Anda di halaman 1dari 100

GEOLOGI DASAR

TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2015

Dosen Pembimbing :
Bani Nugroho, Ir . MT

KELOMPOK A6

Christy Marian Siwabessy (073001500027)


Christy Nanlohy (073001500028)
Daffa Reza Kaiyandra (073001500029)
Daniel Gunawan (073001500030)
Dino Haryo Kusumo (073001500031)

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah yang berjudul Geologi Dasar ini dilakukan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Geologi Dasar.
Selain itu juga makalh ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa melalui usaha membuat rangkuman Geologi Dasar . Makalah ini
disusun atas bantuan Dosen Pengajar Mata Kuliah Geologi Dasar, serta temanteman dan pada akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi
terselesaikannya makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 5 Jakarta 2016


Hormat kami,
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Pengertian Umum ...........................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Geologi .................................................................2
1.3 Hubungan Geologi dengan ilmu lain .............................................2
BAB II : TERJADINYA BUMI .......................................................................5
2.1 Macam-macam teori terjadinya bumi ............................................5
2.2 Teori Tektonik Lempeng ...............................................................11
BAB III : MINERALOGI DAN BATUAN ...................................................14
3.1 Pengertian Umum .........................................................................14
3.2 Terjadinya Mineral dan Batuan ....................................................15
3.3 Identifikasi Mineral dan Batuan ...................................................18
BAB IV : PROSES-PROSES GEOLOGI ....................................................29
4.1 Proses Endogen ............................................................................29
4.2 Proses Eksogen .............................................................................36
BAB V : GEOMORFOLOGI ........................................................................42
5.1 Pengertian Umum .........................................................................42
5.2 Macam-macam bentukan asal ......................................................45
5.3 Pola Aliran Sungai ........................................................................64
BAB VI : STRATIGRAFI ..............................................................................66
6.1 Pengertian Umum .........................................................................66
6.2 Prinsip-prinsip Dasar Stratigrafi ...................................................66
6.3 Cekungan dan Formasi .................................................................71
6.4 Unsur-Unsur Stratigrafi ................................................................75
6.5 Umur Geologi ...............................................................................77
6.6 Ketidakselarasan ...........................................................................83
BAB VII : STRUKTUR GEOLOGI .............................................................86
7.1 Pengertian Umum .........................................................................86
7.2 Macam-macam Struktur Geologi .................................................86
DAFTAR PUSTAKA
94

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN UMUM


Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang
artinya Bumi dan Logos yang artinya Ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang
mempelajari bumi. Dengan kata lain Geologi adalah, suatu bidang Ilmu
Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet
Bumi beserta isinya yang pernah ada serta, Merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi,
struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan
bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak
bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan
materi yang beraneka ragam, namun juga merupakan suatu bidang ilmu
pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari bendabenda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian
pegunungan dimuka bumi ini.
Geologi pada masa kini (Geologi Modern) dibagi menjadi 2 bagian yang
saling berhubungan erat dan bahkan dianggap sebagai ilmu yang terpisah.
Ilmu-ilmu tersebut ialah:
1. Dinamic Geology (Physical Geology), yaitu ilmu geologi yang
mempelajari
sebab-sebab atau proses-proses yang berhubungan dengan perubahan
bumi atau dinamika bumi.
2. Historycal Geology, yaitu ilmu geologi yang mempelajari perubahanperubahan pada lapisan-lapisan bumi khususnya kerak bumi dari masa
kemasa, dan hubungan antara perkembangan dunia organik dengan
lapisan kulit (kerak) bumi.

Tetapi disini ditekankan bahwa ilmu geologi yang kita pelajari memiliki objek
dari permukaan bumi ke bawah, sedangkan bumi kita ini seutuhnya memiliki
lapisan-lapisan, antara lain :
1. Lithosfer
2. Hidrosfer
3. Biosfer
4. Atmosfer

= lapisan batuan yang menyusun bumi.


= lapisan air.
= lapisan tempat hidup organisme.
= lapisan udara.

1.2 RUANG LINGKUP GEOLOGI


Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil, tidak hanya
sebagai objek , tetapi menyangkut penjelasan tentang sejarah
pembentukannya. Geologi juga mempelajari dan menjelaskan gambaran
fisik serta proses yang berlangsung dipermukaan dan dibawah permukaan
bumi, pada saat sekarang dan juga pada masa lampau.
Geologi fisik didalam hal ini merupakan dasar untuk mempelajari
kesemuannya ini, dengan dimulai mempelajari unsur utama, yaitu batuan
sebagai penyusun kerak bumi, mengenal proses pembentukannya, serta
menjelaskan kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi.
1.3 HUBUNGAN GEOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA
Aplikasi ilmu geologi dapat merupakan hal yang sangat penting
bagi beberapa bidang ilmu lainnya, karena untuk beberapa ilmu yang
berhubungan dengan bumi membutuhkan kelengkapan data dari ilmu
geologi.Pemanfaatan ini terus berkembang dan sangat dibutuhkan dengan
kemajuan ilmu dan teknologi serta kebutuhanmanusia yang semakin
bertambah. Bidang-bidang yang sangat membutuhkan aplikasi dan Ilmu
geologi adalah pada bidang:
1. Pertambangan (mining geology) untuk mengetahui proses pembentukan
endapan mineral yang bersifat ekonarris yang sangat dibutuhkan oleh
manusia
2. Perminyakan (Petroleoum geology) untuk mengetahui jebakan-jebakan
minyak dan gas bumi.
3. Hidrologi (Hydrogeology)

mempelajari

mengenai

kejadian

dim

pemanfaatan air tanah.


4. Geologi teknik (Engineering geology) mempelajari hubungan antarailmu
geologi dengan problem-problem keteknikan
2

5. Geologi lingkungan (Environment geology),geologi sangat diperlukan


untuk mengevaluasi interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Dan masih banyak aplikasi ilmu geologi lainnya.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa didalam Geologi juga berkaitan erat dengan bidang ilmu lainnya.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan
dalam mempelajari ilmu geologi. Dibawah ini beberapa kepentingan tersebut:
1. Ilmu geologi dapat membantu untukmengetahui dan memahami awal
terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratandan lautan
yang menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakterisstik dan babbling
alam yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat
berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral
dan batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi
suatu daerah. Pengetahuan geologi sangatmembantu para ahli bangunan
untukmendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air,
karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam
batuannya.
6. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau
meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alarn seperti
longsoran, aktivitas gunungapi dan sebagainya.

BAB II
TERJADINYA BUMI
2.1 MACAM-MACAM TEORI TERJADINYA BUMI
Selama berabad-abad, para ilmuan menyelidiki bagaimana proses
terjadinya bumi hingga berbentuk seperti sekarang ini. Pada akhirnya
diperoleh berbagai teori atau hipotesis yang menjelaskan tentang hal
tersebut :
1. Hipotesis Kabut atau Teori Kondensasi (Pengentalan)
Teori ini dikemukakan oleh ahli fisiologi Jerman, Immanuel Kant pada
tahun 1755.Kemudian hipotesis ini dikembangkan oleh ahli matematika
Prancis, Pierre de Laplace pada tahun 1796.Menurut hipotesis ini,
matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin
di dalam jagat raya. Oleh karena perputaran itu, sebagian dari massa
kabut tersebut terlepas membentuk gelang-gelang disekeliling bagian
4

inti kabut. Pada akhirnya, gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan


yang kemudian membeku (mengeras) menjadi planet-planet, termasuk
bumi.

Gambar 2.1.1
Hipotesis Kabut
Sumber:zainalrendra.blogspot.com

2. Teori Planetsimal
Pada awal abad ke-20, dua orang Amerika, T.C. Chamberlain
seorang ahli geologi dan F.R. Moulton seorang ahli astronomi
mengemukakan Teori Planetsimal.Menurut teori ini, di dalam kabut
terdapat material padat yang berhamburan, disebut planetsimal.
Masing-masing benda padat ini memiliki gaya tarik. Akibatnya, terjadi
saling tarik menarik diantara sesamanya.Akhirnya, lambat laun
terbentuklah gumpalan besar yang disebut planet.

Gambar 2..1.2
Teori Planetsimal
Sumber: www.nature.com

3. Teori Pasang Surut Gas(Tidal)

Gambar 2.1.3
Teori Pasang Surut Gas
http://binsustwilight.blogspot.com/2010/09/blog-post.html
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918,
yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek,
sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi,
jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat,
maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang
besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar
itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.

Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari


tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.
4. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912.
Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar
disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus
mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang
sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju
ekuator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika
bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan
dan fosil di kedua daerah tersebut.
5. Teori Bigbang
Teori ini adalah teori yang paling terkenal. Berdasarkan teori Big Bang,
proses terbentuknya bumi dimulai sejak puluhan milyar tahun yang lalu. Pertama
terdapat kumpulan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.Putaran tersebut
memungkinkan bagian-bagian yang kecil dan ringan terlempar keluar dan bagian
yang berat dan besar berkumpul dipusat membentuk cakram raksasa.Suatu saat,
gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan hebat di luar angkasa yang kemudian
membentuk galaksi dan nebula-nebula, salah satunya Galaksi Bima Sakti.Bagianbagian yang kecil, yang terlempar dari putaran kabut mengkondensasi membentuk
planet-planet seperti bumi dan planet lainnya di tata surya.Hingga sekarang, teori
inilah yang diyakini sebagai teori yang paling masuk akal dan belum ada yang
mampu mematahkannya.

Gambar 2.1.5
Teori BigBang
Sumber: ssscott.tripod.com

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses


perkembangan sampai sekarang ini. Ada 3 tahap proses pembentukkan
bumi:
a.

Awalnya bumi masih merupakan planet homogen yang

b.

belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.


Pembentukan perlapisan bumi pertama kali diawali dengan
terjadinya diferensiasi. (materi yang masa jenisnya lebih

c.

berat tenggelam dan yang ringan mengapung)


Bumi terdiri dari 5 lapisan yaitu inti dalam, inti luar, mantel
dalam, mantel luar, dan kerak bumi. Perubahan bumi
disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.
9

6. Teori Buffon
Berasal dari ahli ilmu alam Perancis bernama George Louis
Leelere Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala
tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan
sebagian massa matahari terpental keluar. Massa yang terpental ini
menjadi planet.

Gambar 2.1.7
Teori Buffon
Sumber: asbida48.blogspot.com

2.2 TEORI TEKTONIK LEMPENG

10

Gambar 2.1.4
Teori Lempeng Tektonik

Sumber: https://www.google.com/search?q=teori+tektonik+lempeng
Pergerakan benua dan dasar laut menurut para ahli disebabkan adanya
lempeng dalam kerak bumi. Lempeng-lempeng ini terapung-apung di atas
mantel bumi. Arus konveksi yang kuat di dalam astenosfer menggerakkan
lempeng-lempeng ini di permukaan bumi. Teori inilah yang dinamakan
teori lempeng tektonik
Secara garis besar lempeng di dunia dibagi menjadi dua, yaotu lempeng
samudera ynag merupakan dasar laut, dan lempeng benua yang merupakan
daratan. Lempeng samudera memiliki berat jenis yang lebih berat
dibandingkan lempeng benua. Lempeng samudera sering kita disebut
dengan lapisan sima dan lempeng benua disebut lapisan sial.
Lempengan yang menyusun bumi terdiri atas lempeng tektonik yang besar
dan kecil. Lempeng tektonik yang besar, antara lain:
1. Lempeng Fasifik, meliputi wilayah lautan Fasifik
2. Lempeng Amerika Utara, meliputi wilayah Amerika Utara
3. Lempeng Amerika Selatan, meliputi wilayah Amerika Selatan
4. Lempeng Afrika, meliputi wilayah Afrika, lautan Atlantik bagian
5.
6.

timur, dan lautan Hindia bagian barat


Lempeng Eurasia, meliputi Eropa, Asia termasuk Indonesia
Lempeng Hindia Australia, meliputi wilayah Lautan Hindia,

subkontinen India, dan Australia bagian barat.


