Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasululloh SAW atas segala petunjuk dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Perdagangan Internasional. Makalah ini diajukan sebagai
syarat untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran IPS Makalah ini memuat tentang kebijakan dan
dampak Perdagangan Internasional, serta Pandangan Islam dalam persoalan Perdagangan
Internasional.
Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan berbagai pihak, makalah ini tidak akan
terwujud. Dalam makalah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak.
Terimakasih kepada yang terhormat Ibu Wahyu Retno Widyaningtia S.Pd selaku pembimbing mata
pelajaran IPS yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan tugas ini sehingga tugas ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu diharapkan kritik maupun saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.

Sungai Kapas, 11 Oktober 2016

Penulis

MOTO

Kecerdasan berfikir akan tercermin pada akhlak yang mulia

Generasi berilmu akan menciptakan bangsa yang cerdas

Daftar Isi
Kata Pengantar

.....................................................................................................1

Moto 2
Daftar Isi

.....................................................................................................3

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi Perdagangan Internasional......................................................................5
2.2 Kebijakan Perdagangan Internasional..................................................................6
2.3 Dampak Positif dan Negatif dari Perdagangan Internasional...............................8
2.4 Pandangan Islam dalam Persoalan Perdagangan Internasional.............................8
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan

.....................................................................................................13

3.2 Saran

.....................................................................................................13

Glosarium .. 14
Daftar Pustaka . 15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara tidak dapat hidup sendiri. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya
yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu negara akan membutuhkan negara lain. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan, setiap negara melakukan hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan
antarnegara ini disebut juga perdagangan internasional. Setiap negara melakukan perdagangan
internasional karena dengan melakukan perdagangan internasional banyak keuntungan yang
diperoleh, meskipun ada juga kerugian yang akan didapat. Untuk itu, pada makalah ini kami akan
membahas mengenai kebijakan dan dampak dari Perdagangan Internasional, serta pandangan Islam
dalam persoalan Perdagangan Internasional.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah:
1.2.1

Apa definisi dari Perdagangan Internasional?

1.2.2

Bagaimana kebijakan pada Perdagangan Internasional?

1.2.3

Apa dampak positif dan negatif dari Perdagangan Internasional?

1.2.4

Bagaimana pandangan Islam dalam persoalan Perdagangan Internasional?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu negara dengan negara lain
atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional tidak hanya
dilakukan oleh negara maju saja, namun juga negara berkembang.
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah memperoleh barang yang
tidak dapat diproduksi di negeri sendiri. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil
produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan IPTEK dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu
memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
Perdagangan internasional juga diartikan sebagai perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak
negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber
Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad
belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi,
globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional

2.2 Kebijakan Perdagangan Internasional


Pengertian kebijakan perdagangan internasional diartikan sebagai tindakan dan peraturan
yang dikeluarkan pemerintah untuk memengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan
internasional. Jadi dapat dikatakan arah kebijakan perdagangan internasional itu untuk mengatur
perdagangan internasional agar sesuai dengan yang dikehendaki pemerintah.
Adapun macam-macam kebijakan perdagangan internasional yaitu kebijakan perdagangan
bebas dan kebijakan perdagangan proteksionis.
1.

Kebijakan Perdagangan Bebas.


Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan perdagangan yang menginginkan adanya
kebebesan dalam perdagangan, sehingga tidak ada rintangan yang menghalangi arus produk dari dan
ke luar negeri. Kebijakan perdagangan ini berkembang seiring dengan adanya arus globalisasi di
mana antara negara satu dengan negara lain dalam kehidupannya lebih transparan tidak terbatasi oleh
batas-batas teritorial tiap-tiap negara. Karena perdagangan bebas ini tidak ada rintangan maka harga
produk ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran) sesuai dengan hukum ekonomi.

2.

