Copy New
Copy New
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya (PERKENI, 2014). Pada tahun 2013 data penderita diabetes
mellitus di dunia berjumlah 347 juta orang (WHO, 2013), dan diperkirakan pada
tahun 2035 akan terjadi peningkatan sebesar 50% menjadi 592 juta orang (IDF,
2014). Indonesia menempati urutan ke 7 dari 10 negara dengan penderita diabetes
melitus terbanyak di dunia total penderita mencapai 8,7 juta orang (IDF, 2013).
Hiperglikemia adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari
waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh,
khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2013). Contohnya neuropati perifer,
yaitu kelainan fungsi saraf perifer, dan disfungsi sistem saraf otonom yang sering
menjadi komplikasi diabetes yang tidak terkontrol (Guyton, 2007). Penyakit
pembuluh darah perifer menyebabkan timbulnya ganggren kaki pada penderita
diabetes dan merupakan penyebab utama amputasi kaki nontraumatik (Price,
2005). Gangren/ulkus kaki diabetes merupakan istilah umum untuk masalah kaki
yang terjadi pada pasien diabetes melitus, gangguan kaki seperti ulserasi, infeksi
dan gangrene adalah yang paling umum terjadi, bersifat kompleks dan berakibat
biaya yang mahal pada diabetes melitus (Nain et al, 2011).
Ulkus kaki diabetes merupakan luka kronik yang sulit sembuh dengan
penanganan yang sulit dan merupakan faktor yang berpengaruh dalam tindakan
amputasi (Ravari et al, 2013). Gangguan ulkus kaki diabetic merupakan kasus
yang paling banyak dirawat dirumah sakit di indonesia. Angka kematian akibat
ulkus dan gangrene berkisar 17-23% sedangkan amputasi akibat gangrene berkisar
15-30%. Sementara angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar 14.8%.
UNIVERSITAS INDONESIA
Jumlah itu meningkat pada tahun ke tiga pasca amputasi menjadi 37%, rata-rata
umur pasien hanya 23.8 bulan pasca amputasi (pdpersi, 2011).
Beberapa metode berbeda dalam penanganan ulkus kaki diabetes, diantaranya
seperti advance moist wound dressing, bioengineered tissue or skin substitutes,
growth factor, electric stimulation, low potential laser therapy dan negative
pressure wound therapy (NPWT) (Ravari, et al, 2013). System NPWT dapat
digunakan untuk luka bedah, luka kronik seperti ulkus kaki diabetes dan ulkus
vena serta luka tekan (PR Newswire Europe Including UK Disclos, 2014). Tehnik
NPWT merupakan terapi baru
untuk penyembuhan luka dengan system
1
noninvasive yang berfungsi untuk melokalisasi dibawah tekanan udara.
Mekanisme dari terapi ini adalah memberikan tekanan udara secara terus menerus
melalui pompa khusus, yang dihubungkan ke resilient, foam sebagai balutan di
permukaan atau di dasar luka akan mengumpulkan exudat (Ravari, 2013). NPWT
adalah terapi modalitas untuk luka kronik dan luka yang sulit sembuh (NewsRx,
2014). Studi eksperimen menunjukan bahwa NPWT meningkatkan pembentukan
granulasi jaringan, menurunkan area luka (luas luka), pembelahan sel, perfusi
daerah tepi luka dan mengurangi edema jaringan lokal maupun interstisial. Selain
itu studi percobaan pada tikus diabetes membuktikan NPWT menstimulasi
proliferasi sel (Fraccalvieri et al, 2011).
1.2.
Metodologi Pencarian
1.2.1. Pertanyaan klinis
Apakah penggunaan Negative Pressure Wound Therapy dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan ulkus kaki diabetes?
1.2.2. Analisis PICO
Unsur
PICO
Analisis
Kata kunci
(Terapi)
P
I
wound
C
therapy/NPWT/VAC
Moist dressing/Moist
wound care
UNIVERSITAS INDONESIA
Diabetic ulcer
kaki diabetik
1.2.3.
Penelusuran jurnal dilakukan dengan menggunakan internet online data base diantaranya
GOOGLE SHOLAR, PROQUEST, dan EBSCO dengan kata kunci NPWT OR VAC
and Moist dressing and Diabetic foot ulcer OR DFU dan ditemukan beberapa artikel
terkait. Pemilihan artikel mempertimbangkan metode penelitian yaitu penelitian
eksperimen murni dengan randomize controlled trial, dengan batasan waktu 2005-2014.