7. Lempeng Antartika, meliputi benua dan lautan Antartika

11

Selain lempeng tektonik yang besar, bumi juga tersusun atas lempenglempeng taktonik yang berukuran kecil, antara lain:
1. Lempeng Nazca
2. Lempeng Cocos
3. Lempeng Filipina
4. Lempeng Karibia
5. Lempeng Arab
6. Lempeng Juan de fuca
7. Lempeng Rivera
8. Lempeng Gorda
9. Lempeng Scotia
Pergerakan lempeng tektonik ini menyebabkan bentukan-bentukan alam,
sehingga membentuk batas yang memiliki tiga sifat yaitu: divergen atau menjauh,
konvergen atau saling bertumbukan, dan lateral displacement atau sesar mendatar.

a. Batas Divergen
Batas divergen terjadi ketika lempeng-lempeng bergerak saling menjauh
(proses saling menjauhnya dasar samudera). Magma mengalir keluara dari
astenosfer dan terbentuklah lapisan batuan (litosfer) baru. Pada kasus ini, tekanan
yang berasal dari dalam bumi sangat besar sedangkan kerak bumi sangat tipis
sehingga menyebabkan terjadinya batas divergen. Daerah yang banyak memiliki
batas divergen adalah Afrika bagian timur dan Laut Merah.
b. Batas Konvergen
Batas konvergen terjadi ketika sebuah lempeng terbentuk dan saling
menjauh satu sama lain di suatu area, maka ditempat lain akan terjadi
komvergensi dan tumbukan antar lempeng. Besarnya kekuatan tumpukan
tergantung lapisan batuan lempeng. Masa lempeng benua lebih ringan di
bandingkan masa lempeng samudra. Lempeng dengan masa lebih ringan akan
mendorong lempeng dengan masa lebih berat kebawah. Proses inilah yang disebut
dengan subdaksi dan daerah yang terbentuk subdaksi disebut dengan zona
subdaksi.

12

Zona subdaksi dan batas konvergen ini dapat terjadi jika ada pertemuan
dan tumpukan antara lempeng samudra denagn lempeng benua, lempeng samudra
dengan lempeng samudra dan lempeng benua dengan lempeng benua.
c. Lateral displacement atau sesar mendatar/transform/saling bergesekan.
Lateral displacement terjadi ketika dua lempeng bergerak pada garis yang
sama, tidak saling menjauh dan bertumpukan, misal satu bergerak ke utara dan
satu ke selatan tanpa ada rekahan atau dikenal dengan pergeseran. Kejadian ini
tidak menyebabkan penghilangan atau pemunculan kerak bumi, tetapi sepanjang
daerah itu akan terbentuk sesar. Gerakan lempeng tektonik menyebabkan gempa
bumi dan terbentuknya gunung.
Ada tiga tipe batas-batas lempeng yang masing-masing dibedakan dari jenis
pergerakanya, yaitu:
1. Divergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling menjauh yang menyebabkan
naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudera yang luas.
2. Konvergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang
menyebabkan salah satuv dari lempeng tersebut masuk kedalam mantel bumi
dan berada dibawah lempeng lainnya
3. Patahan transfrom yaitu lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tampa
menyebabkan penghancuran pada litosfer

BAB III
Mineralogi dan Batuan

13

3.1 PENGERTIAN UMUM


1. Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Kristal
secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang
memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi khusus yang
mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat
tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar
yang padat dari bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari
batuan, dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu , dan sphere
yang berarti selaput.
Ilmu yang mempelajari mineral disebut Mineralogi , yang merupakan
ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk
optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan
mineral.
2. Batuan
Jenis batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Malihan atau Metamorfis. Penelitian
yang dilakukan oleh para ahli menyimpulkan bahwa batuan beku merupakan
nenek moyang dari batuan lainnya melalui gambaran tentang permukaan luar
bumi yang terdiri dari batuan beku yang seiring dengan berjalannya waktu

14

terbentuklah kelompok-kelompok batuan lainnya. Proses perubahan kelompok


batuan menjadi kelompok batuan lain dinamakan daur batuan.
James Hutton menjelaskan bahwa dalam daur batuan tersebut terjadi oleh
pendinginan dan pembekuan magma yang berupaka lelehan silikat yang dapat
terjadi di bawah atau di atas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi. Saat
batuan beku tersingkap di permukaan, maka akan bereaksi dengan atmosfir dan
hidrosfir sehingga terjadi proses pelapukan.
Batuan akan mengalami proses penghancuran dan kemudian akan
terpindahkan atau tergerak oleh berbagai macam proses alam seperti aliran alir,
hembusan angin, gelombang pantai, maupun gletser. Media pengangkut tersebut
dikenal sebagai alat pengikis, yang dapat membawa fragmen atau bahan yang
larut ke tempat-tempat tertentu berupa sedimen dan berupaya untuk meratakan
permukaan bumi. Kemudian terjadi perubahan dari batuan lepas menjadi batuan
yang keras melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam
larutan menjadi batuan sedimen. Batuan-batuan tersebut akan menyesuaikan
dengan lingkungan yang baru sehingga terbentuklah batuan malihan atau
metamorfis.

3.2 TERJADINYA MINERAL DAN BATUAN


1. Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Beberapa
jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai
perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.

15

Adapun proses pembentukan mineral antara lain sebagai berikut:


a.

Proses Magmatik
Proses ini merupakan proses pembentukan mineral dengan cara
pemisahan magma, yang diakibatkan oleh pendinginan dan penurunan
temperature dan membentuk satu atau lebih jenis batuan beku. Contoh: Platina,
Timah, Intan, Tembaga.

b.

Proses Pengendapan dan Pelapukan


Proses ini terjadi akibat perubahan sifat fisik dan kimia pada batuan
penyusun kerak bumi yang di akibatkan oleh proses atmosfer dan hidrosfer.
Contoh: Kaolin.

c.

Proses Hidrotermal
Merupakan proses pengendapan larutan sisa magma yang keluar melalui
rekahan pada temperatur yang cukup rendah. Contoh: Kuarsa, Klorit, Kalkosit.

d.

Proses Pegmatit
Proses ini merupakan kelanjutan dari proses magmatik dimana larutan
sisa magma akan mengalami pendinginan atau penurunan temperatur. Contoh:
Grapit, Kuarsa, Pirit.

16

e.

Proses Karbonatit
Merupakan proses pembentukan batuan sedimen terutama yang disusun
oleh mineral-mineral karbonat. Contoh: Dolomit.

f.

Skarn
Merupakan proses pembentukan mineral pada batuan samping dengan
terjadinya kontak antara batuan sumber dan batuan karbonat.

g.

Sublimasi
Merupakan proses pembentukan mineral dan batuan yang terjadi akibat
proses pemadatan dari uap/gas yang berasal dari magma. Contoh: Sulfur.
2. Batuan
Awal mula batuan
1. Semua batuan pada mulanya dari magma
2. Magma adalah benda cair, panas, pijar yang bersuhu diatas 1000C
3. Lava adalah magma yang sudah muncul ke permukaan
4. Lahar adalah lava yang bercampur dengan gas, meterial piroklastik, air,
tanah tumbuhan

17

Gambar 3.1 Siklus Batuan


Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung
berapi.Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah
mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian
menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya
dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan
hewan.Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan
ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut
batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat
berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau
batuan metamorf.

Jenis jenis Batuan


1. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") yaitu batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Pembekuan magma
menjadi batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya,

18

ditengah perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Lebih
dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk
di bawah permukaan kerak bumi.
Batuan beku yang membeku sebelum magma keluar dan terjadi pada saat lapisan
dalam disebut batuan plutonik, jika membeku ditengah perjalanan disebut batuan
korok atau porforik. Adapun jika magma telah keluar dan membeku di permukaan
bumi, disebut batuan beku luar atau efusi/vulkanik.
Berdasarkan teksturnya batuan beku dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Batuan beku plutonik
2. Batuan beku vulkanik
Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun
batuannya.Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma
yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma
yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil.

Gambar 3.2 Contoh Batuan Beku

19

2. Batuan Endapan atau Batuan Sedimen


Batuan Sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh proses geomorfologi
dan dipengaruhi oleh lamanya waktu. Batuan sedimen secara umum dibedakan
menjadi 2 jenis :

Klasifikasi sediment klastik dibedakan berdasarkan atas ukuran butirnya, yaitu


sebagai berikut :

Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar mulai dari gravel (krikil) halus
hingga bongkah (boulder) dengan ukuran diameternya 2-256mm

Arenit (samit) termasuk berbutir sedang, dengan ukuran diameternya 0,062mm, mulai dari pasir halus hingga pasir kasar.

Lutit (pelit) termasuk berbutir halus, ukuran diameternya 0,04-0,06mm,


mulai dari lempung higga debu kasar.

Contoh sediment klastik adalah breksi, konglomerat, batu pasir, lempung,


serpih dan kaolin.

a. Sedimen klastik yang terbentuk oleh proses mekanik


Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari materialmaterial yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment
klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah.Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa
juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contoh
sediment klastik adalah breksi, konglomerat, batu pasir, lempung, serpih dan
kaolin
b. Sedimen non-klastik yang terbentuk karena proses kimiawi
20

Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari
migrasi.Contohnya anhidrit dan batu.Batuan sedimen ini biasanya mengandung
mineral seperti kalsit, dolomit, kuarsa sekunder, gypsum dan chert.
Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain
(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan
(precipitation) dari larutan.
Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki
ciri yang mudah dikenal, yaitu sebagai berikut :

Batuan endapan biasanya berlapis-lapis

Mengandung sisa-sisa jasad atau bekasnya, seperti terdapatnya cangkang


binatang koral dan serat-serat kayu.

Adanya keseragaman yang nyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang


menyusunnya.

Gambar 3.3 Batuan Sedimen Non-Klastik


Penamaan batuan sedimen berdasarkan butir
1. Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun
batuan tersebut Penamaan tersebut adalah :

21

2. Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butitan yang bersudut.
3. Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari
2 mm dengan bentuk butiran yang membudar.
4. Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm
sampai 1/16 mm
5. Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm
sampai 1/256 mm
6. Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari
1/256

3. Batuan metamorfosis atau Batuan metamorf (methamorphic rock)

Gambar 3.4 Batuan Metamorf


yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur
dan komposisi mineral sebagai akibat perubahan kondisi fisik disebabkan oleh
tekanan dan temperatur.batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya
sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.
Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan
batu lempung. Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan
meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses
pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. Beberapa contoh
batuan metamorf adalah Gneis, batu sabak, batu garnet, dan pualam.

22

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi.Mereka terbentuk


jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta
tekanan dan suhu tinggi.Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut
magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma
dan batuan yang bersuhu tinggi.

Ciri-ciri batuan ini :

Adanya perlapisan,

Silang siur atau struktur gelembur gelombang klastik.

