Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PERBAIKAN

KEPERAWATAN DEWASA II

ASUHAN KEPERAWATAN
MASTEKTOMI

Kelompok 3
Cicilia anita
0910322023

Mutya Farlina
0910321001

Intan Permata Sari


0910323095

Yuliana
0910322017
Zulzi Gustina
0910323089

Program studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2011

BAB I
PENDAHULUAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan
kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa
urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah
bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak
diderita wanita. Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita.
Kanker payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita
yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker
payudara pada wanita menunjukkan angka ke-2 tertinggi
Kanker payudara adalah yang paling sering diteliti dalam studi tentang kualitas hidup,
studi psikososial terdahulu menekankan bahwa adaptasi terhadap kehilangan payudara
merupakan satu-satunya factor penting bagi seorang wanita, trutama budaya barat.
Karenanya , tidaklah mengejutkan bahwa perhatian penelitian tentang penyesuian diri
seorang wanita terhadap kanker payudara menemukan hasil yang serupa
Ca. Mammae adalah kanker yang relatif sering dijumpai dan merupakan penyebab
kematian utama pada wanita berusia 45 dan 64 tahun.Ca. Mammae merupakan penyakit
yang mengancam atau semua wanita dapat beresiko untuk terkena kanker payudara ini,
tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara sebaliknya faktor genetik,
hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker
ini.Bebrapa gambaran kanker payudara menunjang prognolisnya, secara umum, makin
kecil tumor, makin baik prognosisnya, karsinoma payudara bukan semata-semata keadaan
patologis yang terjadi hanya dalam semalam, tetapi membutuhkan + 2 tahun agar bisa
terabaPemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami ca. mammaaae adalah
yang spedifik berhubungan dengan diagnosis, tumor, terlebih tumor yang diduga /
dinyatakan ganas, peran perawat sangat penting dalam meningkatkan merehabititasi dan
mengkoordinasikan klien terhadap keadaan kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORITIS KANKER MAMAE
1. PENGERTIAN
Carsinoma mammae adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan jaringan
mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan
destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
2. ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Faktor Genetik
d. Ca Payudara yang terdahulu
e. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan
bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
f. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan
bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit
meningkat.
g. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
h. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
Menarche kurang dari 12 tahun
i. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai
resiko lebih besar untuk terkena kanker.

3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum Ca mamae adalah :

Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara

Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena


mulai timbul pembengkakan

Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara

Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas

Ada cairan yang keluar dari puting susu

Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan
terjadi retraksi

Ada rasa sakit

Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat

Ada pembengkakan didaerah lengan

Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.

Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.

Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.

Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).

Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.

Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


a. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker
(CEA) dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
b. Test diagnostik lain:
Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy,
Incisi biopsy, Eksisi biopsy
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan :
1. Pemeriksaan payudara sendiri
2. Pemeriksaan payudara secara klinis
3. Pemeriksaan manografi
4. Biopsi aspirasi
5. True cut
6. Biopsi terbuka
7. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan paliatif (non pembedahan).
Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi
parsial, mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan

penyebaran kanker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi


dan terapi hormonal.
6. KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura,
tulang dan hati.

B. LANDASAN TEORITIS MASEKTOMI


Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis
pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang
terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit
diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III
secara en bloc TANPA mengangkat m.pektoralis major dan minor.
Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa factor
meliputi :
o Usia

o
o
o
o
o
o
o

Kesehatan secara menyeluruh


Status menopause
Dimensi tumor
Tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya
Stadium tumor dan keganasannya
Status reseptor homon tumor
Penyebaran tumor telah mencapai simpul limfe atau belum

Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga kategori : mastektomi


radikal, mastektomi total dan prosedur yang lebih terbatas ( contoh segmental,
lumpektomi ).
1. Mastektomi preventif ( preventife mastectomy) disebut juga prophylactic
mastectomy.operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh
payudara dan putting atau berupa subcutaneous mastectomy dimana seluruh
payudara diangkat namun putting tetap dipertahankan .
2. Mastektomi total ( sederhana ) mengangkat semua jaringan payudara tetapi semua
atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
3. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara , beberapa atau
semua nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor.otot dada mayor
masih utuh.Mastektomi radikal ( halsted ) adalah prosedur yang jarang dilakukan
yaitu pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis mayor dan minor,
nodus limfe ketiak dan kadang-kadang nodus limfe mamari internal atau supra
klavikular.
4. Prosedur membatasi ( contoh : lumpektomi ) mungkin dilakukan pada pasien
rawat jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya diangkat.
Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik bila kurang dari 5 cm ukurannya
yang tidak melibatkan putting.prosedur meliputi dignostik ( menentukan tipe sel )
dan atau pengobatan bila dikombinasi dengan terapi radiasi.
Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi dua
macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif. Prinsip terapi bedah kuratif adalah
pengangkatan seluruh sel kanker tanpa meninggalkan sel kanker secara mikroskopik.
Terapi bedah kuratif ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini(stadium 0, I
dan II).
Sedangkan tujuan terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker
payudara secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara

mikroskopik. Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya dilakukan untuk


mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah tulang dan
pengobatan ulkus, dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium III
dan IV.
Prosedur pengangkatan sel kanker dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Mastektomi radikal, yaitu Mengangkat seluruh payudara, kulit, otot mayor dan
minor, nodus limfe aksila dan jaringan lemak disekitarnya.
2. Mastektomi radikal modifikasi, seperti mastektomi radikal tetapi otot pektoralis
mayor dipertahankan.
3. Mastektomi sederhana, Mengangkat payudara dengan mempertahankan otot-otot
yang menyokong.
4. Mastektomi parsial, Mengangkat lesi dan jaringan disekitarnya termasuk nodus
limfe.
5. Lumpektomi, Mengangkat lesi dan 3 sampai 5 cm jaringan ditepinya, jaringan
payudara dan kulitnya dipertahankan.
Beberapa tipe mastektomi yang ada pada saat ini
1. Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini dapat
berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau
berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara diangkat namun puting
tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan kanker
payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi preventif pada
wanita dengan risiko tinggi.

Gambar payudara seorang wanita 25 tahun. menjalani prophylacyic mastectomy dan


telah mengalami rekonstruksi dengan menutup lubang bekas operasi dengan dengan
jaringan yang diambil dari perutnya.

2. Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)


Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya, namun
simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node biopsy terpisah
dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul limfe pertama.

Total mastectomy

3. Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)


Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)mastektomi radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih ringan
daripada mastektomi radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di Amerika. Dengan
MRM, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak, tetapi
otot pectoral (mayor dan minor) otot penggantung payudara masih tetap
dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan
diikuti dengan rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.

Modified Radical Mastectomy


4. Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara komplit, termasuk
puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah payudara,
serta simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi radikal ini tidak lebih efektif
namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih ekstrim , saat ini jarang dilakukan.

4. Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)


Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker
payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-conserving therapyterapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian payudara dimana tumor
bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan
sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan
ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi akan membunuh
kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Partial Mastectomy
5. Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini,
dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan
dengan lumpektomi.

Quandrantectomy
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk
kulit dan jaringan konektif (breast fascia). Cairan berwarna biru disuntikkan untuk
mengidentifikasi simpul limfe yang mengandung sel kanker.

6. Lumpectomy atau sayatan lebar,


Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit
jaringan normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya mengangkat tumor
dan sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker
ditemukan di kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur
ini disebuat re-excision (terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).

Lumpectomy
7. Excisional Biopsy
Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy
dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh tumor.

Excisional Biopsy
c. Indikasi operasi

Kanker payudara stadium dini (I,II)


Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
Keganasan jaringan lunak pada payudara.

d. Kontra indikasi operasi

Tumor melekat dinding dada


Edema lengan
Nodul satelit yang luas
Mastitis inflamatoar

Tekhnik operasi

Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi
diposisikan abduksi 900, pundak ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal
tipis.
2. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian
bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma
kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan atas
didesinfeksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek
steril dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan
kasa steril tebal ( buick gaas) dan dijahit melingkar.
4. Dilakukan insisi (macam macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer,
Halsted, insisi S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor,
kemudian dibuat flap.
5. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral,
flap bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m.
Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis dorsalis
6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat
perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal.
Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan bantuan haak
jaringan maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan serratus anterior
(mastektomi simpel). Pada mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
7. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I
(lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m. Pektoralis minor) dan level
III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa
aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke
jaringan mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis
longus, dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya
didiseksi dan akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu
kesatuan (en bloc)
8. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
9. Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga
dengan handschoen operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.
10. Evaluasi ulang sumber perdarahan
11. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan dibawah vasa
aksilaris, sedang drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke medial.

