1. Definisi
Amilase adalah enzim yang menghidrolisis amilum menjadi glukosa,
disekresi oleh kelenjar ludah dan pankreas.
2. Metodedan
Prinsip a. standar
WHO/IFCC
metode
prinsip

Reaksi Enzimatik, EPS-G7


4,6-Ethylidene(G
1)-4-nitrophenyl(
G7)-a-(
1->4)-0maltoheptaoside (substrat) oleh amilase dihidrolisis menjadi
4,6-ethylidene-GP [GP: a-(1->4)-0-glucopyranosy] -Gx + 4Nitrophenyl-GP-G(7-x). Lalu 4-Nitrophenyl-GP-G(7 -x) diubah
oleh a-glucosidase menjadi 4-Nitrophenol kompleks (berwarna)
dan (7-x) glucose.
Intensitas warna kompleks yang terbentuk sebanding dengan
aktivitas amilase, absorbansi larutan diukur pada A 405 nm
secara fotometri.

b. yang banyak digunakan saat ini


Kolorimetrik enzimatik (CNPG3 Blocked Substrate)
metode
Amilase akan menghidrolisis 2-Chloro-p-Nitrophenil-a-Dprinsip
maltoheptaose
(CNPG7)
menjadi
2-ChloroNitrophenilmaltotetraose
(CNPG4)
+
pnitrophenylmaltotriose (CNPG3) + Maltrotriose (G3).
Kernudian p-nitrophenylmaltotriose oleh a-glucosidase
diubah menjadi p-nitrophenol (berwarna) dan glucose.
Intensitas warna kompleks yang terbentuk sebanding
dengan aktivitas amilase, absorbansi larutan kompleks

ME\lTERi Kf:SErlATAN
~2-:?;;3',)" lNDONES;A

diukur pada A 405 nm secara fotometri.


3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
heparin
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
c.

cara penyimpanan
1) pada suhu 20-25C stabil selama 1 hari
2) pada suhu 2_ BOCstabil selama 7 hari
3) pada suhu -20C stabil selama 2 bulan - 1 tahun

4. Linearitas
Linear sampai 1500 U/L.
5. Limitasi
a.
b.
c.
d.

kadar bilirubin total> 60 mg/dL mempengaruhi hasil


kadar Hb > 25 g/dL mempengaruhi hasil
glukosa > 2160 mg/dL
lipemia> 1000 mg/dL

6. Nilai Rujukan
Tabel 30. Nilai Rujukan Amilase
Metode

Enzimatik

Usia dan
jenis
kelamin
8ayi baru
lahir
Dewasa
60 - 90 th

Konvensional
(U/L)
5-65
27 - 131
24 -151

92

Faktor
konversi
0,017

Satuan
internasional
(JJKatlL)
0,09-1,11
0,46 - 2,23
0,41 - 2,57

Mc~TERiKESEHAT~~
;:;;::;:?\;o'-.iK iNDCNESlA

SS.LlPASE

1.

Definisi
Lipase adalah enzim yang menghidrolisis terutama estergliserol asam
lemak rantai panjang (pada C1 dan C3 dari ikatan ester), menghasilkan
dua molekul asam lemak dan satu molekul ~-monogliserid,dihasilkan oleh
kelenjar pankreas dan sebagian kecil dari usus halus.

2. Metode dan Prinsip


a. standar IFCC
Kolorimetrik enzimatik
metode
Senyawa S-acyl (substrate) oleh lipase dihidrolisis
prinsip
menghasilkan grup sulfhidril.
Lalu sulfhidril direaksikan
dengan sulfhidril kromogenik [5,5'-dithiobis (2-nitrobenzoic
acid)] menghasilkan senyawa kompleks berwarna, yang
absorbansi larutan kompleksnya diukur pada A 340 nm
secara fotometri.
b. yang banyak digunakan saat ini
Kolororimetrikkinetik
metode
Lipase menghidrolisis substrat [1,2-o-dilauryl-rac-glyceroprinsip
3-glutaric acid-(6'-methylresorufin)-ester, DGGR] menjadi
1,2-o-dialuryl-rac-glycerol
dan
glutaric
acid-(6'
methylresorufin)-ester.
Kemudian Glutaric acid-(6'-methylresorufin)-ester dalam
suasana
basa mengalami
dekomposisi
spontan
membentuk glutaric acid dan methylresorufin. Warna
kompleks ungu-kebiruan absorbansi larutn kompleks
tersebut diukur pada A 580 nm secara fotometri.
3.

Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
heparin
b. cara pengambilan
1) kapiler
2) vena

ME7';TER! I<ESEHATAN
REPUSUK INDONESlA

c.

cara penyimpanan (stabilitas)


1) pada suhu 20- 25e stabil selama 1 hari
2) pada suhu 2_ 8e stabil selama 7 hari
3) pada suhu -200e stabil selama 2 bulan sampai dengan 1 tahun
4) pada suhu -700e stabil selama 3 tahun

4. Linearitas
Sampai 1000 U/L
5. Limitasi
a.
b.
c.
d.

sampel tidak boleh hemolisis


alat yang digunakan harus yang disposable
lipase mikrobial dapat mempengaruhi hasil (alat harus bebas kuman)
kolesterol esterase dapat mempengaruhi hasil

6. Nilai Rujukan
Tabel 31. Nilai Rujukan Lipase
Metode

Titrasi

Usia dan
jenis
kelamin
Dewasa

Konvensional
(U/L)

Faktor
konversi

< 160

0,017

Satuan
internasional
(JJKatlL)
< 2,72

Turbidimetri

Dewasa
> 60 th

13-141
0,302

0,22 - 2,40
0,00 - 5,13

Optimized
turbidimetri

20 - 60 th
> 90 th

31 -186
26 - 267

0,53 - 3,16
0,44 -4,54

cc. KOLINESTERASE
1. Definisi
Kolinesterase adalah enzim hidrolase yang menghidrolisis asylkolin atau
asetilkolin menjadi kolin dan karboksilat atau asetat, dihasilkan oleh
jaringan (PChE: hati, pancreas, otak, ginjal, usus halus dan miokardium;
AChE: RBC, jaringan saraf, otot rangka, plasenta).

ME~TER1KESEHATAN

~EP~B:_iK lNVON2S:A

2. Metodadan Prinsip
a. standard IFCC
metode
Kolorimetrik, substrat butiriltiokolin (BTC)
prinsip
butiriltiokolin dihidrolisis kolinesterase menjadi tikolin
dan butirat.
Tiokolin direaksikan dengan DTNB [dithiobis-(2nitrobenzoic
acid)]
membentuk
2-nitro-mercapto
benzoat,
senyawa
berwarna.
Intensitas warna
sebanding dengan aktivitas kolinesterase, dibaca pada
A 405 nm.
b. yang banyak digunakan saat ini
metode
Kinetik kolorimetrik, DGKC
prinsip
Kolinesterase dalam serum/plasma menghidrolisis
butiriltiokolin menjadi butirat and tiokolin. Lalu tiokolin
mereduksi
ion-ferisianida
menjadi
ferosianida.
Penurunan nilai absorbansi yang dibaca pada A 405
nm sebanding dengan aktivitas enzim dalam sampel.
3. Spesimen
a. jenis spesimen
1) serum
2) plasma
a) heparin
b) EDTA
b. cara pengambilan
1) darah kapiler
2) darah vena
c. cara penyimpanan (stabilitas)
1) pada suhu 20-25C stabil selama 1 hari
2) pada suhu 2_ BOCstabil selama 7 hari
3) pada -20C stabil selama 2 bulan sampai dengan 1 tahun
4. Linearitas
Sampai 12000 U/L
5. Limitasi
a. reagen kerja hanya stabil 2 jam pada suhu kamar
b. hemoglobin> 200 mg/dL

c.
d.

bilirubin> 20 mg/dL
triglycerides> 1000 mg/dL

6. Nilai Rujukan
Tabel 32. Nilai Rujukan Kolinesterase
Metode

Usia dan
jenis kelamin

Kolorimetri

Konvensional
(u/L)
4,9-11,9

Faktor
kor.versi
1,0

Satuan internasional
(lJKatlL)
4,9-11,9

IV. PASCA ANALITIK


A. VERIFIKASI HASIL
Verifikasi adalah upaya pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai pasca analitik
dengan melakukan pengecekan setiap tindakan/proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap pra analitik
a. formulir permintaan pemeriksaan sebaiknya memuat secara lengkap :
1) tanggal permintaaan
2) tanggal dan jam pengambilan spesimen
3) identitas pasien
4) identitas dari yang meminta pemeriksaan
5) nomor laboratorium
6) diagnosis/keterangan klinik
7) obat yang telah diberikan dan lama pemberian
8) pemeriksaan laboratorium yang diminta
9) jenis spesimen
10) volume spesimen
11) nama pengambil spesimen
b. persiapan pasien
persiapan pasien sesuai persyaratan pengambilan darah menurut
jenis pemeriksaan.
c.

pengambilan dan penerimaan spesimen


1) dokumentasi pengambilan spesimen

ME~TERIKESEHAiAN.

REP;~;BUK IN;)mJES!A

a)
b)
c)
2)
3)

verifikasi identitas pasien dan jenis pemeriksaan


verifikasi jam pengambilan spesimen
informed consent secara lisan
cara pengambilan spesimen yang benar
harus memperhatikan stabilitas spesimen dan cara transportasi

d. penanganan spesimen
1) tehnik pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan
2) kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat
3) penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan khusus
4) kondisi pengiriman spesimen sudah tepat
e. persiapan sampel untuk analisa
1) kondisi sampel memenuhi persyaratan
2) volume sampel cukup
3) identifikasi sampel sudah benar
2. Tahap Analitik
a. persiapan reagen
1) reagen memenuhi syarat
2) masa kadaluarsa tidak terlampaui
3) cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar
4) cara pengenceran sudah benar
5) pelarutnya memenuhi syarat
6) penyimpanan dan stabilitas reagen
b. pipetasi reagen dan sampel
1) semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih, memenuhi
persyaratan
2) pipet yang digunakan sudah dikalibrasi
3) pipetasi dilakukan dengan benar
4) urutan prosedur diikuti dengan benar
c.

inkubasi
1) suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan
2) waktu inkubasi tepat

d. pemeriksaan
alatlinstrumen berfungsi dengan baik (terkalibrasi)

e.

pembacaan hasil
penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian sudah benar.
Apabila menggunakan faktor perlu penilaian berkala terhadap faktor
yang digunakan.