3.3 Identifikasi Mineral dan Batuan


1. Mineral
Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu
mineral tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas
memberi nama mineral tersebut.
Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki
komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal yan beraturan.
Di alam ini terdapat lebih dari 2000 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi,
hanya beberapa mineral saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk batuan.
Mineral-mineral tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisisnya secara
khusus, antara lain :
1. Kilat (luster)
2. Warna (colour)
3. Kekerasan (hardness)
4. Cerat (streak)
5. Belahan (cleavage)
6. Pecahan (fracture)
7. Bentuk (form)
8. Berat jenis (specific gravity)
23

9. Sifat dalam
10. Kemagnetan
11. Kelistrikan
12. Daya lebur
Pada praktikum ini hanya diwajibkan untuk mengidentifikasi mineral hanya yang
nampak oleh mata dan dibantu kaca pembesar saja. Sedangkan untuk sifat-sifat
dari nomor 8 12 diperlukan kajian lebih lanjut secara khusus.
1. Kilat
Kilat sering juga disebut kilapan merupakan kenampakan suatu mineral
yang ditunjukkan dari pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilat secara garis
besar biasanya dibagi menjadi 2 jenis :
a. Kilat Logam (metallic luster) : bila mineral tersebut memiliki kilat seperti
logam.
b. Kilat Non-Logam (non-metallic luster), dibagi atas :

Kilat intan (adamantin luster) ; cemerlang seperti intan.

Kilat kaca (vitreous luster); contohnya kuarsa dan kalsit.

Kliat sutera (silky luster); umumnya terdapat pada mineral yang


memiliki serat, seperti asbes dan gips.

Kilat damar/resin (resinous luster); kilat seperti getah damar/resin,


misalnya mineral sphalerit

Kilat mutiara (pearly luster); kilat seperti lemak atau sabun,


misalnya serpentin, opal dan nepelin.

Kilat tanah, kilat seperti tanah lempung, misal kaolin, bauxit, dan
limonit.

2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral

24

dapat memiliki lebih dari satu warna. Misalnya, kwarsa dapat berwarna putih
susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna (bening).
Beberapa contoh warna mineral :
- kwarsa

: berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.

- mika

: apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna


hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan
seperti lembaran-lembaran.

- feldspar

: apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas


(bidang belah tegak lurus/ 90), bila berwarna putih abuabu diberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).

- karbonat

: biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama
mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.

- olivin

: hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning


kehijauan seperti gula pasir.

- piroksen

: hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.

- amfibol

: hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang

- oksida besi : kuning- coklat kemerahan


- lempung

: bila berwarna putih berkilap tanah disebut kaolin yang


merupakan hasil pelapukan feldspar, dan bila berwarna kelabu
disebut illit yang merupakan hasil pelapukan muskovit.

- azurit

: bila berwarna biru

- jasper

: bila berwarna merah

3. Kekerasan
Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Kekerasan nisbi suatu mineral dapat ditetapkan dengan membandingkan suatu
mineral dengan mineral tertentu. Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah
skala yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jerman atau yang lebih dikenal dengan
skala Mohs. Skala Mohs dimulai dari skala 1 sampai 10, dengan skala 1 mulai
dari mineral terlunak dan skala 10 adalah mineral terkeras. Skala yang lebih kecil
akan memiliki bekas goresan apabila dikenakan pada yang skala lebih besar.
Skala Mohs

25

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas, maka dapat diberikan skala
kekerasan untuk - Kuku jari : 2,5
- Uang logam tembaga

:3

- Pisau/paku baja

: 5,5

- Pecahan kaca jendela

: 5,5 6

Gambar 3.5 Skala Mohs


4. Cerat
Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar suatu keping
porselen atau dapat dilakukan dengan membubuk mineral kemudian dilihat warna
bubuk tersebut. Cerat dapat berupa warna asli mineral, dapat pula berbeda.
5. Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral tertentu untuk membelah diri
pada satu atau lebih pada arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik
mineral yang disebabkan oleh tekanan dari luar atau pemukulan dengan palu.
Yang dimaksud belah adalah bila mineral kita pukul tidak akan hancur, tetapi
terbelah melalui bidang belahan yang licin.
Sehingga dapat digunakan juga istilah ada bidang belah atau tanpa bidang belah.
Contohnya : kalsit memiliki tiga arah belahan, tetapi kwarsa tidak memiliki
belahan.

26

6. Pecahan
Bila dalam belahan mineral akan pecah dalam arah yang teratur,
sedangkan pada pecahan mineral akan pecah secara tidak teratur. Perbedaannya
bidang belah pada belah akan nampak memantulkan sinar seperti pada cermin
datar, sedangkan pada pecahan akan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidak teratur. Beberapa jenis pecahan mineral adalah sebagai berikut :

Concoidal

bila

memperlihatkan

gelombang

yang

melengkung, seperti pada pecahan botol.

Fibrous

: bila menunjukkan gejala pecahan seperti serat,


contohnya asbes.

Even

: bila pecahan tersebut menunjukkan bidang


pecahan yang halus, contohnya mineral lempung.

Uneven

: bila pecahan tersebut menunjukkan bidang


pecahan yang kasar, contohnya mineral magnetit
atau miberal besi.

Hackly

: bila pecahan tersebut menunjukkan bidang


pecahan yang kasar tidak teratur dan runcing,
contohnya mineral perak atau emas.

7. Bentuk
Mineral ada yang memiliki bentuk struktur kristal, ada pula yang tidak
memiliki bentuk atau struktur kristal. Mineral yang memiliki bentuk kristal
disebut mineral kristalin, sedangkan yang tidak memiliki bentuk kristal disebut
amorf.
Cara Identifikasi
a. Tekstur.
Tekstur dapat dikenali dilapangan dengan melihat mineral-mineral yang
menyusun batuan. Untuk maksud praktikum ini. Mahsiswa diharuskan
membedakan tiga macam tekstur, yaitu halus (afanitis), kasar (faneris), dan
klastik. Batuan bertekstur afanitis apabila kristal-kristal mineral penyusun batuan

27

tidak dapat dikenali dengan mata telanjang. Batuan bertekstur faneris apabila
kristal-kristal mineral penyusun batuan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Batuan bertekstur klastik apabila batuan tersusun oleh fragmen batuan atau
mineral yang tidak saling bersinggungan (interlocking).

b. Struktur
Banyak sekali macam struktur batuan, namun langkah awal yang harus
dikenali untuk identifikasi batuan adalah ada tidaknya struktur direksional.
c. Komposisi Mineral
Menentukan komposisi mineral adalah pekerjaan tersulit, karena
kemampuan untuk mengenali jenis mineral penyusun batuan diperlukan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk keperluan identifikasi lapangan sifat fisik
mineral sangat membantu pengenalan mineral.
Identifikasi fisik yaitu
1) Warna
2) Kekerasan
3) Belahan
4) Pecahan
5) Kilat
6) Cerat

28

BAB IV
PROSES-PROSES GEOLOGI
4.1 TENAGA ENDOGEN
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya
membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah
dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah
menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun
menjadikan adanya lembah atau jurang.
Endogen dan Eksogen dalam Pembentukan Muka Bumi
Bentuk-bentuk permukaan bumi terbentuk lewat proses pembentukan dan
perombakan permukaan bumi yang berlangsung cukup lama. Perubahan
permukaan bumi terjadi oleh tenaga geologi yang terdiri dari tenaga endogen dan
tenaga eksogen.

29

Tengaga Endogen juga bisa disebut juga tenaga tektonik. Tenaga


Endogen adalah tenaga yang berasala dari dalam bumi. Tenaga Endogen terdiri
dari proses diatropisme dan proses vulkanisme. Tenaga Endogen sering menekan
di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer).
1. Proses Diastropisme
Proses Diastropisme adalah proses strutual yang mengakibatkan terjadinya lipatan
dan patahan tanpa dipengaruhi magma tapi tenaga dari dalam bumi.
2. Proses lipatan

30

Jika tenaga endogen yang menekan litosfer arahnya mendatar dan bertumpukan
yang mengakibatkan permukaan bum melipat menybabkan terbentuknya puncak
dan lembah.Bentuk permukaan bumi dari hasil proses ini ada dua, yaitu :
puncak lipatan (antiklin)
lembah lipatan (sinklin)
3. Proses Patahan

31

Proses datropisme juga dapat menyababkan truktur lapisan-lapian batuan


retak-retak dan patah. Lapiasan batuan yang mengalami proses patahan ada yang
mengalami pemerosotan yang membentuk lemdh patahan dan ada yang terangkat
membentuk puck patahan. Lembah patahan disebut slenk atau graben sedangkan
puncak patahan dinamakan horst.

4. Vulkanisme

32

33

Tenaga tektonik dapat mengakibatkan gejala vulaknisme. Gejala


vulkanisme berhubungan dengan aktivtas keluarnya magma di gunungapi. Proses
keluarnya magma ke permukaan bumi disebut erupsi gunungapi. Proses
vulkanisme terjadi karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan
antarlampang. Beberapa gunugapi ditemukan berada di tengah lempeng yang
disebsbkan oleh tersumbatnya panas di kerak bumi gejala ini disebut titik panas
(hotspot).Para ilmuan menduga aliaran magma mendesak keluar membakar kerak
bumi dan melutus di permukaan.
Istilah-Istilah vulkanisme :
1. Vulkanologi : ilmu kebumian yang memplajari gunungapi
2. Magma : bahan silikat cair pijar yang terdiri atas bahan padat,cair,dan gas yang
terdapat di lapisan litosfer bumi. Suhu normal magma bersikar 900 C-1200 C.
3. Erupsi : proses keluarnya magma dari lapisan litosfer sampai ke permukan
bumi. Erupsi sebuah gunungapi dapdt berupa lelehan (efusif) melalui retakan pada
lapisan-lapisan batu. Dan ledakan sumburan (ekaplosif) melalui kepundan atau
corong gunung api.
4. Intrusi magma : proses penerobosan magma melalui retakan-retakan lapisan
batuan, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Apabila intrusi magma membeku
maka akan terbentuk batuan intrusiva.
34

5. Lava : magama yang keluar sampai ke permukaan bumi.


6. Lahar : lava yang telah bercampur dengan bahan-bahan di permukaan bumu.
7. Eflata / bahan piroklastik : bahan-bahan yang lepas dari gunungapi ketika
terjadi letusan eksplosif.
8. Kawah : lubang pada tubuh gunungapi sebagai tempat keluarnya magma.
Kawah yang cukup besar disebut kaldera. Bila kaldera terisi air yang cukup
banyak mak akan terbentuk danau kawah atau danau vulkanik. Kawah dan kaldera
yang di Indonesia, antara lain Kawah Takubanperahu (Jawa Barat), Kawah
Gunung Tengger (Jawa Tengah), dan Kaldera Gunung Batur (Bali).
Bentuk-Bentuk Gunungapi

Berdasarkan bentuk letusanya, gunung api dapat dibedakan menjadi tiga


bentuk yang berbeda yaitu :
1. Gunungapi Prisai : Gunungapi perisai berbentuk seperti perisai (shields)
terbentuk oleh letusan yang sangat cair (efusief), yaitu berupa lelehan lava yang
sangat luas dan landai. Ciri gunungapi perisai adalah lerengnya sangat landai
bahkan hampir datar, Contohnya, Gunung Mauna Loa dan Gunung Mauna Kea di
Hawai.
2. Gunungapi Maar :Gunungapi maar terbentuk dari letusan berupa ledakan
(eksplosif) yang dahsyat yang terjadi sekali, dengan mengeluarkan bahan-bahan
berupa eflata. Gunung maar biasanya punya dapur magma yang dangkal dan