12. Luka operasi ditutup lapais demi lapis


Komplikasi operasi
Dini : pendarahan,
- lesi n. Thoracalis longus wing scapula
- Lesi n. Thoracalis dorsalis.
Lambat : - infeksi
- nekrosis flap
- wound dehiscence
- seroma
- edema lengan
- kekakuan sendi bahu kontraktur
Mortalitas
hampir tidak ada
Perawatan pasca bedah
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobservasi produksi
drain, memeriksa Hb pasca bedah. Rehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan
melatih pergerakan sendi bahu. Drain dilepas bila produksi masing-masing drain < 20
cc/24 jam. Umumnya drain sebelah medial dilepas lebih awal, karena produksinya
lebih sedikit. Jahitan dilepas umumnya hari ke10 s/d 14.
Follow up
Tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan
Tahun 3 s/d 5 kontrol tiap 3 bulan
Setelah tahun 5 kontrol tiap 6 bulan
Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol
Thorax foto : tiap 6 bulan
Lab. Marker : tiap 2-3 bulan
Mammografi kontralateral : tiap tahun atau ada indikasi
USG abdomen : tiap 6 bulan atau ada indikasi
Bone scanning : tiap 2 tahun atau ada indikasi
C. LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN
Analisa Kasus

Ny. E (44 th), datang ke poliklinik bedah RS. Dr. M. Djamil padang pada
tanggal 18 November 2009 dengan keluhan adanya benjolan dan nyeri pada payudara
kanan. Tanggal 19 November 2009, Ny E dirawat diruang bedah wanita. Menurut
pernyataan Ny E benjolan dan nyeri dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, benjolan
awalnya sebesar kelereng, 3 bulan terakhir ini benjolan dirasakan semakin bertambah
besar. Sebelum masuk RS Ny E berobat ke dukun dan diberikan obat ramuan untuk
diminum. Saat pengkajian oleh mahasiswa PSIK, Ny E merasakan nyeri pada
payudara kanan, nyeri bertambah bila mengangkat dan mengerakkan tangan kanan,
sulit tidur dan sering terbangun karena nyeri, dan tidak nafsu makan. Ny E
menanyakan perawatan setelah operasi nanti. Ny E operasi MRM tanggal 20
November 2009.
TD
: 120/90 mmHg
Nadi :100x/menit
TB/BB :155 cm/ 58 kg
S
: 37,5 0C
RR
: 20 x/menit
Pengkajian post mastektomi pada tanggal 23 November 2009, Ny E
menyatakan nyeri pada daerah post mastektomi, luka operasi 15 cm melintang pada
payudara kanan. Luka jahitan masih lembab, merah, terpasang drain di dada sebelah
kanan sebanyak 2 buah berjarak 2 cm. Klien mengungkapkan saya merasa malu
karena salah satu dengan salah satu kondisi saat ini, apakah suami saya masih
menyayangi saya dan mau menerima saya, apakah setelah pulang nanti saya tidak
dijauhi oleh orang lain. Ny E tampak tegang dan menutup mata ketika balutannya
dibuka saat perawat akan merawat lukanya. Ny E tidak mau bergerak atau mobilisasi
karena kawatir jahitannya terlepas, tidak mau makan telur atau ikan karena takut
lukanya gatal dan lama sembuh.
a. PENGKAJIAN
A. Identitas pasien

Pasien (diisi lengkap)


Nama

: Ny E

Umur

: 44 tahun

Jenis Kelamin

: perempuan

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

Tgl Masuk RS

: 18 November 2009

Penanggung Jawab (diisi lengkap)

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Preoperasi: Saat pengkajian oleh mahasiswa PSIK, Ny E merasakan
nyeri pada payudara kanan, nyeri bertambah bila mengangkat dan
mengerakkan tangan kanan, sulit tidur dan sering terbangun karena nyeri, dan
tidak nafsu makan. Ny E menanyakan perawatan setelah operasi nanti.
Postoperasi: Ny E menyatakan nyeri pada daerah post mastektomi,
luka operasi 15 cm melintang pada payudara kanan. Luka jahitan masih
lembab, merah, terpasang drain di dada sebelah kanan sebanyak 2 buah
berjarak 2 cm. Klien mengungkapkan saya merasa malu karena salah satu
dengan salah satu kondisi saat ini, apakah suami saya masih menyayangi saya
dan mau menerima saya, apakah setelah pulang nanti saya tidak dijauhi oleh
orang lain. Ny E tampak tegang dan menutup mata ketika balutannya dibuka
saat perawat akan merawat lukanya. Ny E tidak mau bergerak atau mobilisasi
karena kawatir jahitannya terlepas, tidak mau makan telur atau ikan karena
takut lukanya gatal dan lama sembuh.
2. Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
Ny. E (44 th), datang ke poliklinik bedah RS. Dr. M. Djamil padang
pada tanggal 18 November 2009 dengan keluhan adanya benjolan dan nyeri
pada payudara kanan. Benjolan dan nyeri dirasakan sejak 3 tahun yang lalu,
benjolan awalnya sebesar kelereng, 3 bulan terakhir ini benjolan dirasakan
semakin bertambah besar. Sebelum masuk RS Ny E berobat ke dukun dan
diberikan obat ramuan untuk diminum.

