KATA PENGANTAR
yang
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
11
Tabel 2.4
12
Tabel 2.5
13
Tabel 3.1
15
16
16
17
Tabel 3.5
19
Tabel 4.1
25
Tabel 4.2
26
Tabel 4.3
27
Tabel 4.4
28
Tabel 4.5
29
Tabel 5.1
31
Tabel 5.2
32
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 5.3
34
Tabel 5.4
35
Tabel 5.5
37
Tabel 5.6
38
Tabel 6.1
40
Tabel 6.2
42
Tabel 6.3
43
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1
10
Grafik 3.1
18
Grafik 3.2
21
Grafik 3.3
22
Grafik 3.4
22
Grafik 3.5
23
Grafik 5.1
31
Grafik 5.2
33
Grafik 5.3
36
PENDAHULUAN
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan sesungguhnya adalah suatu proses jangka panjang yang
pemantauan
atau
evaluasi
kekurangan
serta
keberhasilan
PENDAHULUAN
1.2.
BAB I
Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan publikasi Indikator Sosial Kabupaten
Garut Tahun 2014 adalah tersedianya data pokok berupa indikator makro tentang
kondisi
sosial
kependudukan,
masyarakat
Kabupaten
indikator
kesehatan,
Garut
yang
indikator
terdiri
dari
pendidikan,
indikator
indikator
1.3.
PENDAHULUAN
BAB I
Pendidikan
Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar, menengah
dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan.
Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau belum
pernah sekolah. Termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanakkanak
yang tidak melanjutkan ke SD.
Masih bersekolah adalah mereka yang sedang mengikuti pendidikan di
pendidikan dasar, menengah atau tinggi.
Tidak sekolah lagi adalah mereka yang, pernah mengikuti pendidikan
dasar, menengah atau tinggi, tetapi pada saat pencacahan tidak sekolah lagi.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki
(ditamatkan) adalah jenjang pendidikan yang pernah diduduki (ditamatkan) oleh
seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau sedang diduduki oleh seseorang yang
masih sekolah.
Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi seluruh penduduk berusia 15
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Angka partisipasi sekolah adalah proporsi dari seluruh penduduk dari
berbagai kelompok umur tertentu (7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24) yang masih
duduk di bangku sekolah.
Kesehatan
Seseorang dianggap mengalami keluhan kesehatan apabila selama
sebulan yang lalu mengalami berbagai keluhan yang mengakibatkan terganggunya
kesehatan. Berobat jalan adalah jika seseorang yang mengalami keluhan
kesehatan selama sebulan yang lalu mengunjungi fasilitas kesehatan atau tempat
pengobatan lainnya dalam rangka mengurangi keluhan kesehatan yang dialami.
Ketenagakerjaan
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
(15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak
bekerja dan pengangguran.
Penduduk yang termasuk buka nangkatan kerja adalah penduduk
usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainnya.
PENDAHULUAN
BAB I
Perumahan
Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk
keperluan sehari-hari. Bagian-bagian yang digunakan bukan untuk keperluan
sehari-hari tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi,
kandang ternak, jemuran, dan warung (sebatas atap).
Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan
PENDAHULUAN
BAB I
KEPENDUDUKAN
BAB II
BAB II
KEPENDUDUKAN
Salah satu masalah yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses
pembangunan yang mengedepankan peningkatan kualitas sumber daya manusia
adalah masalah kependudukan (demografi). Hal tersebut dapat dipahami karena
begitu pentingnya sumber daya manusia dalam pelaksanaan pembangunan, baik
sebagai subyek atau pelaksana pembangunan, maupun sebagai obyek atau
target dari pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk yang
besar dan
pemikiran
tersebut,
maka
lahirlah
paradigma
baru
dari
KEPENDUDUKAN
BAB II
Tahun
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
Rata-rata
LPP
(Persen)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1971
568 893
613 661
1 200 407
2,74
1980
728 538
754 497
1 483 035
2,38
1990
868 643
879 973
1 748 616
1,64
2000
1 043 242
1 007 850
2 051 092
1,66
2010
1 224 092
1 198 234
2 422 326
1,67
Dari Tabel 2.1, tampak sampai dengan dekade 80-an, laju pertumbuhan
penduduk (LPP) di Kabupaten Garut masih relatif tinggi, yakni di atas 2 persen.
