Anda di halaman 1dari 33

Unsur-Unsur Kebudayaan beserta

Penjelasannya
Unsur-Unsur Kebudayaan | Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah
kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam
bukunya yang berjudul Universal Categories of Culturemembagi kebudayaan yang
ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti
masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat
perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan
universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah
universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat
ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :

1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman
tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada
generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara
lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting
dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi
dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan
dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada
rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan
batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat
tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga
proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide

manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan


manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh
nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono,
pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun
yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat
curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan
saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya
karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan
Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan
hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan
saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut
diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui
dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain
itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti
ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap
kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuhtumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut
Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara
lain:
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial


Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui
berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat

kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam
kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan
sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan
kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan
lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat
karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau
organisasi sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi


Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu
masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk
dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur
kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup


Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji
bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada
masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat
yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa
ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.

Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama
dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup
manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil
produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan
pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam
masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu
kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan
mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya
asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa
di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat
manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.

7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni,
seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada
kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda
seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan
seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis,
dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra
terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang
dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional
adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film,
lagu, dan koreografi.
Disalin dari Buku Sekolah Elektronik Antropologi (Siany L, dan Atiek Catur B)

UNSURUNSURKEBUDAYAAN
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas kehendakNya karya ilmiah Antropologi yang berjudul Unsur-unsur Kebudayaan dapat terselesaikan
tepat waktu. Meskipun banyak rintangan dan hambatan kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami dapat menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua, dosen, dan teman-teman
kelas 1PA02 yang ikut serta mendukung kami dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman dari hasil karya
ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Semoga karya ilmiah yang penulis buat ini dapat menambah wawasan bagi kita
semua.
Depok, 16 Oktober 2012
Penulis

BAB I
I.A

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan, dari kebudayaan yang
tradisional, modern, dari yang kurang populer hingga yang populer.
Tentunya kebudayaan mempunyai unsur-unsur yang

I.B Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, kami merumuskan penelitian sebagai berikut:
a) Apa itu kebudayaan?
b) Apa saja macam-macam unsur kebudayaan?

I.C Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, kami merumuskan tujuan sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui apa itu kebudayaan
b) Untuk mengetahui apa saja macam-macam unsur kebudyaan

I.D Pembatasan Penelitian


I.E Manfaat Penelitian

Manfaat dari karya ilmiah ini adalah sangat banyak, salah satunya adalah kita dapat
mengetahui lebih dalam tentang unsur-unsur kebudayaan yang mungkin tidak semua orang
tahu.

I.F Pembatasan Istilah


Kebudayaan:
Unsur-unsur Kebudayaan:
\
BAB II
II. A Kebudayaan
Dalam pemakaian sebagian besar masyarakat sehari hari, arti kebudayaan sering
kali terbatas pada sesuatu yang indah-indah, seperti misalnya candi, tarian, seni rupa, seni
suara, sastra, dan filsafat. Ralph Linton, seorang ahli Antropologi, dalam bukunya The
Cultural Background of Personality, mempunyain definisi yang berbeda antara definisi yang
umum tersebut dengan definisi seorang ahli Antropologi sebagaimana disajikan pada uraian
berikut (Ihromi, 1994;18).
kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak
mengenai sebagian dri cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih
tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup itu masyarakat kalau kebudayaan
diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dengan main piano
atau membaca karya sastra terkenal. Untuk seorang ahli ilmu sosial, kegiatan seperti main
piano itu, merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan kita.
Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti mencuci piring atau menyetir
mobil dan untuk tujuan mempelajari kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan hal-hal
yanng lebih halus dalam kehidupan. Karena itu, bagi seorang ilmu sosial tidak ada
masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai
kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk
hidup berbudaya. Dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan.
Penjelasan Linton di atas menunjukan bahwa kebudayaan memiliki berbagai aspek,
yang meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan, sikap-sikap, dan hasil dari kegiatan manusia
yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
Kebudayaan menurut ilmu antropologi pada hakikatnya adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaranigrat, 1996;72). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya
sebagian kecil dari tindakan manusia yang tidak dibiasakan dengan belajar seperti naluri,
refleks, atau tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologis.
II.B Unsur-unsur Kebudayaan
Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari setiap
kebudayaan yang ada di dunia ini. Ketujuh unsur tersebut adalah: Bahasa. Sistem
Pengetahuan, Organisasi Sosial. Sistem Peralatan dan Teknologi, Sistem Mata Pencaharian
Hidup, Sistem Religi, serta kesenian. Selanjutnya, Koentjaranigrat menjabarkan ketujuh
unsur kebudayaan tersebut dalam ke dalam beberapa bagian lagi, yaitu:
1. Bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tertulis;
2. Sistem Pengetahuan, terdiri dari : (1) Pengetahuan tentang sekitar alam, (2) pengetahuan
tentang alam flora, (3) pengetahuan tentang zat-zat dan bahan mentah, (4) pengetahuan

3.
4.
5.
6.
7.