3. Tahap Pasca Analitik


Pelaporan Hasil
a. tidak salah transkrip
b. hasil harus terbaca dengan jelas
c. nilai rujukan harus disesuaikan dengan metode yang digunakan
d. pemberian tanda untuk hasil pemeriksaan di luar rentang nilai rujukan.
e. catatan/komentar keahlian bila perlu
B. VALIDASI HASIL
1. PMI
2. kesesuaian hasil terhadap parameter lain
3. kesesuaian hasil dengan keadaan klinis pasien.

c.

PENULISAN HASIL PEMERIKSAAN


1. Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan hasil pemeriksaan yaitu :
hasil pemeriksaan harus divalidasi oleh penanggung jawab laboratorium
atau petugas laboratorium yang diberi wewenang.
2.

Penulisan angka dan satuan yang digunakan


pada penulisan hasil pemeriksaan perlu disesuaikan mengenai desimal
angka dan satuan yang digunakan terhadap nilai rujukan. Satuan yang
bisa digunakan adalah Satuan konvensional dan atau Satuan
lnternasional.

3. Pencantuman nilai rujukan


setiap hasil laboratorium harus mencantumkan nilai rujukan. Nilai rujukan
bisa diadopsi dari :
a. kit insert
b. buku teks baku
c. konsensus nasionallinternasional
pada penulisan hasil pemeriksaan perlu dicantumkan nilai rujukan, yaitu
rentang nilai yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan normal. Pada
pencantuman nilai rujukan perlu dicantumkan metode pemeriksaan yang
digunakan serta kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia

:r~\:~,KESEHATAi\i
~;:'~lj2UK iN90~t:SiA
dan jenis kelamin. Satuan penulisan juga harus sama antara hasil
pemeriksaan dengan nilai rujukan.
4.

Pencantuman keterangan yang penting dan hal-hal yang dianggap perlu.

D. PENCATATAN
Setiap laboratorium harus menentukan turn around time (waktu penyerahan
hasil pemeriksaan) sesuai dengan kemampuan laboratorium masing-masing.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeriksaan laboratorium diperlukan
dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan
untuk peningkatan pelayanan laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus
dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan
pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
Pencatatan kegiatan pemeriksaan di laboratorium dapat dilakukan dengan
membuat buku sebagai berikut:
1. Catatan register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data
pasien (nama umur, alamat, jenis kelamin dan lain-lain) dan jenis
pemeriksaan.
2. Catatan register besar/induk berisi data pasien secara lengkap serta
hasil pemeriksaan spesimen.
3. Catatan register/catatan kerja harian tiap tenaga :
a. data masing-masing pemeriksaan
b. data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
4. Catatan register pemeriksaan rujukan.
5. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.
6. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift).
7. Catatan register perawatan/kerusakan.
8. Kartu status alat dan catatan stok reagen.
9. Catatan kalibrasi.

jV:~\'E;:<.[ KESEhATA?>!
:=\::;:::-:';3:"''',(;i'{~01\iESi.A

V. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan adalah semua
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium.
Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) mengandung komponen:
A. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus
agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian penyimpangan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
1. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pemantapan Mutu Internal
Berapa faktor yang mempengaruhi pemantapan mutu internal antara lain
komitmen untuk mencapai hasil yang bermutu, fasilitas, dana, petugas
yang kompeten, tindakan kontrol terhadap faktor pra analitik, analitik dan
pasca analitik, monitoring kontrol dengan statistik serta adanya
mekanisme pemecahan masalah.
2. Kegiatan Pada Pemantapan Mutu Internal
a. kontrol pra analitik
1) persiapan spesimen
sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih
dahulu dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen untuk itu perlu dibuat petunjuk tertulis untuk persiapan
pasien pada setiap pemeriksaan laboratorium
2) pengambilan dan penanganan spesimen
spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan
waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,
pengawetlantikoagulan, sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen
3) penyimpanan dan transportasi spesimen
metode transportasi spesimen, separasi dan penyimpanan harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
4) identifikasi dan pencatatan pasien
sebelum melakukan pemeriksaan perlu diperhatikan identifikasi
dan pencatatan data pasien dengan benar

