Penjelasannya
Unsur-Unsur Kebudayaan | Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah
kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam
bukunya yang berjudul Universal Categories of Culturemembagi kebudayaan yang
ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti
masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat
perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan
universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah
universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat
ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman
tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada
generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara
lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting
dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi
dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan
dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada
rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan
batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat
tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga
proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide
kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam
kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan
sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan
kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan
lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat
karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau
organisasi sosial.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama
dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup
manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil
produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan
pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam
masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu
kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan
mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya
asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa
di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat
manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.
7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni,
seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada
kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda
seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan
seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis,
dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra
terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang
dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional
adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film,
lagu, dan koreografi.
Disalin dari Buku Sekolah Elektronik Antropologi (Siany L, dan Atiek Catur B)
UNSURUNSURKEBUDAYAAN
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas kehendakNya karya ilmiah Antropologi yang berjudul Unsur-unsur Kebudayaan dapat terselesaikan
tepat waktu. Meskipun banyak rintangan dan hambatan kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami dapat menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua, dosen, dan teman-teman
kelas 1PA02 yang ikut serta mendukung kami dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman dari hasil karya
ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Semoga karya ilmiah yang penulis buat ini dapat menambah wawasan bagi kita
semua.
Depok, 16 Oktober 2012
Penulis
BAB I
I.A
Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan, dari kebudayaan yang
tradisional, modern, dari yang kurang populer hingga yang populer.
Tentunya kebudayaan mempunyai unsur-unsur yang
Manfaat dari karya ilmiah ini adalah sangat banyak, salah satunya adalah kita dapat
mengetahui lebih dalam tentang unsur-unsur kebudayaan yang mungkin tidak semua orang
tahu.
3.
4.
5.
6.
7.
tentang tubuh manusia, (5) pengetahuan tentang kelakuan sesama manusia, dan (6)
pengetahuan tentang ruang, waktu, dan bilangan;
Organisasi Sosial, terdiri dari : (1) sistem kekerabatan, (2) sistem kesatuan hidup setempat,
(3) asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan, (4) sistem kenegaraan.
Sistem Peralatan dan Teknologi, terdiri dari : (1) alat-alat produktif, (2) alat-alat distribusi
dan transport, (3) wadah-wadah dan tempat-tempat untuk menaruh, (4) makanan dan
minuman, (5) pakaian dan perhiasan, (6) tempat berlindung dan perumahan, dan (7) Senjata
Sistem Mata Pencaharian Hidup, terdiri dari: berburu dan meramu, perikanan, bercocok
tanam di ladang, bercocok tanam menetap, peternakan, dan perdagangan.
Sistem Religi terdiri dari : sistem kepercayaan, kesusasteraan suci, sistem upacara
keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta sistem nilai dan pandangan hidup.
Kesenian, terdiri dari seni patung, seni relief, seni lukis dan gambar, seni rias, seni vokal, seni
instrumen, senin kesusasteraan, dan seni drama.
Dalam bukunya yang berudul beberapa pokok Antropologi Sosial (1992).
Koentjaraningrat hanya memilih beberapa pokok khusus saja, yaitu: berburu dan meramu,
perikanan, bercocok tanam di ladang,bercocok tanam menetap,sistem kekerabatan,sistem
kesatuan hidup setempat,sistem religi dan ilmu gaib. Dalam bab ini unsur-unsur kebudayaan
akan lebih dibatasi lagi menjadi bahasa dan komunikasi,kesatuan hidup setempat dan sistem
religi.
Bahasa dan komunikasi
Sebelum menginjak kepada pembahasan lebih jauh, maka dua ilustrasi di bawah ini
barangkali dpat kita jadikan sebagai suatu pemahaman awal mengenai bahasa dan
komunikasi.