tentang tubuh manusia, (5) pengetahuan tentang kelakuan sesama manusia, dan (6)
pengetahuan tentang ruang, waktu, dan bilangan;
Organisasi Sosial, terdiri dari : (1) sistem kekerabatan, (2) sistem kesatuan hidup setempat,
(3) asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan, (4) sistem kenegaraan.
Sistem Peralatan dan Teknologi, terdiri dari : (1) alat-alat produktif, (2) alat-alat distribusi
dan transport, (3) wadah-wadah dan tempat-tempat untuk menaruh, (4) makanan dan
minuman, (5) pakaian dan perhiasan, (6) tempat berlindung dan perumahan, dan (7) Senjata
Sistem Mata Pencaharian Hidup, terdiri dari: berburu dan meramu, perikanan, bercocok
tanam di ladang, bercocok tanam menetap, peternakan, dan perdagangan.
Sistem Religi terdiri dari : sistem kepercayaan, kesusasteraan suci, sistem upacara
keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta sistem nilai dan pandangan hidup.
Kesenian, terdiri dari seni patung, seni relief, seni lukis dan gambar, seni rias, seni vokal, seni
instrumen, senin kesusasteraan, dan seni drama.
Dalam bukunya yang berudul beberapa pokok Antropologi Sosial (1992).
Koentjaraningrat hanya memilih beberapa pokok khusus saja, yaitu: berburu dan meramu,
perikanan, bercocok tanam di ladang,bercocok tanam menetap,sistem kekerabatan,sistem
kesatuan hidup setempat,sistem religi dan ilmu gaib. Dalam bab ini unsur-unsur kebudayaan
akan lebih dibatasi lagi menjadi bahasa dan komunikasi,kesatuan hidup setempat dan sistem
religi.
Bahasa dan komunikasi
Sebelum menginjak kepada pembahasan lebih jauh, maka dua ilustrasi di bawah ini
barangkali dpat kita jadikan sebagai suatu pemahaman awal mengenai bahasa dan
komunikasi.
Ilustrasi 1
Pada tahun 1970, seorang ibu yang berusia 50 tahun melarikan diri dari rumahnya di
California,setelah bertengkar dengan suaminya yang berumur 70 tahun.Ia membawa anaknya,
gadis berusia 13 tahun yang bernama Genie ( samaran). Mereka datang meminta bantuan
pada petugas kesejahteraan sosial, akan tetapi para petugas melihat ada hal yang aneh pada
anak gadis yang dibawa ibunya tersebut.Perilakunya tidak menunjukkan sebagai anak yang
normal.Tubuhnya bungkuk,kurus,ekring,kotor, dan menyedihkan. Sepanjang waktu ia tidak
henti-hentinya meludah dan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Para petugas mengira
gadis ini telah dianiaya ibunya. Kedua orangtuanya akhirnya diseret ke pengadilan. Pada hari
sidang ayah Genie itu membunuh dirinya dengan pistol, dan meninggalkan catatan. Dunia
tidak akan pernah mengerti .
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa Genie telah melewati masa kecilnya di neraka
yang telah dibuat ayahnya sendiri. Sejak kecil ayahnya telah mengikatnya dalam sebuah
tempat duduk yang ketat. Sepanjang hari ia tidak menggerakkan tangan dan kakinya. Pada
malam hari ia ditempatkan ke dalam semacam kurungan besi. Seringkali ia merasa
kelaparan,tetapi kalau ia menangis ayahnya memukulinya.
Si ayah tidak bicara dengannya, sedangkan si ibu untuk mengurusnya. Kakak lakilakinyalah yang akhirnya memberinya makan dan minum. Itupun sesuai dengan perintah sang
ayah, harus dilakukan diam-diam, tanpa mengeluarkan suara. Genie tidak pernah mendnegar
orang bercakap-cakap. Kakak dan ibunya sering mengobrol dengan berbisik, karena takut
pada ayahnya ( dalam Rakhmat, 1994; 1-2 ).
Ilustrasi di atas menunjukkan betapa pentingnya kata-kata dan makna yang diwakili oleh
kata-kata tersebut.

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan suara dihubungkan satu sama
lain menurut seperangkat aturan, sehingga mempunyai arti (Haviland, 1995; 361). Haviland
dalam mendefinisikan bahasa dalam bukunya yang berjudul Antropology tersebut, ternyata
mengandung adanya kontradiksi. Di satu pihak ia menyebutkan bahasa adalah sesuatu yang
menggunakan suara, sementara dalam bukunya yang lain juga ia mendeskripsikan bahasa
tubuh yang jelas-jelas tidak menggunakan suara.
Menurut Rakhmat (1994; 268-269) terdapat dua cara untuk mendefinisikan bahasa, yaitu
secara fungsional dan secara formal. Secara fungsional berarti melihat bahasa dari segi
fungsinya, sehingga bahasa diartikan dsebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan. Kita tekankan pada yang dimiliki bersama, karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan bersama di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya. Definisi formal mengatakan bahwa bahasa didefinisikan sebagai
semua kalimat yang terbayangkan. Yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahsa. Setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya
dapat memberikan arti.
Menurut Koentjaraningrat (1998, 339-341) dalam membahas tentang bahasa atau sistem
lambangan manusia secara lisan maupun tertulis untk berkomunikasi antara individu satu
dengan lainnya, maka peran suatu etnografi adalah memberi deskripsi tentang cir-ciri
terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan, yang disertai
pula variasi-variasi dari bahasa itu.
2. Bahasa dalam kerangka kebudayaan
Menurut Haviland (1995; 376) seluruh permasalahan tentang hubungan antara bahasa dan
kebudayaan termasuk dalam etnolinguistik, yaitu suatu bidang yang berkembang dari
etnologi maupun linguistik deskriptif serta merupakan suatu bidang pembahasan tersendiri.
Etnolinguistik meliputi segala aspek dari struktur dan penggunaan bahasa yang ada
hubungannya dengan masyarakat, kebudayaan, dan perilaku manusia.
3. Kinesik dan proksemik
Pada dasarnya, dalam berkomunikasi manusia tidak hanya membutuhkan komunikasi
verbal semata, akan tetapi juga dibutuhkan ekspresi wajah, gerak tangan, gerak tubuh, cara
berbicara, maupun nada suara yang kesemuanya itu bisa disebut bahasa tubuh atau
komunikasi non verbal. Banyak informasi dapat diperoleh dari komunikasi nonverbal
(Prawitasari, 1993). Kinesik dan proksemik adalah merupakan bagian dari komunikasi non
verbal. Duncan (dalam Rakhmat, 1994; 289) menyebutkan enam jenis komunikasi non
verbal, yait7u:
Kinesik atau gerakan tubuh
Paralinguistik atau suara
Proksemik atau penggunaan ruang personal dan sosial
Olfaksi atau penciuman
Sensitivitas kulit, dan
Fakto arifkultural, seperti pakaian dan kosmetik.
Kinesik. Menurut Haviland (1995; 368-369), kinesik dapat digambarkan sebagai suatu sistem
komunikasi dengan menggunakan gerakan, yang berupa sikap tubuh, ekspresi muka, dan
gerakan-gerakan tubuh lain yang mengandung pesan, seperti misalnya di Amerika Utara
orang menggaruk-garuk kepala, menggigit bibir sendiri, atau mengkerutkan dahi adalah caracara untuk menunjukkan keragu-raguan. Selanjutnya Rakhmat ( 1994; 289-290) mengatakan
bahwa di dalam menyampaikan pesan kinetik. Seseorang melalui gerakan tubuhnya dapat
terdiri dari tiga komponen, yaitu : fasial, gestural dan postural.