100

M=NTERiKESEHATAN

~EPU3UK!~DOl\!cSiA

5) kalibrasi Peralatan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat
perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala sesuai dengan
petunjuk pabrikan.
Kalibrasi peralatan untuk alat yang
dikeluarkan oleh pabrik tertentu dapat dilakukan oleh pabrik yang
memproduksi alat tersebut. Untuk alat alat yang tidak dikeluarkan
oleh pabrik tertentu dapat dilakukan oleh badan/institusi yang
berwenang.
Kalibrasi dilakukan dengan kalibrator, dilakukan pada pertama kali
alat dioperasionalkan, secara berkala, bila kontrol tidak memenuhi
syarat atau pada saat setelah perbaikan alat. Oapat dikerjakan
sendiri atau dengan bantuan pemasok (vendor).
6) pemilihan metode pemeriksaan
a) menggunakan metode pemeriksaan yang sudah baku, dan
dianjurkan oleh 8adan/Lembaga Internasional
b) menggunakan reagensia yang stabil
c) reagen mempunyai nilai sensivitas dan spesivitas yang baik
d) sebaiknya digunakan metode yang mudah dilakukan
e) periksa adanya kesinambungan dari reagen
7) pemilihan larutan standar, kalibrator dan bahan kontrol
ketelusuran hasil pemeriksaan sering tergantung pada kualitas
bahan kontrol dan kalibrasi yang dikeluarkan oleh pabrik yang
memproduksi. Mutu bahan kontrol dan kalibrator yang baik dan
metode yang tetap digunakan untuk validasi metode dan reagen
yang digunakan.
8) dokumentasi metode kerja
langkah-Iangkah
metode
pemeriksaan
(SOP)
penting
didokumentasikan untuk menjaga konsistensi mutu hasil
pemeriksaan jika digunakan oleh analis yang berbeda. SOP wajib
dikaji ulang dan diperbaharui secara berkala.
9) kompetensi petugas pemeriksa
petugas yang berperan dalam
proses pemeriksaan di
laboratorium harus memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan
yang memadai untuk menjalankan proses pemeriksaan dengan
benar. Pendidikan dan pengalaman sangat diperlukan disamping
pelatihan dan lokakarya yang diselenggarakan oleh organisasi
profesi secara berkala.

101

ME~TER~KESEHATAN

R~P~JBLiKiNDONESIA

b. kontrol analitik
monitoring proses analitik yaitu dengan melakukan uji ketelitian dan
ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol.
Oalam penggunaan bahan kontrol, pelaksanaannya harus
diperlakukan sama dengan bahan pemeriksaan spesimen, tanpa
perlakuan khusus baik alat, metode pemeriksaan, reagen maupun
tenaga pemeriksa.
Oalam melaksanakan uji ketelitian dan ketepatan ini digunakan bahan
kontrol assayed, sekurang kurangnya digunakan 2 bahan kontrol
dengan kadar yang berbeda (normal dan abnormal).
Untuk menilai hasil pemeriksaan yang dilakukan terkontrol atau tidak,
digunakan Control Chard Levey-Jennings dan aturan Westgard.
Sistem ini bertujuan untuk memonitor variasi yang timbul selama
pemeriksaan, baik variasi sistemik ataupun random.
Kegiatan yang harus dilakukan pada pengujian ini adalah:
1) periode pendahuluan
pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai
rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya.
Caranya adalah sebagai berikut:
a) periksa bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan
spesimen setiap hari kerja diperiksa sampai mencapai 25 hari
kerja. Apabila belum diperoleh, dapat menggunakan nilai
kontrol dari pabrik.
b) catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam
formulir periode pendahuluan. Contoh formulir periode
pendahuluan dapat dilihat pada formulir 1.
c) setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata
ratanya (mean), standar deviasi (SO), Koefisien Variasi (CV),
batas peringatan (Mean 2S0) dan batas kontrol (mean
3S0).
d) teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean
3S0.
Bila ada maka nilai tersebut dihilangkan dan tulis
kembali nilai pemeriksaan yang masih ada kedalam formulir A
periode pendahuluan, kemudian hitung kembali nilai mean,
SO, CV, mean 2S0, mean 3SU.
Nilai mean dan SO yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai
rujukan pada periode kontrol.
2) periode kontrol
merupakan periode untuk menentukan
pemeriksaan pada hari

102

baik atau tidaknya

MENTERlKESEHATA~

REPiJBL'K !!\3!)O~Ji:S;A

a) periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari


parameter tersebut diperiksa
b) catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
Contoh formulir periode kontrol dapat dilihat pada formulir 2
c) hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan
SO (Standar Oeviasi Indeks) dengan rumus:
SD
S(Yatuan
= -X----- Mean
SD
satuan SO yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol seperti
dapat dilihat pada formulir 3. Sumbu X dalam grafik kontrol
menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan, sedangkan sumbu Y
menunjukkan satuan SO yang diperoleh.
3) evaluasi hasil uji ketelitian adalah sebagai berikut:
a) apabila hasil pemeriksaan terletak di dalam batas perhitungan
(mean 2S0), maka hasil pemeriksaan bahan kontrol
dinyatakan terkontrol baik sehingga seluruh pemeriksaan
spesimen pada hari pemeriksaan tersebut dianggap dapat
diterima hasilnya.
b) apabila hasil pemeriksaan terletak di daerah peringatan
(mean 2S0 sampai mean 3S0), maka kemungkinan
terjadi penyimpangan hasil pemeriksaan bahan kontrol
sehingga perlu diteliti prosedur pemeriksaannya tetapi belum
perlu dilakukan pemeriksaan ulang.
c) hasil pemeriksaan dinyatakan menyimpang bila :
ada hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak di luar batas
kontrol (mean 3 SO).
hasil pemeriksaan bahan kontrol selama 2 kali berturut
turut terletak di luar batas peringatan (mean 2S0) pada
pihak yang sama.
basil pemeriksaan bahan kontrol selama 4 kali berturut
turut lebih dari mean 1SO dan terletak pada pihak yang
sama.
hasil pemeriksaan bahan kontrol selama 7 hari berturut
turut cenderung meningkat atau menurun (disebut
TRENO).
hasil pemeriksaan bahan kontrol selama 7 hari berturut
turut terletak pada pihak yang sama (disebut SHIFT).