35

magma yang terdiri dari bahan-bahan padat dan gas yang padat. Contoh gunung
maar adalah : Gunung Lamongan (Jawa Timur), Gunung Pinakate (Meksiko),
Gunung Monte Muovo (Italia),

gambar gunung berapi maar


3. Gunung api Starto : Gunung api starto terbentuk akibat letusan yang berulangulang dan berseling-seling antara bahan padat dan lelahan lava. Sebagian besar
gunung di Indonesia adalah gunung starto seperti :Gunung Semeru, Gunung
Merapi, Gunung Agung, Gunung Kerinci,
Gejala Vulkanisme
Gejala Vulakanik ada dua yaitu :

Pravulkanik

Pravulkanik adalah tanda-tanda atau gejala di suatu daerah akan terjadi letusan
gunungapi. Tanda-tanda akan terjadinya letusan gunungapi adalah :
1. Kenaikan suhu udara di sekitar gunungapi drastis (dari suhu rendah tiba-tiba
naik jadi panas)
2. Banyak tumbuhan kering dan hewan turun dari gunung.
3. Meningkatnya bau belerang yang menyengat

Pascavulkanik (postvulcanic)

36

1. Pascavulkanik adalah gejala dimana gunungapi menampakan aktifitas atau


sedang dalam fase istirahat. Gejalanya antara lain :
2. Ditemukannya mata air panas, yang bisa dijadikan obat kulit, seperti mata air di
Banten (Jawa Tangah) dan di Ciatar (Jawa Barat)
3. Ditmuaknya gas gunungapi berupa :
4. Uap air (fumarola)
5. Gas belerang (sulfatar)
6. Gas karbondioksida (mofet)
7. adanya semburan air panas (geyser) yang keluar darirekahan batuan seperti di
Cisolok Sukabumi (Jawa Barat)
4.2 TENAGA EKSOGEN
Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum
tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari
tenaga endogen. Bukit atau tebing yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis
oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.
Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:
Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin.
Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut,
gletser, dan sebagainya.
Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
Di permukaan laut, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan
oleh tenaga eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan,
serta sedimentasi. Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas
tektonisme atau vulkanisme. Mula-mula bukit dihancurkannya melalui tenaga
pelapukan, kemudian puing-puing yang telah hancur diangkut oleh tenaga air,
angin, gletser atau dengan hanya grafitasi bumi. Hasil pengangkutan itu kemudian
diendapkan, ditimbun di bagian lain yang akhirnya membentuk timbunan atau
hamparan bantuan hancur dari yang kasar sampai yang halus.
Contoh lain dari tenaga eksogen adalah pengikisan pantai. Setiap saat air laut
menerjang pantai yang akibatnya tanah dan batuannya terkikis dan terbawa oleh

37

air. Tanah dan batuan yang dibawa air tersebut kemudian diendapkan dan
menyebabkan pantai menjadi dangkal. Di daerah pegunungan bisa juga ditemukan
sebuah bukit batu yang kian hari semakin kecil akibat tiupan angin1. Pelapukan.
Pelpukan merupakan tenaga perombak (pengkikisan) oleh media penghancur.
Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan
melalui media penghancuran, berupa:

Sinar matahari

Air

Gletser

Reaksi kimiawi

Kegiatan makhluk hidup (organisme)

Peroses pelapukan terbagi jadi tiga, yaitu :


o Pelapukan Mekanik
Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran
bongkahan batu jadi bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur
kimianya. Proses ini disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba,
dan pembekuan air pada celha batu
o Pelapukan Kimiawi
Pelapukan adalah penghcuran dan pengkikisan batuan dengan mengubah susunan
kimiaai batu yang terlapukkan. Jenis pelapukan kimiawi terdiridari dua macam,
yaitu proses oksidasi dan proses hidrolisis.
o Pelapukan Organik
Pelapukan organik dihasilkan oleh aktifitas makhluk hidup, seperti pelapukan oleh
akar tanaman (lumut dan paku-pakuan) dan aktivitas haewn (cacing tanah dan
serangga).
2. Erosi

38

gambar erosi oleh angin

erosi oleh air

39

erosi oleh air

40

gua dalam tanah akibat erosi


Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang
membedakan erosi dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media
yang bergerak, seperti air sungai, angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi
dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya yaitu :Erosi air, Erosi angin (deflasi),
Erosi gelombang laut (abarasi / erosi marin ), Erosi gletser (glasial)
Tahapan dalam Erosi Air

41

Proses pengkikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang
berbeda sesuai dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebbagai
berikut.
1. Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke
bumi.
2. Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga
kesuburannya berkurang. Pengkikisan lembar ditandai oleh : 1. coklat,warna air
yang terkikis menjadi lebih pucat, kesuburan tanah berkurang
3. Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya
alur-alur pada tanah sebsgai tempat mengalirnya air
4. Erosi parit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengkikisan
aliran air. Bila erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan
pada tingkat ini tanah sudah rusak.
Bentuk Permukaan Bumi Akibat Erosi
Pengkikisan oleh air dapat mengakibatkan :
1. tebing sungai semakin dalam
2. lembah semakin curam
3. pembentukan gua
4. memperbesar badan sungai
Erosi angin biasanya terjadi di gurun. Bentuk permukaan bumi yang terbentuk
antara lain :
1. Batu jamur
2. Ngarai
Abrasi biasanya terjadi di pantai, membentuk :
1. Dinding pantai yang curam
2. relung ( lekukan pada dinding tebing)
3. gua pantai
4. batu layar

42

BAB V
GEOMORFOLOGI
5.1 PENGERTIAN UMUM
Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk
memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami
sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan pada masa
depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan
modeling. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, archaeology, dan
teknik kebumian.
Untuk mempelajari geomorfologi diperlukan dasar pengetahuan yang baik
dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika dan kimia
yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan muka bumi. Secara
garis besar proses pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam
bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan
oleh gaya dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena
pengaruh luar atau gaya eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran
muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian
seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala waktu sangat
lama.
1. Hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini
berlangsung juga pada masa lampau, dengan kata lain gaya-gaya dan
proses-proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati
saat ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi.
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang paling dominan
dalam evolusi bentangalam dan struktur geologi akan dicerminkan oleh
bentuk bentangalamnya.
3. Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh
jadi karena derajat pembentukannya juga berbeda.

43

4. Proses-proses geomorfologi akan meninggalkan bekas-bekas yang nyata


pada bentangalam dan setiap proses geomorfologi akan membentuk bentuk
bentangalam dengan karakteristik tertentu (meninggalkan jejak yang
spesifik yang dapat dibedakan dengan proses lainnya secara jelas).
5. Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda beda di permukaan bumi,
maka akan dihasilkan suatu urutan bentuk bentangalam dengan
karakteristik tertentu disetiap tahap perkembangannya.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dijumpai dibandingkan
dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka
bumi pada umumnya sangat kompleks/rumit, jarang sekali yang prosesnya
sederhana).
7. Bentuk bentuk bentangalam yang ada di permukaan bumi yang berumur
lebih tua dari Tersier jarang sekali dijumpai dan kebanyakan daripadanya
berumur Kuarter.
8. Penafsiran secara tepat terhadap bentangalam saat ini tidak mungkin
dilakukan tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologi yang
terjadi selama zaman Kuarter (Pengenalan bentangalam saat sekarang
harus memperhatikan proses yang berlangsung sejak zaman Pleistosen)
9. Adanya perbedaan iklim di muka bumi perlu menjadi pengetahuan kita
untuk memahami proses-proses geomorfologi yang berbeda beda yang
terjadi dimuka bumi (dalam mempelajari bentangalam secara global/skala
dunia, pengetahuan tentang iklim global sangat diperlukan)
10. Walaupun fokus pelajaran geomorfologi pada bentangalam masa kini,
namun

untuk

mempelajari

diperlukan

pengetahuan

sejarah

perkembangannya.
Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari
geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila
pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja, maka informasi yang
diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebatas kemampuan
mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadap

44

bentanglahan yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan


beberapa hal:
a. Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga
diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum
banyak membantu dalam mengamati bentanglahan, karena walaupun kita
berada pada ketinggian tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan
lebat sehingga pandangan terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat
pengamatan bentang alam merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda
satupun yang menghalangi. Itupun hanya terbatas kepada kemampuan
mata memandang.
b. Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan
menggunakan citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto,
cara ini dapat melakukan pengamatan yang luas dan cepat.

Gambar 1. Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat


struktur geologi pada batuan dasarnya.

45

Gambar 2. Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan


bumi (landform). Dari (A s/d D) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai
dengan tua.
5.2 BENTUK-BENTUK BENTANG ALAM
Geomorfologi secara luas dapat diartikan sebagai uraian tentang bentukbentuk bentang alam beserta berbagai macam prosesnya. Bentuk bentang alam
yang tampak sekarang ini merupakan infestasi dari kerja kekuatan alam itu
sendiri, yaitu kekuatan endogen, gaya yang berasal dari dalam bumi bersifat
membangun dan eksogen, gaya yang berasal dari luar permukaan bumi yang
bersifat merusak, dimana kedua kekuatan tersebut bekerjasam untuk membentuk
bentang alam.
Bentuk Bentang Alam
Bentang alam dapat pula disebut landscape termasuk bentang alam
gunung, lembah, sungai, ngarai, dataran tinggi, dataran rendah, cekungan, cliff
dan lain sebagainya. Ganesa asal mula bentuk tersebut di atas dibahas dalam
geomorfologi, antara lain:

1. Denudasi

46

Denudasi adalah proses pengelupasan batuan induk yang telah


mengalami proses pelapukan, akibat pengaruh air sungai, panas matahari,
angin, hujan, embun beku, dan es yang bergerak ke laut. Denudasi dapat
meliputi pengikisan partikel padat dan material yang sudah larut. Pada
umumnya denudasi terdapat pada lereng-lereng pegunungan yang dipengaruhi
oleh gaya berat dan erosi sehingga bagian terluar terangkat dan daerah tersebut
akan mengalami ketandusan karena tidak mempunyai lapisan topsoil lagi.
Proses denudasi mengakibatkan pengikisan permukaan bumi dan berujung
pada berkurangnya ketinggian dari relief bentang alam atau lanskap.
Denudasi melibatkan proses pelapukan, erosi, dan mass wasting.
Pelapukan adalah perubahan dan disintegrasi batuan oleh pengaruh atmosfer,
kimia, dan biologi. Erosi dapat diartikan sebagai proses penghilangan dan
peniadaan produk pelapukan. Pelapukan dapat dibedakan menjadi pelapukan
mekanis dan pelapukan kimiawi. Pelapukan mekanis disebabkan oleh udarah
yang membeku, insolasi, dan perubahan temperatur, serta aktivitas yang
dilakukan oleh akar tumbuhan, cacing, dan lumut. Sedangkan pela[pukan
kimiawi disebabkan oleh pelarutan, pembentukan karbonat, oksidasi, dan
hidrolisis oleh air hujan maupun sungai.
Bentuk-bentuk denudasi dapat berupa slope/lereng puing yang terlepas
jatuh, longsoran bukit (rockfall), gelinciran atau longsoran (landslide), dan
solifluksi.

Macam-macam

denudasi

antara

lain

aliran

(mudflow),

pelelehan/rayapan (soilcreep), dan pembilasan (sheet erosion). Denudasi


dengan percepatan tinggi dapat mengakibatkan bencana alam seperti getaran
gempa bumi, erosi kaki lereng yang tidak stabil, dan penaikan tinggi air tanah
dalam daerah patahan atau gelinciran.
Faktor yang mempengaruhi denudasi antara lain:
a. Topografi permukaan
b. Geologi

47

c. Iklim
d. Aktivitas tektonik
e. Biosfer (Flora dan Fauna)
f. Aktifitas Manusia.