Pesan fasial adalah kinetik yang menggunakan raut muka untuk menyampaikan makna
tertentu, Berbagai penelitian menggunakan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit
sepuluh kelompok makna : kebahagiann, rasa terkejut ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakkan, pengecaman, minat, ketakjuban dan tekad.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagai anggota badan seperti mata, dan
tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Menurut Galloway ( dalam Rakhmat
1994; 290) pesan gestural dapat kita pergunakan untuk mengungkapkan beberapa hal:
mendorong/ membatasi, menyesuaikan/ mempertentangkan, responsif/ tidak responsif.
Perasaan positif/negatif, memperhatikan/tidak memperhatikan/ tidak memperhatikan,
melancarkan/ tidak reseptif, menyetujui? Menolak. Selanjutnya diperjelas bahwa pesan
gestural yang mempertentangkan terjadi bila pesan gestural memberikan arti lain dari pesan
atau pesan lainnya. Pesan gestural tidak responsif menunjukka gestur yang tidak ada
kaitannya degan pesan yang diresponnya. Pesa gestural negatif mengungkapkan sikap dingin,
merendahkan, atau menolak. Pesan gestural tak responsif mengabaikan permintaan untuk
bertindak.
Pesan postural berkenaan degan keseluruhan anggota badan, Mehrabian ( dalam
Rakhmat, 1994; 290) menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur: immediacy,
power dan responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan
terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif. Power mengungkapkan status sosial tetentu pada diri
komunikator. Anda dapat membayangkan dengan postur yang tinggi hati di depan anda dan
postur yang merendah.
Oleh karena itu, postur seseorang dalam berkomunikasi seingkali dipengaruhi oleh
status sosial tertentu. Individu megkomunikasikan responsiveness bila ia bereaksi secara
emosional pada lingkungan, secara emosional pada lingkungan,s ecara positif dan negatif.
Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
Proksemik adalah pesan yang disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita dapat mengungkapkan keakraban degan orang lain.
Edward T. Hall, seorang antropog, meyebutkan bahwa dalam interaksi sosial terdapat empat
zona spesial yang meliputi : Kajian ini kemudian dikenal degan istilah proksemik
( kedekatan) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi ( dalam Altman,
1975). Pertama, jarak intim adalah jarak yang dekat/ akrab atau keakraban dengan jarak 0- 18
inci . Menurut Hall pada jarak yang akrab ini kemunculan orang lain adalah jelas sekali dan
mungkin sutu saat akan menjadi sangat besar karena sangat meningkatnya masukan
pancaidera. Penglihatan, panas tubuh orang lain, suara, bau, dan tarikan napas, semuanya
menyatu sebagai tanda yang sangat jelas tentang keterlibatan orang lain. Pada jarak 0-6 inci
(fase dekat pada jarak intim), kontak fisik merupakan suatu hal yang teramat penting. Hal
menggambarkan, bahwa pada jarak ini akan mudah terjadi pada saat orang sedang bercinta,
olahraga gulat, saling menyenangkan, dan melindungi. Pada jarak ini kemungkinan menerima
dan menyampaikan isyarat-isyarat komunikasi adalah sangat luar biasa. Seseorang dapat
melihat dengan jelas keseluruhan orang yang sedang dihadapinya seperti tekstur kulitnya,
kerut, dan cacat wajahnya, warna matanya, tingkat keputihan bola matanya, kerutan pada
keningnya, dan mulutnya. Pada jarak sedekat itu kita lebih dari sekedar melihat. Seseorang
dapat menyentuh hampir semua bagian tubuh orang tersebut atau dengan mudah
memeluknya. Seseorang dapat membaui napas dan parfum, merasakan perbedaan panas
tubuh dan deru napasnya. Hal meyimpulkan bahwa pada daerah keakraban tersebut kaya
akan isyarat-isyarat yang potensial untuk berkomunikasi, yang juga menyajikan banyak hal
tentang seseorang. Mungkin juga kondisi seperti ini, yang dikatakan hall sebagai jarak yang