103

MENTERl KESEHATAN
~EP;_;BUX: INDONESiA

Berikut ini adalah aturan Westgard (formulir 4):


Aturan

Keterangan

1
2

1 nilai kontrol diluar 3SD


2 nilai kontrol berturut turut di luar
2SD pada Sisi yang sama (2-2S)
2 dari 3 nilai berturut turut diluar
2SD (2 Of3-2S)
Rentang antara 2 nilai kontrol
berturut turut diluar 2SD pada
sisi yang berlawanan (R-4S)
4 nilai kontrol berturut turut diluar
1SD pada Sisi yang sama (4-1S)
10 nilai kontrol berturut turut
berada pada sisi yang sama dari
nilai rerata (10-x)

3
4

Symbol

1 -3s
2-2s

Type
Kesalaha
n
Random
Sistematik

2 of 32s
R-4s

Random
Sistematik

4-1s

Sistematik

10-X

Sistematik

dibawah ini adalah petunjuk umum mengenai tindakan yang


diambil bila grafik pemantapan mutu t.dak terkontrol :
1) amati sumber kesalahan yang mungkin dilihat, misalnya
perhitungan, pipet, probe tersumbat
2) ulangi pemeriksaan serum kontrol
3) apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontroJ
yang baru
4) apabila tidak ada perbaikan, amati instrumen yang dipakai,
apakah pemeliharaan telah dilakukan atau tidak
5) pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil
pemeriksaan menunjukkan perbaikan, berarti terdapat
kerusakan serum kontrol
6) apabila ada keraguan, pakai serum kontrol yang mempunyai
nilai yang berbeda
7) gunakan standar baru
8) ganti reagen
9) cek peralatan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan :
1) presisi dan akurasi
nilai presrsi
menunjukkan seberapa
dekat
suatu hasil
pemeriksaan bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama.
Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak

MENTERiKESEHA1AN

REP~B::JK iNDONESiA

dapat dihindari. Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien


variasi (% KV atau % CV) yang dihitung dengan rumus berikut :
KV(%)

SD x 100
X

so

= Standar Oeviasi (simpangan baku)

= Rata-rata hasil pemeriksaan berulang.

Presisi

(ketelitian)

sering

dinyatakan

juga

sebagai

(ketidaktelitian).
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem/metode

Impresisi
tersebut

dan sebaliknya.
Oi bawah ini dicantumkan batas minimum presisi (CV maksimum)
beberapa pemeriksaan dalam kimia klinik:
Tabel 33. Oaftar Batas Minimum Presisi (CV Maksimum)
Parameter
Bilirubin total
Kolesterol
Kreatinin
Glukosa
Protein Total
Albumin
Ureum
Asam urat
Trigliserida

CV Maksimum
7

6
6
5
3

6
8

6
7

GOT
GPT
YGT
LOH
Fosfatese Alkali

7
7
7
7
7

Fosfatase Asam
Kolinesterase
Kreatin Kinase
Natrium
Kalium
Klorida
Kalsium
Fosfor Organik
Magnesium
Besi

11
7

8
7
2,7
2
3,3

5
4
7

ME~TER!KESEHATAN

REP;Ji3UK !NDONESlA

2) akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan) dipakai untuk


menilai adanya kesalahan acak atau sistematik atau keduanya
(total). Nilai akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai
sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar.
Hasil
pemeriksaan

.. ~_ _ow. _ ._.._

~ ._.,.

.
_

.-::::..

_,_'-

_...

_.

Hasil
sebenamya

,.._._ .._":.:::: ..

_.._. -_

_-.- -

. _.

_
...._._~Xo.> -.~~.
Kesafahan

._. .

sistematik

-..-....-...-..-----.----.-i<;;.-. a-'~h-':;-n-to-t,a-:-'Konsep Kesalahan

tolal

Akurasi

3) akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lainnya

- ~~:~~yI
~ ~

\ c t v' ,\'-Jj
~. : _/

~ ..:=--

;f.r~:""

/;-2r

~(;)~)

. cr-)') \

'1..

