Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasulullah Saw. pernah bersabda bahwasanya umatnya akan terpecah menjadi 73
golongan. Dan apa yang diungkapkan rasulullah adalah benar adanya, dimana saat
ini sesama umat islam saling kafir mengkafirkan menganggap golonganya adalah
yang paling benar. Tentu miris ketika melihat segolongan masyarakat membakar
tempat ibadah dengan dalih bahwa sebagian dari mereka adalah sesat
(kafir).Bukankah kita bersumber pada satu orang?Yaitu baginda Nabi Muhammad
Saw.Perdebatan mengenai aliran ilmu kalam sudah ada sejak zaman ke khalifahan
yaitu abad pertama hijriah terutama setelah terbunhnya Ali bin Abhi thalib.
Dimulai ketika peperangan Shiffin antara Ali dengan Muawiyah.Ketika
Muawiyah hampir kalah lalu mereka mengangkat Mushaf pada ujung tombak dan
menyerukan perhentian peperangan dengan bertahkim.Akibat itu golongan Ali
terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang setuju dengan tahkim dan
golongan yang tidak setuju dengan tahkim. Mereka yang tidak setuju dengan
tahkim beralasan bahwa orang yang mau berdamai pada ketika pertempuran
adalah orang yang ragu akan pendiriannya, dalam kebenaran peperangan yang
ditegakkannya. Hukum Allah sudah nyata kata mereka, siapa yang melawan
khalifah yang sah harus diperangi.Kaum inilah yang dinamakan kaum Khawarij
yaitu kaum yang keluar yakni keluar dari Saidina Muawiyah dan keluar dari
Saidina Ali.
Melihat pertikaian antara keduanya Kemudian aliran Murjiah muncul
sebagai aliran baru yang tidak memihak diantara kedua golongan ini yaitu
khawarij dan syiah. Pengertian Murjiah sendiri adalah penangguhan vonis
hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT, sehingga
seorang muslim sekalipun berdosa besar dalam kelompok ini tetap diakui sebagai
muslim dan mempunyai harapan untuk bertobat.Namun lama kelamaan kedua
golongan ini (khawarij dan murjiah) seiring waktu berjalan, tidak mendapat
respon yang bagus dari umat muslimyang mengakibatkan golongan ini hampir
musnah, melainkan segolongan kecil dari umat islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kemunculan Khawarij?
2. Bagaimana pemikiran dan doktrin-doktrin Khawarij?
3. Apa perkembangan dan sekte-sektekhawarij?
4. Bagaimana sejarah kemunculan Murjiah?
5. Bagaimana pemikiran dan doktrin-doktrin Murjiah?
6. Apa saja sekte-sekte Murjiah?
C. Tujuan Penulisan
Melalui makalah ini kami bertujan mengetahui permasalahan yakni: mengetahui
sejarah kemunculan Khawarij, mengetahui

pemikiran dan doktrin-doktrin

Khawarij, mengetahui Apa saja sekte-sekte khawarij, mengetahui sejarah


kemunculan Murjiah, Bagaimana pemikirannya doktrin-doktrinnya dan Apa saja
sekte-sekte Murjiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Khawarij
1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Khawarij
Khawarij adalah aliran dalam teologi Islam yang pertama kali muncul.
Menurut Ibnu Abi Bakar Ahmad al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij
adalah setiap orang yang keluar dar imam yang hak dan telah disepakati para
jamaah, baik ia keluar pada masa Khulafaur Rasyidin, atau pada masa tabiin
secara baik-baik. Nama Khawarij berasal dari kata kharaja berarti keluar. Nama
itu diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali.
Khawarij adalah golongan politik yang menolak sikap Ali bin Abi Thalib dalam
menerima paham penyelesaian sengketa antara Ali sebagai Khalifah Muawiyah
bin Abi Sufyan yang menuntut Khalifah.Meskipun mereka semula adalah
pengikut Ali, tetapi akibat politik penolakan mereka atas sikap Ali dalam paham
itu.Mereka lalu keluar dari kelompok Ali dan membentuk golongan sendiri yang
dikenal golongan Khawarij. Golongan ini disebut juga dengan nama Haruriah,
karena mereka berjumlah 12.000 orang itu memisahkan diri dari Ali menetapkan
pimpinan baru disuatu kampung yang bernama Harura yang terletak didekat kota
Kufah, di Irak. Mereka memilih Abdullah Ibn Abi Thalib.Dalam pertempuran