biasanya dioeruntukkan kepada intimate lovers pasangan kekasih yang sudah sangat intin
dan suami istri umumnya tidak disetujui dilakukan di tempat yang umum.
Jika daerah atau zona ini dapat menyenangkan dalam suatu situasi, yaitu ditempat yang
umum.
Jika daerah/zona ini dapat menyenangkan dalam suatu situasi,yaitu ketika seseorang
berinteraksi dengan orang lain yang dicintainya,mungin akan menjadi tidak menyenangkan
dalam situasi lain.misalnya,ketika orang dengan tidak sengaja terpaksa untuk masuk ke dalam
elevator yang penuh sesak,mereka seringkali menjadi tidak bergerak/kaku,melihat dengan
gugup kepada nomor-nomor lantai.hal ini mungkin juga sebagai tanda bahwa mereka
menyadari telah saling melanggar jarak kedekatan (intimate distance). Tetapi berusaha
untuk berusaha yang terbaik untuk menghindari interaksi yang tidak pantas.
Pada bagian yang dekat degan zona sosial(fase dekat)/pada jarak 4-7 kaki,kontak visual tidak
begitu terselaraskan dengan baik dibandingkan degan daerah-daerah lainnya. Isyarat-isyarat
sentuhan lainnya menjadi relatif tidak penting.
Secara antropologis perkawinan dapat berfungsi antara lain sebagai pengaturan
kehidupan seksual serta kehidupan kebudayaan dan masyarakat luas. Pekawinan juga
memberi ketenuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepada hasil dari buah perkawinan
terseut ( anak-anak), juga memenuhi kebutuhan akan teman hidup.
Pembatasan jodoh dalam perkawinan menurut koentjaraningrat ( 1992; 94-95) di
dalam masyarakat di dunia terdapat baik larangan-larangan maupun bentuk-bentuk yang ideal
( preferensi) dalam pembatasan jodoh untuk perkawinan. Beikut ini akan di bahas laranganlarangan maupun preferensi dalam perkawinan.
Pada masyarakat orang jawa dari lapisanyang berpendidikan dan tinggal di kota
misalnya, hampir tidak ada pembatasan asalkan saja mereka ingat bahwa mereka tidak boleh
memiliki jodoh pada saudara sekandung sendiri, dalam arti saudara seupu dari pihak ayah,
saudara perempuan dari ayah atau ibu, atau wanita yang lebih tua umurnya.Sementara pada
orang Batak misalnya, orang dilarang mencari jodoh diantara semua orang yang mempunyai
nama marga yang sama dengannya. Kalau misalnya seseorang bernama Hutabarat, maka ia
tidak boleh menikah degan gadis atau pemuda bermarga Hutabarat.
Dalam setiap masyarakat orang memang seharusnya bisa menikah degan orang
lain di luar suatu lingkungan tertentu atau exogami. Pembatasan exogami tentu berebda-beda
sesuai dengan konteks tertentu. Kalau seseorang dilarang menikah dengan saudara
kandungnya, maka kita akan menyebutnya sebagai exogami keluarga. Kalau dilarang dalam
satu marga, maka diseut exogami marga.
Selain exogami kita juga mengenal istilah endogami, yang pembatasnya juga
berbeda-beda sesuai degan konteksnya. Salah satu istilah penting dalam endogami adalah
istilah sumbang atau incest. Feomena sumbang tejadi karena seseorang telah melanggar adat
exogami. Pembatasan sumbang juga berbeda-beda sesuai degan konteksnya.
Kebalikan dengan hal-hal yang diseut diatas, yang berhubungan dengn
pembatasan-pembatasan, dalam masyarakat di dunia juga mengenal istilah marriage
preference atau perkawinan-perkawinan yang menjadi preferensi umum, artinya suatu bentuk
perkawinan ideal yang diinginkan oleh sebagian esar warga masyarakat. Dalam suatu
kebudayaan tertentu terdapat preferensi untuk menikah secara cross cousin, yaitu degan
saudara perempuan ayah atau anak saudara laki-laki ibu. Pada orang Batak Toba misalnya,
perkawinan yang dianggap ideal dan yang dianggap meyebabkan kebahagiaan yang paling
besar adalah perkawinan antara seseorang dengan seorang anak perempuan ayahnya bukan
dilarang, tetapi dianggap kurang baik, dan sejauh mungkin dihindari.

