Anda di halaman 1dari 9

TEMA : INDUSTRIALISASI

ANALISIS PENERAPAN KAWASAN MINAPOLITAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN


EKONOMI PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA DI INDONESIA
Oleh
Damar Sasi Elsza Puspita_041411331190
S1 Akuntansi_Universitas Airlangga
damarsasie@gmail.com
Latar belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan gugusan kepulauan terluas di dunia
yang mencapai lebih dari 17.000 lebih pulau besar maupun kecil dan memiliki garis
pantai terpanjang ke-dua setelah Kanada yaitu mencapai 81.000 km, sehingga total luas
wilayah laut teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km 2 atau sekitar 70% dari seluruh
wilayah Indonesia (konvensi PBB tahun 1982). Luasnya wilayah laut Indonesia
melahirkan potensi sumber daya perikanan yang terkandung di wilayah perairan nasional
dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia yang mencapai lebih dari 6,4 juta ton /tahun
atau sekitar US$ 82 Miliar (Pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI nomor kep.
18/men/2011).
Berdasarkan data dari Bakosurtanal (2006), potensi perikanan Indonesia meliputi
perikanan tangkap (US$ 15,1 Miliar/tahun), potensi perikanan budidaya laut (US$ 46,7
Miliar/tahun), potensi perikanan umum (US$ 1,1 Miliar/tahun), potensi perikanan
budidaya tambak (US$ 10 Miliar/tahun), potesi budidaya air tawar (US$ 5,2
Miliar/tahun), dan potensi bioteknologi kelautan (US$ 4 Miliar/tahun). Apabila menilik
data dari Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2015, sektor perikanan menyumbang
204.919.80 (dalam Miliar Rupiah) atau sekitar 2,28% terhadap PDB Nasional atas harga
konstan tahun 2010.
Potensi sumber daya laut Indonesia yang berlimpah dapat di manfaatkan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, tingkat eksploitasi sumber daya laut di
beberapa daerah di Indonesia tidak sebanding dengan kemampuan sumber daya ikan

untuk diperbaharui kembali, sehingga potensi perikanan di Indonesia belum dapat


dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, Pemerintah telah berupaya untuk
mengembangkan potensi sumber daya kelautan dan perikanan melalui berbagai
kebijakan, salah satunya adalah program Minapolitan yang tertuang di dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor PER.12/MEN/2010 tentang
Minapolitan.
Ide

dasar

pembangunan

Minapolitan

adalah

penguatan

sinergi

antara

pertumbuhan ekonomi dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta upaya penemuan
tekhnologi ramah lingkungan hidup, serta upaya penemuan teknologi ramah lingkungan
berikut instrumen-instrumen yang dapat menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup
untuk merumuskan strategi yang tepat bagi pengembangan ekonomi kerakyatan.
Minapolitan di susun sebagai strategi utama pembangunan sektor kelautan dan perikanan
yang mencakup penguatan lembaga dan sumber daya manusia secara terintegrasi,
pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, peningkatan
produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan, serta perluasan akses pasar domestik
dan internasional.
Pengembangan kawasan Minapolitan di Indonesia merupakan satu langkah
penting guna mendukung kemajuan di sektor perikanan dan terwujudnya sistem kota-kota
yang terintegrasi yang di dukung oleh ketersediaan lahan perikanan dan tenaga kerja yang
murah, telah terbentuknya kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge)di sebagian
besar pembudidaya, jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi,
dan

kesiapan

pranata (institusi). Kondisi

ini

menjadikan

suatu

keuntungan

kompetitif (competitive advantage) Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena


kondisi ini sangat sulit untuk ditiru.
Berdasarkan kenyataan di atas, melalui karya tulis ilmiah berikut penulis
berupaya melakukan analisis penerapan konsep Minapolitan terhadap subsektor
perikanan melalui beberapa Indikator, yakni tingkat produktivitas perikanan Indonesia,
kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB Nasional atas harga konstan tahun 2010,
dan analisis dampak Minapolitan terhadap industri perikanan di Indonesia.