Beberapa hasil penelusuran tidak digunakan oleh kerana perbedaan variabel dependen
dalam penelitiannya. Adapun jumlah artikel/jurnal yang ditemukan adalah 5 jurnal RCT,
dan 1 sistematic review.
1.3.
Tujuan Penerapan
Manfaat Penulisan
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
UNIVERSITAS INDONESIA
Ada tiga komplikasi diabetes yang turut meningkatkan resiko terjadinya infeksi
kaki, yaitu ; neuropati dimana neuropati sensorik menyebabkan hilangnya
perasaan
nyeri
dan
sensibilitas
tekanan,
sedangkan
neuropati
otonom
UNIVERSITAS INDONESIA
selama 25 tahun untuk ulkus kaki diabetic. Selain itu juga terdapat sitem
pengkajian dengan menggunakan PEDIS klasifikasi (Uppin & Godhi, 2013).
2.2. Negative Pressure Wound Therapy
NPWT (Negative Pressure Wound Therapy) digunakan secara luas dalam
managemen dan mempercepat penyembuhan luka (Fraccalvieri et al, 2011).
NPWT adalah terapi modalitas yang diindikasikan sejak lebih dari 15 tahun yang
lalu (Vig et al, 2011). NPWT adalah noninvasive system yang diciptakan untuk
mengontrol lokasi lingkungan luka dengan tekanan udara negative (Blume et al,
2008). Tehnik dalam NPWT memerlukan tempat terbuka dan menempatkan foam
dressing ke dalam lobang luka kemudian menggunakan control tekanan udara
(Abad & Safdar, 2012).
Kontrol
tekanan
negative
dalam
NPWT
Kontraindikator
Malignancy in the wound
Untreated Osteomyelitis
UNIVERSITAS INDONESIA
Chronic wounds
Acute and traumatic wounds
Dehisced surgical wounds
Partial-thickness burns
Flaps and grafts
pengeluaran
ukuran
luka,
eksudat,
menurunkan
pertumbuhan
jaringan
perdarahan,
hematoma,
infeksi
dan
shock
toksik.
NPWT
UNIVERSITAS INDONESIA
Skema 2.2. Treatment Ulkus Kaki Diabetic dengan metode NPWT (V.A.C)
Sumber : Andros et al (2006), Consensus Statement on Negative Pressure Wound
Therapy (V.A.C Therapy) For The Management of Diabetic Foot Wounds
BAB 3
Critical Appraisal atau Sintesis Hasil Penelitian
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
10
dua kelompok control dan intervensi yang sebelumnya diberikan kode nomor
dalam amplop dan disamarkan sampai studi berakhir. Jurnal ke tujuh merupakan
jurnal dengan metode sistimatic review, namun tidak dijelaskan secara rinci
bagaimana kriteria pengambilan jurnal RCT yang dilakukan oleh reviewer. Dari
semua metode RCT dalam jurnal diatas, tidak terdapat blinded yang disebabkan
oleh karena terdapatnya perbedaan fisik antara NPWT dengan Intervensi lainnya
pada kelompok control, sehingga sangat sulit untuk menyembunyikan hal tersebut
kepada peneliti maupun responden. Dari hasil penjelasan diatas, metode penelitian
yang digunakan diatas merupakan metode yang baik untuk menjawab fenomena
tentang efektivitas NPWT terhadap penyembuhan ullkus diabetic.
Metode pengambilan data yang digunakan tedapat perbedaan tergantung jenis
disainnya. Pada jurnal sistimatic review pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan penelitian sebelumnya melalui online database yaitu MEDLINE,
PubMed, CHINAL. Pengambilan 9
data pada jurnal open label cohort study RCT
dilakukan
oleh
peneliti
sendiri,
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
menggunakan alat ukur yan telah disediakan. Data yang diambil adalah efek yang
ditimbulkan dari intervensi yang diberikan (NPWT) meliputi ukuran luka, volume
luka, granulasi jaringan, epitelisasi, dan pengkajian luka dengan menggunakan
penilaian wagner dan texas ulcer classification wound. Data yang diperoleh ini
merupakan data dari hasil uji klinis sesuai dengan metodologi penelitian yang
dilakukan.