Hasil Sensus Penduduk tercatat di tahun 1971 jumlah penduduk Kabupaten
Garut baru mencapai 1.200.407 jiwa, kemudian meningkat menjadi sebesar
1.483.035 jiwa di tahun 1980, selanjutnya kembali mengalami peningkatan pada
tahun 1990 dan 2000 jumlah masing-masing menjadi sebesar 1.748.616 dan
2.051.092 jiwa. Disisi lain, apabila diamati pola perkembangannya, selama
periode
1971-1980,
jumlah
penduduk
di
Kabupaten
Garut
mengalami
KEPENDUDUKAN
BAB II
periode
1990-2000
pertumbuhan rata-rata
mengalami
sedikit
percepatan,
yakni
dengan
Tabel 2.2.
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Garut
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2001 2014
Keadaan Pertengahan Tahun
Tahun
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
LPP
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2001
1.036.856
1.014.693
2.051.549
1.98
2002
1.057.270
1.034.671
2.091.941
1.97
2003
1.078.002
1.054.959
2.132.961
1.96
2004
1.099.026
1.075.534
2.174.560
1.95
2005
1.120.384
1.096.436
2.216.820
1.94
2006
1.142.107
1.117.694
2.259.801
1.94
2007
1.163.885
1.139.006
2.302.891
1.91
2008
1.185.829
1.160.481
2.346.310
1.89
2009
1.208.065
1.182.242
2.390.307
1.88
2010
1.224.092
1.198.234
2.422.326
1.34
2011
1.237.697
1.212.733
2.450.430
1.16
2012
1.250.607
1.226.507
2.477.114
1.09
2013
1.262.697
1.239.713
2.502.410
1.02
2014
1.274.098
1.252.088
2.526.186
0.95
Sumber : BPS
KEPENDUDUKAN
BAB II
pertumbuhan 0,95 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat 2.502.410 jiwa.
Secara umum pada periode 2001-2014 jumlah penduduk di Kabupaten Garut
mengalami peningkatan sejumlah 474.637
density)
yang
secara
otomatis
terus
menerus
mengalami
Kabupaten Garut yang memiliki luas sekitar 3.065,19 km2 dengan jumlah
penduduk sebesar 2.526.186 jiwa di tahun 2014, maka tingkat kepadatan
penduduk pada tahun tersebut tercatat sebesar 824 orang per km2. Sementara
jika dibandingkan dengan tahun 2004, dimana jumlah penduduk sebanyak
2
2.174.560 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 709 orang per km , maka
KEPENDUDUKAN
BAB II
Grafik 2.1.
Perkembangan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kabupaten Garut
Periode 2001-2014
(Jiwa/Km2)
KEPENDUDUKAN
BAB II
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tahun 2014
Kelompok
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0-4
135.658
130.244
265.902
104,16
5-9
136.622
130.400
267.022
104,77
10-14
139.288
133.830
273.118
104,08
15-19
121.726
116.335
238.061
104,63
20-24
100.341
99.970
200.311
100,37
25-29
96.347
94.135
190.482
102,35
30-34
92.163
90.634
182.797
101,69
35-39
91.297
89.798
181.095
101,67
40-44
81.219
80.640
161.859
100,72
45-49
73.221
71.395
144.616
102,56
50-54
58.784
58.866
117.650
99,86
55-59
46.454
46.047
92.501
100,88
60-64
36.573
36.374
72.947
100,55
65-69
25.762
27.916
53.678
92,28
70-74
18.958
20.840
39.798
90,97
75+
19.685
24.664
44.349
79,81
1.274.098
1.252.088
2.526.186
101,76
Jumlah
Sebagai gambaran, rasio jenis kelamin penduduk kelompok usia 0-4 tahun
sebesar 104,16 dan terus mengalami penurunan sampai sebesar 79,81 pada
kelompok umur paling tua yaitu usia 75 tahun atau lebih. Kondisi ini sejalan
dengan teori demografi yang menyatakan bahwa semakin tua kelompok umur
penduduk maka rasio jenis kelaminnya akan semakin mengecil, karena jumlah
penduduk laki-laki semakin tua umumnya akan semakin banyak berkurang
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yang lebih mampu untuk
dapat bertahan hidup, selain itu faktor hormonal dan gaya hidup sangat
berpengaruh. Sementara faktor kejanggalan kemungkinan dapat terjadi karena
adanya faktor kesalahan pelaporan umur oleh responden yang biasanya
cenderung menuakan atau memudakan umurnya beberapa tahun dari umur
yang sebenarnya.