Pembahasan
2.1 Konsep Minapolitan secara umum
Konsep minapolitan pada dasarnya hampir sama dengan agropolitan, perbedaan
dasar terletak pada sektor penggerak ekonomi dari perikanan. Menurut UU Penataan
Ruang No. 26/2007, Kawasan Minapolitan yaitu kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan
pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem minabisnis.
Minapolitan merupakan gabungan dua kata, yaitu mina yang berarti ikan dan
polis/politan yang berarti kota, sehingga Minapolitan diartikan sebagai kota perikanan.
Konsep minapolitan pun diuraikan sebagai kota perikanan berbasis pada pembangunan
ekonomi kelautan dan perikanan wilayah melalui pendekatan dan sistem manajemen
kawasan yang terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Tak hanya
perikanan saja, Minapolitan juga mencakup pengembangan di bidang industri pengolahan
produk laut, pariwisata kelautan, pendidikan serta pelayanan jasa, dan lain-lain.
Secara konseptual, Minapolitan memiliki 2 unsur utama, yakni Minapolitan
sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah serta
Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan produk kelautan dan perikanan
sebagai komoditas utamanya. Konsep Minapolitan dalam pembangunan sektor kelautan
dan perikanan ini berlandaskan pada 3 asas, yakni demokratisasi ekonomi kelautan dan
perikanan prorakyat, keberpihakan pemerintah pada rakyat kecil melalui pemberdayaan
rakyat kecil, serta penguatan peranan ekonomi daerah dengan prinsip: daerah kuat, maka
bangsa dan negara pun kuat.
Menteri Kelautan dan Perikanan telah menetapkan total 223 kawasan Minapolitan
yang tersebar pada 33 Propinsi (Keputusan Menteri Kelautan No. 32/Men/2010 dan
No.39/Men/2011). Selain itu, Pemerintah juga telah menetapkan pedoman umum
Minapolitan yang tertuang pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
18/Men/2011 yang menjelaskan mengenai sembilan tahapan dalam pelaksanaan program
minapolitan, antara lain:
1) Penilaian sumber daya dan ekologi (REA)

subsektor

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Budiday
a laut
Tambak

421

890

1366

1509

1966

560

644

630

934

960

282
0
907

Kolam

286

332

382

410

479

54

68

56

64

Jaring
apung
Jaring
tancap
Sawah

62

109

143

86

jumlah

146
9

Karamb

2011

2012

2013

2014

4606

5770

8379

9035

1603

1757

2345

2422

554

351
5
141
6
820

1127

1434

1774

1947

76

102

121

131

178

200

220

191

263

239

309

375

455

505

500

66

120

106

85

112

87

97

86

82

97

143

216
3

2683

3193

3855

470
9

627
8

7929

9676

1330
1

1433
3

2) Seleksi kawasan minapolitan


3) Konsultasi para pihak
4) Penetapan dan penataan batas
5) Zonasi
6) Rencana pengelolaan kawasan
7) Implementasi
8) Monitoring sukses dan pembelajaran (lessons learned)
9) Management adaptif
2.2 Analisis
Minapolitan ialah siklus proses yang dinamis, melibatkan peran sektor-sektor lain
secara terintegrasi untuk mewujudkan kota kecil secara mandiri dengan sektor penggerak
ekonomi dari perikanan yang dilakukan secara berkelanjutan.
Berikut merupakan data mengenai produksi perikanan di Indonesia menurut
subsektor.
Tabel 2.1
Produksi perikanan budidaya menurut sub sektor (dalam ribu ton) tahun 2004-2014