3. Riwayat kesehatan yang lalu


(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien)
Apakah klien ada riwayat pribadi tentang kanker payudara, menarke
dini, riwayat Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama,
menopause pada usia lanjut, riwayat penyakit tumor payudara jinak, Obesitas.
Apakah klien pernah menggunakan terapi penggantian hormon. Apakah klien
juga mengkonsumsi alkohol atau diet tinggi lemak.
4. Riwayat kesehatan keluarga
(Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)
Apakah klien adalah anak perempuan atau saudara perempuan
(hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker payudara.
Resikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60
tahun; resiko 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang
saudara langsung.
b. ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI
i.
Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Biasanya klien tidak menyadari penyakit yang dideritanya bahkan dia
tidak mengetahui penyakitnya. Ketika telah diketahui sednag menderita
penyakit, klien berusaha untuk mengetahui penyakitnya tersebut. Pada
kasus Ny E sudah merasakan benjolan dan nyeri di payudara sebelah
kanan sejak 3 tahun yang lalu, Sebelumnya Ny E hanya berobat ke dukun
saja dan diberikan obat ramuan untuk diminum, namun penyakitnya tidak
sembuh benjolannya

semakin membesar sejak 3 bulan terakhir ini.

Akhirnya Ny E baru pergi ke RS untuk berobat. Sebelum dioperasi, Ny E


menanyakan bagaimana perawatan setelah dia di operasi nantinya.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Klien mengeluh tidak nafsu makan. Biasanya klien akan mengalami
pada nutrisinya karena adanya hipermetabolik yang berhubungan dengan
kanker yang dideritanya. Biasanya klien juga mengalami ketidakmampuan

mengontrol nyeri yang dapat menyebabkan intake makanan klien tidak


adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun.
3) Pola Eliminasi
Adakah perubahan eliminasi : perubahan detekasi (darah dan pada
feses, nyeri detekasi konsistensi, bising usus) perubahan eliminasi urine
(atau) rasa terbakar.

4) Pola Aktivitas Latihan


Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum
menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri atau
malah dibantu keluarga, dan apakah aktivitas terganggu karena perasaan
cemas yang dirasakan.
Klien merasakan nyeri pada payudara kanan, nyeri bertambah bila
mengangkat dan mengerakkan tangan kanan. Hal ini membuat klien sulit
untuk melakukan aktivitas.
5) Pola Istirahat Tidur
Klien sulit tidur dan sering terbangun karena nyeri. Biasanya tidur
klien juga terganggu karena adanya rasa cemas sebelum melakukan
operasi.
6) Pola Kognitif Persepsi
Apakah klien ada

mengalami

gangguan

pada

penglihatan,

pendengaran, maupun indra lainnya karena kanker mammae yang


dideritanya?
7) Pola Persepsi Konsep Diri
Biasanya klien akan merasa rendah diri dengan penyakitnya. Klien
merasa kawatir kalau setelah di operasi nanti, apakah suami maupun orang
lain dapat menerima keadaannya. Persiapan psikologis bertujuan untuk
membantu klien mempersiapkandiri dalam memhadapi operasi, perawta
diharapkan mengetahui informasi dokter kepada pasien maupun keluarga,
tentang macam tindakan yang akn dilakukan manfaat dan akibat yang
mungkin muncul dan terjadi serta memberikan penjelasan tentang
prosedur-prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi.
8) Pola Peran Hubungan
Selama dirawat di rumah sakit karena, klien tidak dapat menjalankan
perannya dalam keluraganya maupun di dalam hubungan dengan