Sampel yang digunakan bervariasi, ada yang dalam jumlah besar tetapi ada pula
yang dalam jumlah kecil. Jurnal 1 dengan total 30 subjek yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi yang diberikan intervensi NPWT 80 mmHg dengan
penggantian balutan dilakukan selama 3 hari sekali. Jurnal 2 terdapat 23 partisipan
yang dibagi dalam kelompok control dan intervensi dimana kelompok control 10
subjek mendapatkan intervensi NPWT 125mmHg dan balutan diganti setiap 3 hari
sedangkan kelompok control dengan 13 subjek mendapatkan Moist wound
therapy dan balutan diganti 2 kali setiap hari. Jurnal 3 terdiri dari 67 partisipan
yang dibagi dalam 2 kelompok, 30 subjek mendapatkan NPWT dan 37 subjek
UNIVERSITAS INDONESIA
11
UNIVERSITAS INDONESIA
12
jenis NPWT yang digunakan dalam jurnal sama yaitu VAC (vacuum assisted
closer device).
Evaluasi dilakukan sesuai dengan rancangan pada masing-masing jurnal. Jurnal 1
mengevaluasi hasil tindakan pada minggu ke 4, namun setiap kali melakukan
penggantian balutan dilakukan observasi terhadap keadaan luka. Jurnal ke 2
dievaluasi pada hari ke 112, dan diobservasi juga pada setiap kali mengganti
balutan. Jurnal ke 3 diobservasi saat menganti balutan, namun evaluasi terhadap
hasil intervensi dilakukan pada 2-8 bulan. Jurnal ke 4 evaluasi dilakukan pada
minggu ke 8 (56 hari) setelah tindakan, namun diobservasi juga setiap kali
mengganti balutan. Jurnal ke 5 dievaluasi pada 48-72 jam tidak dijelaskan apakah
ini juga dilakukan penggantian balutan atau tidak. Jurnal ke 6 evaluasi dilakukan
pertama kali di minggu ke 4 (28 hari setelah intervensi) kemudian dievaluasi lagi
setiap minggu sampai hari ke 112 atau sampai luka menutup dengan waktu antara
3-9 bulan. Jurnal ke 7 evaluasi dilakukan pada minggu ke 6, tidak dijelaskan
secara rinci apakah terdapat kesamaan waktu evaluasi diantara 4 jurnal RCT
dalam systematic review ini. Jurnal ke 8 evaluasi dilakukan pada hari ke 112, dan
dilakukan observasi setiap kali melakukan penggantian balutan yaitu setiap 2 hari
(48 jam).
Peneliti
Tindakan
Intervensi
Kontrol
Sampel
Inklusi
UNIVERSITAS INDONESIA
Ekslusi
13
Negative
Pressure
Wound
therapy with
Low
Pressure and
Gauze
Dressings to
Treat
Diabetic
foot wounds
Comparision
of VacuumAsisted
Closure and
Moist
Wound
Dressing in
the
treatment of
diabetic
Foot Ulcer
Vacuum
Assisted
Closure
Improves the
Quality of
life in
patient with
diabetic foot
Role of
Negative
Pressure
Wound
Therapy in
Healing of
Diabetic
Foot Ulcer
Negative
pressure
wound
therapy Vs
Standard
wound
dressing in
the
treatment of
diabetic foot
amputation
Lavery et al,
2014
NPWT 80
mmHg
Tidak Ada
(Responden
biasa, tanpa
intervensi
control)
30
I (30)
Ravari H, et
al 2013
NPWT
VAC 125
mmHg
Moist wound
care
23
I (10)
K(13)
Karatep et al,
2011
NPWT
VAC
Conventiona
l treatmen
wound care
67
I (30)
K(37)
- Pasien
dengan - Tidak dijelaskan
diagnose
Diabetes
mellitus dengan
ulkus
Nain et al,
2011
NPWT
using VAC
dengan
tekanan 50125mmHg 3
kali sehari.