Ilustrasi 1
Pada tahun 1970, seorang ibu yang berusia 50 tahun melarikan diri dari rumahnya di
California,setelah bertengkar dengan suaminya yang berumur 70 tahun.Ia membawa anaknya,
gadis berusia 13 tahun yang bernama Genie ( samaran). Mereka datang meminta bantuan
pada petugas kesejahteraan sosial, akan tetapi para petugas melihat ada hal yang aneh pada
anak gadis yang dibawa ibunya tersebut.Perilakunya tidak menunjukkan sebagai anak yang
normal.Tubuhnya bungkuk,kurus,ekring,kotor, dan menyedihkan. Sepanjang waktu ia tidak
henti-hentinya meludah dan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Para petugas mengira
gadis ini telah dianiaya ibunya. Kedua orangtuanya akhirnya diseret ke pengadilan. Pada hari
sidang ayah Genie itu membunuh dirinya dengan pistol, dan meninggalkan catatan. Dunia
tidak akan pernah mengerti .
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa Genie telah melewati masa kecilnya di neraka
yang telah dibuat ayahnya sendiri. Sejak kecil ayahnya telah mengikatnya dalam sebuah
tempat duduk yang ketat. Sepanjang hari ia tidak menggerakkan tangan dan kakinya. Pada
malam hari ia ditempatkan ke dalam semacam kurungan besi. Seringkali ia merasa
kelaparan,tetapi kalau ia menangis ayahnya memukulinya.
Si ayah tidak bicara dengannya, sedangkan si ibu untuk mengurusnya. Kakak lakilakinyalah yang akhirnya memberinya makan dan minum. Itupun sesuai dengan perintah sang
ayah, harus dilakukan diam-diam, tanpa mengeluarkan suara. Genie tidak pernah mendnegar
orang bercakap-cakap. Kakak dan ibunya sering mengobrol dengan berbisik, karena takut
pada ayahnya ( dalam Rakhmat, 1994; 1-2 ).
Ilustrasi di atas menunjukkan betapa pentingnya kata-kata dan makna yang diwakili oleh
kata-kata tersebut.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan suara dihubungkan satu sama
lain menurut seperangkat aturan, sehingga mempunyai arti (Haviland, 1995; 361). Haviland
dalam mendefinisikan bahasa dalam bukunya yang berjudul Antropology tersebut, ternyata
mengandung adanya kontradiksi. Di satu pihak ia menyebutkan bahasa adalah sesuatu yang
menggunakan suara, sementara dalam bukunya yang lain juga ia mendeskripsikan bahasa
tubuh yang jelas-jelas tidak menggunakan suara.
Menurut Rakhmat (1994; 268-269) terdapat dua cara untuk mendefinisikan bahasa, yaitu
secara fungsional dan secara formal. Secara fungsional berarti melihat bahasa dari segi
fungsinya, sehingga bahasa diartikan dsebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan. Kita tekankan pada yang dimiliki bersama, karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan bersama di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya. Definisi formal mengatakan bahwa bahasa didefinisikan sebagai
semua kalimat yang terbayangkan. Yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahsa. Setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya
dapat memberikan arti.
Menurut Koentjaraningrat (1998, 339-341) dalam membahas tentang bahasa atau sistem
lambangan manusia secara lisan maupun tertulis untk berkomunikasi antara individu satu
dengan lainnya, maka peran suatu etnografi adalah memberi deskripsi tentang cir-ciri
terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan, yang disertai
pula variasi-variasi dari bahasa itu.
2. Bahasa dalam kerangka kebudayaan
Menurut Haviland (1995; 376) seluruh permasalahan tentang hubungan antara bahasa dan
kebudayaan termasuk dalam etnolinguistik, yaitu suatu bidang yang berkembang dari
etnologi maupun linguistik deskriptif serta merupakan suatu bidang pembahasan tersendiri.
Etnolinguistik meliputi segala aspek dari struktur dan penggunaan bahasa yang ada
hubungannya dengan masyarakat, kebudayaan, dan perilaku manusia.