Kebijakan Perdagangan Proteksionis


Kebijakan perdagangan proteksionis adalah kebijakan perdagangan yang melindungi produkproduk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk asing yang dilakukan dengan cara
membuat berbagai rintangan/hambatan arus produksi dari dan ke luar negeri.
Adapun macam-macam kebijakan perdagangan proteksionis antara lain:
1) Kouta Impor
Kebijakan yang menetapkan batas jumlah barang yang boleh diimpor dengan tujuan untuk
melindungi produsen dan produk dalam negeri.
2) Kouta ekspor
Kebijakan dengan menetapkan batas jumlah barang yang diekspor dengan tujuan untuk
menjamin persediaan barang tersebut guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
3) Subsidi
Kebijakan dengan cara memberikan tunjangan kepada perusahaan-perusahaan yang
memproduksi barang untuk keperluan ekspor, sehingga harga barang tersebut bisa bersaing dengan
barang luar negeri.
4) Tarif Impor
Kebijakan dengan mengenakan tarif/bea impor yang tinggi terhadap barang yang datang dari
luar negeri sehingga harga barang impor akan menjadi lebih mahal.
5) Tarif Ekspor

Kebijakan dengan mengenakan tarif atau bea terhadap barang yang diekspor dengan nilai
yang lebih rendah dengan tujuan untuk merangsang kegiatan ekspor.
6) Premi
Kebijakan berupa pemberian hadiah atau penghargaan kepada perusahaan yang mampu
memproduksi barang dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi. Pemberian premi ini diharapkan
dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi.
7) Diskriminasi harga
Kebijakan melalui penetapan harga produk secara berlainan dengan negara tertentu, yang
dilakukan dalam rangka perang tarif agar negara tertentu yang dijadikan target mau menurunkan
harga.
8) Larangan ekspor
Kebijakan larangan ekspor untuk mengekspor jenis barang-barang tertentu dilakukan dengan
pertimbangan ekonomi, politik, sosial dan budaya dalam negeri.
9) Larangan Impor
Kebijakan melarang impor untuk barang-barang tertentu dilakukan dengan alasan untuk
melindungi produk-produk dalam negeri atau dengan alasan untuk menghemat devisa.
10) Dumping
Dumping merupakan kebijakan menjual barang ke luar negeri dengan harga lebih murah
dibandingkan dengan harga penjualan didalam negeri. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk
memperluas dan menguasai pasar. Dumping ini bisa dilakukan jika terdapat aturan/hambatan yang
jelas dan tegas sehingga konsumen di dalam negeri tidak mampu membeli barang yang didumping
dari luar negeri.

2.3 Dampak Positif dan Negatif Perdagangan Internasional


2.3.1 Dampk Positif Perdagangan Internasional
Berikut ini beberapa dampak positif perdagangan internasional.
1.

Saling membantu memenuhi kebutuhan antarnegara.


Terjalinnya hubungan di antara negara-negara yang melakukan perdagangan dapat

memudahkan suatu negara memenuhi barang-barang kebutuhan yang belum mampu diproduksi
sendiri. Mereka dapat saling membantu mengisi kekurangan dari setiap negara, sehingga kebutuhan
masyarakat terpenuhi.
2. Meningkatkan produktivitas usaha
Dengan adanya perdagangan internasional, kemajuan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi akan meningkat. Meningkatnya teknologi yang lebih modern dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang-barang.
3. Mengurangi pengangguran
Perdagangan internasional dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga hal ini menjadi peluang
bagi tenaga kerja baru untuk memasuki dunia kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
oleh perusahaan, maka pengangguran dapat berkurang.
4. Menambah pendapatan devisa bagi Negara
Dalam kegiatan perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh devisa. Semakin
banyak barang yang dijual di negara lain, perolehan devisa bagi negara akan semakin banyak.
2.3.2 Dampak Negatif Perdagangan Internasional
Adanya perdagangan internasional mempunyai dampak negatif bagi negara yang
melakukannya. Dampak negatifnya sebagai berikut.
1) Adanya ketergantungan suatu negara terhadap negara lain.
2) Adanya persaingan yang tidak sehat dalam perdagangan internasional.
3) Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar.
4) Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju.
5) Terjadinya kekurangan tabungan masyarakat untuk investasi. Ini terjadi karena masyarakat
menjadi konsumtif.
6) Timbulnya penjajahan ekonomi oleh negara yang lebih maju.
7) Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
2.4 Pandangan Islam dalam Persoalan Perdagangan Internasional