masyarakat. Persiapan psikologis bertujuan untuk membantu klien


mempersiapkandiri dalam menghadapi operasi, perawat diharapkan
mengetahui informasi dokter kepada pasien maupun keluarga, tentang
macam tindakan yang akn dilakukan manfaat dan akibat yang mungkin
muncul dan terjadi serta memberikan penjelasan tentang prosedur-prosedur
yang akan dilakukan sebelum operasi.
Persiapan psikososial di tujukan menghindari adanya gangguan
hubungan sosisal dan interpersonal dan peran dimasyarakat, akibat
perubahan kondisi kesehatan dimana klien seolah-olah klien tidak mampu
menerima simpati dariorang lain, meraik diri dari pergaulan dan merasa
canggung dan bersoislaisasi dengan masyarakat dalam kehidupan seharihari
9) Pola Coping Toleransi Stress
Pada pasien preoperasi dapat mengalami berbagai ketakutan . Takut
terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang
ketidaktahuan atau takut tentang derformitas atau ancaman lain terhadap
citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer
and Bare, 2002).
Biasanya klien untuk mengatasi stres tersebut akan menanyakan halhal yang berkaitan dengan penyakitnya dan bagaimana kelanjutan
perawatannya setelah operasi.
10) Pola Reproduksi Seksualitas
Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat menjalankan aktivitas
seksualitas karena kondisi penyakit klien
11) Pola Nilai Keyakinan
Biasanya klien selain dengan menjalani pengobatan, akan berdoa
kepada Tuhan demi kesembuhannya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERASI
1. Nyeri kronik berhubungan dengan proses penyakit, sulit tidur dan ekspresi
nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman konsep diri ,
perubahan gambaran diri , perubahan status kesehatan
3. Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan karena payudara seperti
hilangnya payudara, kesehatan, penghasilan, pekerjaan inti, hubungan dan
harapan hidup.
4. Takut berhubungan dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran
payudara atau kehilangan karena pengobatan dan pronosisi yang tidak pasti.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kanker payudara dan pilihan


pengobatan.

ii.

NANDA, NOC,NIC
NANDA
1. Nyeri (kronik) b.d proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), , klien sulit
tidur, dan ekspresi nyeri.
Domain 12
: Kenyamanan
Kelas 1
: Kenyamanan Fisik
Defenisi
: Ketidaknyamanan sensori dan ekspresi emosional akibat
gangguan jaringan actual dan potensial dan dideskribsikan dengan dengan
sustu gangguan (IASP) ; serangan mendadak atau lambat dari berbagai
intensitas dari yang ringan hingga hebat , konstan atau berulang tanpa
antisipasi atau prediksi terakhir dan waktunya >6 bulan.
Batasan karakteristik :
Anorexia
Perubahan pola tidur
Fatigue
Gangguan interaksi social
Ekspresi verbal tentang nyeri
NOC 1
Control nyeri p. 326
Defenisi: perilaku individu dalam mengontrol nyeri.
Indicator:
Mengakui factor penyebab
Mengetahui nyeri
Menggunakan obat analgesic
Menjelaskan gejala nyeri
Melaporkan control nyeri yang telah dilakukan
NOC 2
Level nyeri p. 328
Defenisi :
Indicator :
Ekspresi nyeri
Frekuensi nyeri
Ekspresi wajah terhadap nyeri

NIC
Pain management (Manajemen nyeri) p. 412
Aktivitas:
o Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk

lokasi

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi


o Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

pasien
Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
Kurangi factor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan control nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b.d


kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi.
Domain 5
: Persepsi/ Kognitif
Kelas 4
: Kognitif
Defenisi
: Kehilangan atau defesiensi informasi kognitif b.d topic
spesifik
Batasan Karakteristik :
Prilaku yang berlebihan
Petunjuk yang diikuti tidak akurat
Pengungkapan masalah
Factor yang berhubungan :
Keterbatasan kognitif
Miss interpretasi informasi
Tidak familiar dengan sumber informasi
NOC
Pengetahuan : Proses Penyakit p.262

Defenisi : Pemahaman yang mendalam tentang proses penyakit spesifik


Indicator :

Familiarnya tentang nama penyakit


Deskripsi proses penyakit
Deskripsi factor yang berhubungan dengan penyakit
Deskripsi factor resiko
Deskripsi effek dari penyakit
Deskripsi tanda dan gejala
Deskripsi komplikasi
Deskripsi kewaspadaan untuk mencegah komplikasi

NIC
Pendidikan : Proses Penyakit
Defenisi : Membantu bantuan untuk memahami informasi yang berhubungan
dengan proses penyakit yang spesifik
Aktivitas :
o Menghargai tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
o Menjelaskan patofisiologi penyakit dan bagaiman hubungan denagn
o
o
o
o
o

anatomy dan fisiologi


Medeskripsikan tanda dan gejala penyakit
Mendeskripsikan proses penyakit
Identifikasi factor penyebab
Menyediakan informasi sesuai dengan kondisi pasien
Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut dan atau konyrol dari proses