2. Rumah Tangga dan Keluarga inti


Menurut Koentjaraningrat ( 1992; 108) rumah tangga ( household) terjadi akibat adanya
perkawinan. Kesatuan ini mengurus ekonomi rumah tangga sebagai suatu kesatuan. Satu
rumah tangga seing terdiri dari satu keluarga inti atau lebih. Sedangkan, keluarga inti
( nuclear family) tejadi juga sebagai akibat dari perkawinan, dengan anggota terdiri dari
seorang suami, seorang istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin. Anak tiri dan anak
angkat yang secara resmi mempunyai hak wewenang yang kurang lebih sama dengan anak
kandungannya,dapat pula dianggap sebagai anggota suatu keluarga inti. Bentuk keluarga inti
seperti ini adalah bentuk keluarga inti yang sederhana dan biasanya disebut sebagai batih
yang berdasarkan monogami,atau terdapat seorang suami dan istri dari anak.akan tetapi ada
pula keluarga batih yang lebih kompleks,yaitu apabila terdapat lebih dari seorang suami/istri.
Keluarga inti seperti ini disebut sebagai keluarga inti yang berdasarkan poligami.
3.kelompok-kelompok kekerabatan
Menurut koentjaraningrat(1992; 113) keluarga-keluarga inti seperti terurai di atas itu
merupakan suatu kesatuan manusia yang di dalam ilmu antropologi dan sosiologi disebut
kingroup, atau kelompok kekerabatan. Selain keluarga inti masih terdapat beberapa bentuk
kelompok kekerabatan.
Kindread adalah kesatuan kaum kerabat yang melingkari seseorang yang memulai suatu
kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya berupa pertemuan-pertemuan, upacara-upacara
atau pesta-pesta yang umumnya dimulai dari salah seorang anggota. Lingkup kegiatannya
biasanya pada sekitar life-space, seperti pada hari ulang tahun,kematian dan pemakaman.
Keluarga luas selalu terdiri lebih dari satu keluarga inti,tetapi yang seluruhnya merupakan
suatu kesatuan sosial yang amat erat, dan yang biasanya hidup di tempat tinggal bersama
pada suatu tempat tinggal bersama pada satu pekarangan.
Keluarga ambilineal kecil,terjadi bila sesuatu keluarga luas yang utrolokal mendapat suatu
kepribadian yang disadari oleh para anggotanya,tidak selamanya waktu mereka hidup saja,
tetapi yang dianggap ada sejak dua-tiga angkatan dalam waktu yang lama.
Keluarga ambilineal besar. Keluarga ambilineal sering dapat juga terdiri dari lebih tiga atau
empat angkatan,tetapi dr banyak angkatan yang diturunkan oleh seorang nenek moyang yang
tidak saling mengenal dan tahu-menahu lagi. Jumlah warga kelompok tidak hanya 25 sampai
30 orang,melainkan sampai beratus-ratus sehingga tidak saling mengenal lagi.
Fratri. Fratri atau dalam bahasa asingnya adalah phratry merupakan kelompok-kelompok
kekerabatan yang patrilineal dan yang matrilineal,yang sifatnya lokal dan yang merupakan
gabungan dari kelompok-kelompok klen setempat. Kelompok yang dapat bergabung dalam
fratri adalah klen kecil atau bagian lokal dari klen besar.
Paroh masyarakat . paroh masyarakat atau dalam bahasa asingnya moity adalah kelompok
kekerabatan gabungan dari keln seperti fratri,tetapi yang selalu merupakan separoh dari suatu
masyarakat.hal ini tergantung dari struktur masyarakatnya,sehingga suatu moiety dapat
berupa gabungan dari klen-klen kecil atau gabungan-gabungan dari bagian-bagian lokal dari
klen besar.
C. KESATUAN HIDUP SETEMPAT
Menurut koentjaraningrat (1992; 161) kesatuan hidup setempat atau community atau
kemudian disebut komunitas adalah kesatuan sosial yang terjadi bukan karena adanya ikatan
kekerabatan sebagaimana kelompok kekerabatan, akan tetapi karena ikatan tempat
kehidupan. Orang-orang yang tinggal bersama disuatu wilayah tertentu belum

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.

dikatakan community kalau mereka tidak merasakan terikat oleh perasaan bangga dan cinta
kepada wilayahnya, sehingga mereka segan untuk tinggal di wilayah yang lain.
Sebagai suatu kesatuan manusia, suatu komunitas tentu mempunyai juga perasaan
kesatuan, serupa dengan hampir semua kesatuan manusia yang lain, tetapi perasaan kesatuan
dalam komunitas itu biasanya amat kuat, sehinggarasa kesatuan kalau dikupas biasanya
mengandung unsur-unsur rasa kepribadian kelompok, artinya perasaan bahwa kelompok
sendiri itu mempunyai ciri-ciri (biasanya ciri-ciri kebudayaan atau cara-cara hidup) yang
berbeda jelas dengan kelompok lainnya, serta adanya perasaan negatif yaitu dengan
merendahkan atau paling tidak menganggap aneh ciri-ciri dalam kehidupan komunitas
lainnya.
Koentjaraningrat (1992; 162) membagi komunitas menjadi dua bagian yakni
komunitas kecil dan komunitas besar.
Komunitas besar, menurut koentjaraningrat (1993; 162) sifat dari komunitas, baik
komunitas kecil maupun besar adalah adanya wilayah, cinta wilayah, dan kepribadian
kelompok, dimana ketiganya merupakan dasar dan pangkal dari perasaan seperti
nasionalisme, patriotisme, dan sebagainya. bentuk-bentuk komunitas besar antara lain adalah
kota, propinsi, negara bagian, atau bahkan negara. Suatu negara dapat merupakan suatu
komunitas jikalau ada rasa cinta tanah air dan rasa kepribadian bangsa yang besar.
Komunitas kecil, komunitas kecil ternyata lebih mendapat banyak perhatian di antara
para ahli antropologi maupun sosiologi. Berikut ini akan disajikan sifat-sifat, bentuk-bentuk,
dan solidaritas pada komunitas kecil.
Komunitas kecil memiliki sifat-sifat :
Komunitas kecil adalah kelompok-kelompok dimana warga-warganya semuanya masih bisa
saling kenal-mengenal dan saling bergaul dengan frekuensi kurang atau lebih besar.
Karena sifat kecilnya tersebut maka antara bagian-bagian dan kelompok-kelompok khusus
didalamnya tidak terdapat keragaman warna yang besar.
Komunitas kecil juga merupakan kelompok dimana manusia dapat menghayati sebagian
besar dari lapangan-lapangan kehidupan secara warna yang besar.
Komunitas kecil tersebut dapat membentuk band, rukun tetangga, desa, dan sebagainya.
Berikut ini akan disajikan band an village.
Band atau kelompok berburu adalah komunitas kecil yang hidup berpindah-pindah dari
berburu dan meramu dalam batas suatu wilayah tertentu. Kelompok berburu biasanya
merupakan kelompok kecil yang berpindah-pindah dan pada umumnya tidak melebihi 80
sampai 100 anggota.
Village atau desa merupakan suatu kelompok hidup kecil yang menetap dalam suatu wilayah
yang tetap. Suku bangsa yang hidup di desa biasanya hidup bercocok tanam atau dari
perikanan. Dalam masyarakat yang berbentuk komunitas kecil di seluruh dunia seringkali
tampak adanya suatu rasa saling tolong-menolong yang besar, sehingga seluruh kehidupan
masyarakat berdasarkan rasa yang terkandung dalam jiwa para anggotanya. Rasa tolong
menolong tersebut dalam bahasa Indonesia dipakai istilah gotong royong.
Koentjaraningrat ( 1992; 172-173) membagi aktivitas gotong royong dalam empat
bagian:
Tolong menolong dalam aktivitas pertanian
Tolong menolong dalam aktivitas sekitar rumah tangga
Tolong menolong dalam persiapan pesta dan upacara
Tolong menolong dalam peristiwa kecelakaan, bencana dan kematian.
D. Sistem religi