A. Akurasi buruk
Presisi buruk

B. Akurasi buruk
Presisi baik

c. Akurasi baik
Presisi baik

metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presist


yang baik. Untuk tujuan penanganan penyakit dan atau
pemantauannya, pemilihan metode dengan presisi yang baik lebih
dianggap penting daripada akurasi yang baik.
c.

kontrol pasca analitik


faktor yang mempengaruhi antara lain pencatatan data pasien, hasil
pemeriksaan dan penyampaian hasil pada klinisi. Kesalahan
kesalahan pada pelaporan data dapat dikurangi dengan pencatatan
data yang teliti dengan menggunakan komputer.
106

y;::""TER!KESEHATAN

R~P:"';3LJi<fNDONEStA

B. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME)


Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu
eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti pemantapan mutu eksternal
yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi
semua bidang pemeriksaan laboratorium.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemantapan mutu eksternal In!
mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta
dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan
laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia terdapat beraneka
ragam jenis dan jenjang pelayanan laboratorium serta mengingat luasnya
wilayah Indonesia, maka pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu
eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan dan diselenggarakan pada
berbagai tingkatan, yaitu :
1. Tingkat nasionalltingkat pusat.
2. Tingkat Regional.
3. Tingkat Propinsi/wilayah.
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu
laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukkan
performance (penampilanlproficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam
bidang pemeriksaan yang ditentukan, serta untuk memperbaiki kinerja dari
laboratorium bersangkutan. Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini
tidak boleh diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu melakukan
pemeriksaan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan
pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metode yang
biasa dipakainya sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar
dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya.
Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara di catat dan dievaluasi untuk
mencari penyebab dan mengambil langkah perbaikan.
Untuk beberapa
parameter yang tidak tercantum di PME maka dilakukan uji banding ke
laboratorium yang telah terakreditasi oleh 8adan/Lembaga akreditasi yang
diakui pemerintah (Kementerian Kesehatan RI).

i\1ENTE~1 KESEHATAN
i\c;;;>l}SUK lNDONESiA

VI. KESEHATAN
DAN
KESELAMATAN
PEMERIKSAAN KIMIA KLiNIK

KERJA

01

LASORATORIUM

A. PEDOMAN UMUM
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pemeriksaan kimia klinik merupakan
bagian dari K3 laboratorium. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia.
Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka
berpotensi terinfeksi mikroorganisme patogen. Potensi infeksi juga dapat
terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat.
Petugas harus memahami K3 laboratorium dan tingkatannya, mempunyai
sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SOP, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik
menurut praktik laboratorium yang benar.
S. TATA RUANG DAN FASILITAS LABORATORIUM
1. Ruanganlaboratorium
a. seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
b. pertemuan antara dua dinding dibuat melengkung
c. permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan asam,
alkali, larutan organik dan panas yang sedang. Tepi meja dibuat
melengkung
d. ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah
dibersihkan
e. ada dinding pemisah antara ruang pasien dan laboratorium
f.
tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam setiap ruangan
laboratorium dekat pintu keluar
g. tersedia shower yang berada pada tempat yang mudah dijangkau
h. pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label KELUAR, alat
penutup pintu otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI
(BIOHAZARD)
i. denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon,
alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat) digantungkan di
beberapa tempat yang mudah terlihat
j. tempat sampah kertas, sarung tangan karet/plastik, dan tabung plastik
harus dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol
k. tersedia ruang ganti pakaian, ruang makan/minum dan kamar kecil
I. tanaman hias dan hewan piaraan tidak diperbolehkan berada di ruang
kerja laboratorium.

;v.'C:\Tc:qi KESEHATAN
RS\)~U(( i:-.iDONESIA

2. Koridor, Gang, Lantai dan Tangga


a.
b.
c.
d.

koridor, tangga dan gang harus bebas dari halangan


penerangan di koridor dan gang cukup
lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin
tangga yang memiliki lebih dari 4 anak tangga dilengkapi dengan
pegangan tangan
e. permukaan anak tangga rata dan tidak liein.
3. Sistem Ventilasi
a. ruangan pemeriksaan harus mempunyai exhaust fan yang
disesuaikan dengan luas ruangan
dilengkapi kawat anti
b. jendela laboratorium dapat dibuka dan
nyamuk/lalat
c. udara dalam ruangan laboratorium dibuat mengalir searah.
Tabel 34. Peralatan Laboratorium,8ahaya dan Cara mengatasinya
Peralatan
laboratorium
Jarum semprit

Sentrifus/alat
pemusing

8ahaya

Cara mengatasinya

Tusukan,
aerosol,
tumpahan

Gunakan jarum semprit dengan sistem


pengunci untuk mencegah terlepasnyajarum
dari semprit, jika mungkin gunakan alat
suntik sekali pakai.
Sedot bahan
pemeriksaan
dengan
hati-hati
untuk
menguranngi gelembung udara. Lingkari
jarum dengan kapas disinfektan saat
menarik jarum dari botol spesimen. Jika
mungkin, lakukan dalam kabinet keamanan
biologis. Semprit harus diotoklaf sebelum
dibuang, jarum sebaiknyadibakardenganalat
insinerasi.
Jika diduga ada tabung pecah saat
sentrifugasi, matikan mesin dan jangan
dibuka selama 30 menit. Jika tabung
pecah setelah mesin berhenti, sentrifus
harus ditutup kembali dan biarkan selama
30 menit. Laporkan kejadian ini kepada
petugas keamanan kerja. Gunakan sarung
tangan karet tebal dan forsep untuk
mengambil pecahan kaca.
Tabung
yang pecah, pecahan gelas dan
selonsong serta rotor

