Anda di halaman 1dari 4

Infeksi Jaringan Lunak Kronis

Sifat kronis dari suatu infeksi ditentukan oleh virulensi kuman, pertahanan
tubuh hospes, bagian yang diserang, terapi, dan durasi. Pathogen yang virulensinya
tinggi cenderung menimbulkan infeksi akut sedangkan yang virulensinya rendah
menimbulkan infeksi yang bersifat kronis. Dengan pertahanan tubuh hospes yang
efektif atau terapi yang benar, suatu infeksi akut bisa dikurangi menjadi subakut atau
kronis, dapat bertahan seperti itu atau akhirnya sembuh. Durasi yang lama dan sifat
kronis hampir sinonim dan mengandung makna bahwa keseimbangan hospes atau
pathogen mengalami gangguan. Indikator klinis utama pada jaringan lunak
sehubungan dengan kekronisan adalahterbentuknya jaringan granulasi dan terjadinya
fistulasi yang bisa mendrainase darah yang mengalami infeksi kronis. (Pedersen,
1996)
Infeksi

kronis

pada

region

orofasial

biasanya

melibatkan

jaringan

periodontal/mukosa. Jaringan pendukung gigi dan jaringan pembatas rongga mulut


terpapar lingkungan yang serupa misalnya kehangatan dan kelembabannya,
merupakan tempat mikroorganisme pathogen, terpapar terus-menerus terhadap
trauma fisik ataupun kimia ( rokok, makanan yang pedas, dan lain-lain), keberadaan
debris (plak). Walaupun epitelium secara teratur mengalami pergantian, tetapi
perubahan virulensi flora, gangguan lokal terhadap keutuhan jaringan, gangguan
pertahanan sistemik atau kombinasi dari hal-hal di atas, dapat memungkinkan
terjadinya kondisi kronis infeksius. (Pedersen, 1996)

Macam-macam Infeksi Jaringan Lunak Kronis

1. Candidiasis
Organisme yang sering mengakibatkan infeksi jaringan lunak adalah golongan
jamur dan yang paling sering adalah Candida. Apabila seseorang sedang menjalani
terapi antibiotic, steroid, obat-obatan imunosupresif atau obat-obat kemoterapeutik,
terapi radiasi, atau menderita penyakit tertententu (AIDS, diabetes), Candida yang
ada akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjadi parasite. Akibatnya
biasanya berupa stomatitis yang sakit, yang pada tingkatan subakut ditandai dengan
adanya plak berwarna putih, krem, atau keabu-abuan yang tersebar pada membrane
mukosa. Bercak tersebut sering dikelilingi oleh cincin eritematous (kemerahan).
Apabila bercak dikupas, pada dasarnya akan terlihat daerah yang mengalami
peradangan yang hebat. Mesikupun demikian bentuk kandidiasis kronis yang
umumnya terjadi pada orang dewasa ditandai dengan adanya mukosa bukal yang
berwarna merah dan kering, lidah merah, kasar dan mengkilat, terbentuk alur-alur,
retak-retak pada lidah, dan pembengkakan. Candida biasanya juga berperan pada
hyperplasia inflamatorik papilla, kheilitis angularis (perleche), dan median rhomboid
glossitis. (Pedersen, 1996)

Penatalaksanaannya dengan diberi ketonazole oral (Nizoral), mengubah


kondisi penyebab sistemik, apabila memungkinkan misalnya, dengan meningkatkan
pengawasan diabetesnya atau menurunkan dosis/menghentikan terapi steroid atau
terapi antibiotik berspektrum luas. Salep atau suspense/larutan nystatin (Mycostatin)
cukup efektif untuk terapi kandidiasis oral yang terlokalisir seperti angular cheilitis,
dan hyperplasia papilla. (Pedersen, 1996)

2. Aktinomikosis

Aktinomikosis disebabkan oleh bakteri batang, gram positif dan anaerob,


yakni Actinomyces israelii yang memiliki beberapa karakteristik seperti jamur
sederhana, misalnya kecenderungan untuk membentuk koloni dan filament di dalam
jaringan. Organisme yang serupa tetapi bersifat aerob yaitu Nocardia (nokardiosis)
menimbulkan gejala hampir sama dengan actinomyces. Respons jaringan pada
aktinomikosis dan nokardiosis adalah granulomatous kronis dengan pernanahan dan
nekrosis. Walaupun aktinomikosis dapat terjadi pada setiap tempat di dalam tubuh,
tetapi paling sering yang terserang adalah region servikofasial, khususnya rongga
mulut. Apabila bukan merupakan komplikasi dari trauma atau tindakan bedah
biasanya bersifat tersaembunyi dan dikenali tertama kali sebagai suatu pembengkakan
persisten yang terjadi pada region submandibular. Dengan berjalan waktu,
pembengkakan akan mengeras seperti papan, dan kulit yang menutupinya berwarna
merah tua atau ungu. Selanjutnya akan terbentuk abses dan akan timbul drainase pada
beberapa tempat. (Pedersen, 1996)

Perawatan aktinomikosis dilakukan dengan pemberian Penicilin intravena


dosis tinggi (paling tidak 10-12 juta unit/hari selama 7-10 hari diikuti dengan
Penicilin oral 3-6 bulan). Pada keadaan dimana pasien alergi terhadap Penicilin, maka
diberikan Tetracyclin dengan cara intravena atau oral yang serupa. Pemberian
antibiotic jangka panjang ini dimaksud untuk mencegah kekambuhan. (Pedersen,
1996)

3. Selulitis kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat
karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya
terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumkripta yang tidak mendapat
perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.

Daftar Pustaka:
Pederson,GW.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Alih bahasa: Purwanto,
Basoeseno, Jakarta: EGC; 1996

Anda mungkin juga menyukai