Dalam kehidupannya, manusia seringkali mengalami peristiwa- peristiwa diluar


kemampuannya yang disebabkan oleh kekuatan eksternal, seperti bencana banjir, gempa
bumi, dan gunung meletus. Oleh karena itu manusia mulai berpaling kepada sesuatu yang
dianggapnya memiliki kekuatan tersebut untuk kemudian memuja dan meyembahnya.
Sesuatu yang dipuja dan disembah itu dapat berupa arwah nenek moyang, patung-patung,
atau objek-objek lainnya. Fenomena ini merupakan awal dari lahirnya agama-agama.
Agama atau religi menurut Havilland dapat dipandang sebagai kepercayaan dan
pola perilaku, yang diusahakan oleh manusia untuk menangani masalah-masalah penting
yang tidak dapat dipecahkan melalui teknologi dan teknisi organisasi yang diketahuinya.
Untuk mengatasi ketebatasan itu orang bepaling kepada supranatural.
Semetara itu, Anthony F.C Wallace secara antropologis mendefinisikan agama
sebagai seperangkat upacara, yang diberi rasionalisasi mitos dan yang meggerakkan kekuatan
supranatural degan maksud untuk mencapai atau menghindari segala perubahan keadaan pada
manusia atau alam. Meurut Havilland pengertian ini memiliki suatu pengertian bahwa, kalau
tidak dapat megatasi masalah serius yang meimbulkan kegelisahan mereka, maka manusia
berusaha mengatasinya degan kekuatan supranatural. Maka dari itu dilakukan upacara
keagamaan, yang oleh Wallace dipandang sebagai gejala agama yang utama ( religion in
action). Fungsi utama dari upacara keagamaan itu adalah untuk megurangi kegelisahan . Hal
inilah yang emrupakan nilai agama untuk mengatasi hidup.
Unsur unsur religi . Unsur- unsur religi Meurut Koentjaraningrat terdiri dari:
Emosi, keagamaan, sistem keagamaan, upacara keagamaan, peralatan upacara dan kelompok
keagamaan. Kelima unsur terseut akan dibahas satu persatu di bawah ini.
Emosi keagamaan adalah suatu getaran jiwa yang pada suatu ketika pernah
emnghinggapi manusia dalam jangka waktu hidupnya, walaupun getaran itu mungkin hanya
beberapa detik saja dan kemudian emnghilang lagi ( Koetjaraningrat 1992; 239). Prosesproses fisiologi dan psikologi yang tejadi apalabila seseorang megalami emosi keagamaan
tenyata belum pernah dianalisis dan di deskripsi oleh para ahli. Seorang ahli, Rudolf Otto
malahan lebih menghindari suatu analisis yang lebih mendalam bahwa emosi yang berupa
sikap kagum terpesona terhadap hal yang gaib dan keramat pada hakikatnya tidak dapat di
jelaskan degan akal manusia karena berada diluar jangkauan kemampuannya. Ahli lain,
soderblom hanya menyebutkan bahwa emosi keagamaan adalah sikap takut becampur
percaya kepada hal yang gaib serta keramat.
Sistem keyakinan dan keagamaan menurut Koentjaraningrat dapat berwujud pada
pikiran manusia, yang meyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat Tuhan,
tentang wujud dari alam gaib, tentang tejadinya alam dan dunia, tentang zaman akhirat,
tentang wujud dan ciri kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam, dewa-dewa, roh jahat,
hantu, dan makhluk halus lainnya. Kecuali dari itu sistem keyakinan juga menyangkut sistem
nilai dari sistem keagamaan, ajaran kesusilaan, dan ajaran religi lainnya yang mengatur
tingkah laku manusia.
Upacara keagamaan menurut Koentjaraningrat dapat berwujud aktivitas atau
tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian terhadap tuhan, dewa, roh nenek moyang,
dan makhluk lainnya dalam upaya berkomunikasi degan Tuhan atau penghuni alam gaib
lainnya.Hal ini biasanya dilakukan berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim, atau hanya
kadang kadang saja. Bedasarkan isi acaranya, hal ini biasanya terdiri dari suatu kombinais
yang merangkai satu atau beberapa tindakan, seperti: berdoa, bersujud, bersaji, berkorban,
makan bersama, menari, bernyanyi, berprosesi, seni drama suci, berpuasa, bertapa, bersemi
dan sebagainya.

1.
2.
3.
4.

Selanjutnya dikatan oleh Koentjaraningrat bahwa di dalam hal ini biasanya


digunakan berbagai sarana atau peralatan, seperti : tempat atau gedung pemujaan ( masjid,
langgar, gereja, pagoda, stupa ), patung dewa, patung orang suci, alat bunyi- bunyian suci
( bedug, gong, seuling, gamelan, lonceng, dan lain-lain).
Kelompok Keagamaan menurut Koentjaraningrat ( 1990; 82) merupakan suatu
kesatuan sosial yang berwujud sebagai:
Keluarga inti atau kelompok kekerabatan yang lain
Kelompok kekerabatan yang lebih esar, seperti keluarga luas, suku, marga dan lain-lain
Kesatuan komunitas, seperti desa dan lain-lain
Organisasi atau gerakan religi, seperti organisasi penyiaran agama, organisais gereja, partai
politik yang beridelogi agama, gerakn agama, orde-orde rahasia dan lain-lainnya

Budaya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lukisan musisi wanita Persia dariIstana Hasht-Behesht (Istana 8 surga).

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kataculture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Definisi Budaya

2 Pengertian kebudayaan

3 Unsur-Unsur

4 Wujud dan komponen

4.1 Wujud

4.2 Komponen

5 Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan

5.1 Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

5.2 Sistem mata pencaharian

5.3 Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

5.4 Bahasa

5.5 Kesenian

5.6 Sistem Kepercayaan

5.6.1 Agama Samawi

5.6.2 Agama dan filsafat dari Timur

5.6.3 Agama tradisional

5.6.4 "American Dream"

5.6.5 Pernikahan
5.7 Sistem ilmu dan pengetahuan

6 Perubahan sosial budaya

7 Penetrasi kebudayaan

8 Cara pandang terhadap kebudayaan

8.1 Kebudayaan sebagai peradaban

8.2 Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"

8.3 Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi

9 Kebudayaan di antara masyarakat

10 Kebudayaan menurut wilayah

11 Referensi

12 Daftar pustaka

13 Lihat pula

14 Pranala luar

Definisi Budaya[sunting | sunting sumber]


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.[1] Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,pakaian, bangunan, dan karya seni.
[1]

Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga

banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[1]
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.[2]
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya
lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Pengertian kebudayaan[sunting | sunting sumber]


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah CulturalDeterminism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang
akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Unsur-Unsur[sunting | sunting sumber]


Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara
lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

alat-alat teknologi

sistem ekonomi

keluarga

kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

organisasi ekonomi

alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah


lembaga pendidikan utama)

organisasi kekuatan (politik)

Wujud dan komponen[sunting | sunting sumber]


Wujud[sunting | sunting sumber]
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan y

ang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan


sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.

Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,
dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan
dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan
memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Komponen[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu :

Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian

arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.

Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan
menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia
pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja
pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota kota besar hal tersebut terbalik, wajar
seorang wanita memilik karier

Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat.
Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan
kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari tarian,
yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya
memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan
yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan
bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning
dan buah buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar
seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.

Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian
dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa
merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek,
yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan
bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan
memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan[sunting | sunting

sumber]
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:

Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)[sunting | sunting sumber]

Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil
kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanianpaling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur
kebudayaan fisik), yaitu:

alat-alat produktif

senjata

wadah

alat-alat menyalakan api

makanan

pakaian

tempat berlindung dan perumahan

alat-alat transportasi

Sistem mata pencaharian[sunting | sunting sumber]


Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata
pencaharian tradisional saja, di antaranya:

Berburu dan meramu

Beternak

Bercocok tanam di ladang

Menangkap ikan

Sistem kekerabatan dan organisasi sosial[sunting | sunting sumber]


Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer
Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan
darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu,
kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya
relatif kecil hingga besar sepertikeluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat
umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain sepertikeluarga inti, keluarga luas, keluarga
bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimakhluk yang selalu hidup
bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tidak dapat mereka capai sendiri.

Bahasa[sunting | sunting sumber]


Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama
masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi
bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk
mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskahnaskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesenian[sunting | sunting sumber]

Karya seni dari peradaban Mesir kuno.

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusiaakan
keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa
tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan
kesenian yang kompleks.

Sistem Kepercayaan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan
mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan
adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup
bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa
Inggris: Religion, yang berasar daribahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah
sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia.Dictionary of Philosophy and
Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah,
dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus
diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. [3]
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun
Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti
misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian.

Agama Samawi[sunting | sunting sumber]


Tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama Samawi[4] atau
agama Abrahamik.[5] Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga
perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh
yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.

Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah
agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Terdapat nilainilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya,
seperti Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa. [6]
Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa
dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para
filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5
s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia. [7]
Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak memengaruhi kebudayaan Timur
Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar
pemeluk agama Islam di dunia.[8]

Agama dan filsafat dari Timur[sunting | sunting sumber]

Agni, dewa api agama Hindu

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama dari timur dan Filosofi Timur
Agama dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi
di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan menyebar di sepanjang benua Asia melalui
difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahyna yang menyebar di sepanjang utara
dan timurIndia sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai
Vietnam. TheravdaBuddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat
laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran
India lainnya,Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, memengaruhi baik religi, seni, politik,
maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik
tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu

maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada
periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang
sangat kuat di China.

Agama tradisional[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama tradisional
Agama tradisional, atau kadang-kadang disebut sebagai "agama nenek moyang", dianut oleh
sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa
dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya
agama Shinto.
Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan
ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual
yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

"American Dream"[sunting | sunting sumber]


American Dream, atau "mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan,
yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras,
pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. [9]
Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit"
(atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"),[10] yang memiliki nilai
dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.

Pernikahan[sunting | sunting sumber]


Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen
memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara
pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima
pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai
tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai
suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun
memperbolehkannya.

Sistem ilmu dan pengetahuan[sunting | sunting sumber]


Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat,
keadaan, dan harapan-harapan.Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:

pengetahuan tentang alam

pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya

pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama
manusia

pengetahuan tentang ruang dan waktu

Perubahan sosial budaya[sunting | sunting

sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perubahan sosial budaya

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing.

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam
suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya
merupakan penyebab dari perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
1. tekanan kerja dalam masyarakat
2. keefektifan komunikasi
3. perubahan lingkungan alam.[11]
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan
baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman esberujung pada
ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam
kebudayaan.

Penetrasi kebudayaan[sunting | sunting

sumber]

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke
kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh
kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia[rujukan?]. Penerimaan kedua macam kebudayaan
tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat
setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur
asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi,
atau Sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya
sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga
menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat [rujukan?].
Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama
350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada
sistem pemerintahan Indonesia.

Cara pandang terhadap kebudayaan[sunting | sunting sumber]


Kebudayaan sebagai peradaban[sunting | sunting sumber]
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan
di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan
adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang
dijajahnya.
Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam".
Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan;
salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas.

Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang "elit"
seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik,
sementara kata berkebudayaandigunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui,
dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang
"berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik
yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang
yang sudah "berkebudayaan".
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada
kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan
menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang
yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut
sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang
lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat
seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk
menekan pemikiran "manusia alami" (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara
berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak
berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai
perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan
sifat dasar manusia.
Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap
mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai
suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan
dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa

kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular
culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi
oleh banyak orang.

Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"[sunting | sunting


sumber]
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli
terhadap gerakan nasionalisme - seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk
menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran
Austria-Hongaria- mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang
umum".
Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan
kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun
begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan
"tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan
definisi yang lebih luas. Bertolak dari teorievolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap
manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari
kebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad
ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan dan bakat dalam
konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.

Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi[sunting | sunting sumber]


Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah
sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan
dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.

Kebudayaan di antara masyarakat[sunting | sunting sumber]


Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut subkultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan
kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa
hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan,
pandangan politik dan gender,
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat

tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan


minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan
keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.

Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan


sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.

Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam


Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan
mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan
induk yang ada dalam masyarakat asli.

Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli
tanpa campur tangan pemerintah.

Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok


minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara
damai dengan kebudayaan induk.

Kebudayaan menurut wilayah[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kebudayaan menurut wilayah
Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan
kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi dan
informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama.
Afrika
Beberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui penjajahan Eropa, seperti
kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara lebih banyak terpengaruh oleh
kebudayaan Arab dan Islam.

Orang Hopi yang sedang menenun dengan alat tradisional di Amerika Serikat.

Amerika
Kebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang
dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para
imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis,Jerman, dan Belanda.
Asia
Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu,
beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan
lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea,
dan Vietnam.
Dalam bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak memengaruhi kebudayaan di Asia
Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut memengaruhi
kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan dan tenggara.
Australia
Kebanyakan budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika.
Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan
lingkungan benua Australia, serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua
Australia, Aborigin.
Eropa
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah
dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan
ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna
bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh
kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan
Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak
mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
Timur Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini kebanyakan sangat
dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang
berkembang di daerah ini.

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ a b c Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi

2. ^ Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan OrangOrang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25

3. ^ Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488.

4. ^ Dari bahasa Arab, artinya: "agama langit"; karena dianggap diturunkan dari langit berupa wahyu.

5. ^ Karena dianggap muncul dari suatu tradisi bersama Semit kuno dan ditelusuri oleh para pemeluknya kepada
tokoh Abraham/Ibrahim, yang juga disebutkan dalam kitab-kitab suci ketiga agama tersebut.

6. ^ Annual Assessment (PDF), Jewish People Policy Planning Institute (Jewish Agency for Israel), 2007, hlm. 15,
based on American Jewish Year Book 106.American Jewish Committee. 2006.

7. ^ Adherents.com Number of Christians in the world

8. ^ Miller, Tracy, ed. (2009), Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the
Worlds Muslim Population (PDF), Pew Research Center, hlm.4"

9. ^ Boritt, Gabor S. Lincoln and the Economics of the American Dream, p. 1.

10. ^ Ronald Reagan. "Final Radio Address to the Nation".

11. ^ O'Neil, D. 2006. "Processes of Change".

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available
online. Retrieved: 2006-06-28.

Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities. University of
Michigan Press.

Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois
Press. ISBN 978-0-252-06445-6.

Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press. ISBN 978-0521-29164-4

Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community.Routledge: New York,

Dawkins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback ed., 1999.
Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2

Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved: 2006-06-29.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York. ISBN 978-0465-09719-7.

"Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol. 59, No. 1. 1957.

Goodall, J. 1986. The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior. Cambridge, MA:


Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 978-0-674-11649-8

Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New Jersey, United States:
Littlefield, Adams & Co.

Jary, D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New York:
HarperCollins. ISBN 0-06-271543-7

Keiser, R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets. Holt, Rinehart, and
Winston. ISBN 978-0-03-080361-1.

Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and


Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum

Kim, Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An integrated analysis." In
D. Matsumoto (Ed.),Handbook of culture and psychology. Oxford: Oxford University Press

Middleton, R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University Press. ISBN 9780-335-15275-9.

Rhoads, Kelton. 2006. The Culture Variable in the Influence Equation.

Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy,
religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in 1871. ISBN 978-087968-091-6

O'Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences Department, Palomar


College, San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10.

Reagan, Ronald. "Final Radio Address to the Nation", January 14, 1989. Retrieved June
3, 2006.

Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New
Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press.

UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural Diversity, issued on International Mother


Language Day, February 21, 2002. Retrieved: 2006-06-23.

White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar,
Straus and Giroux.

Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge.Vintage: New York. ISBN
978-0-679-76867-8.

Wolfram, Stephen. 2002 A New Kind of Science. Wolfram Media, Inc. ISBN 978-1-57955-0080

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Anda mungkin juga menyukai