KEPENDUDUKAN
BAB II
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tahun 2014
Kelompok
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0-14
411.568
394.474
806.042
104,33
15-64
798.125
784.194
1.582.319
101,78
65 +
64.405
73.420
137.825
87,72
1.274.098
1.252.088
2.526.186
Jumlah
101,76
KEPENDUDUKAN
Tabel 2.5.
Rasio Beban Ketergantungan Penduduk
Tahun 1990, 2000, 2010 dan 2014
Tahun
Anak
Tua
DR
(2)
(3)
(4)
1990
69,00
6,80
75,80
2000
56,74
8,00
64,74
2010
54,93
8,34
63,27
2014
50,94
8,71
59,65
(1)
BAB II
KESEHATAN
BAB III
BAB III
KESEHATAN
KESEHATAN
BAB III
Perempuan
Laki-laki +
Perempuan
(2)
(3)
(4)
Panas
28,41
27,41
27,90
Batuk
32,54
32,71
32,63
Pilek
30,73
29,99
30,36
4,86
4,47
4,66
2,58
1,69
2,13
33,82
35,09
34,45
Keluhan Kesehatan
(1)
Dapat
diperlihatkan
proporsi
penduduk
yang
mempunyai
keluhan
kesehatan selama sebulan, seperti tampak pada Tabel 3.1. Pada tahun 2014,
selama satu bulan ada sebanyak 30,34 persen dari penduduk Kabupaten Garut
mempunyai keluhan kesehatan, dimana proporsi penduduk laki-laki yang
mempunyai keluhan kesehatan sedikit lebih rendah, yakni sebesar 33,82 persen,
sedangkan perempuan mencapai 35,09 persen. Seperti tahun-tahun sebelumnya,
jika dilihat komposisinya, pada tahun 2014 keluhan kesehatan yang dominan
adalah pilek, batuk, dan panas, yaitu masing-masing sebesar 30,36 persen;
32,63 persen dan 27,90 persen dari penduduk Kabupaten Garut.
Selanjutnya dari penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan tersebut,
persentase penduduk yang terganggu kegiatan sehari-harinya (penduduk yang
menderita sakit) selama sebulan adalah sebesar 48,22 persen, atau dengan
KESEHATAN
BAB III
dalam satu hari kurang lebih 13.977 penduduk Garut menderita sakit.
Tabel 3.2.
Jumlah Penduduk yang Kegiatan Sehari-hari Terganggu
Akibat Keluhan Kesehatan (Penderita Sakit) Selama Satu Bulan
di Kabupaten Garut Tahun 2014
Rincian
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki +
Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
430.746
438.824
869.750
49,31
47,15
48,22
212.404
206.918
419.322
atau jumlah hari sakit terbesar adalah <4 hari, dimana perempuan dengan
persentase sebesar 55,44 persen, sedangkan pada laki-laki 52,55 persen. Tetapi
pada tahun 2014 laki-laki cenderung menderita sakit lebih lama dibandingkan
perempuan, ini tampak dari rata-rata jumlah hari sakit laki-laki lebih lama
dibandingkan perempuan, yakni masing-masing sebesar 5,22 dan 4,96 hari.
Tabel 3.3.
Persentase Penderita Sakit Selama Satu Bulan Berdasarkan Lamanya Sakit
(Terganggu) di Kabupaten Garut Tahun 2014 (Persen)
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki +
Perempuan
(2)
(3)
(4)
<4 hari
52,55
55,44
53,98
4 hari 7 hari
33,25
33,86
33,55
8 hari
14,20
10,70
12,47
Jumlah
100,00
100,00
100,00
5,22
4,96
5,09
Lamanya Terganggu
(1)
KESEHATAN
BAB III
Kondisi
demikian pulalah yang merupakan salah satu pemicu pertumbuhan jumlah yang
cukup signifikan dari tenaga medis di Kabupaten Garut dalam lima tahun terakhir
seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Tabel 3.4.
Proporsi Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan Selama
Sebulan Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Garut
Tahun 2014
Tempat Berobat
(1)
Persentase
(%)
(2)
31,32
Puskesmas/Pustu/Pusling
25,47
43,49
52,04
KESEHATAN
BAB III
Data komposisi
persalinan yang ditolong tenaga medis seperti dokter dan bidan diasumsikan
lebih baik dari pada yang ditolong oleh dukun, famili atau lainnya.