Conventiona
l Saline
moistened
gauze
dressing 2
kali sehari
30
I (-)
K(-)
Sepulveda et
al, 2009
NPWT 100
mmHg
Conventiona
l treatmen
wound care
24
I (12)
K(12)
Osteomilitis
Malignancy
Septikemia
Pasien
denga
terapi
kortikosteroid
- Pasien
denga
kemoterapi
UNIVERSITAS INDONESIA
14
a RCT
Comparatio
n Negative
Pressure
wound
therapy
using VAC
with
Advanced
Moist wound
therapy in
the
treatment of
diabetic foot
ulcers
Negative
pressure
wound
therapy:
sistimatic
Review on
Effectiveness
and safety
Negative
pressure
wound
therapy after
partial
diabetic foot
amputation :
a
multicenter
RCT
Blume et al,
2008
NPWT
VAC 50200 mmHg
AMWT
(hydrogel dan
alginate)
335
I (169)
K(166)
Vikatmaa et
al, 2008
NPWT
Modern moist
wound
treatment
206
I (-)
K(-)
Armstrong et
al, 2005
NPWT
VAC
Moist wound
Therapy
162
I (77)
K(85)
HBOT 30 ha
terakhir
- Usia >18 tahun - Pasien
denga
- Stage
2-3
normothermic
(wagners
with HBOT
scale)
- Mengggunakan
- Luka
after
obat
debridemang
kortokosteroid
- Pasien
denga
kemoterapi
Tidak
dijelaskan
Tidak
dijelaskan
UNIVERSITAS INDONESIA
15
Tujuan akhir dari uji klinis ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari intervensi
negative pressure wound therapy dengan model vacuum assisted closer device
(VAC) dalam perawatan ulkus kaki diabetes. Jurnal pertama dengan disain open
label cohort studi, menunjukan 43.3% dari subjek yang mendapatkan terapi
NPWT dengan tekanan 80mmHg mengalami 50% penurunan area luka dalam
waktu 4 minggu, akan tetapi tidak dijelaskan dalam jurnal apakah 43.3% ini dari
30 responden atau 13 responden yang mendapatkan intervensi, mengingat pada
disain ini tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi pada data demografi,
terdapat 2 kalompok subjek yang dibagi dari total partisipan (30 partisipan), dan
diperoleh 13 yang mendapatkan intervensi. Selain itu juga hasil penilaian dalam
area dan volume luka terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value < .001,
sedangkan pada analisa post hoc dengan sidek tes diidentifikasi perbedaan
signifikan dalain pair wise comparasi pada minggu ke 3 (p.01) dan minggu ke 5
(p.01). Penilaian dengan menggunakan Texas ulcer classification.
Hasil penelitian pada jurnal ke 2 dilakukan evaluasi pada kedalam luka, ukuran
luka serta wagner skor sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok.
Evaluasi kedalaman luka sebelum intervensi 19 7 mm dan sesudah 12 4 mm
dengan p..007 pada kelompok intervensi, sedangkan kelompok control sebelum
176 mm dan sesudah 20 8 mm dengan p.05, sedangkan perbedaan antara
kedua kelompok signifikan dengan p.02. Evaluasi pada ukuran luka kelompok
control sebelum 39.5 9.1 cm2 dan sesudah 28.8 8.5 cm2 dengan p.02
perbandingan pada kelompok control sebelum 36.9 10.cm2 dan sesudah 54.2
12.5 cm2 dengan p.1, sedangkan perbedaan antara dua kelompok menunjukan ada
perbedaan signifikan ukuran luka kelompok NPWT dengan moist dressing pada
p.03. Evaluasi wagner skor pada kelompok intervensi dan control menunjukan
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dengan p.02.
Hasil penelitian pada jurnal ke 3 menunjukkan ukuran luka 35.76.4 cm pada
kelompok control, sedangkan kelompok intervensi 29.75.2 cm dengan p.67 tidak
signifikan, sama halnya dengan ukuran luka. Namun dalam penelitian ini terdapa
hasil yang signifikan pada granulasi jaringan dimana pada kelompok control mean
5.31.4 dan intervensi 4.21.9 dengan p.<0.05.
UNIVERSITAS INDONESIA
16
pertama masih terdapat wound discharge pada kedua kelompok, akan tetapi di
akhir periode observasi menunjukkan wound discharge ditemkuan pada kelompok
intervensi sebanyak 13.33% pada minggu ke 7 dan 8 dibandingkan pada
kelompok control sebanyak 33.33%. Untuk penilaian terhadap granulasi jaringan
dilakukan observasi sejak minggu pertama dengan 4 (26.67%) subjek tidak
menunjukkan tanda granulasi pada kelompok intervensi, sedangkan kelompok
control terdapat 10 (66.67%). Evaluasi dilakukan lagi pada akhir minggu ke 2
dengan hasil 75% pada kelompok intervensi mengalami granulasi jaringan,
sedangkan kelompok control hanya 30% dengan p<.05. walaupunhasil uji statistic
menujukkan tidak signifikannya watu penutupan luka yang dinilai pada minggu
ke 4, namun hasil penelitian menunjukkan 9 (60%) subjek pada kelompok
intervensi mengalami penutupan luka, dibandingkan dengan kelompok control
hanya 3 (20%) subjek.