dengan kekuatan Ali mereka mengalami kekalahan besar, tetapi akhirnya seorang
Khariji bernama Abd Al-Rahman Ibn Muljam dapat membunuh Ali.
Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya
berada di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah di baiat
mayoritas umat Islam, sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena
memberontak khalifah yang sah. Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik
ajakan damai kelompok Muawiyah sehingga ia bermaksud menolak permintaan
itu. Namun, karena desakan pengikutnya seperti Al-asyats bin Qais, Masud bin
Fudaki at-Tamimi, dan Zaid bin Husein ath-ThaI dengan sangat terpaksa Ali
memerintahkan

Al-Asytar

(komandan

pasukanya)

untuk

menghentikan

peperangan.
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah
bin Abbas sebagai delegasi juru damainya, tetapi orang-orang khawarij
menolaknya. Mereka beranggapan bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari
kelompok Ali sendiri. Kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu
Musa Al-Asyari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab
Allah.Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah
oleh utusannya dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat
mengecewakan

kaum

khawarij

sehingga

mereka

membelot

dan

mengatakan,mengapa kalian berhukum kepada manusia. Tidak ada hukum lain


selain hukum yang ada disisi Allah. Imam Ali menjawab, itu adalah ungkapan
yang benar, tetapi mereka artikan keliru.Pada saat itu juga orang-orang khawarij
keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura.
Dengan arahan Abdullah al-Kiwa mereka sampai di Harura. Di Harura, kelompok
khawarij ini melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan juga Ali. Mereka
mengangkat seorang pemimpin bernama Abdullah bin Shahab Ar-Rasyibi.[4]
2. Doktrin-Doktrin Pokok Khawarij
a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam.
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap
orang muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat.
c. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan

kezaliman.
d. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, Utsman) adalah sah, tetapi setelah
tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya Utsman ra dianggap telah menyeleweng.
e. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia dianggap
telah menyeleweng.
f. Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asyari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir.
g. Pasukan perang Jamal yang melawan Ali juga kafir.

h.

Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh.
Yang sangat anarkis (kacau) lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim
dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah
dianggap kafir dengan risiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula. i.
Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak
mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al-harb (Negara
musuh), sedang golongan mereka sendiri dianggap berada dalam dar al-islam
(Negara islam).
j. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
k. Adanya waad dan waid (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan orang
yang jahat harus masuk ke dalam neraka).
l. Amar maruf nahyi munkar.
m. Memalingkan ayat-ayat Al-quran yang tampak mutasabihat (samar)
n. Quran adalah makhluk.
o. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
3. Perkembangan Khawarij
Perkembangan khawarij semakin meluas dan terbagi menjadi dua golongan yang
pertama bermarkas di sebuah negeri Bathaih yang menguasai dan mengontrol
kaum Khawarij yang berada di Persia yang dikepalai oleh Nafi bin Azraq dan
Qathar bin Fajaah, dan golongan yang kedua bermuara di Arab daratan yang
menguasai kaum khawarij yang berada di Yaman, Handharamaut, dan Thaif yang
dikepalai oleh Abu Thalif, Najdah bin Ami, dan abu Fudaika.

Golongan Khawarij terbagi atas 6 golongan kecil yaitu :


a. Al-Muhakkimah
Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut golongan
Al-Muhakkimah.Bagi mereka Ali, Muawiyah, kedua pengantara Amr Ibn Al-As
dan Abu Musa Al-Asyari dan semua orang yang menyetujui paham bersalah itu
dan menjadi kafir.
b. Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah
golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah.Daerah
kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran.Nama ini diambil dari
Nafi Ibn Al-Azraq.
Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi sendiri dan kepadanya mereka
beri gelar Amir Al-Muminin. Nafi meninggal dalam pertempuran di Irak pada
tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik
c. Al-Nadjat
Najdah bin Ibn Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-pengikutnya
pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-Azariqah. Tetapi
dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan. Sebagian dari
pengikut-pengikut Nafi Ibn Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil
dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham bahwa orang Azraqi yang tidak mau
berhijrah kedalam lingkungan Al-Azariqah adalah musyrik.
Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi kafir
dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan
mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan
mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk
surga.
d. Al-Ajaridah
Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut AlSyahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi.Menurut paham

mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi Ibn
Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan.Kaum Ajaridah boleh
tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi
kafir.Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah
mati.
e. Al-Sufriah
Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka dekat sama
dengan golongan Al-Azariqah.
f. Al-Ibadiyah
Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan
Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M.
memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.
Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum bagi orang yang berbuat dosa
besar, apakah ia masih dianggap mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya
doktrin teologi ini tetap menjadi primadona dalam pemikiran mereka, sedangkan
doktrin-doktrin lain hanya sebagai pelengkap saja.
Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut, dikategorikan
sebagai khawarij, selama didalamnya terdapat indikasi doktrin yang identik
dengan aliran ini. Berkenaan dengan ini Harun Nasution mengidentifikasi
beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran khawarij, yaitu:
1. [3]Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka walaupun
orang itu adalah penganut agama Islam.
2. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan.
3. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali pada
islam yang sebenarnya, yaitu islam yang seperti mereka pahami dan amalkan.
4. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sefaham dengan mereka adalah
sesat, maka mereka memilih imam dari golongan mereka sendiri.

5. Mereka bersifat fanatic dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan


kekerasan dan membunuh untuk tujuan mereka.
B. Murjiah
1. Sejarah Kemunculan Murjiah
Nama Murjiah diambil dari kata irja atau arjaa yang bermakna penundaan,
penangguhan, dan pengharapan.Kata arjaa mengandung pula arti memberi
harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat Allah.Selain itu, arjaa berarti pula meletakan di
belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dari
iman.Oleh karena itu, Murjiah artinya orang yang menunda penjelasan
kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya
masing-masing ke hari kiamat kelak.[5]
Aliran Murjiah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat
dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar,
sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij.Mereka menangguhkan
penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu,
dihadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman
seseorang.Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih
dianggap mukmin dihadapan mereka.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul Murjiah.Namun pada
dasarnya Awal mula timbulnya Murjiah adalah sebagai akibat dari gejolak dan
ketegangan pertentangan politik yaitu soal khilafah (kekhalifahan) yang kemudian
mengarah ke bidang teologi.Pertentangan politik ini terjadi sejak meninggalnya
Khalifah Usman yang berlanjut sepanjang masa Khalifah Ali dengan puncak
ketegangannya terjadi pada waktu perang Jamal dan perang Shiffin.
Setelah wafatnya Ali, Muawiyyah mendirikan Dinasti Bani Umayyah
(661M).Kaum Khawarij dan Syiah yang saling bermusuhan, mereka sama-sama
menentang kekuasaan Bani Umayyah itu.Syiah menganggap bahwa Muawiyyah
telah merampas kekuasaan dari tangan Ali dan keturunannya. Sementara itu,

Khawarij tidak mendukung Muawiyyah karena ia dinilai telah menyimpang dari


ajaran islam. Di antara ke tiga golongan itu terjadi saling mengkafirkan.
Dalam suasana pertentangan ini, timbul satu golongan baru yaitu Murjiah yang
ingin bersikap netral, tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang
terjadi antara golongan yang bertentangan itu.Bagi mereka, sahabat-sahabat yang
bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar
dari jalan yang benar.Oleh karena itu, mereka tidak mengeluarkan pendapat
tentang siapa yang sebenarnya salah dan memandang lebih baik menunda
penyelesaian persoalan ini ke hari perhitungan di hadapan Tuhan.
Dari persoalan politik mereka tidak dapat melepaskan diri dari persoalan teologis
yang muncul di zamannya.Waktu itu terjadi perdebatan mengenai hukum orang
yang berdosa besar.Persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum Khawarij mau
tidak mau menjadi bahan perhatian dan pembahasan bagi mereka.Terhadap orang
yang berbuat dosa besar, kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir sedangkan
kaum Murjiah menjatuhkan hukum mukmin. Argumentasi yang mereka ajukan
dalam hal [4]ini bahwa orang islam yang berdosa besar itu tetap mengakui bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-nya. Dengan kata
lain, orang yang mengucapkan kedua kalimat syahadat menjadi dasar utama dari
iman. Oleh karena itu, orang berdosa besar menurut pendapat golongan ini tetap
mukmin dan bukan kafir.[6]
Aliran Murjiah ini berkembang sangat subur pada masa pemerintahan Dinasti
bani Umayyah, karena bersifat netral dan tidak memusuhi pemerintahan yang
sah.Dalam perkembangan berikutnya, lambat laun aliran ini tak mempunyai
bentuk lagi, bahkan beberapa ajarannya diakui oleh aliran kalam berikutnya.
Sebagai aliran yang berdiri sendiri, golongan Murjiah ekstrim pun sudah hilang
dan tidak bisa ditemui lagi sekarang. Namun ajaran-ajarannya yang masih ekstrim
itu masih didapati pada sebagian umat Islam yang menjalankan ajaran-ajarannya.
2. Pemikiran dan Doktrin-Doktrin Murjiah
Berkaitan dengan teologi Murjiah, W. Montgomery Watt merincinya sebagai
berikut[7]

1. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah


memutuskannya di akhirat kelak.
2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat AlKhalifah Ar-Rasyidun.
3. Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar
untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.
4. Doktrin-doktrin Murjiah menyerupai pengajaran (madzhab) para skeptis dan
empiris dari kalangan Helenis.[8]
[5]Masih berkaitan dengan doktrin teologi Murjiah, Harun Nasution
menyebutkan empat ajaran pokoknya, yaitu :[9]
1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa AlAsyary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat
kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3. Meletakkan (pentingnya) imal daripada amal.
4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.
Sementara itu, Abdul Ala al-Maududi menyebut ajaran Murjiah dalam dua
doktrin pokok, yaitu:
1. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-nya saja. Adapun amal atau
perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal
ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang
difardhukan dan melakukan dosa besar.
2. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap
maksiat tidak dapat mendatangkan madharat ataupun gangguan atas seseorang.
Untuk dapat pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari
syirik dan mati dalam keadaan aqidah tauhid.
3. Sekte-sekte Murjiah

Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murjiah tampaknya dipicu oleh


perbedaan pendapat di kalangan para pendukung Murjiah sendiri.Dalam hal ini,
terdapat problem yang cukup mendasar ketika para pengamat mengklasifikasikan
sekte-sekte Murjiah. Kesulitannya antara lain karena ada beberapa tokoh aliran
pemikiran tertentu yang diklaim oleh pengamat lain. Tokoh yang dimaksud antara
lain Washil bin Atha dari Mutazilah dan Abu Hanifah dari ahlus Sunnah.[10]
Pimpinan dari kaum Murjiah adalah Hasan Ibn Bilal al-Muzni, Abu Salat asSaman, Tsauban, Dirar Ibn Umar. Penyair mereka yang terkenal pada masa Bani
Umayyah adalah Tsabit Ibn Quthanah yang mengarang sebuah syair tentang
Itiqad dan kepercayaan kaum Murjiah.
Secara garis besar, kelompok Murjiah terbagi kepada dua golongan yakni
golongan moderat dan golongan ekstrim.Golongan Murjiah moderat tetap teguh
berpegang pada doktrin Murjiah di atas.Sementara itu, golongan Murjiah ekstrim
memiliki doktrin masing-masing. Yang termasuk golongan Murjiah ekstrim
antara lain:
1. Golongan al-Jahmiyah yang dipelopori oleh Jahm Ibn Sofwan. Berpendapat
bahwa iman adalah mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya, dan segala sesuatu
yang datang dari Allah SWT. Sebaliknya, kafir adalah tidak mempercayai hal-hal
tersebut di atas
2. Golongan al-Salihiyah dengan tokohnya Abu Hasan as-Sahili. Sama dengan
pendapat al-Jahmiyah, golongan ini berkeyakinan bahwa iman adalah sematamata makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT, sedangkan kufur (kafir) adalah
sebaliknya yakni tidak mengetahui Allah SWT. Iman dan kufur itu tidak
bertambah dan tidak berkurang. Menurut mereka, shalat itu tidak merupakan
ibadah kepada Tuhan, karena yang disebut ibadah itu adalah beriman kepada
Tuhan dalam arti mengetahui Tuhan.
3. Golongan Yunusiah pengikut Yunus Ibn an-Namiri. Berpendapat bahwa iman
adalah totalitas dari pengetahuan tentang Tuhan, kerendahan hati, dan tidak
takabur. Kufur adalah kebalikan dari itu.