Aerosol,
percikan,
tabung
pecah

Mt::N-:-=~! KESEHATAN
RE:?UaL:;< iNDONESIA

Peralatan
laboratorium

Cara mengatasinya

8ahaya

harus didisinfeksi secara terpisah. Ruang


dalam sentrifus (chamber) didisinfeksi,
dibiarkan satu malam. Silas dengan air dan
keringkan.
Gunakan tabung yang tertutup rapat,
dilengkapi dengan filter pada mulut
tabunq,
Oapat didisinfeksi, mudah digunakan dan
mencegah kontaminasi serta kebocoran
dari ujung pipet.

Alat
pengguncang
(shaker)
Alat bantupipet

Aerosol,
percikan,
tumpahan
Sahaya
pemipetan
dengan
mulut, yaitu:
tertelannya
mikroorgani
sme
patogen,
inhalasi
aerosol dan
kontaminasi
pada ujung
tempat
menghisap
Pelindung
Tertahannya partikel sebesar 1-5 mikron.
Inhalasi
pernafasan
Melindungimata jika
aerosol
menggunakanpelindung
muka
penuh.
Pelindungmuka Pecahan,
Pelindungmuka : meJindungsi eluruhmuka
dan pelindung
percikan
Pelindungmata:
melindungi mata dan
mata
bagianmata.
Botol dengan Aerosol,
Perlindunganyang efektif
tutup berulir
tetesan
Lemariasam
Percikan
Memisahkan daerah kerja dengan
bahan
operator
kimia

110

MENTERI KESEHATAN
REP\JBUK INDONESIA

Hal-halyang perlu diperhatikan pada K3 di laboratorium adalah:


1. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu
disiapkan di laboratorium adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

jas laboratorium (Iengan panjang dan dilengkapi dengan karet)


sarung tangan
masker
alas kaki/sepatu tertutup
wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfektan) dan
petuniuk cuci tangan yang baik dengan air mengalir
f. pipetting aid, rubber bulb
g. kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset
h. pemancur air (emergency shower).
2. Pengamananpada keadaandarurat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

sistem tanda bahaya


sistem evakuasi
perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
alat komunikasi darurat baik di dalam atau ke luar laboratorium
sistem informasi darurat (arah evakuasi)
pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
alat pemadam kebakaran, masker, dan sumber air terletak pada
lokasi yang mudah dicapai
h. alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali
i. nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi di setiap
ruang laboratorium.
3. Memperhatikan tindakan
berikut:

pencegahan terhadap hal-hal sebagai

a. mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata


selama bekerja, partikel dan droplet (diameter> 5 um) akan terlepas
ke udara dan menempel pada permukaan meja serta tangan petugas
laboratorium, untuk itu dianjurkan untuk mengikuti hal-hal di bawah
ini:
1) mencuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum dan sesudah
bekerja. Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja
2) tidak
makan, minum, merokok, mengunyah
permen atau
menyimpan makananl minuman dalam laboratorium
3) tidak memakai kosmetik ketika berada dalam laboratorium

ME!'<iER; KESEHATAN
RE?USUK INDONESIA

b.

c.

d.

e.

4) menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko


percikan bahan infeksi saat bekerja
mencegah infeksi melalui tusukan
jarum suntik, pipet pasteur kaca dan pecahan kaca obyek dapat
menyebabkan luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari dengan bekerja
dengan hati-hati dan memilih pipet pasteur yang terbuat dari plastik
menggunakan pipet dan alat bantu pipet
1) tidak memipet dengan mulut, tetapi gunakan alat bantu pipet
2) tidak meniupkan udara maupun mencampur bahan terinfeksi
dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet
3) tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
4) disinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/bahan
infeksi dari pipet dengan kapas yang dibasahi disinfektan. Kapas
di otoklaf setelah selesai digunakan
5) gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai
tetes terakhir
6) rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan. Biarkan
selama 18-24 jam sebelum disterilisasi
7) tidak menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk
memipet
menggunakan sentrifus/alat pemusing
1) lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik.
2) sentrifus
harus
diletakkan
pada
ketinggian
tertentu
sehingga petugas laboratorium dapat melihat ke dalam alat dan
menempatkan tabung sentrifus dengan mudah
3) periksa rotor sentrifus dan selonsong (bucket) sebelum dipakai
atau secara berkala untuk melihat tanda korosi dan keretakan
4) selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang
5) gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong.
Jangan
gunakan larutan NaCI atau hipoklorit karena bersifat korosif
6) setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi terbalik
agar cairan penyeimbang dapat mengalir keluar
7) melakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung
harus tertutup rapat dan selongsong yang terkunci,
untuk
melindungi petugas laboratorium terhadap aerosol dan sebaran
partikel dari mikroorganisme
8) pastikan sentrifus tertutup selama dijalankan
menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
1) membersihkan lemari pendingin (refrigerator), lemari pembeku
(freezer) dan tabung es kering (dry-ice), melakukan defrost
secara teratur
2) membuang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah

MENTEf\i KESEHATAN
REPVBUK !NDCNESIA

3) menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet


tebal saat bekerja
4) setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dan
lemari pembeku harus didisinfeksi dengan disinfektan yang tidak
korosif
5) memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal disimpan
dan nama orang yang menyimpan. Wadah yang tidak berlabel
dan bahan yang sudah kadaluwarsa harus dimusnahkan
6) tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar
7) tidak diperbolehkan menyimpan makanan atau minuman.
4. Pengelolaan spesimen
a. penerimaan spesimen
1) laboratorium harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan
spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka penerimaan
spesimen dapat dilakukan pada meja khusus di dalam
laboratorium.
2) spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup
rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
3) wadah harus dapat didisinfeksi atau diotoklaf.
4) wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
5) wadah diberi label tentang identitas spesimen.
6) wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau
plastik yang dapat didisinfeksi atau diotoklaf ulang.
7) baki harus di disinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap hari
8) jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri
b. petugas penerima spesimen
1) semua petugas penerima spesimen harus mengenakan jas
laboratorium (Iengan panjang)
2) semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan
hati-hati
3) meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan disinfektan
setiap hari
4) dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja
5) cuci
tangan
dengan
sabun/disinfektan
setiap
selesai
bekerja dengan spesimen
6) tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun yang
terdapat pada meja di mana spesimen tersimpan
c. petugas pembawa spesimen dalam laboratorium
1) mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat
2) membawa spesimen dengan baki rak khusus

ME;'\TER) KESEHATf.u~
REF..3BUK iNDONES!A

3) jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, baki didekontaminasi


dan sisa spesimen diotoklaf
4) lapor pada petugas/tim K3 laboratorium jika terluka pada saat
bekerja.
C. PENANGANAN KECELAKAAN DI LASORA TORIUM

Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh bahan kimia.


Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan
informasi mengenai cara penanganan yang benar jika terjadi tumpahan
bahan kimia di dalam laboratorium. Agar mudah terbaca, informasi ini
hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana dan dipasang pada
dinding dalam ruang laboratorium. Selain itu, harus pula disediakan peralatan
untuk menangani keadaan tersebut seperti :
1. Pakaian pelindung diri, sarung tangan karet, sepatu bot karet.
2. Sekop dan pengumpul debu.
3. Forsep untuk mengambil pecahan gelas.
4. Kain lap dan kertas pembersih.
5. Ember.
Penanganan Khusus Terhadap Darah dan Cairan Tubuh
Tindakan di bawah ini untuk melindungi petugas laboratorium yang ditularkan
melalui darah.
1. Mengambil, melabel dan membawa spesimen
a. gunakan sarung tangan
b. hanya petugas laboratorium yang boleh melakukan pengambilan
darah
c. setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan
alat khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpan jarum habis
pakai. Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hati-hati
dan tutup rapat mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai
sebaiknya dibakar dalam alat insenerasi. Jika fasilitas insenerasi tidak
tersedia, jarum suntik dan sempritnya diotoklaf dalam kantong yang
terpisah.
d. tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA
INFEKSI.
e. masukkan tabung ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke
laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah.
2. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
gunakan sarung tangan.

~E~\~R;KESEhATAN
REPIJ8UK iNOONESIA

3. Kaca dan benda tajam


a. jika mung kin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai
pengganti kaca/gelas
b. sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk
mengambil darah.
4. Sediaan darah pada gelas objek
pegang gelas objek dengan forcep
5. Peralatan otomatis
a. sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)
b. cairan yang keluar dari alatleffluent harus dikumpulkan dalam
tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan
limbah.
c. jika memungkinkan, alirkan larutan hipoklorit atau glutaraldehid ke
dalam alat setiap habis pakai. Air dapat digunakan sebagai pengganti
disinfektan hanya pada keadaan tertentu.
6. Melakukan sentrifugasi
a. gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup
b. gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup.
Cara Untuk mencegah Tertusuk Benda Tajam
Jarum suntik, pipet Pasteur dan pecahan kaca dapat menyebabkan luka
tusuk. Untuk menghindarinya dapat dilakukan:
1.
2.
3.
4.

Bekerja dengan hati-hati.


Menggunakan jarum suntik sejarang mungkin.
Gunakan semprit dengan kanula tumpuJsebaqai pengganti.
Pilih pipet Pasteur yang terbuat dari pJastik.

MC:",,"";::'::;;

XESE;.y..,\TAN
REP";';8UK INDONESIA

VII. PENUTUP

Buku Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik mencakup berbagai hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan Kimia Klinik di laboratorium mulai dari tahap
Pra analitik, Analitik, Pasca Analitik, Pemantapan Mutu serta Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Laboratorium. Dengan disusunnya pedoman ini dapat
menjadi acuan bagi tenaga teknis yang melaksanakan pemeriksaan Kimia Klinik
di laboratorium sehingga didapatkan basil pemeriksaan Kimia Klinik yang
bermutu.

Anda mungkin juga menyukai