Hasil penelitian pada jurnal ke 5 menunjukan granulasi jaringan secara umum
terjadi pada hari ke 25.6 (12). Sedangkan granulasi pada kelompok intervensi di
hari ke 18.8 (6) dibandingkan dengan kelompok control 32.3 (14) hari dengan
statistic signifikansi p.007. Akumulasi probabilitas curve untuk waktu granulasi
menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan log-rank test p.002.
HAsil penelitian pada jurnal ke 6 menunjukan lebih dari 14.3% NPWT subjek
mencapai penutupan luka dibandingkan dengan kelompok control (AMWT).
Dalam penelitian ini evaluasi dilakukan terhadap lamanya penutupan luka, lama
perawatan, granulasi jaringan, dan secondary amputasi. Analisis dilakukan dengan
menggunakan uji ANCOVA untuk data numeric-numerik, dengan hasil penelitian
menunjukan NPWT aman dan lebih efektiv dibandingkan dengan AMWT.
Hasil penelitian pada jurnal ke 7 tidak dijelaskan dengan rinci mean dan standar
deviasi antara kelompok intervensi dan control terkait reepitelisaasi dan granulasi,
hanya dalam uji statistic yang di lakukan menunjukkan terdaapat perbedaan
signifikan antara kelompok intervensi dan control terkait reepitelisasi dan
granulasi dengan p.04 (reepitelisasi) dan p.002 (granulasi). Sedangkan pada
evaluasi volume luka p.005 menunjukan ada perbedaan signifikan, akan tetapi
UNIVERSITAS INDONESIA
17
UNIVERSITAS INDONESIA
18
Ravari H, et al 2013
Kriteria
Umur
Jenis Kelamin
Pengecilan Area luka (Wagner)
Kedalaman Luka
Ukuran luka
Skor Wagner
Umur
Durasi Luka
Ukuran luka
Granulasi
Umur
Wound discharge
Granulasi jaringan
Ukuran luka
Bacterial load
Waktu penutupan luka (4 mggu)
Umur (SD)
Hasil Penelitian
Intervensi
54.910.6
76.9
50%
124 mm
28.88.5
Ada perbedaan
68.511.1 (57-79th)
11.39.2 minggu
35.76.4 cm
5.31.4
61.337.63
13.33%
75%
-16.1413.04cm
40% tdk ada perkembangan
22.817.4 hari
Kontrol
55.112.5
52.9
<50%
208 mm
54.212.5
Ada perbedaan
66.312.6 (54-78TH)
8.87.2minggu
29.75.2 cm
4.21.9
55.4011.54
33.33%
30%
-5.9814.41cm
20%tdk ada perkembangan
42.832.5
61.5(10)
62.1(8)
18.8 (6)
32.3(14)
5812
43.2% (169)
96 hari (95%CI 75.0-114.0)
63.636.57 hari
5912
28.9% (166)
78.139.29 hari
Signifikansi*
P .01<0.05
P .02<0.05
P .03<0.05
P<0.02
P .56>0.05
P .67>0.05
P .65>0.05
P <0.05
P.10><0.05
Tidak dijelaskan
P<0..05
P<0.05
P>.10
x
P.878 ( 2)
P.007
P.007
P.001
P>.10
UNIVERSITAS INDONESIA
19
Granulasi jaringan
Secondary amputasi
70.8%
36.4%
p.019
p.035
-59% (9.7)
22.8 (17.4)
57.2 (13.4)
43 dari 77 (56%)
42 hari
-0.1% (14.7)
42.8(32.5)
60.1(12.2)
33 dari 85 (39%)
84 hari
p.04
p.002
p.005
p.005
p.002
*Significancy p<0.05
UNIVERSITAS INDONESIA
20
UNIVERSITAS INDONESIA
21
BAB 4
ANALISA SWOT dan ANALISA PENERAPAN
tingginya
tingkat
pendidikan
sumber
daya
manusia
22
4.2. Aplikabilitas
Hasil penelitian ini sepenuhnya bisa digeneralisasikan untuk pertimbangan
penggunaannya pada EBN sehubungan dengan banyak faktor yang mempengaruhi
proses penyembuhan ulkus kaki diabetes saat ini di Indonesia khususnya bagi
pasien yang dalam perawatan di rumah sakit.