2. Kars Topografi
Geomorfologi yang berkembang atau dibangun oleh batugamping,
dalam peta topografi menunjukkan adanya kenampakan kontur yang
membulat.
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya kenampakan Kars Topografi
antara lain:
a. Bentuk asli dari pada koloni karang berupa onggokan-onggokan dalam
bentuk bukit-bukit karang dengan lereng yang terjal.
b. Kelarutan batugamping terhadap air hujan yang tinggi, sehingga mudah
membentuk lubang-lubang atau celah serta sungai bawah tanah.
c. Sifat batugamping (brittle), sehingga mudah mengalamin diaklas-diaklas
sebagi titik awal celah pemisah dan atau alur air.
d. Diaklas maupun pelarutan terbentuk dan berkembang menghasilkan
rongga-rongga atau berkembang sebagai pola pengaliran bawah tanah.
e. Pertumbuhan karang ke arah lateral akibat pendangkalan lingkungan atau
muka air laut tetap, sehingga karang tidak mampu tumbuh ke atas lagi, dan

48

untuk kelansungan hidupnya karang akan berkembang ke arah lateral,


perkembangan ini lama kelamaan diantara dua atau lebih terumbu akan
bersambung yang akhirnya membentuk gua yang besar.
2.1 Tingkat Perkembangan
Perkembangan daerah Kars oleh Davis membagi dalam 4 stadium yaitu:
1. Stadium Uvala
Proses pelarutan dan erosi yang bekerja lebih lanjut sehingga beberapa
dolina bergabung membentuk uvala.
2. Stadium Cock Pit
Apabila stadium uvala berkembang terus oleh erosi dan pelarutan,
maka

akan

berkembang

tonjolan-tonjolan

pada

permukaan

batugamping yang disebut Cock Pit.


3. Stadium Hum
Tingkat perkembangan dari kars, diman permukaan batu gamping
berbukita landai atau hampir rata, atau bukit berbentuk kerucut
membulat dihasilkan oleh pelarutan.
2.2 Gejala-Gejala Kars
a. Dolina
Merupakan lekuk-lekuk berbentuk corong atau lubang-lubang
membulat. Terbentuk akibat efek pelarutan batu gamping yang selalu
berhubungan dengan sungai bawah tanah, dapat pula terbentuk akibat
runtuhan-runtuhan dari diatlas-diatlas batugamping.
b. Sinkhole

49

Merupakan lubang berbentuk cerobong pada batugamping akibat


pelarutan yang berhubungan langsung dengan sungai bawah tanah.
Semakin besar pengaliran bawah tanah semakin banyak pula sinkhole
yang dapat terbentuk.
c. Karren
Alur-alur berupa bekas erosi hujan pada permukaan batugamping.
Banyak ditemukan pada batugamping dengan vegetasi jarang atau
bahkan tidak berpepohonan.
d. Pipa Kars
Lubang-lubang berbentuk pipa yang relatif memanjang terjadi akibat
retakan yang mengalami pelarutan.
e. Uvala
Gabungan dari beberapa dolina menjadi satu, dapat berkembang lebih
luas hingga beberapa kilometer.
f. Polje
Lekuk memanjang atau depresi dapat berkaitan dengan pola sesar di
daerah batugamping, yang mana dasarnya terisi oleh endapan,
umumnya aluvium.
g. Gua Kapur
Merupakan lubang memanjang atau terowongan dalam batugamping,
arahnya bisa tidak teratur atau berkelok-kelok, terbentuk akibat
perkembangan diaklas oleh pelarutan lebih lanjut, juga ada gua kapur
yang terbentuk sejak perkembangan terumbu karang, yang ukurannya
dapat lebih besar gua ini terbentuk ketika terumbu karang berkembang

50

ke arah lateral yang kemudian bertumbuh satu dengan yang lainnya


membentuk ruang diantaranya yang kemudian disebut gua.
h. Stalaktit dan Stalakmit
Tonjilan-tonjolan berbentuk kerucut atau tiang pada tebing atau guagua batugamping. Terbentuk sebagai pengendapan kimia atau
evaporasi hasil pelarutan air. Berstruktur dalam menunjukkan struktur
berlapis tumbuh sebagai hasil tahapan-tahapan pengendapan. Endapan
ini sangat sulit larut oleh air. Tonjolan yang menggantung di sebut
stalaktit sifatnya tumbuh kebawah dan yang berdiri tegak tumbuh ke
atas disebut stalakmit.
i. Travertiner
Endapan kalsit hasil evaporasi kimiapada batugamping, dapat
berbentuk tanggul, teras, bukit kecil ataupun menyebar mengikuti
bentuk permukaan batugamping dengan struktur berlapis tumbuh,
travertine dapat terbentuk bukan hanya pada daerah batugamping,
melainkan dapat pula terbentuk ada batuan yang bersifat karbonatan.
j. Sungai Bawah Tanah
Karena banayaknya diatlas-diatlas yang saling berhubungan satu
dengan yang lain di daerah kapur ini, sehingga akan membentuk aluralur berupa sungai bawah tanah. Kehadiran sungai bawahtanah
banyak ditunjukkan oleh adanya lubang pada permukaan batugamping
seperti yang telah di jelaskan. Bagian sungai dimana air masuk ke
dalam lubang atau saluran bawah tanah disebut ponore, sedang mulut
sungai disebut voclus.

51

3. Vulkan
Geomorfologi ini lebih menampakkan bentuk khas dari bangun
gunungapi, yang tentunya tergantung pada bentuk dan sifat aktifitas gunungapi
yang membangunnya, seperti telah disinggung sebelumnya yaitu geomorfologi
Vulkan Maar, geomorfologi Vulkan Perisai, dan geomorfologi vulkan Strato.

4. Struktural
Terutama sesar dan lipatan dapat membangun suatu kenampakan
geomorfologi tertentu sehingga dalam uraian tentang pengelompokan
geomorfologi tidak sedikit peranan yang diberikan berdasarkan pada
pembentukan geomorfologi struktural dapat dibedakan atas dua, yaitu:
a. Geomorfologi daerah Lipatan
Pada daerah lipatan lemah dapat membentuk bukit landai yang memanjang
searah sumbu lipatan, sedangkan lipatan kuat denagn persesaran normal
dapat memberikan bentuk morfologi tonjolan berupa pematang. Pada
daerah lipatan kuat kadang-kadang ditemukan gejala geomorfologi inversi
(pembalikan), dimana pada puncak antiklin menjadi lembah dan pada
sumbu sinklin menjadi bukit atau pematang. Hal ini terjadi karena pada
52

zoan antiklin merupakan zona tension yang mudah hancur dan tererosi,
sebaliknya pada sinklin lebih resisten.
b. Geomorfologi daerah Sesar
Terutama pada daerah sesar naik dan turun atau sesar bongkah dapat
enampakkan suatu morfologi yang khas yaitu morfologi tangga. Banyak
ditemukan lembah-lembah dan pegunungan memanjang dengan tebing
yang terjal. Pembentukan morfologi demikian merupakan asosiasi dari
proses pengangkatan. Pada daerah yang relatif mudah dapat dilihat adanya
peremajaan sungai akibat pengankatan membentuk sungai super
imposed, daerah morfologi sesar dapat membentuk aliran sungai yang
rectangular.

5. Fluvial
Fluvial Geomorfologi adalah bentuk- bentuk bentang alam yang terjadi
akibat dari proses fluvial. Atau dengan kata lain Semua bentuk lahan yang
terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkosentrasi yang berupa
aliran sungai maupun yang tidak terkosentrasi yang berupa limpasan
permukaan.

Sistem Fluvial

53

Bentuk pengangkutan sedimen

muatan dasar

muatan suspensi

muatan terlarut

muatan mengapun

54

Ada 3 tipe dasar saluran aluvial :

2. Braiding
Saluran terpecah oleh munculnya pulau-pulau kecil atau bars yang
merupakan akumulasi sedimen. Pulau kecil bervegetasi relatif stabil, bars relatif
tidak stabil, umumnya bermaterial pasiran gravel.

55

3. Anastomosing
Memiliki kenampakan yang mirip dengan braiding, namun pada saluran
yang tidak berhubungan dipisahkan oleh bedrock atau aluvium yang stabil.
Saluran anastomosing mencerminkan proses erosional sungai terhadap material
yang resisten.
Bentuk lahan asal fluvial
Didominasi proses Erosi

Teras Deposisional

Teras Batuan Dasar

Didominasi proses Sedimentasi


1. Sedimentasi Horisontal

Dataran Aluvial

Dataran Banjir

Rawa Belakang

Kipas Aluvial

Dataran Aluvial Pantai

Delta

2. Sedimentasi Vertikal

Tanggul Sungai

Gosong Sungai

Gosong Sungai Lengkung Dalam

Danau Tapal Kuda

Meander Terpenggal (Scar)

Dasar Sungai Mati

6. Glasial

56

Glasial
merupakan suatu

bentang

alam dimana

terdapat

kenampakan alam

seperti

gletser Gletser
merupakan massa es yang mampu bertahan lama dan mapu bergerak karena
pengaruh gravitasi. Gletser terbentuk karena salju yang mengalami kompaksi dan
rekristalisasi. Gletser dapat berkembang di suatu tempat setelah melewati
beberapa periode tahun dimana es terakumulasi dan tidak melebur atau hilang.
Ada dua tipe bentang alam glasial :
1. Alpine Glaciation terbentuk pada daerah pegunungan.
2. Continental Glaciation bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
Gletser terbentuk di daerah kutub yang tingkat peleburannya pada musim panas
sangat kecil. Gletser terbentuk oleh akumulasi es dengan faktor-faktor pendukung
sebagai berikut :
1. Tingginya tingkat presipitasi
2. Suhu lingkungan yang sangat rendah
3. Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar
4. Pada musim panas tingkat peleburannya rendah
Benua Antartika menyimpan lebih dari 85 % cadangan es dunia, 10 % berada di
Greenland dan 5 % sisanya tersebar di tempat lain di seluruh dunia. Dari fakta ini
dapat disimpulkan bahwa Antartika menyimpan cadangan air dunia dalam jumlah
besar, sehingga bila es di Antartika meleleh maka muka air laut akan meningkat
60 meter (200 feet) yang dapat mngakibatkan banjir dan daratan tenggelam.
Tipe-tipe gletser :
1. Valley Glacier
Merupakan gletser pada suatu lembah dan dapat mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada valley glacier juga terdapat ankak-anak

57

sungai. Valley Glacier terdapat pada alpine glaciation.


2. Ice Sheet
Merupakan massa es yang tidak mengalir pada valley glacier tetapi
menutup dataran yang luas biasanya > 50.000 kilometer persegi. Ice sheet terdapat
pada continental glaciation yaitu pada Greenland dan Antartika
3. Ice cap
Merupakan ice sheet yang lebih kecil, terdapat pada daerah pegunungan
seperti valley glacier contohnya di Laut Arktik, Canada, Rusia dan Siberia. Ice
sheet dan ice cap mengalir ke bawah dan keluar dari pusat (titik tertinggi).
4. Ice berg
Ice shet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi dan akhirnya
hilang / terbuang dalam jumlah besar, bila mengenai tubuh air maka balok-balok
es tersebut akan pecah dan mengapung bebas di permukaan air, hal ini disebut ice
berg.