Islam memiliki pandangan yang khas dan sama sekali berbeda dibandingkan dengan teori-teori yang
ada. Pandangan Islam dalam persoalan perdagangan internasional antara lain adalah:
1. Asas perdagangan didasarkan pada pedagangnya, bukan komoditi.Dalam permasalahan
perdagangan, baik perdagangan domestik maupun internasional, Islam menjadikan pedagang sebagai
asas yang akan dijadikan titik perhatian dalam kajian maupun hukum-hukum perdagangannya. Status
hukum komoditi yang diperdagangkan akan mengikuti status hukum pedagangnya. Hukum
dagang/jual-beli adalah hukum terhadap kepemilikan harta, bukan hukum terhadap harta yang
dimilikinya. Dengan kata lain, hukum dagang/jual-beli adalah hukum untuk penjual dan pembeli,
bukan untuk harta yang dijual atau yang dibeli. Allah Swt. berfirman:

Allah telah menghalalkan jual-beli. (QS al-Baqarah [2]: 275).
Maknanya adalah, Allah telah menghalalkan jual-beli untuk manusia. Rasulullah SAW juga
bersabda:

Dua orang orang yang berjual-beli boleh memilih (akan meneruskan jual-beli mereka atau
tidak) selama keduanya belum berpisah (dari tempat aqad). (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hukum bolehnya untuk memilih (khiyar) pada hadis di atas adalah untuk penjual dan
pembeli, bukan untuk komoditi yang diperjualbelikan.

.
Nabi SAW telah melarang jual beli dengan kerikil (lemparan) dan jual beli gharar. (HR
Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasai).
Larangan dalam hadis di atas merupakan pengharaman terhadap jenis aktivitas jual-beli
tertentu yang dilakukan oleh manusia, bukan larangan terhadap komoditi yang diperjualbelikan
manusia.
Dari pandangan yang khas inilah selanjutnya Islam memberikan berbagai aturan yang
menyangkut

perdagangan,

termasuk

perdagangan

internasional.

2. Perdagangan internasional mengikuti politik luar negeri Islam.


Menurut pandangan Islam, status pedagang internasional mengikuti kebijakan politik luar
negeri Islam. Dalam politik luar negeri Islam, negara-negara di luar Darul Islam dipandang sebagai
darul harbi. Darul harbi dibagi dua, yaitu darul harbi filan, yaitu negara yang secara real (de facto)
sedang memerangi Islam, dan darul harbi hukman, yaitu negara yang secara de facto tidak sedang
berperang dengan Islam.
Berlandaskan pada pandangan politik luar negeri itulah, maka status pedagang dapat
dikelompokkan menjadi 4:
9

a. Pedagang yang berstatus sebagai warga negara.


Warga negara Islam, yaitu Muslim maupun non-Muslim (kafir dzimmi), mempunyai hak
untuk melakukan aktivitas perdagangan di luar negeri, sebagaimana kebolehan untuk
melakukan aktivitas perdagangan di dalam negeri. Mereka bebas melakukan eksporimpor komoditi apapun tanpa harus ada izin negara, juga tanpa ada batasan kuota,
selama komoditi tersebut tidak membawa dharar.
b. Pedagang dari negara harbi hukman.
Pedagang dari negara harbi hukman, baik yang Muslim maupun yang non-Muslim,
memerlukan izin khusus dari negara jika mereka akan memasukkan komoditinya. Izin
bisa untuk pedagang dan komoditinya, dapat juga hanya untuk komoditinya saja. Jika
pedagang dari negara harbi hukman tersebut sudah berada di dalam negara, maka dia
berhak untuk berdagang di dalam negeri maupun membawa keluar komoditi apa saja
selama komoditi tersebut tidak membawa dharar.
c. Pedagang dari negara harbi hukman yang terikat dengan perjanjian.
Pedagang kafir muhad, yaitu pedagang yang berasal dari negara harbi hukman yang
terikat perjanjian dengan Negara Islam, diperlakukan sesuai dengan isi perjanjian yang
diadakan dengan negara tersebut, baik berupa komoditi yang mereka impor dari Negara
Islam maupun komoditi yang mereka ekspor ke Negara Islam.
d. Pedagang dari negara harbi filan.
Pedagang dari negara harbi filan, baik Muslim maupun non-Muslim, diharamkan secara
mutlak melakukan ekspor maupun impor. Perlakuan terhadap negara yang secara real
memerangi Islam adalah embargo secara penuh, baik untuk kepentingan ekspor maupun
impor. Pelanggaran terhadap embargo ini dianggap sebagai perbuatan dosa. Ketentuan
Tarif/Bea Cukai.
Dalam perdagangan internasional, Islam telah memberikan ketentuan terhadap penetapan
tarif, baik untuk ekspor maupun impor, yang biasa dikenal dengan bea cukai. Menurut hukum Islam,
bea cukai haram diambil untuk pedagang warga negara terhadap komoditi apapun. Nabi saw.
bersabda:



Tidak akan masuk surga orang yang memungut bea cukai. (HR Abu Dawud, Ahmad, alHakim).
:

Sesungguhnya orang yang memungut bea cukai itu berada dalam neraka. Rasul berkata,
Yakni Al-Asyir. (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Adapun pedagang warga negara asing diperlakukan sesuai dengan yang telah dikenakan
terhadap pedagang warga Negara Islam ketika memasuki negara asing tersebut. Jika pedagang warga
10

Negara Islam memasukkan barang dagangan dikenakan tarif bea masuk sebesar 10% (misalnya),
maka bagi pedagang asing yang masuk ke negara Islam juga dikenakan 10%. Tarif bea masuk 10%
diberlakukan sebagai balasan terhadap apa yang telah diperlakukan terhadap pedagang warga negara
Islam di negara asing tersebut.
Ketentuan Sistem Kurs (Exchang Rates)Ketika negara-negara di dunia masih menjalankan
sistem mata uang emas, persoalan kurs mata uang tidak pernah muncul. Dengan sistem emas ini,
perdagangan internasional mencapai puncak kemudahannya. Proses ekspor-impor dapat berlangsung
tanpa ada kendala apapun.
Dalam sistem ini, satuan mata uang terikat dengan emas dalam kadar tertentu yang diukur
menurut berat timbangannya. Ekspor dan impor yang dilakukan dengan menggunakan mata uang
emas hukumnya adalah mubah. Siapapun boleh memiliki mata uang emas, emas batangan, bijih
emas, perhiasan emas, dan bebas pula untuk mengekspor dan mengimpornya.
Namun demikian, saat ini sistem tersebut sudah tidak berlaku lagi. Seluruh dunia saat ini
menggunakan mata uang kertas yang berbeda-beda untuk setiap negara yang mengeluarkannya.
Dengan adanya perbedaan mata uang tersebut, menurut teori, ada tiga kemungkinan sistem kurs yang
dapat
1.

diberlakukan:

Sistem kurs tetap (fixed exchange rates).

2. Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rates).


3. Sistem kurs mengambang bebas (freely floating exchange rates).
Dari tiga sistem kurs tersebut, ternyata Islam telah memiliki ketentuan berbeda dari ketiganya.
Sistem kurs dalam Islam sepintas hampir mirip dengan sistem kurs mengambang bebas, karena Islam
memberikan kebebasan penuh bagi rakyatnya untuk melakukan transaksi berbagai valuta asing
secara bebas (suka sama suka). Akan tetapi, aturan tersebut tidak berhenti sampai di situ, karena
masih ada syarat lanjutannya, yaitu harus dilakukan secara kontan dan dalam satu tempat.
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), Juallah emas dengan perak sesuka kalian, dengan
(syarat harus) kontan. Emas dan perak yang dituju oleh hadis tersebut adalah emas dan perak
sebagai mata uang yang diberlakukan pada masa Nabi saw. Ketentuan tersebut berlaku umum untuk
transaksi-transaksi mata uang sebagaimana yang berlaku saat ini.