Penerapan NPWT pada pasien ulkus kaki diabetes mempunyai nilai aplikabilitas
yang tinggi dengan tingkat rekomendasi A dimana intervensi ini sangat
direkomendasikan bagi praktisi untuk memberikan intervensi atau prosedur
tersebut pada pasien sesuai kriteria atau ditemukan bukti yang kuat bahwa
intervensi ini meningkatkan kesehatan dan keuntungan yang didapati melebihi
efek negative yang membahayakan (Kelana, 2011). Akan tetapi berbagai
keterbatasan yang dimiliki memungkinkan sulitnya penerapan intervensi ini di
Indonesia. Ketebatasan yang sangat mungkin berdampak pada penerapan ini
adalah ketersediaan alat yang masih sulit didapatkan, serta kebutuhan sumber
daya manusia yang mampu untuk melaksanakan prosedur ini dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada membuktikan bahwa penerapan NPWT
pada ulkus diabetes dapat mempercepat granulasi dan penutupan luka
dibandingkan dengan dressing lainnya, hal ini berdampak pada pemendekan hari
rawat pasien dirumah sakit, yang tentunya menunjang visi dan misi dari seluruh
rumah sakit yaitu unutk menurunkan lama rawat bagi setiap pasien. Pelaksanaan
NPWT yang mudah dilakukan dan merupakan tindakan noninvasive, menjadikan
NPWT sebagai tindakan yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa walaupun penyediaan alat dan materian
NPWT sedikit lebih mahal dengan dressing lainnya, akan tetapi dengan
pemendekan hari rawat oleh karena aplikasi NPWT bisa menekan biaya
perawatan dibandingkan dengan penggunaan dressing lainnya.
UNIVERSITAS INDONESIA
23
Strategi yang dapat dilakukan untuk menunjang pelaksanaan penerapan NPWT ini
adalah dengan memberikan masukan kepada para pengambil kebijakan bahwa
dengan penerapan NPWT dapat memberikan kontribusi yang besar untuk
penurunan LOS pasien, yang berdampak pada biaya perawatan yang lebih pendek.
Kerja sama dalam pengadaan alat dan bahan dengan pemberi jaminan kesehatan
dapat dipertimbangkan sebagai strategi yang bisa dilakukan, selain itu juga
pengadaan pelatihan dan kursus bagi tenaga keperawatan terkait penerapan
NPWT pada ulkus diabetik harus dilakukan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
UNIVERSITAS INDONESIA
24
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis jurnal tentang efektifitas NPWT dalam penyembuhan ulkus kaki
diabetes yang terdiri dari 8 jurnal (systematic review, RCT, open label cohort
studi) menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan NPWT dalam
penyembuhan ulkus kaki diabetik. Metode penelitian klinis yang digunakan,
dengan sampel yang besar, menunjukaan keakuratan hasil penelitian ini, dan hasil
penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam penatalaksanaan pasien dengan ulkus
kaki diabetes.
5.2. Saran
Penelitian dalam analisi jurnal ini tidak menunjukan adanya blinded sehingga
tidak menutup kemungkinan terjadinya bias dalam proses penelitian. Keterbatasan
dalam akses jurnal melalui online database menyebabkan terbatasnya jurnal yang
diperoleh. Untuk itu disarankan agar dapat dilakukan kembali analisis jurnal
terkait NPWT dalam penyembuhan ulkus kaki diabetes dengan merujuk pada
hasil metaanalisis serta jurnal RCT dengan blinded sehingga lebih menguatkan
hasil dari efektifitas NPWT.
DAFTAR PUSTAKA
24
UNIVERSITAS INDONESIA
25
UNIVERSITAS INDONESIA
26
PERKENI
(2014),
prevalensi
http://www.perkeni.org/.
penderita
diabetes
melitus
2013.
27
P E R N YAT AAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini ;
Nama
NPM
: 1306345876
Dengan ini menyatakan bahwa makalah ini adalah hasil karya sendiri berdasarkan
dari literatur yang saya pelajari dan bukan dari bagian makalah lain yang pernah
saya kumpulkan. Bila dikemudian hari ternyata terdapat unsur ketidakjujuran
akademik, saya bersedia menanggung sanksi akademik sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
UNIVERSITAS INDONESIA