Anhar Gonggong
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Administrasi Unika Atmajaya Jakarta
Abstract
The realization of ASEAN Social Community will soon be implemented. The role
of ASEAN leaders is important in which the principle idea of humanity must be
configured. Meanwhile, the differences of perspectives and opinions among
ASEAN leaders can not be neglected. As a consequence, the key role of
government and the statesmanship of the ASEAN leaders are crucial, so that the
social welfare among ASEAN community can be achieved.
Keywords : Asean, Social-Culture, Community
Pendahuluan
beranggotakan
5
negara,
yaitu
Philipina,
Indonesia,
Malaysia,
Singapura, dan Thailand. Secara
ideologis, kelima negara pendiri
ASEAN itu adalah negara anti
komunisme. Namun, semua kita juga
tahu bahwa walaupun negara-negara
pendiri organisasi itu anti komunis,
mereka sadar bahwa di antara mereka
pun
sebenarnya
mempunyai
perbedaan-perbedaan yang bernilai
sensitif yang harus diatasi dengan
sebaik-baiknya.
Seiring dengan perjalanan waktu,
organisasi ini berhasil menyelesaikan
pelbagai persoalan dan berhasil
menciptakan pelbagai kerja bersama
dan
menciptakan
proyek-proyek
dalam berbagai bidang termasuk
dalam bidang sosial dan budaya.
Hasil-hasil itu mampu membangun
meminjam
Prof.
Dr.
Dorojatun
Kuntjoro
Jakti
berhasil
menumbuhkan self confidence (rasa
percaya diri) yang semakin besar di
kalangan anggotanya (Bashri (ed.),
2003:341).
Memang
dalam
pertambahan usianya itu, lahir
kesadaran baru yang menghasilkan
kesepakatan bersama yang akan
diwujudkan
dan
dikembangkan
ADMINISTRATIO
Dengan
disepakatinya
agenda
untuk menciptakan komunitas ASEAN
pada kurun waktu abad pertama
dalam abad ke-21 ini, sebenarnya ada
suatu hal yang harus dipikirkan secara
jernih
oleh
pemerintah
negara
anggota ASEAN. Hal itu ialah
terbukanya ruang proses perubahan
orientasi, yaitu dari state-oriented ke
people-oriented. Tentu hal ini sangat
penting, karena walaupun ASEAN telah
berusia 42 tahun, organisasi regional
ini masih kurang dikenal oleh
masyarakatnya
sendiri.
Menurut
peneliti LIPI :
Merupakan suatu kenyataan yang
serius bahwa kita perlu membahas
bagaimana cara menjadikan ASEAN
populer di kalangan masyarakat,
terutama di kalangan generasi
muda, karena merekalah yang
akan mewarisi ASEAN, khususnya
apabila menjadi bagian dari
komunitas ASEAN. Pendekatan
people-oriented harus menjadi
bagian
dari
usaha
bersama
pemerintah,
kelompok
bisnis,
organisasi non-pemerintah dan
masyarakat umum yang dapat ikut
berpartisipasi
secara
serius
(Luhulima dan Anwar, 2008:177178).
Dilakukannya perubahan orientasi
itu tidaklah berarti bahwa peranan
negara akan diperlemah. Sama sekali
tidak. Yang hendak dituju dengan
perubahan orientasi itu justru untuk
lebih memperkokoh posiosi ASEAN
sebagai sebuah organisasi yang
diciptakan untuk mewujudkan sebuah
kerjasama agar cita-cita menciptakan
sebuah masyarakat sejahtera dan adil
di kawasan ASEAN, secara berangsur,
segera terwujud.
Sesuai dengan judul yang kita
bahas ini, yaitu peran pemerintah
dalam mewujudkan social welfare
and protection yang dimaksudkan
untuk menyikapi ASEAN Social-Culture
Community, tentu kita perlu melihat
landasan-landasan
konstitusional
ISSN : 1410-8429
ADMINISTRATIO
merdeka
dan
pendiri
ASEAN.
Keterangan
lebih
lanjut
akan
diberikan pada bagian kedua di bawah
ini.
Peran
Pemerintah
dalam
Mewujudkan Social Welfare and
Protection
Landasan peran pemerintah kita
untuk mewujudkan social welfare and
protection di negara kita ini terdapat
dalam Undang-Undang Dasar (UUD)
1945, baik yang dirumuskan di dalam
Pembukaan maupun di dalam batang
tubuhnya. Di dalam Pembukaan UUD
45 alinea IV disebutkan : untuk
membentuk
suatu
pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedang yang berkaitan dengan batang
tubuh UUD 45 terdapat di dalam Bab
XIV dengan judul Kesejahteraan Sosial
yang mengandung dua pasal, yaitu
pasal 33 dan pasal 34. Kedua pasal itu
memang bermakna tugas pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat dengan menetapkan
pengaturan
dalam
kehidupan
perekonomian bangsa. Dalam pasal 33
terkandung peran negara dalam
mengatur
perekonomian
bangsa.
Sedang pasal 34 terdapat tugas
proteksi, tugas perlindungan yang
harus dilakukan oleh negara : :Fakir
miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara. Di antara
kedua pasal yang terdapat dalam Bab
XIV Kesejahteraan Sosial itu, menurut
Menteri Sosial Dr. A.M. Tambunan SH
adalah : bila dihubungkan dengan
pasal 33 UUD tentang penyusunan dan
pembangunan perekonomian sebagai
usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan, yang dengan pasal 34
UUD merupakan kembar, kakak
beradik
untuk
mewujudkan
kesejahteraan sosial. Tegas dan nyata
ISSN : 1410-8429
ADMINISTRATIO
ISSN : 1410-8429
sebagainya.