Proses Pembentukan Gletser


Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan udara
yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akan mengendap
pada suatu tempat dan mengalami kompaksi karena berat jenisnya dan udara
keluar. Sisi-sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan hancur dan berkonsolidasi
menjadi salju yang berbentuk granular (granular snow) lalu mengalami sementasi
membentuk es geltser (glacier ice). Transisi dari bentuk salju menjadi gletser
dinamakn firn.
GLACIAL BUDGET :
1. Positive budget bila dalam periode waktu tertentu, jumlah gletser > es yang
meleleh/hilang.
2. Negative budget bila terjadi penurunan volume gletser (menyusut).
Gletser dengan positive budget yang tertekan keluar dan ke bawah pada tepinya

58

disebut advancing budget, sedangkan gletser dengan negative budget yang makin
kecil volumenya dan tepinya meleleh disebut receding budget. Bila jumlah es
yang yang bertambah sama dengan volume penyusutan es maka nilai advancing
budget seimbang dengan receding budget, hal ini disebut balance budget.
Bagian atas glacier disebut zone of accumulation tertutup oleh es abadi. Bagian
bawah glacier disebut zone of wastage es hilang (mencair atau terevaporasi).
Batas antara kedua zona disebut firn limit yang pergerakannya tergantung
apakah es terakumulasi atau terbuang. Bila firn limit bergerak ke bawah dari tahun
ke tahun, maka disebut positive budget, bila firn limit bergerak ke atas, disebut
negative budget. Bila firn limit berada di tempat yang tetap, dinamakan balanced
budget.
Terminus merupakan tepi bawah gletser yang bergerak makin jauh ke
bawah lembah ketika valley glacier mengalami positive budget. Bila mengalami
negative budget (gletser menyusut) maka terminus bergerak ke bagian atas
lembah.
Bila Ice sheet mangalami positive budget, maka terjadipenambahan
volume dan terminus mengalami kemajuan dan bila meluas sampai ke laut maka
volume atau jumlah ice berg di laut bebas meningkat. Penambahan dan
pengurangan ice berg merupakan indikator perubahan musim. Meningkatnya
jumlah dan volume ice berg menandakan suhu makin dingin dan presipitasi makin
tinggi.
Bentang Alam Karena Proses Erosi
Bentang Alam Karena proses erosi yang berasosiasi dengan Alpine Glaciation.
Glacier valley berbentuk U karena proses glasial
berbentuk V karena erosi sungai
Lembah terbentuk karena sungai mengalami pelurusan oleh aliran air akibat
hantaman massa es yang tidak fleksibel. Bentang alam akibat erosi yang terbentuk
pada alpine glaciation antara lain :
1. Truncated Spurs merupakan bagian bawah tepi lembah yang terpotong
triangular faced karena erosi glasial. Makin tebal gletser makin besar erosi pada
bagian bawah lantai lembah. Makin besar erosi maka mengakibatkan pendalaman

59

lembah dan anak sungainya sedikit.


2. Hanging valley
Ketika gletser tidak terlihat lagi, anak sungai yang tersisa menyisakan hanging
valley yang tinggi diatas lembah utama. Meskipun proses glasial membentuk
lembah menjadi lurus dan memperhalus dinding lembah, es meyebabkan
permukaan batuan dibawahnya terpotong menjadi beberapa bagian, tergantung
resistensinya terhadap erosi glasial.
3. Rock basin lake
Air meresap pada celah batuan, membeku dan memecah batuan sehingga
lapisan batuan kehilangan bagiannya, digantikan es dan ketika melelh kembali
terbentuk rock basinlake.
4. Cirques
Merupakan sisi bagian dalam yang dilingkari glacier valley, berisi gletser
dari glacier valley yang tumpah ke bawah. Terbenruk karena proses glasial,
pelapukan dan erosi dinding lembah.
5. Bergschrund
Merupakan batuan yang telah pecah, berguling-guling dan jatuh ke valley
glacier lalu jatuh ke crevasse.
6. Horn
Merupakan puncak yang tajam karena cirques yang terpotong / ada
bagian yang hilang karena erosi ke arah hulu pada beberapa sisinya.
7. Aretes
Merupakan sisi dinding lembah yang mengalami pemotongan dan
pendalaman sehingga bagian tepinya menjadi tajam, karena proses frost wedging.
8. Crevasses
Merupakan celah yang lebar (terbuka). Bila celah tertutup (sempit)
disebut closed crevasses.
Bentang Alam Karena proses erosi yang berasosiasi dengan Continental
Glaciation
Batuan dibawah ice sheet tereosi seperti batuan di bawah valley glacier

60

menghasilkan grooves dan striation.


Bentang Alam Karena Proses Pengendapan Gletser
1. Till
Merupakan batuan yang hancur dari dinding lembah yang terendapkan
mengisi valley glacier, berasal dari ice sheet membawa fragmen batuan yang
terkikis (fragmennya lancip) karena bertabrakan dan saling bergesek dengan
batuan lain. Berukuran clay-boulder, unsorted.
2. Erratic
Merupakan es berukuran boulder yang tertransport oleh es yang berasal
dari lapisan batuan yang jauh letaknya.
3. Moraines
Merupakan till yang terbawa jauh glacier dan tertinggal / mengendap
setelah glacier menyusut. Material-material lepas yang jatuh dari lereng yang
terjal sepanjang valley glacierterakumulasi pada sepanjang sisi es.
Lateral Moraines Moraines yang tertimbun sepanjang sisi gletser
Medial Moraines Gabungan anak-anak sungai yang dekat Lateral Moraines
membawa gletser turun sepanjang sisi till, dari atas tampak seperti multilane
highway (lintasan-lintasan pada daerah tinggi).
End Moraines Tepi till yang tertimbun sepanjang sisi es, merupakan terminus
yang tersisa yang tetap selama beberapa tahun, mudah dilihat. Valley glacier
membentuk end moraines yang berbentuk seperti bulan sabit.
Bentuk-bentuk End Moraines :
Terminal Moraines End Moraines yang terbentuk karena terminus bergerak
maju jauh dari es.
Recessional Moraines End Moraines yang terbentuk karena terminus tidak
mengalami perubahan (tetap).
Ground Moraines Till yang tipis, seperti lapisan-lapisan karena batuan yang
terseret aleh gletser lalu mengendap.
4. Drumlin

61

Merupakan ground moraines yang terbentuk kembali seperti alur-alur


sungai lembah till, bentuknya seperti sendok terbalik. Porosnya sejajar dengan
arah gerakan es. Dihasilkan oleh ice sheet yang tertransport jauh dan terbentuk
kembali menjadi endapan till setelah melalui lereng yang dangkal.

7. Marin
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan
pertemuan terumbu karang.Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine
berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine
dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa
ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan
pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses
lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa
lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi
penyusun.

62

8. Eolin/Angin
Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki
persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah
yang banyak,
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir
tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang
lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan
pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin

63

yang paling utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose).


Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi.
Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan
baik apabila di padang pasir terdapat batuan. Pada hakekatnya bentuklahan
asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Contoh bentuk lahan asal proses eolin Gumuk Pasir atau Sandunes.
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang
terhembus angin.Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki
pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan
mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat
pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).Bentuk gumuk
pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran
butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk
pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk sabit (barchans),melintang
(transverse), memanjang (longitudinal dune), parabola (parabolik), bintang
(star dune).
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes
(terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang
terbentuk karena adanya suatu penghalang). Beberapa tipe gumuk pasir:
1. Gumuk Pasir sabit (barchan)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada
daerah yang tidak memiliki barrier.Besarnya kemiringan lereng daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah
yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang
tidak simetri.Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 15 meter.
Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut
terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir
seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan
dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.
2. Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)

64

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak
cadangan pasirnya.Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan
tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya
beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka
terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini
akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
3. Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi
yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya
berhadapan dengan datangnya angin.Awalnya, mungkin gumuk pasir ini
berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya
berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga
membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
4. Gumuk Pasir Memanjang (longitudinal dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan
sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan
angin.Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan
terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang
ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan
memanjang.
5. Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil
kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya
merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga
proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin
yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru
seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan
baru disekitarnya.

65

5.3 POLA ALIRAN SUNGAI


Pola aliran sungai ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain lereng atau
kemiringan, struktur, kekerasan bebatuan, sejarah geologi, sejarah diastrofisme,
topografi, litologi bebatuan dasar serta gemorfologi. Oleh karena faktor tersebut,
maka pola aliran sungai juga bermanfaat digunakan dalam menginterpretasi
kenampakan batuan, geomorfologis dan juga struktur geologi.

Macam - macam Pola Aliran Sungai

66

Gambar 3. Macam macam Pola Aliran Sungai


Sumber:
Pada dasarnya, ada 7 jenis pola aliran sungai. Pembagian ini didasarkan pada pola
yang dibentuk sungai tersebut. Adapun jenis-jenis yang dimaksud sebagai
berikut:
1.

Pola aliran sungai dendritik. Merupakan pola aliran yang menyerupai

percabangan batang pohon. Percabangannya tidak teratur dan memiliki arah juga
sudut yang beragam. Pola ini berkembang di bebatuan yang cenderung homogen
dan tidak melalui kontrol struktur. Pla aliran sungai yang satu ini tidaklah teratur
dan umumnya dijumpai di wilayah dataran atau wilayah berpantai juga wilayah
plato.
2.

Pola aliran paralel merupakan pola yang cenderung sejajar. Ia dijumpai di

wilayah perbukitan yang memanjang. Kemiringan lereng pada pola ini cenderung
curam dan terjal.
3.

Pola aliran annular. Merupakan pola aliran yang arahnya menyebar secara

radial dimulai dari suatu titik yang tinggi dan kemudian berjalan ke arah hilir
untuk selanjutnya kemudian menyatu dalam satu aliran.
4.

Pola aliran sungai selanjutnya adalah rectangular. Pola ini dibentuk

cabang-cabang sungai yang cenderung berkelok, menyambung dan membentuk


sudut-sudut yang tegak lurus dan memiliki liku-liku. Pola aliran yang satu ini

67

umumnya dikendalikan oleh pola kekar atau juga bisa oleh pola potongan yang
tegak lurus. Rektangular ini bisa terbentuk di bebatuan keras dengan lapis
horizontal dan juga batuan kristalin.
5.

Pola aliran trellis memiliki bentuk yang panjang-panjang. Ia kerap juga

disebut dengan nama pola trail pagar. Pola ini sering dijumpai pada sungai yang
terletak di bebatuan dengan lupatan dan kemiringan yang kuat. Sungai-sungai
besar dengan pola ini umumnya mengikuti singkapat bebatuan yang subsekuen
dan juga linak. Cabang sungainya dari arah kanan juga kiri merupakan jenis
resekuen atau juga obsekuen.
6.

Pola aliran radial. Biasa juga dikenal dengan nama pola aliran menyebar.

Ciri utamanya adalah aliran yang berbeda dalam hal arah. Menyebar ke segala
penjuru baik itu ke utara, barat, timur maupun selatan. Pola ini umumnya ada pada
wilayah pegunungan dengan bentuk kerucut.
7.

Pola aliran multi-basinal atau yang juga dikenal dengan nama pola aliran

sungaimemusat. Ciri utama pola yang satu ini adalah alirannya yang terpusat pada
suatu lahan tertentu. Pola aliran ini umumnya ada pada wilayah dengan cekungan
yang mirip seperti dolina.

BAB VI
STRATIGRAFI
6.1 PENGERTIAN UMUM
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal
dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan,
menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan

68

batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang


sejarah bumi.
6.2 PRINSIP-PRINSIP DASAR STRATIGRAFI
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian
geologi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Superposisi
Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya
sedimen, lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada
lapisan-lapisan yang telah mengalami pembalikan.