4. Golongan al-Ubaidiyah dipelopori oleh Ubaid al-Maktaib. Pendapatnya pada


dasarnya sama dengan golongan al-Yunusiah. Sekte ini berpendapat bahwa jika
seseorang meninggal dunia dalam keadaan beriman, semua dosa dan perbuatan
jahatnya tidak akan merugikannya. Perbuatan jahat, banyak atau sedikit tidak
merusak iman. Sebaliknya, perbuatan baik, banyak atau sedikit tidak akan
memperbaiki posisi orang kafir.
5. Golongan al-Gailaniyah dipelopori oleh Gailan al-Dimasyaqi. Berpendapat
bahwa ima adalah makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT melalui nalar dan
menunjukkan sikap mahabbah (cinta) dan tunduk kepada-Nya.
6. Golongan al-Saubaniyah dipimpin oleh Abu Sauban. Prinsip ajaranya sama
dengan sekte al-Gailaniyah, namun mereka menambahkan bahwa yang termasuk
iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib
dikerjakan. Dengan demikian, sekte ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban
yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syariat.
7. Golongan al-Marisiyah dipelopori oleh Bisyar al-Marisi. Berpendapat bahwa
iman di samping meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan
Muhammad SAW itu rasul-nya, juga harus diucapkan secara lisan. Jika tidak
diyakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan, maka bukan iman namanya.
Sementara itu, kufur merupakan kebalikan dari iman.
8. Golongan al-Karamiyah dipelopori oleh Muhammad Ibn Karram. Berpendapat
bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah pengingkaran secara
lisan. Mukmin dan kafirnya seseorang dapat diketahui melalui pengakuannya
secara lisan.
9. Golongan al-Khassaniyah. Berpendapat jika seseorang mengatakan, saya tahu
bahwa Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tak tahu apakah babi yang
diharamkan itu adalah kambing ini, orang yang demikian tetap mukmin dan
bukan kafir. Jika seseorang mengatakan, saya tahu Tuhan mewajibakan naik haji
ke Kabah tetapi saya tak tahu apakah Kabah di India atau di tempat lain, orang
demikian juga tetap mukmin.

Menyikapi ajaran-ajaran Murjiah yang ekstrim itu, menurut Harun Nasution ada
bahayanya karena dapat membawa pada moral latitude, sikap memperlemah
ikatan-ikatan moral atau masyarakat yang bersifat permissive, masyarakat yang
dapat mentolelir penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma akhlak yang
berlaku. Karena yang dipentingkan hanyalah iman, norma-norma akhlak bisa
dipandang kurang penting dan diabaikan oleh orang-orang yang menganut faham
demikian. Oleh karena itu, nama Murjiah pada akhirnya mengandung arti tidak
baik dan tidak disenangi oleh mayoritas umat islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Khawarij adalah kaum yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib karena
arbitrase sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan khalifah dengan
Muawiyah bin Abi Sufyan.
2. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas,bukan hanya bangsa Arab
Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh,
Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka,
Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng, Adanya waad
dan waid (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan orang yang jahat harus
masuk ke dalam neraka), Amar maruf nahyi munkar, Memalingkan ayat-ayat Alquran yang tampak mutasabihat (samar), Al-Quran adalah makhluk, Manusia
bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
3. Aliran Murjiah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat
dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar,
sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan
penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu,
dihadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman

seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih
dianggap mukmin dihadapan mereka.
4. Menurut W. Montgomery Watt merincinya sebagai berikut menangguhan
keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah memutuskannya di akhirat
kelak, Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat AlKhalifah Ar-Rasyidun, Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang
muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah,
Doktrin-doktrin Murjiah menyerupai pengajaran (madzhab) para skeptic dan
empiris dari kalangan Helenis.
5. Muhammad Imarah menyebutkan 12 sekte Murjiah yaitu : Al-Jahmiyah,
pengikut Jahm bin Shufwan; Ash-Shaliyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalahi; AlYunushiyah pengikut Yunus As-Samary; As-Samriyah pengikut Abu Samr dan
Yunus; Asy-Syaubaniyah pengikut Abu Syauban; Al-Ghailaniyah pengikut Abu
Marwan al-Ghailan bin Marwan Ad-Dimsaqy; An-Najariyah pengikut Al-Husain
bin Muhammad An-Najr; Al-Hanafiyah pengikut Abu Hanifah An-Numan; AsySyabibiyah pengikut Muhammad bin syabib; Al-Muaziyah pengikut Muadz AthThaumi; Al-Murisiyah pengikut Basr Al-Murisyi; Al-Karamiyah pengikut
Muhammad bin Karam As-Sijistany

Anda mungkin juga menyukai