11

1.Politik Dagang Internasional.


Jika pembahasan perdagangan internasional sampai di sini, sekilas tampaknya sistem Islam
terlihat sama dengan politik ekonomi pasar bebas. Ini tentu merupakan kesimpulan yang salah.
Sebab, jika pembahasan perdagangan internasional dilihat dalam perspektif Negara, maka politik
perdagangan internasional dalam Islam akan berbeda, karena harus tetap tunduk pada kepentingan
politik luar negeri Islam.
Dalam politik luar negeri Islam, Negara Islam dipandang sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab untuk mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Bahkan syariat Islam
mengizinkan penggunaan kekuatan militer untuk menumpas segala bentuk halangan fisik yang dapat
mengganggu kelancaran penyebaran dakwah tersebut. Oleh karena itu, segala bentuk perdagangan
luar negeri yang dilakukan oleh Negara harus dalam rangka menyukseskan kepentingan dakwah
tersebut dan tidak boleh hanya untuk kepentingan ekonomi semata. Agar risalah dakwah dapat
berjalan dengan mantap, dibutuhkan berbagai kebijakan khusus untuk melindungi kepentingan
Negara sekaligus memperkuat kemampuan Negara.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Pada perdagangan Internasional
memiliki kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan harus dipatuhi setiap Negara. Perdagangan
Internasional ternyata tidak hanya memiliki dampak positif, tetapi juga memiliki dampak negative.
3.2 Saran
Sebagai orang muslim, dalam melakukan kegiatan apapun termasuk dalam melakukan
Perdagangan Internasional, sebaiknya dalam melakukan kegiatan ini kita juga harus melihat dari segi
Islam agar sesuai dengan ajaran agama yang ada pada Islam.

13

GLOSARIUM

Ekspor

penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem


pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang
telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir.

Impor

proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu negara ke negara
lain.

Fixed Exchange Rates

kurs ditetapkan secara resmi oleh pemerintah, yang dibiarkan tetap


konstan dan hanya berfluktuasi pada batasan yang lebih sempit.

Neraca Perdagangan

ikhtisar yang menunjukkan selisih antara niali transaksi ekspor dan


impor suatu negara dalam jangka waktu tertentu

Neraca Pembayaran

suatu ikhtisar yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan


dari negara-negara lain ke dalam negeri dan dari dalam negeri ke
negara lain dalam satu tahun tertentu.

Devisa

semua barang yang dapat dipakai sebagai alat pembayaran


internasional atau antarnegara, serta dapat diterima oleh dunia
internasional. Devisa dapat berupa wesel asing, cek, valuta asing,
emas batangan, surat-surat berharga, dan sebagainya

Dumping

praktek menjual barang di pasar luar negeri dengan harga yang lebih
rendah dari harga di pasar dalam negeri (harga normal).

Kuota Impor

Kebijakan yang diadakan oleh suatu Negara untuk membatasi jumlah


barang masuk atau barang impor

Kuota Ekspor

Kebijakan yang diadakan oleh suatu Negara untuk membatasi jumlah


barang keluar atau barang ekspor

14

DAFTAR PUSTAKA

Koo, Won W. and Lynn Kennedy, International Trade and Agriculture, Wiley/Blackwell
Publisher, 2005.
Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional 1 : Konsep dan Teori, Refika
Aditama, Bandung, 2006, hal. 41 bid, hal. 41
Lia Amalia, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal. 10
Ir. Sahibul Munir, SE, M.Si, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta, Pusat Pengembangan
Bahan Ajar Universitas Mercu Buana (UMB), 2008, hal. 1
http://murtiningsih.blog.uns.ac.id/2009/10/07/teori-perdagangan-internasional/
http://www.scribd.com/doc/46099191/Perkembangan-Perdagangan-Bilateral
http://trionoakhmadmunib.blogspot.com/2011/02/teori-perdagangan-internasionalsmith.html

15

Anda mungkin juga menyukai