16000
14000
12000
10000
8000
4709
6000
4000
1469
2000
0
2004

13301

6278

7929

14333

9676

2163

2683

3193

3855

2005

2006

2007

2008

4709

2009

sebelum minapolitan

2010

2011

2012

2013

2014

sesudah minapolitan

Gambar 2.1
Peningkatan produktivitas perikanan sub sektor perikanan budidaya sebelum adanya program
minapolitan (2004-2009) dan setelah adanya program minapolitan (2010-2014)
Dari gambar di atas dapat di simpulkan bahwa terjadi kenaikan produktivitas yang
signifikan setelah di berlakukannya program Minapolitan di Indonesia. Apabila pada tahun 2004
sampai tahun 2009 kenaikan rata-rata produktivitas hanya berkisar 17%, sedangkan setelah
adanya program Minapolitan, rata-rata kenaikan produktivitas naik sekitar 15% pada perikanan
budidaya. Adapun tentang tingkat produktivitas perikanan tangkap dapat di lihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.2
subsek
tor
Perikana
n laut
Perairan
umum
jumlah

20
04
432
0
331

20
05
440
8
297

20
06
451
2
294

20
07
473
4
310

20
08
470
2
494

20
09
481
2
296

20
10
503
9
345

20
11
534
6
369

20
12
543
6
394

20
13
570
7
398

20
14
603
8
447

46
51

47
05

48
06

50
44

51
96

51
08

53
84

57
14

58
29

61
05

64
84

Produksi perikanan tangkap menurut sub sektor (dalam ribu ton) tahun 2004-2014

7000
5108
6000
4651
5000
4000
3000
2000
1000
0
2004

5384
4705

5714
4806

5829
5044

6105
5196

2005

2006

2007

2008

6484
5108

2009

sebelum minapolitan

2010

2011

2012

2013

2014

sesudah minapolitan

Gambar 2.2
Peningkatan produktivitas perikanan sub sektor perikanan tangkap sebelum adanya program
minapolitan (2004-2009) dan setelah adanya program minapolitan (2010-2014)
Pada perikanan tangkap, setelah adanya program Minapolitan terjadi peningkatan
produktivitas yang tidak terlalu signifikan, tetapi mampu menunjukkan tren yang positif. Dari
tahun 2010 ke 2014, pengingkatan rata-rata terjadi secara stabil berkisar pada 2,0%-3,0%
pertahunnya. Hal tersebut menandakan bahwa konsep Minapolitan mampu berkontribusi dalam
menjaga kestabilan produktivitas perikanan tangkap.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka program Minapolitan telah secara nyata berhasil
mendorong peningkatan taraf perekonomian masyarakat pesisir dan kelompok nelayan. Menurut
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja, selama kurun waktu
empat tahun telah tumbuh sebanyak 154 pusat kawasan Minapolitan perikanan budidaya dan 57
perikanan tangkap. Kawasan tersebut telah berjalan dengan baik sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi (center of growth) dan sebagian telah mampu menunjukan kinerja yang luar biasa,
yakni mengangkat kesejahteraan masyarakat setempat.
Adanya kawasan Minapolitan juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
perikanan. Pada Sensus Pertanian tahun 2013 yang di terbitkan oleh BPS di sebutkan bahwa
tingkat pendapatan masyarakat yang berusaha pada sektor perikanan menempati rangking
pertama, mengungguli kelompok sektor pertanian lainnya. Nilai tertinggi itu diraih bidang usaha
ikan hias dengan pendapatan rata-rata mencapai Rp 50 juta pertahun. Di susul oleh pembudidaya
perairan umum Rp 34 juta per tahun, pembudidaya air payau Rp 29 juta dan nelayan Rp 27 juta
pertahun. Sedangkan kelompok sektor pertanian lainnya, seperti petani tanaman pangan misalnya
hanya Rp 10 juta pertahun. Dari sisi pendapatan petani dan nelayan, memang saat ini dapat

diukur dari Nilai Tukar Nelayan (NTN) yakni 112 untuk nelayan dan 104 untuk pembudidaya.
Berikut merupakan perbandingan kontribusi sektor perikanan tahun 2014 dan 2015 terhadap
PDB Nasional atas harga konstan tahun 2010 dengan sektor-sektor lainnya.