Lembaga-lembaga
pemerintah ini lebih berkaitan dengan
usaha realisasi dari pasal 33 UUD 45.
Artinya, penciptaan kesejahteraan
sosial dilakukan melalui kegiatankegiatan pemerintah untuk membantu
rakyat memperkuat dirinya agar
mereka akan makin sejahtera, dalam
arti kesejahteraan ekonomi, yang
memang
menjadi
bagian
dari
peningkatan
kesejahteraan
sosial
sebagaimana yang tercantum dalam
UUD 45, Bab XIV Kesejahteraan
Sosial.
Peran
pemerintah
dalam
mewujudkan social welfare and
protection dalam mensikapi ASCC,
haruslah dipandang sebagai usaha
untuk menciptakan negara yang kuat,
tetapi dalam kerangka bangunan
negara
yang
berpemerintahan
demokratis. Selama ini, sebenarnya
paling tidak dalam penglihatan saya
terjadi suatu pandangan yang keliru
tentang negara yang kuat. Kita selalu
memandang negatif terhadap jenis
negara ini yang selalu digambarkan
sebagai membiarkan rakyat untuk
menjalani
kehidupannya
tanpa
mendapatkan ruang untuk lebih
sejahtera. Pemerintahan negara yang
kuat amat sering mengambil hak-hak
dasar dari rakyat.
Untuk menghindari terciptanya
negara kuat yang mengabaikan hakhak dasar rakyat itu, maka negara
kuat itu harus ditegakkan dan
diperintah di atas prinsip-prinsip
demokrasi. Dengan prinsip-prinsip
demokrasi
yang
melandasi
bertegaknya negara kuat, rakyat akan
mendapat hak-haknya dan dengan
demikian justru posisi rakyat akan
menjadi lebih kuat di negara kuat
yang demokratis. Sejalan dengan itu,
amat menarik untuk merenungkan
pernyataan Amartya Sen, yang yakin
terhadap
demokrasi
dalam
memberantas
kemiskinan.
Menurutnya,
demokrasi
bisa
memberantas
kemiskinan
(Sen,
1997). Sedang menurut Francis
ADMINISTRATIO
Fukuyama,
dalam
menghadapi
pelbagai
kesulitan
dewasa ini,
bangsa-bangsa harus berusaha untuk
memperkuat
negara
(Fukuyama,
2005).
Sejalan dengan keterangan di
atas, sebagai anggota ASEANyang
tidak sekedar anggota, melainkan
salah satu dari lima pendiriusaha
untuk mewujudkan social welfare and
protection dalam kerangka ASCC,
pemerintah dan bangsa Indonesia
harus menunjukkan suatu penyikapan
dalam arti bahwa penguatan social
welfare
itu
merupakan
tugas
konstitusional yang secara tegas ada
dalam Pembukaan dan batang tubuh
UUD 45 yang berlaku di negara kita
ini. Dalam pandangan Menteri Sosial
Dr. A.M. Tambunan, SH, kesejahteraan
sosial
itu
merupakan
isi
kemerdekan. Jika kita menerima
kebenaran dari keterangan di atas,
maka
peran
pemerintahsebagai
bagian dari penyikapan terhadap ASCC
sebagaimana yang telah dikatakan di
atas,
adalah
bersifat
sentralkonstitusional. Karena itu, peran
pemerintah
dalam
merealisasi
program-program
pembangunan
sebagaimana
tercantum
dalam
blueprint ASCCsangat penting dan
strategis. Namun, di balik peran
sentral-konstitusionalnya
itu,
pemerintah harus pula membuka
ruang partisipasi bagi rakyat sebagi
bagian dari tanggung jawabnya, dan
juga untuk memperkuat dirinya
sendiri, baik secara individual maupun
sebagai kelompok yang ada dalam
masyarakat.
Penutup
Keterangan
singkat
di
atas
menunjukkan
peran
sentralkonstitusional
pemerintah
dalam
mewujudkan social welfare and
protection. Namun dalam pengertian
kerangka memperkuat sebuah negara
yang kuat yang bertegak di atas
ISSN : 1410-8429
ADMINISTRATIO
Bahan Bacaan :
Tambunan, A. M., 1969. Tugas Sosial
dalam orde baru : Kumpulan
Pidato /Sambutan Menteri Sosial
Dr. A.M. Tambunan, SH, Badan
Penerbit Kristen, Jakarta, hal.
116.
Sen, Amartya, 1997. Demokrasi Bisa
Memberantas Kemiskinan, Mizan,
Bandung, passim.
Luhulima, CPF.& Dewi Fortuna Anwar,
et.al.,2008,
Masyarakat
Asia
Tenggara
menuju
Komunitas
ASEAN 2015, P2P-LIPI-Pustaka
Pelajar, Jakarta-Yogyakarta, hal.
5-6.
Fukuyama,
Francis,
2005.
Memperkuat
Negara
Tata
Pemerintahan dan Tata Dunia
Abad 21, (penerj. A. Zaini Rofiqi),
Gramedia Pustaka Utama &
Fredom Institute, Jakarta.
Bashri, Yanto (ed.),2003 Mau Kemana
Pembangunan Ekonomi Indonesia :
Prisma
Pemikiran
Prof.
Dr.
Dorojatun Kuntjoro Jakti, Prenada
Media, Jakarta, hal. 341.
, 2009. ,Roadmap for an ASEAN
Community 2009-2015, ASEAN
Secretariate. Jakarta, hal. 67.
ASEAN Secretariate, 2009, Roadmap
for an ASEAN Community 20092015, Jakarta,
ISSN : 1410-8429