Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab
dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti
halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan
masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan
dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4
(empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK).
Pengertian Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Kecelakaan kerja termasuk
penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh
penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko resiko sosial seperti kematian atau
cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya
jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan
tanggungjawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar
iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisarantara 0,24% s/d 1,74% sesuai kelompok
jenis usaha.
Definisi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yaitu kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja, antara lain :
1) Penyakit yang timbul karena hubungan kerja;
2) Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja,
dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

B. POKOK PERMASALAHAN
1. Bagaimana tata cara pengajuan Jaminan Kecelakaan Kerja pada kasus tersebut?
2. Apa manfaat jaminan kecelakaan kerja?
3. Bagaimana Pelaksanaa Jaminan Kecelakaan Kerja?

BAB II
1 | Hukum Perlindungan Perburuhan

PEMBAHASAN
Contoh Kasus
Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas
CilacapEmpat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha
Sukses, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam
tangki. Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini
akibat operator kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan
terkesan menutup-nutupi insiden ini.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di
komplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah
bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik
tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan
air panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja
yang ada didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.
Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji
Sutrisno dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil
menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah. Menurut salah seorang rekan pekerja,
air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah
seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan didalam
tangki tersebut belum selesai.
Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut,
karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar
saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas
musibah tersebut. (Nanang Anna Nur/Sup).
Analisis Kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula
krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan
kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga
mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen
yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini
memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan
manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat
tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak
ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka
2 | Hukum Perlindungan Perburuhan

pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki
masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang
mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,
inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk
meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan
tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada
kecelakaan tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi
kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut.
Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti
kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali
terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.
Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif
pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi
yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung
diri, monitoring perlatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,
pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan
beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.
e. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 86
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan sebaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 87

3 | Hukum Perlindungan Perburuhan

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan dalam Undang-Undang 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja salah satu
Syarat-Syarat Keselamatan Kerja Pada Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
Kewajiban Dan Hak Tenaga Kerja Pada Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
Serta dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang JAMSOSTEK
Pasal 8
1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan Kecelakaan
Kerja.
2. Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakan Kerja ialah:
a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun
tidak;
b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;
c. narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.
Pasal 9
Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi :
a. biaya pengangkutan;
b. biayapemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. biaya rehabilitasi;
d. santunan berupa uang yang meliputi :
1.
2.
3.
4.

santunan sementara tidak mampu bekerja;


santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental;
santunan kematian.

Pasal 10
1. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaran dalam waktu tidak lebih dari 2 kali
24 jam.
2. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacad atau
meninggal dunia.
4 | Hukum Perlindungan Perburuhan

3. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada
Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.
4. Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) danayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.

1. Tata Cara Pengajuan Jaminan Kecelakaan Kerja pada kasus tersebut


a) Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form jamsostek 3 (laporan

kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari
2x24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
b) Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh /meninggal dunia oleh dokter yang merawat,
pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada
PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2X 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan
sembuh/meninggal. Selanjutnya PT. Jamsostek (persero) akan menghitung dan
membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga
kerja/ahli waris.
c) Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan
disertai bukti-bukti:
Fotokopi kartu peserta.

Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form Jamsostek 3b atau 3c.

Kwitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan.

Dasar hukumnya UU JAMSOSTEK


Pasal 10
a. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerjadan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali
24 jam.
b. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacad atau
meninggal dunia.
c. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada
Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.
d. Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.

2. Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja


Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangka tbekerja sampai tiba
5 | Hukum Perlindungan Perburuhan

kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program
JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan
kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.
1)

Biaya Transport (Maksimum)


Darat Rp. 150.000,Laut Rp. 300.000,Udara Rp. 400.000,-

2)

Sementara tidak mampu bekerja


4 bulan pertama 100 % upah
4 bulankedua 75 % upah
Selanjutnya 50 % upah

3) Biaya Pengobatan/Perawatan
Rp.6.400.000, (maksimum)
4) Santunan Cacat
Sebagian-tetap % tabel x 70 bulan upah
Total-tetap
- Sekaligus 70 % x 70 bulan upah
- Berkala (2 tahun) Rp. 50.000,- per bulan
Kurang fungsi % kurang fungsi x % tabel x 70 bulan upah.
5)

Santunan Kematian
Sekaligus 60 % x 70 bulan upah
Berkala (2 tahun) Rp. 50.000,- per bulan
Biaya pemakaman Rp. 1.000.000,-

6) Biaya Rehabilitasi : Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta , ditambah 40 %


Prothese anggota badan
Alat bantu (kursi roda)
7) Penyakit akibat kerja, Tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja dan 3
tahun setelah putus hubungan kerja.

Iuran
1. Kelompok I

: 0.24 % dari upah sebulan;

6 | Hukum Perlindungan Perburuhan

2. Kelompok II : 0.54 % dari upah sebulan;


3. Kelompok III : 0.89 % dari upah sebulan;
4. Kelompok IV : 1.27 % dari upah sebulan;
5. Kelompok V : 1.74 % dari upah sebulan;

3. Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja


1)
2)
3)
4)

Harus dalam bentuk uang


Iuran dibayar oleh pengusaha
Sebesar 0,24-1,74% upah se bulan
Biaya mencakup
a. Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke Rumah Sakit dan
atau kerumahnya;
b. Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan;
c. Biaya pemeriksaan,pengobatan, dan atau perawatan selama di Rumah Sakit,termasuk
rawat jalan;
d. Biaya rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan atau alat ganti (prothese) bagi tenaga
kerja yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja;
e. Santunan sementara tidak mampu bekerja;
f. Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya;
g. Santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental, dan atau
h. Santunan kematian.

Pasal 9 Undang-Undang JAMSOSTEK

Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi :
a. biaya pengangkutan;
b. biayapemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. biaya rehabilitasi;
d. santunan berupa uang yang meliputi :
1.
2.
3.
4.

santunan sementara tidak mampu bekerja;


santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental;
santunan kematian.

BAB III
7 | Hukum Perlindungan Perburuhan

PENUTUP
Simpulan
1) Pada kasus tersebut tata cara pengajuan jaminan kecelakaan kerja sebagai berikut :
Pasal 10 UU JAMSOSTEK

a. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada
Kantor Departemen Tenaga Kerjadan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak
lebih dari 2 kali 24 jam.
b. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja
yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacad
atau meninggal dunia.
c. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja
kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.
d. Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.
2) Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi

bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangka tbekerja
sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran
untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya
iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran
3) Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Keja
Pasal 9 UU jamsostek
Jaminan Kecelakaan kerja meliputi :
a. Biaya pengangkutan
b. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan
c. Biaya Rehabilitasi
d. Santunan berupa uang, yang meliputi:
1. Santunan sementara tidak mampu bekerja
2. Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya.
3. Santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental
4. Santunan Kematian

8 | Hukum Perlindungan Perburuhan

Anda mungkin juga menyukai