Anda di halaman 1dari 5

HUKUM KESEHATAN

kasus kriminalitas terhadap apoteker

Disusun Oleh:
Doni Sumardi (3012210122)
Kelas :

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
2014
I. PENDAHULAN

Perkembangan dalam bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan
pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian.
Pekerjaan kefarmasiaan adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informsi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Tenaga kefarmasian adalah tenaga
yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan
persyaratan keamanan mutu dan kemanfaatan.
Tujuan dapi pengaturan pekerjaan kefarmasian untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat sediaan farmasi dan jasa kefarmasian, mempertahankan dan
meningkatkan

mutu

penyelenggaraan

pekerjaan

kefarmasian

sesuai

dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan dan perundang


undangan dan memberikan kepatian hukum bagi masyarakat dan tenaga kefarmasian.
Narkotika merupakan zat atau obat yang bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan dapat menimbulkan akibat
yang sangat merugikan bagi masyarakat khususnya generasi muda. Narkotika adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun
semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan golongan tertentu.

II. PERMASALAHAN
Banyaknya kasus kriminalitas kepada apoteker.
III. ANALISIS
Tidak adanya kepastian hukum terhadap perlindungan apoteker dalam
menjalankan profesinya sehingga akan menghambat perkembangan dan kelancaran
dalam menjalankan pelayanan kefarmasian. Selain tidak adanya kepastian hukum
terhadap apoteker, apoteker hanya berlindung dibalik undang undang nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan dan peraturan pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian.
Kasus terbaru kriminalitas terhadap apoteker adalah yang dialami oleh seorang
apoteker yaitu Yuli Setyarini, S.Farm. Dalam kasus ini apoteker dituduh melakukan
penggelapan saat bekerja. Kasus ini bermula saat Yuli menemukan transaksi yang
janggal terhadap pembelian obat obat psikotropika di apotik tersebut. Sadar akan
pelanggaran tersebut, Yuli menyerahkan obat obat tersebut ke dinas kesehatan kota
Semarang. Karena Yuli ingin mengundurkan diri dari apotik tersebut maka Yuli
menitipkan obat obat tersebut karena takut disalahgunakan. Tetapi oleh pemilik apotik
Yuli dilaporkan melakukan penggelapan sehingga Yuli dijerat pasal 374 KUHP terkait
penggelapan dalam jabatannya.

Menurut IAI apa yang dilakukan Yuli sudah sesuai dengan undang undang
maka dengan vonis itu apoteker tidak punya perlindungan hukum lagi karena apoteker
yang sudah bekerja sesuai undang undang tetap dinyatakan bersalah.
Karena kurangnya perlindungan terhadap apoteker sehingga apoteker yang
sudah bekerja / melakukan wewenang sesuai dengan undang undang mengalami
tindakan kriminalitas. Hal ini ditakutkan akan menjadikan yurisprudensi yang sangat
merugikan terhadap keberlangsungan pelayanan kefarmasian.

IV. KESIMPULAN
Masih banyak kasus kriminalitas terhadap apoteker yang belum terungkap. Dari
kasus di atas ditakutkan akan menjadikan yurisprudensi. Maka perlu dibuat undang
undang praktek kefarmasian untuk melindungi para apoteker.
V. DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
http://www.poskotanews.com/2012/09/26/merasa-dikriminalisasi-apoteker-

mengadu-ke-ky/
http://www.jurnas.com/news/72184/Apoteker_Se-

Indonesia_Minta_Perlindungan_Hukum/1/Sosial_Budaya/Kesehatan
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/34-pharmacy-news/1933-

rawan-kriminalisasi-ikatan-apoteker-indonesia-minta-perlindungan-hukum.html
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/09/26/131011/Kasus
-Vonis-Yuli-Apoteker-Dilaporkan-ke-KY-

http://news.okezone.com/read/2012/08/13/339/676984/iai-tolak-upaya-

kriminalisasi-apoteker
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5062ee3b19c80/apoteker-dihukum-asosiasi-mengadukan-hakim

Anda mungkin juga menyukai