3. Kinesik dan proksemik
Pada dasarnya, dalam berkomunikasi manusia tidak hanya membutuhkan komunikasi
verbal semata, akan tetapi juga dibutuhkan ekspresi wajah, gerak tangan, gerak tubuh, cara
berbicara, maupun nada suara yang kesemuanya itu bisa disebut bahasa tubuh atau
komunikasi non verbal. Banyak informasi dapat diperoleh dari komunikasi nonverbal
(Prawitasari, 1993). Kinesik dan proksemik adalah merupakan bagian dari komunikasi non
verbal. Duncan (dalam Rakhmat, 1994; 289) menyebutkan enam jenis komunikasi non
verbal, yait7u:
Kinesik atau gerakan tubuh
Paralinguistik atau suara
Proksemik atau penggunaan ruang personal dan sosial
Olfaksi atau penciuman
Sensitivitas kulit, dan
Fakto arifkultural, seperti pakaian dan kosmetik.
Kinesik. Menurut Haviland (1995; 368-369), kinesik dapat digambarkan sebagai suatu sistem
komunikasi dengan menggunakan gerakan, yang berupa sikap tubuh, ekspresi muka, dan
gerakan-gerakan tubuh lain yang mengandung pesan, seperti misalnya di Amerika Utara
orang menggaruk-garuk kepala, menggigit bibir sendiri, atau mengkerutkan dahi adalah caracara untuk menunjukkan keragu-raguan. Selanjutnya Rakhmat ( 1994; 289-290) mengatakan
bahwa di dalam menyampaikan pesan kinetik. Seseorang melalui gerakan tubuhnya dapat
terdiri dari tiga komponen, yaitu : fasial, gestural dan postural.
Pesan fasial adalah kinetik yang menggunakan raut muka untuk menyampaikan makna
tertentu, Berbagai penelitian menggunakan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit
sepuluh kelompok makna : kebahagiann, rasa terkejut ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakkan, pengecaman, minat, ketakjuban dan tekad.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagai anggota badan seperti mata, dan
tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Menurut Galloway ( dalam Rakhmat
1994; 290) pesan gestural dapat kita pergunakan untuk mengungkapkan beberapa hal:
mendorong/ membatasi, menyesuaikan/ mempertentangkan, responsif/ tidak responsif.
Perasaan positif/negatif, memperhatikan/tidak memperhatikan/ tidak memperhatikan,
melancarkan/ tidak reseptif, menyetujui? Menolak. Selanjutnya diperjelas bahwa pesan
gestural yang mempertentangkan terjadi bila pesan gestural memberikan arti lain dari pesan
atau pesan lainnya. Pesan gestural tidak responsif menunjukka gestur yang tidak ada
kaitannya degan pesan yang diresponnya. Pesa gestural negatif mengungkapkan sikap dingin,
merendahkan, atau menolak. Pesan gestural tak responsif mengabaikan permintaan untuk
bertindak.
Pesan postural berkenaan degan keseluruhan anggota badan, Mehrabian ( dalam
Rakhmat, 1994; 290) menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur: immediacy,
power dan responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan
terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif. Power mengungkapkan status sosial tetentu pada diri
komunikator. Anda dapat membayangkan dengan postur yang tinggi hati di depan anda dan
postur yang merendah.
Oleh karena itu, postur seseorang dalam berkomunikasi seingkali dipengaruhi oleh
status sosial tertentu. Individu megkomunikasikan responsiveness bila ia bereaksi secara
emosional pada lingkungan, secara emosional pada lingkungan,s ecara positif dan negatif.
Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
Proksemik adalah pesan yang disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita dapat mengungkapkan keakraban degan orang lain.
Edward T. Hall, seorang antropog, meyebutkan bahwa dalam interaksi sosial terdapat empat
zona spesial yang meliputi : Kajian ini kemudian dikenal degan istilah proksemik
( kedekatan) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi ( dalam Altman,
1975). Pertama, jarak intim adalah jarak yang dekat/ akrab atau keakraban dengan jarak 0- 18
inci . Menurut Hall pada jarak yang akrab ini kemunculan orang lain adalah jelas sekali dan
mungkin sutu saat akan menjadi sangat besar karena sangat meningkatnya masukan
pancaidera. Penglihatan, panas tubuh orang lain, suara, bau, dan tarikan napas, semuanya
menyatu sebagai tanda yang sangat jelas tentang keterlibatan orang lain. Pada jarak 0-6 inci
(fase dekat pada jarak intim), kontak fisik merupakan suatu hal yang teramat penting. Hal
menggambarkan, bahwa pada jarak ini akan mudah terjadi pada saat orang sedang bercinta,
olahraga gulat, saling menyenangkan, dan melindungi. Pada jarak ini kemungkinan menerima
dan menyampaikan isyarat-isyarat komunikasi adalah sangat luar biasa. Seseorang dapat
melihat dengan jelas keseluruhan orang yang sedang dihadapinya seperti tekstur kulitnya,
kerut, dan cacat wajahnya, warna matanya, tingkat keputihan bola matanya, kerutan pada
keningnya, dan mulutnya. Pada jarak sedekat itu kita lebih dari sekedar melihat. Seseorang
dapat menyentuh hampir semua bagian tubuh orang tersebut atau dengan mudah
memeluknya. Seseorang dapat membaui napas dan parfum, merasakan perbedaan panas
tubuh dan deru napasnya. Hal meyimpulkan bahwa pada daerah keakraban tersebut kaya
akan isyarat-isyarat yang potensial untuk berkomunikasi, yang juga menyajikan banyak hal
tentang seseorang. Mungkin juga kondisi seperti ini, yang dikatakan hall sebagai jarak yang
biasanya dioeruntukkan kepada intimate lovers pasangan kekasih yang sudah sangat intin
dan suami istri umumnya tidak disetujui dilakukan di tempat yang umum.
Jika daerah atau zona ini dapat menyenangkan dalam suatu situasi, yaitu ditempat yang
umum.
Jika daerah/zona ini dapat menyenangkan dalam suatu situasi,yaitu ketika seseorang
berinteraksi dengan orang lain yang dicintainya,mungin akan menjadi tidak menyenangkan
dalam situasi lain.misalnya,ketika orang dengan tidak sengaja terpaksa untuk masuk ke dalam
elevator yang penuh sesak,mereka seringkali menjadi tidak bergerak/kaku,melihat dengan
gugup kepada nomor-nomor lantai.hal ini mungkin juga sebagai tanda bahwa mereka
menyadari telah saling melanggar jarak kedekatan (intimate distance). Tetapi berusaha
untuk berusaha yang terbaik untuk menghindari interaksi yang tidak pantas.
Pada bagian yang dekat degan zona sosial(fase dekat)/pada jarak 4-7 kaki,kontak visual tidak
begitu terselaraskan dengan baik dibandingkan degan daerah-daerah lainnya. Isyarat-isyarat
sentuhan lainnya menjadi relatif tidak penting.
Secara antropologis perkawinan dapat berfungsi antara lain sebagai pengaturan
kehidupan seksual serta kehidupan kebudayaan dan masyarakat luas. Pekawinan juga
memberi ketenuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepada hasil dari buah perkawinan
terseut ( anak-anak), juga memenuhi kebutuhan akan teman hidup.
Pembatasan jodoh dalam perkawinan menurut koentjaraningrat ( 1992; 94-95) di
dalam masyarakat di dunia terdapat baik larangan-larangan maupun bentuk-bentuk yang ideal
( preferensi) dalam pembatasan jodoh untuk perkawinan. Beikut ini akan di bahas laranganlarangan maupun preferensi dalam perkawinan.
Pada masyarakat orang jawa dari lapisanyang berpendidikan dan tinggal di kota
misalnya, hampir tidak ada pembatasan asalkan saja mereka ingat bahwa mereka tidak boleh
memiliki jodoh pada saudara sekandung sendiri, dalam arti saudara seupu dari pihak ayah,
saudara perempuan dari ayah atau ibu, atau wanita yang lebih tua umurnya.Sementara pada
orang Batak misalnya, orang dilarang mencari jodoh diantara semua orang yang mempunyai
nama marga yang sama dengannya. Kalau misalnya seseorang bernama Hutabarat, maka ia
tidak boleh menikah degan gadis atau pemuda bermarga Hutabarat.
Dalam setiap masyarakat orang memang seharusnya bisa menikah degan orang
lain di luar suatu lingkungan tertentu atau exogami. Pembatasan exogami tentu berebda-beda
sesuai dengan konteks tertentu. Kalau seseorang dilarang menikah dengan saudara
kandungnya, maka kita akan menyebutnya sebagai exogami keluarga. Kalau dilarang dalam
satu marga, maka diseut exogami marga.
Selain exogami kita juga mengenal istilah endogami, yang pembatasnya juga
berbeda-beda sesuai degan konteksnya. Salah satu istilah penting dalam endogami adalah
istilah sumbang atau incest. Feomena sumbang tejadi karena seseorang telah melanggar adat
exogami. Pembatasan sumbang juga berbeda-beda sesuai degan konteksnya.
Kebalikan dengan hal-hal yang diseut diatas, yang berhubungan dengn
pembatasan-pembatasan, dalam masyarakat di dunia juga mengenal istilah marriage
preference atau perkawinan-perkawinan yang menjadi preferensi umum, artinya suatu bentuk
perkawinan ideal yang diinginkan oleh sebagian esar warga masyarakat. Dalam suatu
kebudayaan tertentu terdapat preferensi untuk menikah secara cross cousin, yaitu degan
saudara perempuan ayah atau anak saudara laki-laki ibu. Pada orang Batak Toba misalnya,
perkawinan yang dianggap ideal dan yang dianggap meyebabkan kebahagiaan yang paling
besar adalah perkawinan antara seseorang dengan seorang anak perempuan ayahnya bukan
dilarang, tetapi dianggap kurang baik, dan sejauh mungkin dihindari.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
dikatakan community kalau mereka tidak merasakan terikat oleh perasaan bangga dan cinta
kepada wilayahnya, sehingga mereka segan untuk tinggal di wilayah yang lain.
Sebagai suatu kesatuan manusia, suatu komunitas tentu mempunyai juga perasaan
kesatuan, serupa dengan hampir semua kesatuan manusia yang lain, tetapi perasaan kesatuan
dalam komunitas itu biasanya amat kuat, sehinggarasa kesatuan kalau dikupas biasanya
mengandung unsur-unsur rasa kepribadian kelompok, artinya perasaan bahwa kelompok
sendiri itu mempunyai ciri-ciri (biasanya ciri-ciri kebudayaan atau cara-cara hidup) yang
berbeda jelas dengan kelompok lainnya, serta adanya perasaan negatif yaitu dengan
merendahkan atau paling tidak menganggap aneh ciri-ciri dalam kehidupan komunitas
lainnya.
Koentjaraningrat (1992; 162) membagi komunitas menjadi dua bagian yakni
komunitas kecil dan komunitas besar.
Komunitas besar, menurut koentjaraningrat (1993; 162) sifat dari komunitas, baik
komunitas kecil maupun besar adalah adanya wilayah, cinta wilayah, dan kepribadian
kelompok, dimana ketiganya merupakan dasar dan pangkal dari perasaan seperti
nasionalisme, patriotisme, dan sebagainya. bentuk-bentuk komunitas besar antara lain adalah
kota, propinsi, negara bagian, atau bahkan negara. Suatu negara dapat merupakan suatu
komunitas jikalau ada rasa cinta tanah air dan rasa kepribadian bangsa yang besar.
Komunitas kecil, komunitas kecil ternyata lebih mendapat banyak perhatian di antara
para ahli antropologi maupun sosiologi. Berikut ini akan disajikan sifat-sifat, bentuk-bentuk,
dan solidaritas pada komunitas kecil.
Komunitas kecil memiliki sifat-sifat :
Komunitas kecil adalah kelompok-kelompok dimana warga-warganya semuanya masih bisa
saling kenal-mengenal dan saling bergaul dengan frekuensi kurang atau lebih besar.
Karena sifat kecilnya tersebut maka antara bagian-bagian dan kelompok-kelompok khusus
didalamnya tidak terdapat keragaman warna yang besar.
Komunitas kecil juga merupakan kelompok dimana manusia dapat menghayati sebagian
besar dari lapangan-lapangan kehidupan secara warna yang besar.
Komunitas kecil tersebut dapat membentuk band, rukun tetangga, desa, dan sebagainya.
Berikut ini akan disajikan band an village.
Band atau kelompok berburu adalah komunitas kecil yang hidup berpindah-pindah dari
berburu dan meramu dalam batas suatu wilayah tertentu. Kelompok berburu biasanya
merupakan kelompok kecil yang berpindah-pindah dan pada umumnya tidak melebihi 80
sampai 100 anggota.
Village atau desa merupakan suatu kelompok hidup kecil yang menetap dalam suatu wilayah
yang tetap. Suku bangsa yang hidup di desa biasanya hidup bercocok tanam atau dari
perikanan. Dalam masyarakat yang berbentuk komunitas kecil di seluruh dunia seringkali
tampak adanya suatu rasa saling tolong-menolong yang besar, sehingga seluruh kehidupan
masyarakat berdasarkan rasa yang terkandung dalam jiwa para anggotanya. Rasa tolong
menolong tersebut dalam bahasa Indonesia dipakai istilah gotong royong.
Koentjaraningrat ( 1992; 172-173) membagi aktivitas gotong royong dalam empat
bagian:
Tolong menolong dalam aktivitas pertanian
Tolong menolong dalam aktivitas sekitar rumah tangga
Tolong menolong dalam persiapan pesta dan upacara
Tolong menolong dalam peristiwa kecelakaan, bencana dan kematian.
D. Sistem religi
1.
2.
3.
4.
Budaya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kataculture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Definisi Budaya
2 Pengertian kebudayaan
3 Unsur-Unsur
4.1 Wujud
4.2 Komponen
5.4 Bahasa
5.5 Kesenian
5.6.5 Pernikahan
5.7 Sistem ilmu dan pengetahuan
7 Penetrasi kebudayaan
11 Referensi
12 Daftar pustaka
13 Lihat pula
14 Pranala luar
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[1]
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.[2]
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya
lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang
akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
alat-alat teknologi
sistem ekonomi
keluarga
kekuasaan politik
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
organisasi ekonomi
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,
dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan
dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan
memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan
menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia
pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja
pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota kota besar hal tersebut terbalik, wajar
seorang wanita memilik karier
Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat.
Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan
kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari tarian,
yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya
memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan
yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan
bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning
dan buah buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar
seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian
dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa
merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek,
yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan
bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan
memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
sumber]
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil
kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanianpaling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur
kebudayaan fisik), yaitu:
alat-alat produktif
senjata
wadah
makanan
pakaian
alat-alat transportasi
Beternak
Menangkap ikan
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusiaakan
keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa
tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan
kesenian yang kompleks.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah
agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Terdapat nilainilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya,
seperti Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa. [6]
Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa
dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para
filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5
s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia. [7]
Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak memengaruhi kebudayaan Timur
Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar
pemeluk agama Islam di dunia.[8]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama dari timur dan Filosofi Timur
Agama dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi
di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan menyebar di sepanjang benua Asia melalui
difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahyna yang menyebar di sepanjang utara
dan timurIndia sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai
Vietnam. TheravdaBuddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat
laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran
India lainnya,Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, memengaruhi baik religi, seni, politik,
maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik
tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu
maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada
periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang
sangat kuat di China.
pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama
manusia
sumber]
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam
suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya
merupakan penyebab dari perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
1. tekanan kerja dalam masyarakat
2. keefektifan komunikasi
3. perubahan lingkungan alam.[11]
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan
baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman esberujung pada
ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam
kebudayaan.
sumber]
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke
kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh
kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia[rujukan?]. Penerimaan kedua macam kebudayaan
tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat
setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur
asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi,
atau Sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya
sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga
menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat [rujukan?].
Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama
350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada
sistem pemerintahan Indonesia.
Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang "elit"
seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik,
sementara kata berkebudayaandigunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui,
dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang
"berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik
yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang
yang sudah "berkebudayaan".
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada
kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan
menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang
yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut
sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang
lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat
seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk
menekan pemikiran "manusia alami" (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara
berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak
berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai
perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan
sifat dasar manusia.
Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap
mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai
suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan
dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa
kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular
culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi
oleh banyak orang.
Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli
tanpa campur tangan pemerintah.
Orang Hopi yang sedang menenun dengan alat tradisional di Amerika Serikat.
Amerika
Kebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang
dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para
imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis,Jerman, dan Belanda.
Asia
Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu,
beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan
lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea,
dan Vietnam.
Dalam bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak memengaruhi kebudayaan di Asia
Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut memengaruhi
kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan dan tenggara.
Australia
Kebanyakan budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika.
Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan
lingkungan benua Australia, serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua
Australia, Aborigin.
Eropa
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah
dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan
ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna
bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh
kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan
Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak
mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
Timur Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini kebanyakan sangat
dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang
berkembang di daerah ini.
2. ^ Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan OrangOrang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25
3. ^ Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488.
4. ^ Dari bahasa Arab, artinya: "agama langit"; karena dianggap diturunkan dari langit berupa wahyu.
5. ^ Karena dianggap muncul dari suatu tradisi bersama Semit kuno dan ditelusuri oleh para pemeluknya kepada
tokoh Abraham/Ibrahim, yang juga disebutkan dalam kitab-kitab suci ketiga agama tersebut.
6. ^ Annual Assessment (PDF), Jewish People Policy Planning Institute (Jewish Agency for Israel), 2007, hlm. 15,
based on American Jewish Year Book 106.American Jewish Committee. 2006.
8. ^ Miller, Tracy, ed. (2009), Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the
Worlds Muslim Population (PDF), Pew Research Center, hlm.4"
Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available
online. Retrieved: 2006-06-28.
Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities. University of
Michigan Press.
Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois
Press. ISBN 978-0-252-06445-6.
Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press. ISBN 978-0521-29164-4
Dawkins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback ed., 1999.
Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2
Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved: 2006-06-29.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York. ISBN 978-0465-09719-7.
"Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol. 59, No. 1. 1957.
Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New Jersey, United States:
Littlefield, Adams & Co.
Jary, D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New York:
HarperCollins. ISBN 0-06-271543-7
Keiser, R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets. Holt, Rinehart, and
Winston. ISBN 978-0-03-080361-1.
Kim, Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An integrated analysis." In
D. Matsumoto (Ed.),Handbook of culture and psychology. Oxford: Oxford University Press
Middleton, R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University Press. ISBN 9780-335-15275-9.
Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy,
religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in 1871. ISBN 978-087968-091-6
Reagan, Ronald. "Final Radio Address to the Nation", January 14, 1989. Retrieved June
3, 2006.
Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New
Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press.
White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar,
Straus and Giroux.
Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge.Vintage: New York. ISBN
978-0-679-76867-8.
Wolfram, Stephen. 2002 A New Kind of Science. Wolfram Media, Inc. ISBN 978-1-57955-0080