Chart Title
20
15
10
5
0
-5
-10
-15

2014

2015

2016

tanaman pangan

hortikultura

perkebunan

jasa pertanian

kehutanan

perikanan

peternakan

Gambar 2.3
Kontribusi sektor perikanan terhadap PDB Nasional 2014,2015,2016 atas harga konstan 2010
Data di atas menunjukkan kontribusi beberapa sektor terhadap PDB Nasional atas harga
konstan tahun 2010. Sektor perikanan terlihat terus menunjukkan tren yang positif selama tiga
tahun terakhir. Hal tersebut di indikasikan oleh adanya peningkatan produktivitas hasil perikanan
yang merupakan dampak dari adanya kebijakan Minapolitan yang di gencarkan sejak tahun
2010.
Keberhasilan program Minapolitan juga dapat ditinjau dari pencapaian ekspor dan impor
yang meningkat menjadi USD 4,16 miliar dan USD 400 juta. Dari nilai tersebut, sektor kelautan
dan perikanan mendapat predikat surplus dari sisi neraca perdagangan antar negara. Adapun dari
skala ekonomi, tahun ini industri hulu perikanan budidaya dan tangkap termasuk juga
pengolahan telah menyumbang Rp 291 triliun. Berhasilnya program Minapolitan telah
mendorong terwujudnya tiga sasaran utama konsep Minapolitan, yakni penguatan ekonomi
rumah tangga masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil, usaha kelautan kelas menengah ke
atas, dan sektor kelutan-perikanan menjadi penggerak ekonomi nasional.

Kesimpulan
Pada dasarnya, Minapolitan mempunyai konsep yang hampir sama dengan
agropolitan yang sudah terlebih dahulu di laksanakan oleh Kementerian Pertanian.
Perbedaan yang mendasar di antara keduanya ialah pada penggerak sektor ekonomi
masyarakat. Minapolitan hadir sebagai strategi utama pembangunan sektor kelautan dan
perikanan yang mencakup penguatan lembaga dan sumber daya manusia secara
terintegrasi, pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan,
peningkatan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan, serta perluasan akses
pasar domestik dan internasional.
Minapolitan merupakan peluang bagi Indonesia untuk membangkitkan ekonomi
negara melalui pengembangan wilayah pesisir. Pada proses pelaksanannya, Minapolitan
harus mengikuti sembilan tahap yang telah di tetapkan melalui Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2011 yang menjelaskan mengenai sembilan tahapan
dalam pelaksanaan program minapolitan. Minapolitan dapat di katakan sebagai konsep
yang berhasil. Hal tersebut di dukung dengan terjadinya peningkatan produktivitas yang
sangat signifikan pada sektor perikanan selama empat tahun berturut-turut. Selain itu,
selama kurun waktu empat tahun setelah di terapkan, telah terjadi pertumbuhan yang
drastis pada jumlah kawasan Minapolitan perikanan budidaya dan perikanan tangkap,
yang mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat setempat.
Minapolitan merupakan salah satu program strategis dalam revolusi biru yang
berhasil. Minapolitan ditetapkan sebagai salah satu role model pembangunan
kewilayahan yang bisa menjadi contoh bagi sektor-sektor yang lain untuk mampu secara
bersinergi bersama-sama dalam rangka membangun kelautan dan perikanan yang
berkedaulatan untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat

http://www.bakosurtanal.go.id/
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Di akses melalui http://www.bps.go.id/

Balitbang Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.2014.Konsep dan Hasil
Kajian Program Minapolitan. Di sampaikan pada Rapat Koordinasi Pengembangan
Kawasan Minapolitan Batam 22 September 2014
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor KEP.18/MEN/2011
tentang Pedoman Umum Minapolitan
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.2013.Pengembangan Kawasan
Minapolitan.
Wiadnya, Dewa Gede Raka.2011.Konsep Perencanaan Minapolitan dalam Pengembangan
Wilayah. Di sajikan pada Workshop Penyiapan Peningkatan Kualitas Penataan Ruang di
Kabupaten Tematik 22-23 November 2011 di Kampus Institut Teknologi Malang.

Anda mungkin juga menyukai