Dari Grafik 3.1. tampak peranan tenaga kesehatan sebagai penolong
kelahiran di Garut
tersebut karena hampir semua desa memiliki bidan desa walaupun masih
terdapat kebiasaan ibu yang melakukan persalinan ditolong oleh dukun beranak.
Adapun peranan penolong kelahiran balita oleh bukan tenaga kesehatan, yakni
sebesar 39,67 persen.
Grafik 3.1.
Persentase Penolong Kelahiran Balita
di Kabupaten Garut Tahun 2014
39.67
60.33
Salah satu faktor penting untuk perkembangan anak adalah pemberian Air
Susu Ibu (ASI) yang merupakan zat sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
KESEHATAN
zat
yang
dapat
menolak/pencegah
BAB III
penyakit
serta
dapat
memberikan kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan anak sebagai sarana
menjalin hubungan kasih sayang.
Secara umum proporsi balita yang pernah diberi ASI di Kabupaten Garut
pada tahun 2014 menunjukkan angka yang relatif tinggi, yakni 97,17 persen.
Tabel 3.5. menunjukkan distribusi anak berumur 2-4 tahun menurut lamanya
disusui.
gambaran
yang
diperoleh
tentang
praktek
pemberian
ASI
tidak
bias
Dari
sebaran tersebut tampak hal yang cukup menggembirakan, yaitu sebagian besar
balita 2-4 tahun diberikan ASI dengan rentang waktu lebih dari 12 bulan, yakni
sebesar 92,61 persen.
Kondisi di atas
menunjukkan bahwa saat ini tampak telah banyak para ibu yang sudah
menyadari pentingnya ASI bagi bayi serta menyadari bahwa salah satu kodratnya
sebagai seorang ibu adalah menyusui anaknya. Ini merupakan suatu indikator
dari keberhasilan program Pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
balita yang telah berhasil menyentuh ke sebagian besar lapisan masyarakat
khususnya di Kabupaten Garut.
Tabel 3.5.
Persentase Balita 2-4 Tahun Yang Pernah Diberi ASI Menurut Lamanya Disusui
di Kabupaten Garut Tahun 2014 (Persen)
Umur Balita (Tahun)
Lamanya disusui
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
99,19
94,39
96,69
12 bulan
9,57
5,29
7,39
13-24 bulan
73,58
84,07
78,91
25+
16,85
10,65
13,70
Total
100,00
100,00
100,00
(1)
KESEHATAN
BAB III
penurunan
AKB
merupakan
pertanda
adanya
Adanya
kemajuan
hasil
Contohnya, di
Indonesia berdasarkan hasil Supas 1995, tercatat AKB sebesar 51. Sedangkan di
negara-negara maju, seperti Jepang dan Swedia AKB umumnya berada pada
level di bawah 10.
Selama ini orang beranggapan bahwa kekayaan suatu wilayah berbanding
lurus dengan tingkat kesehatan penduduk, termasuk bayi dan anak-anak.
Kenyataan di atas mendorong para ahli untuk melakukan penelitian yang
mengaitkan antara jumlah kematian bayi dan faktor ekonomi.
Seperti yang
menyebabkan
penurunan
kematian
bayi
serta
akan
meningkatkan
keahlian
dan
tingkat
inovasi
untuk
KESEHATAN
BAB III
mempengaruhi AKB adalah ASI dan Imunisasi yang erat kaitannya dengan daya
tahan tubuh anak terhadap serangan penyakit.
Sampai dengan tahun 2012 (data tahun 2013 tidak tersedia) AKB di
Kabupaten Garut masih relatif tinggi, yakni sebesar 49,95 (angka proyeksi); ini
berarti masih ada sekitar 50 kematian bayi di bawah 1 tahun per 1000 kelahiran
hidup.
kurun 2002-2012, seperti tampak pada Grafik 4.2.. Penurunan yang relatif tinggi
terjadi antara tahun 2004 sampai 2012 yaitu dengan penurunan rata-rata
sebesar 1,37 poin per tahun, sedangkan tahun-tahun lainnya menurun dengan
level yang hampir sama dan relatif rendah.
Grafik 3.2.
Perkembangan AKB di Kabupaten Garut Periode 2002-2012
AKB
AKB
2002
57.02
2003
56.98
2004 57.02 55.94
56.98
58
2005
54.83 55.94 54.83
56
53.79
2006
53.79
52.77 52.42
54
2007
52.77
51.65
50.87 50.62
52
2008
52.42
49.95
2009
51.65
50
2010
50.87
48
2011
50.62
46
20122002 2003
49.95 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
AKB
Peningkatan AHH0
KESEHATAN
BAB III
Grafik 3.3.
Perkembangan AHH0 di Kabupaten Garut Periode 2010-2014
70.55
70.50
70.49
70.47
70.45
70.43
70.40
70.35
70.39
70.34
70.30
70.25
70.20
2010
2011
2012
2013
2014
72.50
72.00
71.50
71.82
71.56
71.29
71.00
70.50
70.34
70.43
70.39
72.23
72.09
70.47
70.49
70.00
69.50
69.00
2010
2011
2012
Jawa Barat
2013
Garut
2014
KESEHATAN
BAB III
JAWA BARAT
Majalengka
Tasikmalaya
Pangandaran
Ciamis
Cianjur
Kota Banjar
Indramayu
Sukabumi
Kota Tasikmalaya
Bekasi
Sumedang
Kuningan
Cirebon
Subang
Bogor
Kota Cirebon
Garut
Kota Depok
Kota Sukabumi
Karawang
Purwakarta
Kota Bandung
Bandung Barat
Kota Bekasi
Kota Bogor
Bandung
Kota Cimahi
0.94
0.44
0.41
0.38
0.35
0.32
0.31
0.30
0.27
0.23
0.23
0.21
0.20
0.18
0.17
0.16
0.15
0.15
0.13
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07
0.06
0.04
0.04
0.03
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
PENDIDIKAN
BAB IV
BAB IV
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
BAB IV
Tabel 4.1.
APK Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan
di Kabupaten Garut, Tahun 2014
Jenjang Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
SD
SLTP
SLTA
105,89
85,36
57,38
106,74
80,55
67,32
106,28
82,80
62,17
Berdasarkan Tabel 4.1. hal yang menarik adalah Angka Partisipasi Kasar
(APK) hampir seluruh jenjang pendidikan untuk penduduk perempuan pada
tahun 2014 cenderung lebih tinggi dibandingkan APK penduduk laki-laki, kecuali
APK jenjang pendidikan SLTP. Besaran APK SD pada tahun 2014 adalah sebesar
106,28 persen, kondisi ini merupakan suatu indikasi bahwa terdapat siswa SD
yang usianya di luar batasan usia sekolah dasar yaitu dibawah 7 tahun atau
diatas 12 tahun.
Selain itu berdasarkan tabel tersebut dapat diperlihatkan, bahwa semakin
tinggi tingkat jenjang pendidikan ternyata APK-nya semakin rendah, hal tersebut
berlaku baik
dimungkinkan, karena ketidakmampuan keluarga untuk menyekolahkan anakanaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena semakin tinggi jenjang
pendidikan akan semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan oleh
rumahtangga. Selain itu penyebab yang juga masih dominan adalah masih
PENDIDIKAN
BAB IV
banyaknya anggapan bahwa cukup dengan hanya dapat membaca dan menulis
saja sudah cukup untuk memberikan bekal pada anak-anaknya dalam mencari
pekerjaan.
dibandingkan
APK
karena
pembilangnya
lebih
kecil
sementara
penyebutnya sama. APM membatasi usia siswa sesuai dengan usia sekolah dan
jenjang pendidikannya sehingga angkanya lebih kecil.
Tabel 4.2.
APM Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan
di Kabupaten Garut, Tahun 2014
Jenjang Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
98,78
75,32
49,85
96,10
72,31
46,68
97,55
73,72
48,32
SD
SLTP
SLTA
Dari Tabel 4.2. tampak Angka Partisipasi Murni untuk jenjang pendidikan
Sekolah Dasar di Kabupaten Garut pada tahun 2014 adalah sebesar 97,55
persen, artinya lebih 97 persen penduduk usia 7-12 tahun di Kabupaten Garut
sedang bersekolah di jenjang pendidikan SD. Besaran APM SD ini merupakan
implikasi dari program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang digulirkan
oleh Pemerintah Kabupaten Garut.
PENDIDIKAN
BAB IV
Ditinjau dari jenis kelamin, pada tahun 2014 ini , APM perempuan lebih
rendah dari pada APM laki-laki di seluruh jenjang pendidikan.
Tabel 4.3.
APS Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
di Kabupaten Garut, Tahun 2014
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
07 12
13 15
16 18
99,67
85,75
61,59
98,00
87,11
55,12
98,91
86,47
58,47
Pada Tabel 4.3. tampak bahwa APS anak perempuan lebih rendah
daripada APS anak laki-laki hampir pada semua kelompok umur. Hanya pada
kelompok umur 13-15 tahun
4.4.
sepuluh tahun keatas yang dapat membaca dan menulis kata-kata/kalimat yang
sederhana baik huruf latin atau huruf lainnya. Indikator ini secara makro dapat
PENDIDIKAN
BAB IV
menggambarkan kualitas mutu sumber daya manusia (SDM) yang diukur dalam
aspek pendidikan, dimana semakin tinggi persentase Angka Melek Huruf (AMH)
dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi pula mutu kualitas SDM suatu
masyarakat.
Angka Melek Huruf Latin Kabupaten Garut untuk penduduk usia 10 tahun
atau lebih pada tahun 2014 tercatat sebesar 97,05 persen dengan perbandingan
antara laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 98,47 dan 95,61 persen.
Hal ini menggambarkan bahwa sampai dengan tahun 2014 masih lebih banyak
penduduk perempuan yang buta huruf dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
Kemungkinan masih berhubungan dengan kultur masyarakat, pada era
terdahulu,
terutama
untuk
daerah
pedesaan
yang
cenderung
lebih
Tabel 4.4.
Angka Melek Huruf Penduduk Kabupaten Garut
Usia 10 Tahun Keatas Tahun 2014
Jenis kelamin
Huruf Latin
Huruf
Lainnya
(1)
(2)
(3)
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki +
Perempuan
98,47
95,61
97,05
90,60
92,65
91,62
PENDIDIKAN
BAB IV
Tabel 4.5.
Persentase Penduduk Kabupaten Garut Usia 10 Tahun Keatas
Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2014
Ijasah Tertinggi Yang dimiliki
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
24,71
38,20
18,23
15,88
2,99
27,49
37,99
19,67
12,43
2,41
26,08
38,09
18,94
14,18
2,70
100,00
100,00
100,00
KETENAGAKERJAAN
BAB V
BAB V
KETENAGAKERJAAN
Peningkatan
penduduk
usia
kerja
ini
tentu
saja
akan
sangat
KETENAGAKERJAAN
menguntungkan
apabila
bisa
dikelola
dengan
baik
dalam
BAB V
arti
dapat
Tabel 5.1.
Jumlah Penduduk Usia Kerja (Usia 15 Tahun Keatas)
Di Kabupaten Garut Tahun 2013 2014
Tahun
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
2013
856.267
850.543
1.706.810
2014
868.181
863.386
1.731.567
0.68
11.65
8.47
6.09
73.11
5.67
35.79
47.73
7.81
Bekerja
Pengangguran
mengurus RT
Lainnya
3.01
Sekolah
KETENAGAKERJAAN
BAB V
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki +
Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
Angkatan Kerja
- Bekerja
687.629
334.916
1.003.916
634.761
308.966
943.727
- Pengangguran
Bukan Angkatan Kerja
Jumlah
52.868
25.950
78.818
180.552
528.470
709.022
868.181
863.386
1.731.567
KETENAGAKERJAAN
BAB V
persen dan 38,79 persen. Hal ini dapat dimengerti karena penduduk laki-laki
merupakan pencari nafkah utama di dalam keluarga sehingga porsi yang masuk
kedalam angkatan kerjanya pun akan lebih besar dibandingkan perempuan. Bila
dibandingkan dengan tahun 2013 maka TPAK Kabupaten Garut mengalami
kenaikan, dari 58,82 persen menjadi 59,05 persen pada tahun 2014. TPAK untuk
daerah perkotaan ternyata lebih tinggi daripada TPAK daerah pedesaan, hal ini
berarti potensi penduduk untuk beraktifitas secara ekonomi lebih tinggi di
perkotaan daripada di pedesaan.
Grafik 5.2.