penyakit
o Mendiskusikan pilihan terapi/pengobatan
o Mendeskripsikan komplikasi kronik yang mungkin terjadi
c. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
i.
Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit
yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Bagaimana
pandangan klien tentang penyakitnya setelah pembedahan? Apakah klien
merasa lebih baik setelah pembedahan?
2) Pola nutrisi metabolic
Untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi
pasien setelah operasi, maka klien perlu dianjurkan:
a. Makan makanan bergizi

b. Konsumsi makanan (lauk pauk) berprotein tinggi, seperti : daging, telur,


ayam, ikan.
c. Minum sedikitnya 8-10 gelas sehari
Namun pasien tidak mau makan telur atau ikan karena takut lukanya gatal
dan lama sembuh. Maka perawat perlu memberitahukan kepada klien
tentang pentingnya konsumsi protein seperti telur dan ikan untuk
penyembuhan luka pasca operasi.
3) Pola eliminasi
Control eliminasi urin klien pasca operasi, baik warna, bau,
frekuensi. Lihat apakah klien kesulitan dalam BAB maupun BAK. Perawat
juga harus memperhatikan pemakaian drain redonm. Drain redonm harus
tetap vakum dan diukur jumlah cairan yang tertampung dalam botol drain
tiap pagi, bila drain buntu, misalnya terjadi bekuan darah, bilain drain
dengan PZ 5-10 cc supaya tetap lancar. Pada mastektomi radikal atau
radikal modifikasi, drain umumnya dicabut setelah jumlah cairan dalam 24
jam tidak melebihi 20-30 cc, pada eksisi tumor mamma tidak melebihi 5
cc.
4) Pola aktivas latihan
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk
mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk
mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus
seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.
5) Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama
klien tidur dalam sehari? Biasanya pasien mengalami gangguan tidur
karena nyeri pasca operasi.
6) Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, Kaji apakah ada komplikasi pada
kognitif, sensorik, maupun motorik setelah pembedahan.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan
atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh klien. Klien
akan merasa kehilangan haknya sebagai wanita normal, ada rasa
kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik
serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
8) Pola peran hubungan
Klien merasa malu dalam berhubungan dengan orang lain karena
kondisinya saat ini, hal ini juga tampak pada reaksi Ny E yang tegang dan

menutup mata ketika balutannya dibuka saat perawat akan merawat


lukanya. Klien kawatir setelah pulang nanti dia akan dijauhi oleh orang
lain dan apakah suaminya masih menyayangi dan mau menerimanya.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Setelah operasi, akan adanya gangguan pada seksualitas pasien.
Hal ini dapat terjadi karena klien merasa rendah diri ketika berhubungan
dengan suaminya karena kondisinya saat ini.
10) Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah
klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres? Diperlukan
dukungan

keluarga

dan

orang

sekitar

termasuk

perawat

untuk

menghilangkan kecemasan dan rasa rendah diri klien terhadap keadaan


dirinya.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan
klien? Diperlukan pendekatan agama supaya klien dapat menerima
kondisinya dengan lapang dada.
DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan biofisikal :
prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psikososial , masalah
tentang ketertarikan seksual
2. Kerusakan integrasi kulit/ jaringan berhubungan dengan pengangkatan bedah
kulit/ jaringan , perubahan sirkulasi, adanya edema, drainase , perubahan pada
elastisitas kulit, sensasi, dekstrusi jaringan ( radiasi )
3. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan ,trauma jaringan ,
interupsi saraf, diseksi otot.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular ,
nyeri / ketidaknyamanan , pembentukan edema ditandai dengan :
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis ,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi/ informasi
6. Perubahan pola seksual berhubungan dengan dampak kehilangan payudara/
kehilangan gambaran dan atau proses penyakit terhadap hubungan seksual.
NANDA
1. Gangguan citra tubuh b.d kehilangan payudara P.197
Domain 6 : Persepsi/Kognitif
Kelas 3 : Citra Tubuh
Defenisi : Kebingungan tentang gambaran mental fisik pribadi