Umur Relatif Batuan Sedimen

2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)


Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh
gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari
pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah
proses pengendapan.
Pengecualian :
Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping, terumbu, dll) dapat

69

terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan
disebut Clinoform.
3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)
Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia
lebih muda dari batuan yang diterobosnya.
4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan
sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah
penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi
stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong
secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan
terhentinya kesinambungan lateral, yaitu :

- Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan

70

-Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama, atau
perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

Penghilangan Lapisan Secara Lateral


- Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan
Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana urutan
batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan
diatasnya. Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah
bidang ketidakselarasan.

Gambar Pemancungan

71

- Dislokasi karena sesar


Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan terjadinya
sesar atau patahan.

Gambar Dislokasi
5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)
Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi dalam
evolusi organik. Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah sepanjang
waktu dan perubahan yang telah terjadi pada organise tersebut tidak akan terulang
lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah
jumlah

dari

seluruh

kejadian

yang

telah

terjadi

sebelumnya.

Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui


catatan fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme
tersebut.
6. Teori Katastrofisme (Catastrophism)
Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis pada tahun
1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari setiap zaman itu berjalan tidak
berubah, dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini musnah.
Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul hewan dan tumbuhan baru,
sehingga teori ini lebih umum disebut dengan teori Malapetaka.
7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)

72

Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi The Present is The
Key to The Past , yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah
cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian
alam yang ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang
berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal
ini menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah serta
tebing curam tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi
melalui

proses

alam

yang

berjalan

dengan

sangat

lambat.

Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :

Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.

Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa
lampau namun dengan intensitas yang berbeda.

8. Siklus Geologi
Siklus ini terdiri dari proses Orogenesa (Pembentukan Deretan
Pegunungan), proses Gliptogenesa (Proses-proses Eksogen/ Denudasi) dan proses
Litogenesa (Pembentukan Lapisan Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami
sembilan kali siklus geologi, dan yang termuda adalah pembentukan deretan
pegunungan Alpen.

73

Gambar Siklus Geologi


6.3 CEKUNGAN DAN FORMASI
6.3.1 Cekungan
Cekungan adalah bentuk muka bumi(relatif sangat luas) yang lebih rendah dari
permukaan bumi di sekelilingnya. Cekungan dapat pula terjadi di puncak bukit
atau gunung yang membentuk semacam kaldera luas seperti yang terdapat di
Gunung Bromo, dan bisa juga terjadi di lembah. Bahkan di beberapa tempat,
cekungan atau depresi dapat memiliki ketinggian di bawah permukaan air laut.
Pada peta topografi, cekungan digambarkan dengan garis kontur yang semakin
mengecil ke arah dalam, sehingga berlawanan dengan penggambaran gambar
sebuah bukit.

74

Gambar 6.9. Contoh penggambaran cekungan berupa kaldera pada gunung api
Sumber : http://up-adisti-9a.blogspot.com/2011/02/cekungan-ataudepresi.html

Pada cekungan, biasanya terisi dengan lapisan-lapisan batuan(formasi


batuan) yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat batuan yang berbeda-beda.
Cekungan umumnya berukuran sangat luas, namun kita hanya dapat melihat
lapisan terakhir(paling atas)nya saja. Di pulau jawa, cekungan terbagi menjadi 9,
daerah yang biasanya rawan longsor biasanya termasuk dalam cekungan bukit
yang umumnya banyak terdapat pegunungan-pegunungan, namun daerah yang
rawan banjir umumnya termasuk dalam cekungan lembah karena air mengalir dari
titik tertinggi ke titik ter-rendah.

75

Gambar 6.10. Peta cekungan di Indonesia


Sumber : http://rovicky.wordpress.com/2009/04/01/berapajumlah-cekungan-geologi-di-indonesia/

Pada cekungan, banyak lapisan lapisan batuan yang sudah mengendap


bersusun susun, dan biasanya di sela-sela lapisan batuan tersebut
terdapat bahan galian/bahan tambang. Namun untuk mengklasifikasi
bahan tambang yang berada dicekungan tersebut, kita dapat
membandingkan sifat bahan tambang dengan sifat cekungan dan sifat
lapisan batuan, jika sifat bahan galian dengan sifat batuan dan
cekungan tersebut sama, maka kemungkinan di cekungan tersebut ada
bahan mineral yang sifatnya sama dengan sifat cekungan dan lapisanlapisan batuan(formasi) dicekungan tersebut. Indonesia memiliki 60
cekungan. Di antaranya 22 cekungan telah dieksplorasi secara
ekstensif, dan 14 cekungan produktif menghasilkan minyak dan gas
bumi. Batuan sumber yang terdapat di cekungan-cekungan Indonesia
76

pada umumnya adalah jenis lakustrin, fluvio-deltaik, marina, dan pratersier.

6.3.2 Formasi
Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi (Sandi
Stratigrafi Indonesia, 1996). Sedangkan dalam buku berjudul :Principles Of
Sedimentology And Stratigraphy (Sam Boggs, 1987), formasi didefinisikan
sebagai

suatu

tubuh

batuan

yang

dapat

dikenali/diidentifikasi

melalui karakter danposisi stratigrafinya, lazimnya, tapi tidak selalu, tubuh


batuannya berbentuk tabular, dan dapat dipetakan pada permukaan bumi dan
dapat dilacak keberadaannya di permukaan. Formasi dapat terdiri atas satu tipe
batuan, perulangan dari dua atau lebih tipe batuan, atau berupa percampuran
beberapa jenis batuan yang sangat heterogen.
Urutan tingkat satuan litostratigrafi resmi, masing-masing dari besar
sampai kecil ialah : Kelompok, formasi dan anggota.
Beberapa penjelasan mengenai penentuan formasi :
o Formasi harus memiliki keseragaman atau ciri-ciri litologi yang nyata,
baik terdiri dari satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan
atau lebih
o Formasi

dapat tersingkap dipermukaan,

berkelanjutan

ke bawah

permukaan atau seluruhnya di bawah permukaan


o Formasi haruslah mempunyai nilai stratigrafi yang meliputi daerah cukup
luas dan lazimnya dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000
o Tebal suatu formasi berkisar antara kurang dari satu meter sampai
beberapa ribu meter : oleh karena itu ketebalan bukanlah suatu syarat
pembatasan formasi
Untuk contoh, dapat diambil dari beberapa formasi yang terdapat di
Cekungan Sumatra Utara dan dibandingkan dengan formasi yang terdapat di
Jawa Timur Utara (lihat tabel korelasi stratigrafi Cekungan Sumatra Utara-Jawa
Timur Utara). Misalnya Formasi Baong yang terdapat di Cekungan Sumatra
77

Utara, formasi ini tersusun oleh batupasir dan batulempung yang diendapkan
dibawahnya, dari tabel dapat dilihat bahwa formasi ini berumur Miosen TengahAtas. Padanan dari formasi ini adalah Formasi Ngrayong pada Jawa Timur Utara
yang juga tersusun oleh batupasir dan batulempung, formasi ini juga mempunyai
umur Miosen Tengah-Atas. Kedua formasi ini memiliki susunan litologi dan umur
batuan yang identik, tetapi berbeda dalam penamaan. Perbedaan nama kedua
formasi ini hanya didasarkan pada lokasi dimana formasi tersebut ditemukan,
atau dengan kata lain hanya dibedakan berdasarkan tempat dan tipe cekungan.

Gambar 6.11. Contoh Formasi Batuan


Sumber : http://dc366.4shared.com/doc/Nr7_CiTA/preview.html

6.4 UNSUR UNSUR STRATIGRAFI


Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :
1. Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk
dipelajari adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan,
terkadang batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang
sedikit.
2. Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen
yang disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang
batas antara lapisan satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan
perbedaan waktu/periode pengendapan.

78

Gambar Perlapisan
Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:

Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh


pengendapan sedimen yang lain.

Perubahan warna material batuan yang diendapkan.

Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).

Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.

Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral,


kandungan fosil, dll).

Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan
lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :

Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang
menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat
dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan
lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan
litologi.

79

Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya


bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk
menentukannya mempergunakan caracara tertentu. Terdapat dua jenis
kontak berangsur, yaitu :

1. Kontak Progradasi
2. Kontak Interkalasi

Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan


bidang perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh
material yang terbawa oleh arus.

Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan
yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan
stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak
selaras dan kontak tidak selaras.

Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara
dua lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil
atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam
dan kontak berangsur.

Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan


suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan.

6.5 UMUR GEOLOGI


Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang
terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan
yang berada diatas bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena
itu untuk mempelajari bumi maka dimensi waktu menjadi sangat penting,
dengan demikian mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang sangat penting
pula.
Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan
umur Bumi. Pertama,adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang
ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi
80

kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu Absolut
(Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan
pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.
Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri (absolut)
berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang diterapkan
untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam bidang geologi.
Umur geologi merupakan skala umur yang menunjukkan jaman-jaman
yang telah berlangsung sejak bumi terbentuk hingga kehidupan saat ini. Masingmasing dari jaman pada skala waktu geologi tersebut memiliki fosil penciri yang
disebut fosil index. Ciri-ciri dari fosil index tersebut ialah:

Memiliki rentang hidup yang singkat

Penyebarannya luas

Tidak memiliki periode hidup yang khusus. Jadi, dapat hidup dalam iklim dan
cuaca apapun dalam satu jaman

Skala Waktu Relatif


Umur relatif ialah umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan atau

fosil relatif terhadap posisi batuan atau fosil di sekitarnya. Dengan kata lain,
umur relatif tidak menunjukkan angka, tetapi pernyataan bahwa tentang mana
yang

lebih

tua

dan

mana

yang

lebih

muda

berdasarkan

proses

pembentukannya. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan umur


relatif antara lain :
a

Prinsip kesejajaran atau superposisi: dalam kondisi normal, lapisan yang

berada di bawah lebih tua daripada lapisan di atasnya. Pada gambar di bawah,
lapisan yang paling tua ialah lapisan berwarna putih yang terletak paling bawah
(gambar kiri) sedangkan pada gambar kanan, lapisan tertua ialah lapisan berwarna
hijau muda yang terletak di sebelah kanan bawah (pada hanging wall sesar).
b.

Prinsip potong memotong: lapisan yang dipotong lebih tua daripada yang

memotongnya. Sesuatu yang memotong lapisan dapat berupa lapisan batuan lain
(dike, batolit, dll) atau berupa bidang diskontinuitas (sesar, rekahan, dll). Pada

81

gambar di atas, dike (kiri) dan sesar naik (kanan) lebih muda daripada lapisan
yang dipotongnya.
c.

Prinsip kesebandingan: membandingkan bentuk atau teksturnya seperti

sutura fosil yang bersifat sederhana (muda) atau kompleks (tua).


d.

Prinsip kesejajaran fosil: mengkorelasikan lapisan-lapisan yang mengandung

fosil Lapisan yang fosilnya sejenis berarti memiliki rentang umur yang sama.
Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur
bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, mereka mengembangkan skala waktu
geologi secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan pertama kalinya di Eropa
sejak abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi
dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era
dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch
(Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar
kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut
mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu
geologi.
Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan kata
Paleo yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk pada
kehidupan

binatang-binatang

purba,

Meso

yang

mempunyai

arti

tengah/pertengahan, dan Keno yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif


dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian
Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.
Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat
dikenali, seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak
(track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas
bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai
Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk-bentuk kehidupan purba.