TPAK Kabupaten Garut Tahun 2013-2014
78.08
79.20
39.42
LAKI-LAKI
61.98
56.81
38.79
PEREMPUAN
2013
KOTA
DESA
2014
tampak
mengambil porsi yang cukup tinggi yakni sebesar 16,49 persen atau sebanyak
168,613 jiwa. Angkatan kerja yang berpendidikan relatif tinggi yakni lulusan
SLTA sederajat hanya mengambil porsi sebesar 17,72 persen atau sebanyak
181.222 jiwa. Sedangkan angkatan kerja yang berpendidikan lulusan perguruan
tinggi tampak hanya sebanyak 44.134 jiwa atau dengan persentase 4,32 persen
dari total angkatan kerja di Kabupaten Garut.
KETENAGAKERJAAN
BAB V
Jenjang Pendidikan
Angkatan
Kerja (AK)
Jumlah
% terhadap
AK
(1)
(2)
(3)
(4)
179.290
5.331
2,97
449.286
168.613
181.222
44.134
12.777
20.979
38.546
1.185
2,84
12,44
21,27
2,68
1.022.545
78.818
7,71
kesempatan
kerja
yang
sebenarnya
adalah
besarnya
permintaan tenaga kerja. Akan tetapi karena sulitnya data yang diperlukan, maka
KETENAGAKERJAAN
BAB V
pada tulisan ini kesempatan kerja mempunyai arti jumlah penduduk yang bekerja
pada waktu tertentu atau banyaknya angkatan kerja yang bekerja. Tabel 5.4.
menggambarkan jumlah dan persentase kesempatan kerja tahun 2013 2014
yang ada di Kabupaten Garut. Tampak pada periode 2013 2014 kesempatan
kerja di Kabupaten Garut mengalami kenaikan dari 91,86 persen di tahun 2013
menjadi 92,29 persen di tahun 2014.
Tabel 5.4.
Jumlah Usia Kerja dan Persentase Kesempatan Kerja
Di Kabupaten Garut Tahun 2013 2014
Jumlah
Jumlah Yang
Angkatan Kerja
Bekerja
(1)
(2)
(3)
2013
1.003.916
922.194
91,86
2014
1.022.545
943.727
92,29
Tahun
Tingkat Kesempatan
Kerja
(4)
KETENAGAKERJAAN
BAB V
Grafik 5.3
Perkembangan TPT kabupaten Garut Tahun 2011 - 2014
biasa
dipakai sebagai salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian
dalam menyerap tenaga kerja. Indikator tersebut juga biasa digunakan sebagai
salah satu ukuran untuk menunjukan struktur perekonomian suatu wilayah.
Untuk mengamati perkembangan penyerapan tenaga kerja menurut sektor
atau komposisi tenaga kerja menurut sektor ekonomi, dapat disimak Tabel 5.5.
yang menggambarkan perkembangan tahun 2014. Dari tabel tersebut tampak,
sampai dengan tahun 2014 sektor pertanian masih merupakan sektor dengan
serapan tenaga kerja paling dominan, yakni sebesar 33,36 persen dari total
tenaga kerja di Kabupaten Garut. Kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa 33
persen rumahtangga di Kabupaten Garut masih menggantungkan hidupnya di
sektor ini. Dengan demikian, kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Garut, khususnya bidang ekonomi,
seharusnya diarahkan pada program-program yang dapat meningkatkan kinerja
sektor pertanian secara makro.
Disisi lain, penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan, hotel,
restoran yang juga merupakan sektor cukup dominan di Kabupaten Garut
mengambil porsi sebesar 25,20 persen. Sedangkan sektor jasa-jasa dan Industri
KETENAGAKERJAAN
BAB V
Lapangan Usaha
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
(2)
Pertanian
Industri
Perdagangan, Hotel & Restoran
Jasa-jasa
Lainnya
33,35
9,53
25,20
16,92
14,61
Jumlah
100,00
pendapatan
masyarakat.
Sebaliknya,
dengan
makin
tingginya
kenaikan
persentase
terjadi
pada
berusaha
dibantu
buruh
tetap/dibayar dari 1,74 persen di tahun 2013 persen menjadi 3,66 persen di
KETENAGAKERJAAN
BAB V
Tabel 5.6.
Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
di Kabupaten Garut Tahun 2009 - 2014
Tahun
Pekerjaan
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
28,07
9,29
23,97
12,89
22,08
16,08
22,81
19,99
22,66
19,27
5,83
5,79
1,48
1,74
3,66
49,18
45,93
48,00
43,18
43,11
7,63
11,43
12,37
12,27
11,30
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
(1)
1. Berusaha Sendiri
2. Berusaha dibantu
buruh tidak tetap
3. Berusaha dibantu
buruh tetap/dibayar
4. Buruh / Karyawan/
Pekerja Bebas
5. Pekerja tak dibayar
Jumlah
PERUMAHAN
BAB VI
BAB VI
PERUMAHAN
kelangsungan
hidupnya.
Berdasarkan
tingkat
intensitas
yang
layak
bangunan
yang
berfungsi
sebagai
tempat
perumahan
dan
kawasan
pemukiman
adalah
untuk
menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman menjadi
tugas bagi negara, dimana penyelenggaraan pembinaannya dilaksanakan oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah.
Sebagai salah satu kebutuhan dasar, rumah dan kelengkapannya menjadi
salah satu indikator penentu kesejahteraan rakyat dan harus memenuhi
standard minimal baik dari segi kesehatan maupun kualitas teknis. Salah
satu
rumah
indikator perumahan
tangga
yang
dapat
mencerminkan
kesejahteraan
terluas. Indikator lain yang meliputi fasilitas rumah secara umum adalah luas
lantai hunian, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar, dan sumber
penerangan. Kualitas rumah yang baik dan tersedianya fasilitas yang memadai
dan sesuai standar kesehatan akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
PERUMAHAN
BAB VI
2014
(2)
97,30
98,42
63,38
77,19
PERUMAHAN
BAB VI
layak, serta adanya penerangan yang baik. Air bersih merupakan kebutuhan
yang sangat penting bagi rumah tangga. Ketersediaan dalam jumlah yang
cukup terutama untuk
tujuan
dari
keperluan
minum
dan
memasak
merupakan
Tabel
6.2
tampak
bahwa
persentase
rumah
tangga
yang
menggunakan air minum layak pada tahun 2014 mencapai 44,21 persen. Bila
dilihat lagi dengan lebih mendetil terhadap sumber air minum yang digunakan
maka terlihat bahwa di Kabupaten Garut 31,23 persen rumah tangganya
menggunakan air dari sumur terlindung dan 26,36 persen menggunakan mata
air terlindung. Baik sumur terlindung maupun mata air terlindung apabila jarak
keduanya dari tempat penampungan kotoran terdekat lebih dari 10 m, maka
kedua sumber air minum ini cukup sehat untuk digunakan.
Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran
pencernaan seperti thypus, kolera, bermacam-macam cacing dan sebagainya.
Penyediaan sarana
jamban
sanitasi
untuk
PERUMAHAN
BAB VI
Tabel 6.2.
Persentase Rumah Tangga Menurut
Beberapa Fasilitas Perumahan di Kabupaten Garut Tahun 2014
Fasilitas Perumahan
Air minum layak
1)
(1)
2)
2014
(2)
44,21
57,59
35,79
56,57
Bersama
19,25
Umum
16,27
Tidak ada
Sumber penerangan listrik
7,91
99,46
Rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak adalah rumah
tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau bersama dengan
jenis kloset leher angsa dan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir
kotoran. Di Kabupaten Garut, persentase rumah tangga yang memiliki sanitasi
layak pada tahun 2014 hanya sebesar 35,79 persen.
Fasilitas perumahan lainnya yang juga penting adalah penerangan. Sumber
penerangan yang ideal adalah yang berasal dari listrik (PLN dan Non PLN),
karena cahaya listriknya lebih terang dibandingkan sumber penerangan lain.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, 99,46 persen rumah tangga telah
menikmati fasilitas listrik yang berarti hanya sangat sedikit rumah tangga
(dibawah 1 persen) yang belum menggunakan listrik sebagai sumber
penerangan utama.
Indikator Sosial Kabupaten Garut Tahun 2015 | 42
PERUMAHAN
BAB VI
tingkat
kesejahteraan
dan
juga
peningkatan
taraf
hidup
Tabel 6.3.
Persentase Rumah Tangga Menurut Indikator
Kepemilikan Rumah Tinggal di Kabupaten Garut, Tahun 2014
Indikator
(1)
Milik sendiri
2014
(2)
90,64
Kontrak
0,86
Sewa
0,19
8,31
Lainnya
0,00