Batasan karakteristik :
Prilaku menghindar akibat kehilangan salah satu organ tubuh
Respon non verbal akibat perubahan actual tubuh
Respon non verbal terhadap penerimaan perubahan tubuh
Kehilangan organ tubuh
Tidak mau melihat bagian tubuh
Tidak mau menyentuh bagian tubuh
NOC 1
Citra Tubuh p. 123
Defenisi: Persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi pribadi tubuh
Indicator:
Gambaran internal tubuh
Keseimbangan antara realita, ideal dan penampilan tubuh
Kepuasan penmapilan tubuh
Pengaturan penampilan fisik tubuh
Pengaturan perubahan fungsi tubuh
NIC 1
Perbaikan Citra Tubuh : 145
Defenisi : Peningkatan persepsi sadar dan ketidaksadarn dan sikap ke depan
terhadap tubuhnya
Aktivitas:
o Menentukan dugaan citra tubuh pasien, sesuai dengan perkembangannya
o Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan yang terjadi akibat
penyakit dan pembedahan
o Membantu pasien memelihara perubahan tubuh
o Membantu pasien untuk membedakan penampilan fisik dari perasaan yang
beharga
o Membantu pasien untuk menentukan akibat dari persepsi yang sama
penampilan tubuh.
o Monitoring pandangan diri secara berkala
o Monitoring apakah pasien melihat perubahan pada bagian tubuh
o Montoring pernyataan tentang persepsi identitas diri sehubungan denagn
bagian tubuh dan berat badan
o Menentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi dalam isolasi social
o Membantu pasien dalam mengidentifikasi penampilan yang akan meningkat
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan biofisikal :
prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psikososial , masalah
tentang ketertarikan seksual
Domain 6
: Persepsi-Diri
Kelas 1
: Konsep Diri

Defenisi

: ketidakmampuan dalam memelihara persepsi diri yang

terintegrasi dan kompleks


Batasan Karakteristik :
Gangguan citra tubuh
Gangguan peran hubungan
Perasaaan kosong
Gender confusion
Koping yang tidak efektif
Penampilan peran yang tidak efektif
NOC
Identitas p. 237
Defenisi : kemampuan untuk membedakan pribadi awal dan akhir dan
mengkarakteristikkannya.
Indicator :

Penguatan secara verbal tentang identitas diri


Penjelasan secara verbal tentang identitas diri
Membedakan diri dengan manusia lainnya
Menampilkan peran social
Mengungkapkan secara verbal tentang system nilai
Mengungkapkan kepercayaan diri

NIC
Perbaikan Harga Diri p.492
Defenisi : membantu pasien untuk meningkatkan penilaian pribadi tentang harga
dirinya
Aktivitas :
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Monitor pernyataan pasien tentang harga dirinya


Menentukan kepercayaan diri pasien
Mendorong pasien untuk menguatkanj identitasnya
Membantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain
Menahan diri terhadap kritikan negative
Menahan diri dari godaan
Menyampaikan kepercyaan pasien dalam menghadapi situasi
Mendorong meningkatkan tanggung jawab
Mendorong pasien untuk untuk menerima tantangan baru
Monitor tingkat perbaikan diri setiap waktu

D. EDUKASI PASIEN PREOPERASI

Penyuluhan pre operasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan pendidikan


yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan
kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan klien akan bantuan
keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan,
keterampilan,dan perubahan perilaku.
Dalam memberikan penyuluhan klien pre operasi perlu dipertimbangkan masalah
waktu, jika penyuluhan diberikan terlalu lama sebelum pembedahan memungkinkan klien
lupa, demikian juga bila terlalu dekat dengan waktu pembedahan klien tidak dapat
berkonsentrasi belajar karena adanya kecemasan atau adanya efek medikasi sebelum
anastesi.
Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat meningkatkan adaptasi
klien pasca operasi di antaranya :
1. Latihan Nafas Dalam, Batuk dan Relaksasi
Salah satu tujuan dari keperawatan pre operasi adalah untuk mengajar pasien
cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
Hal ini dapat dicapai dengan memperagakan pada pasien bagaimana melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas dengan lambat pasien dalam posisi duduk untuk memberikan
ekspansi paru maksimum. Setelah melakukan latihan nafas dalam beberapa kali,
pasien di instruksikan untuk bernafas dalam-dalam, menghembuskan melalui mulut,
ambil nafas pendek, dan batukkan. Selain meningkatkan pernafasan latihan ini
membantu pasien untuk relaksasi.
Pada insisi abdomen perawat memperagakan bagaimana garis insisi dapat
dibebat sehingga tekanan diminimalkan dan nyeri terkontrol. Pasien membentuk
jalinan kedua telapak tangannya dengan kuat diletakkan diatas insisi dan bertindak
sebagai bebat yang efektif ketika batuk. Pasien di informasikan bahwa medikasi
diberikan untuk mengontrol nyeri.
Tujuan melakukan batuk adalah untuk memobilisasi sekresi sehingga mudah
dikeluarkan. Jika pasien tidak dapat batuk secara efektif, pnemonia hipostatik dan
komplikasi paru lainnya dapat terjadi.
2. Perubahan Posisi dan Gerakan Tubuh Aktif
Tujuan melakukan pergerakan tubuh secara hati-hati pada pos operasi adalah
untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah stasis vena dan untuk menunjang fungsi
pernafasan yang optimal.