82

Gambar 6.1
Kumpulan

Foto Fossil

Sumber:
http://geologitambangsmk.blogspot.com/2013/09/skala-waktu-geologi.html
Gambar

di

atas

adalah

kumpulan

foto

fosill

yang

menggambarkan

kenaekaragaman dari evolusi kehidupan di atas bumi sepanjang 600 juta tahun.
Fosil yang tertua berada pada bagian bawah sedangkan fosil termuda terletak
dibagian atas. Ukuran dari setiap interval waktu digambarkan secara proporsional
untuk setiap zaman.

83

Tabel 6.1 Skala Waktu Geologi Relatif

Sumber: http://geologitambangsmk.blogspot.com/2013/09/skala-waktugeologi.html

Skala Waktu Absolut (Radiometrik)


Umur absolut ialah umur yang ditunjukkan dengan suatu angka yang
diperoleh dari pengukuran radioaktif. Jadi, umur absolut ini langsung
menunjukkan angka umurnya sehingga dapat diketahui pada jaman apa batuan
tersebut terbentuk. Untuk menentukan umur absolut, terdapat dua metode, yaitu:
1. Metode menghitung, contohnya ialah menghitung lingkaran tahunan,
jumlah endapan atau sutura fosil, dan sclerochronology (menghitung
lapisan dari pertumbuhan organisme seperti koral, kerang-kerangan, atau
kayu yang membatu).

84

Gambar 6.2 Metode Menghitung dari Kayu


Sumber: http://geologitambangsmk.blogspot.com/2013/09/skala-waktu-geologi.html
2. Metode isotop, misalnya ialah radiokarbon atau C-14, kosmogenik (Cl-36,
Be-10, He-3, Al-26), atau Uranium series disequilibrium. Khusus untuk
daun, metode yang cocok ialah radiokarbon karena metode yang lain
kesalahannya terlalu besar untuk penentuan umur absolut daun. contoh
dari metode isotop ini antara lain : metode potassium-argon (K-Ar),
kosmogenik, uranium series disequilibrium dan metode Pb-210
Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari setiap unsur kimia
adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton dan
neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron. Isotop dari suatu unsur atom
dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada inti atomnya. Sebagai
contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19 proton dan 21 neutron
pada inti atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya memiliki 19 proton
dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium 41). Isotop radioaktif (the
parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan berubah menjadi isotop yang
stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya melalui pertukaran di dalam inti
atomnya.
Perubahan dari Parent ke Daughter terjadi pada kecepatan yang
konstan dan dikenal dengan Waktu Paruh (Half-life). Waktu paruh dari suatu
isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop

85

radiokatif berubah menjadi nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan
menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half life)
tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan ketelitian
yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari sejumlah atomatom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat dipakai untuk
menentukan umur suatu batuan. Untuk menentukan umur geologi, ada empat seri
peluruhan parent/daughter yang biasa dipakai dalam menentukan umur batuan,
yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon (K/Ar), Rubidium/Strontium
(Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb).
6.6 KETIDAKSELARASAN
1. Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang
telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan
lapisan lain.
2. Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi
dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.
3. Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu
lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya
tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua
lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis
Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).
4. Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana
terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.

86

Gambar Angular Unconformity

Gambar Disconformity

Gambar Paraconformity

87

Gambar Nonconformity
Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala
singkapan. Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola
jurus.
Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan
yang terdapat pada batuan sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh
proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas
biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen. Struktur
sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk
menentukan lingkungan pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi atas
dan bawah dari suatu lapisan.

88

BAB VII
STRUKTUR GEOLOGI
7.1 PENGERTIAN UMUM
Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh
batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan
internalnya.
Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada
studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari
struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai
sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian
deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol
stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur
tersebut.
Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan
dengan proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi
bentuk, susunan, atau struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau
susunan intenal yang lain.
7.2 MACAM-MACAM STRUKTUR GEOLOGI
7.2.1 Sistem Sesar (Fault)
Sesar atau patahan (fault) adalah suatu bidang yang terbentuk karena kekuatan
batuan tidak dapat menahan lagi tekanan/beban yang ada sehingga akhirnya
batuan tersebut patah. Setelah terjadinya sesar tersebut, kedua bagian yang tadinya
berhubungan dapat bergeser naik, turun, atau bergeser secara mendatar (Gambar
7.1)
Sesar yang terbentuk karena proses tektonik yang kuat umumnya tidak berdiri
sendiri (tunggal), tetapi akan menghasilkan sesar-sesar lain yang lebih kecil di
sekitarnya sehingga dapat membentuk suatu sistem sesar yang kompleks (Gambar
7.2).

89

Gambar 7.1 Sketsa beberapa tipe sesar tunggal

Gambar 7.2 Sketsa sistem sesar.


7.2.2 Sistem Perlipatan (Fold)
Karena aktivitas tektonik, lapisan batuan sedimen yang relatif elastis akan
mengalami tekanan yang tinggi dan terlipat, dan membentuk sistem sinklinantiklin. Pada sistem perlipatan maka lapisan batuan yang tadinya mendatar akan
berubah posisinya menjadi miring dengan sudut kemiringan (dip) dan jurus
(strike) yang bervariasi (Gambar 7.3 dan 7.4).

90

Gambar 7.3 Sketsa sistem perlipatan

Gambar 7.4 Sketsa bidang perlipatan


Apabila besarnya tegangan yang bekerja pada batuan sedimen tersebut melampaui
batas elastisnya, maka sistem tersebut akan mengalami penyesaran dan pergeseran
(Gambar 7.5). Sedangkan kalau tidak terlalu besar, maka pada bagian-bagian
tertentu mungkin akan terbentuk sistem kekar tarik (pada batuan yang
rapuh/getas).

91

Gambar 7.5 (a). Sketsa macam-macam perlipatan,

(b). Sketsa Perlipatan yang tersesarkan normal

Perlipatan menghasilkan bagian punggungan perlipatan yang disebut sebagai


antiklin dan bagian lembah yang disebut sebagai sinklin. Jarak antara antiklin
dengan sinklin di dekatnya juga bervariasi, tergantung pada besarnya gaya yang
membentuknya. Demikian juga mengenai kemiringan yang terbentuk pada
perlipatan tersebut, yaitu tergantung pada amplitudo dan frekuensi yang terjadi.
Lapisan batuan yang tidak mendatar lagi (miring) posisinya dinyatakan dalam
jurus dan kemiringannya (strike/dipnya), sehingga dibutuhkan interpretasi untuk
mengkorelasikannya (Gambar 7.6).

Gambar 7.6 Beberapa kemungkinan interpretasi singkapan yang telah mengalami


perlipatan.

92

7.2.3 Sistem Kekar (Fractures)


Seperti juga pada sesar dan perlipatan, kekar umumnya terbentuk karena proses
tektonik yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Dalam hal ini kekar merupakan
akibat lanjutan dan proses pembentuk sesar atau perlipatan. Kalau kekuatan suatu
batuan (kuat tekan atau kuat tarik) tidak sanggup lagi melawan tegangan yang ada,
maka batuan tersebut akan pecah atau retak. Jika ukuran dari retakan tersebut
besar dan terjadi pergeseran yang besar disebut terjadi sesar, sedangkan dalam
ukuran retakan tersebut kecil (hanya sampai beberapa meter) dan relatif tidak
terjadi pergeseran disebut sebagai kekar (Gambar 7.7).
Pada suatu batuan yang sama dalam daerah yang relatif kecil sering terdapat
beberapa pasang kekar yang berbeda (sistem kekar). Kekar-kekar yang
mempunyai orientasi (jurus dan kemiringan) sama disebut sebagai satu set kekar.
Dalam suatu sistem kekar bisa terdapat lebih dari satu set kekar.

Gambar 7.7 Sketsa sistem kekar dan bidang kekar.

Permukaan bidang kekar ada yang halus, kasar, bergelombang, licin, dll,
tergantung pada jenis batuan, kekuatan batuan, besarnya gaya, dan jenis
gaya yang bekerja padanya.

Dalam analisis kekar yang perlu diperhatikan adalah : ukuran kekar


(persistensi), kekasaran bidang kekar, bukaan kekar (separation), isi
bukaan kekar (infilling), ada/tidaknya air pada kekar, besar aliran air pada

93

sistem kekar, orientasi bidang kekar (jurus dan kemiringan), jumlah set
kekar pada daerah yang sama, dan kerapatan/jarak kekar
7.3 Pengaruh Struktur
7.3.1 Terhadap kekuatan/kestabilan batuan
Adanya struktur sangat mempengaruhi kekuatan batuan, karena bidang-bidang
struktur tersebut jelas mengganggu kontinuitas kekuatan batuan, baik dalam skala
besar maupun kecil. Misalnya : batuan beku yang utuh kuat sekali dan karena itu
stabil tetapi apabila ada kekar atau sesar kekuatannya akan berkurang (Gambar
7.8), sedimen berlapis (Gambar 7.9), dan batuan terkekarkan (Gambar 7.10).

Gambar 7.8 Pengaruh kekar pada blok batuan.

94

Gambar 7.9 Pengaruh kekar pada bidang perlapisan.

Gambar 7.10 Batuan yang terkekarkan memberikan indikasi longsoran membaji


7.3.2 Terhadap mineralisasi
Struktur (terutama sesar dan sistem kekar), yang terbentuk sebelum mineralisasi
sangat penting artinya karena merupakan saluran dan tempat berkumpulnya
mineral berharga, terutama dalam pembentukan endapan hidrothermal (Gambar
7.11). Contoh : endapan-endapan hidrothermal Au, Cu, Pb, Zn, dll.

95

Gambar 7.11 Sketsa cebakan hidrothermal


Struktur yang terbentuk sesudah mineralisasi atau terbentuknya suatu cebakan
bahan galian akan memindahkan bahan galian tersebut ke tempat lain, sehingga
sulit dicari atau hilang (Gambar 7.12).

Gambar 7.12 Sketsa perpindahan cebakan bahan galian

96

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi. Diakses pada 23 Desember 2015


pukul 18.35
https://wingmanarrows.wordpress.com/2012/10/05/dasar-dasar-geomorfologi-1proses-proses-geomorfik/. Diakses pada 23-12-2015 pukul 19.15
https://id.scribd.com/doc/173801281/Bentuk-Bentang-Alam#scribd. Diakses pada
23 Desember 2015 pukul 20.58
http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/03/stratigrafi.html.
2015 pukul 18.15

29

Desember

http://www.academia.edu/7025022/MINERAL_DAN_BATUAN. Diakses pada


30 Desemer 2015 pukul 11.20
https://www.slideshare.net/mobile/YogiShidiq/makalah-mineral-dan-batuan-yogi.
Diakses pada 30 Desember 2015 pukul 11.53
http://www.academia.edu/5542671/IDENTIFIKASI_MINERAL. Diakses pada 30
Desember 2015 pukul 13.05
http://duniaanaktambang.blogspot.co.id/2014/11/identifikasi-batuan-batuanbeku.html?m=1. Diakses pada 30 Desember 2015 pukul 14.10
https://id.wikipedia.org/wiki/Geologi_struktur. Diakses pada 31 Desember 2015
pukul 12.46
http://ilmugeologitambang.com/struktur-geologi-dalam-dasar-dasar-ilmugeologi.html. Diakses pada 31 Desember 2015 pukul 13.02
http://fahrudin.blog.undip.ac.id/files/Struktur-Geologi-6.pdf. Diakses pada 31
Desember 2015 pukul 13.15
https://geologiunpad2010.wordpress.com/2011/10/24/jenis-jenis-struktur-geologi/.
Diakses pada 31 Desember 2015 pukul 14.22
97

Anda mungkin juga menyukai