Pasien ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya
dan cara untuk mengambil posisi lateral. Posisi ini digunakan pada pos operasi
( bahkan sebelum pasien sadar) dan dipertahankan setiap dua jam.
Latihan ekstrimitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut dan sendi panggul (sama
seperti mengendarai sepeda selama posisi berbaring miring). Telapak kaki diputar
seperti membuat lingkaran sebesar mungkin menggunakan ibu jari kaki (Gambar 2.4
dan2.5 ). Siku dan bahu juga dilatih ROM. Pada awalnya pasien dibantu dan
diingatkan untuk melakukan latihan , selanjutnya di anjurkan untuk melakukan secara
mandiri. Tonus otot dipertahankan sehingga mobilisasi akan lebih mudah dilakukan.
3. Kontrol dan Medikasi Nyeri
Disamping penyuluhan diatas pasien di berikan penjelasan tentang anastesi
(bagian anastesi akan menjelaskan lebih rinci), diberikan penjelasan mengenai obatobatan untuk mengontrol nyeri dan mungkin akan diberikan antibiotik profilaksis
sebelum pembedahan.Kontrol kognitif atau strategi kognitif dapat bermanfaat untuk
menghilangkan ketegangan, ansietas yang berlebihan dan relaksasi, strategi yang di
gunakan seperti Imajinasi,pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada pengalaman
yang menyenangkan atau pemandangan yang menyenangkan. Distraksi, Pasien di
anjurkan untuk memikirkan cerita yang dapat dinikmati atau berkesenian, puisi dan
lain-lain.Pikiran optimis-diri Menyatakan pikiran pikiran optimistik semua akan
berjalan lancar di anjurkan.
4. Informasi Lain
Pasien mungkin perlu diberikan penjelasan kapan keluarga atau orang terdekat
dapat menemani setelah operasi. Pasien dianjurkan berdoa.Pasien diberi penjelasan
kemungkinan akan dipasang alat post operasinya seperti ventilator, selang drainase
atau alat lain agar pasien siap menerima keadaan post operasi
E. PERSIAPAN PREOPERASI MASTEKTOMI
1. Persiapan psikologis
Persiapan psikologis bertujuan untuk membantu klien mempersiapkandiri
dalam memhadapi operasi, perawat diharapkan mengetahui informasi dokter
kepada pasien maupun keluarga, tentang macam tindakan yang akn dilakukan
manfaat dan akibat yang mungkin muncul dan terjadi serta memberikan
penjelasan tentang prosedur-prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi.
2. Psikososial
Persiapan psikososial di tujukan menghindari adanya gangguan hubungan
sosisal dan interpersonal dan peran dimasyarakat, akibat perubahan kondisi
kesehatan dimana klien seolah-olah klien tidak mampu menerima simpati

dariorang lain, meraik diri dari pergaulan dan merasa canggung dan bersoislaisasi
dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
3. Persiapan fisik yang baik,seperti :
a. perawatan ulkus pada kanker payudara
Adanya bau yang tidak sedap yang dapat mengganngu lingkungan sekitaranya,
karena itu perlu adanya perawatan yang intensif sebelum operasi, bau ini
terjadi karena adanya jaringan nekrotik yang disertai dengan infeksi sekunder,
untuk mengurangi bau tersebut dapat dilakukan nekrotomi dan pencucian luka,
bisa dengan BWC 3 %, betadine 10%, dan antiseptik lainnya, dan jangan lupa
mengerjakan kultur pus dan sensitifitas tes bakterinya.
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan atau komplikasi yang timbul kerena
intervensi anesthesii maupun trauma pembedahannya.
b. Mengontrol data-data laboratorium
Seperti pemeriksaan darah, fungsi lever, fungsi normal, faal hemostasis, gula
darah, , urine.
c. Menontrol kelengkapan data-data radiologi
Seperti fhoto thorak, USG mamma, Mammografi, bone scan.
d. Pengosongan saluran pencernaan 6-8 jam dipuasakan kemudian 3-4 jam
dilakukan lavemen,
e. Pencukuran rambut ketiak dilakukan 2 jam sebelum operasi
f. Mandi bersih dan keramas.

BAB III
PENUTUP

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase)
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe)
ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paruparu, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan
payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak
teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada
atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang
membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan
tampak seperti kulit jeruk.

DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito

Moyet.

(2003).Buku

Saku

Diagnosis

Keperawatan

edisi

10.Jakarta:EGC
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai