Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2

Makalah Seminar Kesehatan

Peminatan Epidemiologi

Disusun Oleh :

Nuri Nurasiah

NIM : 4001130045

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG

2016

1
2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2

Makalah Seminar Kesehatan

Peminatan Epidemiologi

Disusun Oleh :

Nuri Nurasiah

NIM : 4001130045

Telah disetujui untuk diseminarkan

Pembimbing,

Yeni Suryamah, SKM., M.Epid

NIP. 197406142009022001
3

ANALISIS FAKTOR-FAKTIOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2

Makalah Seminar Kesehatan

Peminatan Epidemiologi

Disusun Oleh :

Nuri Nurasiah

NIM : 4001130045

Telah diseminarkan pada tanggal 19 November 2016 dari dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk diterima :

Pembimbing,

Yeni Suryamah, SKM,, M.Epid


NIP. 197406142009022001
Penguji,

Dr. Sri Komalaningsih, M.S


NIP. 196105231986092001
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga makalah seminar kesehatan yang berjudul Analisis Faktor-faktor

yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 dapat

terselesaikan.

Penyusunan makalah seminar kesehatan ini dimaksudkan untuk memenuhi

salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah seminar kesehatan Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung . Keberhasilan

penyusunan makalah ini juga atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati

disampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Hj. Suryani Soepardan, Dra., MM. selaku ketua STIKes Dharma Husada

Bandung.
2. Dr. Yeni Mahwati, M.Kes. selaku ketua Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung.


3. Ibu Yeni Suryamah, SKM., M.Epid selaku pembimbing yang telah

memberikan dorongan, semangat, bimbingan, arahan, dan nasehat dengan

penuh kesabaran selama proses pembuatan makalah seminar kesehatan ini.


4. Seluruh dosen STIKes Dharma Husada Bandung yang telah memberikan

segala ilmu yang berguna dan memfasilitasi kebutuhan selama proses

perkuliahan.
5. Staf perpustakaan STIKes Dharma Husada Bandung yang telah membantu

dalam menyediakan bahan/referensi untuk pembuatan skripsi.


6. Kedua orang tua saya yang selalu mendoa kan saya dan memberikan

semangat dan dukungan penuh kepada saya.


5

7. Rekan-rekan saya mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung angkatan

2013, dengan segala suka duka selama mengikuti proses perkuliahan.

8. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah

seminar kesehatan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan

di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna khususnya

untuk penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT meridhoi

sebagai bentuk amal dan ibadah, Amin ya Robbal Alamin

9.

10. Bandung, Novemver 2016

11.

12. Penulis

13.

14.

15.

16.

17. DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
6

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Pengertian Diabetes Mellitus........................................................................5
B. Klasifikasi Diabetes......................................................................................6
C. Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2............................................................7
D. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2...........................................................8
E. Gejala Diabetes Melitus Tipe 2.....................................................................9
F. Riwayat Alamiah Penyakit..........................................................................12
G. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes....................13
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................25
A. Metode Pengumpulan Data.........................................................................25
B. Metode Analisis...........................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................29
A. Hasil............................................................................................................29
B. Pembahasan.................................................................................................32
C. Pemodelan Kerangka Teori.........................................................................40
BAB V PENUTUP.................................................................................................42

A. Kesimpulan.................................................................................................42
B. Saran............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................44
7

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hipertensi Menurut Kelompok Usia 21


8

Tabel 2.2 Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi per hari... 22

Tabel 4.1 Matrik Review Jurnal 33

Table 4.2 Matrik Review Artikel, Buku, Laporan. 35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori. 28

Gambar 4.1 Kerangka Konsep ... 33


9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Catatan Bimbingan Seminar Kesehatan. 51

Lampiran 2. Lembar Format Penilaian Seminar Kesehatan. 53

Lampiran 3. Jurnal-Jurnal. 54
10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan teknologi yang

tengah terjadi akibat adanya globalisasi berdampak pada pola hidup

masyarakat. Akibat adanya pembangunan di segala bidang menjadikan

banyak hal baru yang perubahannya cukup berdampak pada masyarakat.

Salah satu contoh yang saat ini terasa adalah pada perubahan konsumsi

pangan. Dewasa ini banyak sekali dijual produk makanan dan olahan
11

instans yang siap saji dan siap konsumsi yang mana memudahkan

masyarakat untuk memenuhi asupan gizi. Hal tersebut membuat

masyarakat lebih merasa praktis dan efisien dibanding harus mengolah

makanan sendiri, terutama pada masyarakat yang sibuk dengan

pekerjaannya. Namun dengan adanya perubahan asupan konsumsi di

masyarakat menimbulkan banyaknya masalah kesehatan terutama penyakit

tidak menular (1).


Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian

terbanyak di Indonesia. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh

penyebab kematian adalaah stroke (15,4%), diikuti hipertensi, diabetes,

kanker, dan penyakit paru obstruksi kronis. Kematian akibat PTM tidak
(2)
hanya terjadi di perkotaan melainkan juga pedesaan . Penyakit Diabetes

merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami

peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut juga menjadi masalah

kesehatan yang cukup besar di Indonesia.


Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan

suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini

disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik


(3)
secara absolut maupun relatif . Prevalensi diabetes mellitus meningkat
(4)
secara global teristimewa menjadi perhatian di Negara Asia . Data dari

studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada

tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang

dilakukan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada
12

tahun 2030. Diabetes Melitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta

kematian. Selain itu, penhgeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes Melitus

telah mencapai 465 milliar USD (5).


International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa
(5)
sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM .

Prevalensi Diabetes Melitus di Dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan

DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di Dunia, sedangkan

tahun 2012 angka kejadian diabetes mellitus di dunia adalah sebanyak 371

juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes mellitus tipe 2 adalah 95%

dari populasi dunia yang menderita diabetes melitus. Dan sebesar 80%

orang dengan DM tinggal di Negara berpenghasilan rendah dan menengah


(6)
.
Di Indonesia berdasarkan Hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi

diabetes berdasarkan hasil wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar

1,5%. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,15. Prevalensi diabetes

yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI

Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%)dan Kalimantan Timur (2,3%).

Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Sulawesi

Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa

Tenggara Timur (3,3%) (3).


Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan

gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur

65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada

masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil Indeksi

Kepemilikan tinggi (3).


13

Melihat dari permasalahan yang terjadi di atas, penulis tertarik

untuk menganalisis Determinan Diabetes Melitus Tipe 2 yang merupakan

penyakit multifaktor.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terlihat

bahwa diabetes mellitus type 2 merupakan masalah kesehatan yang harus

dikendalikan. Oleh karena itu, dirumuskan masalah yaitu Determinan

Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2.

C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran penyakit Diabetes Melitus Tipe 2.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes

Melitus Tipe 2.
3. Mengetahui hubungan determinan dengan kejadian Diabetes Melitus

Tipe 2.
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan

suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal, penyakit ini

disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik

secara absolut maupun relatif (3).


Diabetes tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan

komponen genetik dan lingkungan yang sama kuat dalam proses


(4)
timbulnya penyakit tersebut . World Health Organisation (WHO)

mendefinisikan diabetes melitus (DM) sebagai penyakit yang ditandai

dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolism karbohidrat,

lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut

atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin (7).


Sedangkan berdasarkan Data dan Informasi Indonesia mengenai

Diabetes, Diabetes Melitus atau disebut diabetes saja merupakan penyakit

gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup

insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar

gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam

darah (hiperglikemia) (8).

B. Klasifikasi Diabetes
15

1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes dengan pankreas sebagai pabrik

insulin tidak dapat atau kurang mampu membuat insulin. Akibatnya,

insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali dan guka akan

menumpuk dalam peredaran darah katena tidak dapat diangkut ke

dalam sel. Penyakit ini biasanya timbul pada usia anak atau remaja,

baik pria maupun wanita. Gejala biasanya timbul mendadak dan bias

sampai koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.

Dari semua penderita diabetes 5-10% adalah tipe 1. Di Indonesia,

statistik mengenal diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya

sekitar 2-3%. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian tidak

terdiagnosis atau tidak diketahui (8).


2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling sering didapatkan.

Biasanya timbul pada usia diatas 40 tahun, namun bias pula timbul

pada usia diatas 20 tahun. 90-95% dari penderita diabetes adalah

diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa membuat

insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk dan tidak dapat berfungsi

dengan baik sehingga glukosa dalam darah meningkat. Pasien yang

mengidap diabetes tipe ini biasanya tidak perlu tambahan suntikan

insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja

untuk memperbaiki pengolahan gula di hati, dan lain-lain.

Kemungkinan lain terjadinya diabetes tipe 2 adalah sel-sel jaringan

tubuh dan otot si pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap

insulin, yang dinamakan resistensi insulin atau insulin resistance.


16

Akibatnya insulin tidak bisa bekerja dengan baik dan glukosa akhirnya

tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada

pasien yang gemuk atau obesitas (9).


3. Diabetes Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan

toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat

kehamilam sedang berlangsung. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24

minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali normal


(2)
pada saat setelah melahirkan . Keadaan ini terjadi karena adanya

pembentukan beberapa hormone pada wanita hamil yang

menyebabkan resistensi insulin (9).

C. Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

kekurangan insulin secara realtif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat

terjadi melalui 3 jalan, yaitu (6) :


1. Rusaknya sel-sel pancreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia

tertentu, dll)
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas
3. Desensitas/kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer

D. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2


Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang

berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel B pankreas.


Diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi

insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu

merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai

Resistensi Insulin. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas,

kurang aktivitas fisik, dan penuaan. Pada penderita DM tipe 2 dapat juga
17

terjadi produksi glukosa hepatic yang berlebihan namun tidak terjadi

pengrusakan sel-sel Langerhans secara otonium seperti DM Tipe 1.

Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif,

tidak absolut (6).


Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel-sel menunjukan

gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal

mengkompensasi resitensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,

pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel pancreas.

Kerusakan sel-sel pancreas yang terjadi secara progresif seringkali akan

mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita

memerlukan insulin eksogen. Pada penderita DM tipe 2 memang umunya

ditemukan kedua factor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi

insulin (6).

E. Gejala Diabetes Melitus Tipe 2


Banyak orang menjadi kaget dan cemas ketika mengetahui bahwa

dirinya adalah pengidap diabetes karena selain keluhan dan gejala berjalan

perlahan tidak terasakan, juga gejalanya bervariasi tergantung organ mana

yang terkena. Tidak sedikit pula orang yang ditemukan terkena diabetes

setelah mengalami komplikasinya. Tiap orang mempunyai kepekaan yang

berbeda dan kadang mereka tidak merasakan adanya perubahan pada

dirinya. Keluhan seperti rasa capek atau lemah tidak jarang ditemukan dan

kerapkali dianggap sebagai akibat dari kurang tidur, depresi, atau usia

yang bertambah tua. Beberapa gejala dari diabetes adalah (9) :


1. Banyak kencing. Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang

berlebihan di dalam darah. Akibatnya, gula ini akan menarik air keluar
18

dari jaringan sehingga selain kencing menjadi sering dan banyak, anda

juga akan merasa dehidrasi atau kekurangan cairan.


2. Rasa haus. Untuk mengatasi dehidrasi, anda akan banyak minum dan

terus minum. Kesalahan yang sering didapatkan adalah anda akan

mencari softdrink yang manis dan segar untuk mengatasi rasa haus.

Akibatnya gula darah semakin naik dan hal ini dapat menimbulkan

komplikasi aku yang membahayakan.


3. Berat badan turun. Sebagai kompensasi dari dehidrasi dan harus

banyak minum, anda mungkin mulai banyak makan. Memang pada

mulanya berat badan makin meningkat, namun lama kelamaan otot

tidak mendapat cukup gula untuk tmbuh dan sumber energi.

Akibatnya, jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi

kebutuhan energy sehingga berat badan menjadi turun, meskipun

makannya banyak. Keadaan ini makin diperburuk oleh adanya

komplikasi yang timbull belakangan.


4. Rasa seperti flu dan lemah. Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit

flu, rasa capek, lemah, dan nafsu makan menurun. Pada diabetes gula

bukan lagi sumber energy karena glukosa menumpuk dalam peredaran

darah dan tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk menjadi energy.
5. Mata kabur. Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari

dalam lensa mata sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya, mata

mengalmai kesulitan untuk memfokus dan penglihatan menjadi kabur.

Apabila anda bias mengontrol glukosa darah dengan baik, penglihatan

jadi membaik karena lensa kembali normal. Orang diabetes sering

berganti-ganti ukuran kacamata karena gula darah terus naik turun.


19

6. Luka yang sukar sembuh. Penyebab luka yang sukar sembuh adalah :

(1) Infeksi yang hebat karena kuman atau jamur mudah tumbuh pada

kondisi gula darah yang tinggi; (2) kerusakan dinding pembuluh darah

sehingga aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah

kecil) menghambat penyembuhan luka; dan (3) kerusakan syaraf yang

menyebabkan penderita diabetes tidak bias merasakan luka yang

dialami dan membiarkannya semakin membusuk.


7. Kesemutan. Kerusakan saraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi

merusak dinding pembulu darah adalah syaraf sensoris, keluhan paling

sering adalah kesemuatan atau tidak terasa, teruatama pada tangan dan

kaki. Selanjutnya bias timbul rasa nyeri pada anggota tubuh, betis,

kaki, tangan dan lengan, bahkanbisa terasa seperti terbakar.


8. Gusi merah dan bengkak. Kemampuan rongga mulut anda menjadi

lemah untuk melawan infeksi. Akibatnya, gusi akan membengkak dan

memerah, timbul infeksi, serta gigi tampak tidak rata dan mudah

tanggal
9. Kulit kering dan gatal. Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi.

Keluhan ini biasanya menjadi penyebab pasien dating memeriksakan

diri ke dokter, lalu pada pemeriksaan akhirnya ditemukan ternyata ada

diabetes.
10. Mudah kena infeksi. Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai

untuk melawan infeksi, tidak dapat berfungsi dengan baik pada

keadaan gula darah yang tinggi.


11. Gatal pada kemaluan. Infeksi jamur juga menyukai suasana gula darah

yang tinggi, vagina mudah terkena infeksi jamur, mengeluarkan cairan

kental putih kekuningan, serta timbul rasa gatal.


20

F. Riwayat Alamiah Penyakit


1. Periode Pradiabetes, pada masa ini belum terdapat abnormalitas dari

metabolisme tapi sudah membawa faktor genetik.


2. Periode Diabetes Kimiawi, pada masa ini pasien masih bersifat

asimptomatik (belum timbul gejala-gejala), tapi sudah ada

abnormalitas metabolisme pada pemeriksaan laboratorium.


3. Periode Klinis, fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-

gejala dan tanda-tanda penyakit DM. Gejala-gejala umum diabetes

mellitus antara lain:


a. Poliuria - sering buang air kecil
b. Polidipsia - selalu merasa haus
c. Polifagia - selalu merasa lapar
d. Rentan terhadap infeksi
e. Kadar gula darah normal yaitu: GDP: 80 - < 110 gr/ dl dan setelah

makan: 110 - < 160 gr/ dl


f. Penurunan berat badan,
4. Komplikasi : seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1 dan setelah

jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai

komplikasi kronis, seperti:


a. Gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan
b. Gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
c. Gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat

diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop

elektron.
d.
Gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot

ulcer, amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual serta gejala lain

seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolarnon-

ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma (10).


21

G. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes


Risiko adalah probabilitas atau kemungkinan terjadinya penyakit

atau gangguan kesehatan. Sedangkan faktor risiko atau Risk Factor

merupakan salah satu istilah dari risiko berupa penjabaran dari faktor-

faktor determinan epidemiologi suatu penyakit yang menentukan

kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko bisa berupa

karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak

menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden

sebuah penyakit (2).


1 Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi (unmodifitable risk

factor), faktor risiko sudah melekat pada seseorang sepanjang

hidupnya. Sehingga faktor-faktor risiko tersebut tidak dapat

dikendalikan. Faktor risiko DM yang tidak dapat di modifikasi antara

lain :
a Usia
Usia merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada

host atau penderita penyakit. Usia mempunyai hubungan dengan

tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat resistensi tertentu.

Usia juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga

karakteristik tempat dan waktu. Perbedaan pengalamam terhadap

penyakit menurut usia sangat berhubungan dengan perbedaan

tingkat keterpaparan dan proses patogenesisi (2).


Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena
(6)
Diabetes Mellitus adalah > 45 tahun . Diabetes seringkali

ditemukan pada masyarakat dengan usia tua karena pada usia


22

tersebut, fungsi tubuh secara fisiologis menurun dan terjadi

penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan

fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi

kurang optimal (2). Risiko terkena diabetes akan meningkat dengan

bertambahnya uisa terutama pada usia diatas 40 tahun (9).


b Jenis Kelamin
Jika dilihat dari faktor risiko, wanita lebih berisiko

mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang

peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus

bulanan (premenstrual syndrome) dan pasca-menopause yang

membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi.

Selain itu, pada wanita yang sedang hamil terjadi

ketidakseimbangan hormonal. Hormone progesterone menjadi

tinggi sehingga meningkatkan system kerja tubuh untuk

merangsang sel-sel berkembang. Selanjutnya tubuh akan

memberikan sinyal lapar dan pada puncaknya menyebabkan

system metabolism tubuh tidak bias menerima langsung asupan

kalori sehingga menggunakannya secara total sehingga terjadi

peningkatan kadar gula darah saat kehamilan (5).


c Riwayat keluarga yang menderita diabetes
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor

mental Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan

agregasi familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2

akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau

saudara kandung mengalami penyakit ini (6).


23

Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga

mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan

gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen


(6)
resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus . Bila ada

anggota keluarga terkena diabetes, risiko seseorang terkena

diabetes pun akan meningkat (9).

d Melahirkan bayi dengan berat badan 4000 gram.


Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan

berat lebih dari 4000 gram dianggap berisiko terhadap kejadian

Diabete Mellitus baik tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang

pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg (4.000 gram/ 9

pounds) biasanya dianggap sebagai pradiabetes (2).


e Riwayat lahir dengan berat badan < 2500 gram
Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

ialah apabila seorang ketika lahir dengan berat badan < 2500 gram.

Seseorang yang lahir dengan BBLR dimungkinkan memiliki

kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk

memproduksi insulin akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasra

mengapa riwayat BBLR seseorang dapat berisiko terhadap

kejadian BBLR (2).


Sebuah penelitian cross sectional di Cina dilakukan

terhadap 973 orang dewasa dari tahun 2002-2004 untuk

mengetahui hubungan berat badan saat lahir dengan risiko penyakit

diabetes mellitus tipe 2. Didapatkan bahwa responden dengan

kadar gula darah tinggi lebih banyak ditemukan pada kelompok


24

subjek dengan BBLR (< 2500 gram). Sehingga disimpulkan bahwa

status BBLR sebagai variabel independen berhubungan dengan

risiko penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 (2).

2 Faktor yang dapat dimodifikasi


Faktor risiko yang dapat di modifikasi (Modifiable risk factor)

artinya faktor risiko ini akan bisa di hindari dengan memodifikasi atau

di siasati dengan tindakan tertentu sehingga faktor risiko itu terjadi

tidak ada lagi. Faktor risiko yang bisa di modifikasi :


a Obesitas (IMT lebih dari 25 kg/m2)
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori

dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak

(jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan


(2)
hati). Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan .

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa

darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat

menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%


(6)
.
Pada pasien Diabetes tipe 2, pankreas yang memproduksi

insulin sebagian rusak. Sehingga insulin tidak dapat dihasilkan

dalam jumlah yang cukup. Kegemukan melambangkan seperti

seakan-akan lubang kunci pada sel-sel berubah bentuk sehingga

diperlukan lebih banyak insulin. Namun peningkatan kebutuhan

insulin tersebut tidak dapat dipenuhi. Sebagai akibatnya

konsentrasi glukosa darah menjadi tinggi (2).

b Obesitas abdominal
25

Kelebihan lemak di sekitar otot perut berkaitan dengan

gangguan metabolik, sehingga mengukur lingkar perut merupakan

salah satu cara untuk mengukur lemak perut. Pada orang yang

obes, terjadi peningkatan pelepasan asam lemak bebas (Free Fatly

Acid/FFA) dari lemak visceral (lemak pada rongga perut) yang

lebih resisten terhadap efek metabolik insulin dan lebih sensitif

terhadap hormon lipolitik. Peningkatan FFA menyebabkan

hambatan kerja insulin sehingga terjadi kegagalan uptake glukosa

ke dalam sel yang memicu peningkatan produksi glukosa hepatik

melalui proses glukoneosis (2).


Peningkatan jumlah lemak abdominal mempunyai korelasi

positif dengan hiperinsulin dan berkorelasi negatif dengan

sensitivitas insulin. Itulah sebabnya mengapa obesitas abdominal

menjadi berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Untuk

mengukur obesitas abdominal ialah dengan cara mengukur lingkar

perutnya. Obesitas abdominal ialah jika lingkar perut pada laki-laki


(2)
>90 cm, sedangkan pada wanita >80 cm . Dapat disimpulkan

bahwa semakin banyak lemak menimbun di perut, semakin sulit

pula insulin bekerja sehingga gula darah mudah naik (9).


c Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dan obesitas merupakan faktor yang

paling penting dalam peningkatan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

di seluruh dunia. Menurut WHO yang dimaksud dengan aktivitas

fisik adalah kegiatan paling sedikit 10 menit tanpa henti dengan

melakukan kegiatan fisik ringan, sedang dan berat. Aktifitas fisik


26

dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik

atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 2-5 hari

dalam seminggu (2).


Latihan olahraga secara teratur dapat membantu

meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang membantu

menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal. Menurut sebuah

penelitian yang dilakukan pada pria yang diikuti selama 10 tahun,

untuk setiap 500 kkal yang dibakar perminggu melalui latihan, ada

penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan Diabetes.


Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah penting selain

untuk menghindari kegemukan, juga untuk mencegah terjadinya

diabetes mellitus tipe 2. Pada waktu bergerak, otot-otot memakai

lebih banyak glukosa daripada waktu tidak bergerak. Dengan

demikian konsentrasi glukosa darah akan turun. Melalui

olahraga/kegiatan jasmani, insulin akan bekerja lebih baik,

sehingga glukosa dapat masuk kedalam sel-sel otot untuk dibakar


(2)
.
d Hipertensi (lebih dari 140/90 mmHg)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang

tingginya tergantung usia individu yang terkena. Tekanan darah

berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh,

usia dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi dengan peningkatan

tekanan sistol tanpa disertai peningkatan diastol lebih sering terjadi

pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan tekanan diastol


27

tanpa disertai peningkatan tekanan sistol lebih sering terdapat pada

dewasa muda (2).


Tabel 2.1
Hipertensi Menurut Kelompok Usia
Kelompok Usia Normal (mm Hg) Hipertensi (mm Hg)
Bayi 80/40 90/60
Anak 7-11 tahun 100/60 120/80
Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80
Dewasa 10-45 120-125/75-80 135/90
45-65 tahun 135-140/85 140/90-160/95
>65 tahun 159/85 160/95

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan

erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau

meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh

darah perifer (6).


Hubungan antara hipertensi dengan Diabetes Mellitus

sangat kuat karena beberapa kriteria yang sering pada pasien

hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas, dislipidemia

dan peningkatan glukosa darah. Hipertensi adalah suatu faktor

risiko yang utama untuk penyakit kardiovaskular dan komplikasi

mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati. Prevalensi populasi

hipertensi pada Diabetes adalah 1,5-3 kali lebih tinggi daripada

kelompok pada non Diabetes. Diagnosis dan terapi hipertensi

sangat penting untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada

individu dengan Diabetes. Pada Diabetes tipe 1, adanya hipertensi

diindikasikan adanya Diabetes nefropati. Selain menjadi faktor

risiko Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi juga merupakan kondisi

umum yang biasanya berdampingan dengan DM dan memperburuk

komplikasi DM dan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.


28

Disfungsi endotel bisa menjadi salah satu patofisiologi umum yang

menjelaskan hubungan kuat antara tekanan darah dan kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2. Beberapa penelitian telah menunjukan

bahwa penanda disfungsi endotel berhubungan dengan omset

Diabetes dan disfungsi endotel berkaitan erat dengan tekanan darah

dan hipertensi (2).


Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dngan resistensi

insulin. Pengaruh hipertensi terhadap kejadian Diabetes melitus

disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang

menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal

ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam

darah menjadi terganggu.


e Dislipidemia (HDL< 35mg/dl dan trigliserida > 250 mg/dl)
Dislipidemia adalah keadaan yang ditandai dengan

kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat

hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL

(< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes (6).

f Pola konsumsi tidak sehat


Diet sehat yang berkaitan dengan penyakit Diabetes adalah

konsumsi sayur dan buah sebagai asupan serat untuk membantu

metabolisme. Sedangkan konsumsi gula atau makanan yang terlalu

manis dengan jumlah yang sangat berlebihan dapat menimbulkan

risiko Diabetes Mellitus.


Serat pangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

glukosa post-prandial dan respon insulin. Efek dari berbagai

komponen serat makanan berperan dalam pencegahan dan


29

manajemen dari berbagai penyakit, termasuk Diabetes Mellitus tipe

2, sejak tahun 70an. Serat bisa meningkatkan sensitivitas insulin.

Banyak penelitian yang menunjukan bahwa asupan serat makanan

yang relatif rendah secara signifikan meningkatkan risiko Diabetes

Mellitus tipe 2 (2).


Karbohidrat yang akan mengakibatkan glukosa darah

meningkat. Karbohidrat sendiri terdiri dari karbohidrat kompleks

dan sederhana. Karbohidrat kompleks misalnya terdapat dalam

nasi, kentang, mie, ubi. Sedangkan contoh karbohidrat sederhana

seperti gula pasir, glukosa, maltose, dan laktosa. Karbohidrat

kompleks diubah dalam usus melalui proses pencernaan menjadi

bagian lebih kecil seperti glukosa. Kedua macam karbohidrat ini

mempunyai dampak yang sama terhadap konsentrasi glukosa

dalam darah (9).


Makan-makanan manis yang berlebihan tidak akan

menyebebkan penyakit DM, tetapi jika konsumsinya sangat

berlebihan akan menyebabkan kegemukan dan menderita DM.

Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi

energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh /lemak.

Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan

kegemukan (2).
Tabel 2.2
Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi per hari
Untuk kelompok wanita dewasa usia 29- > 65 tahun

Bahan Makanan Ukuran Porsi


Nasi 4 porsi
Sayuran dan buah 3-5 porsi
30

(1 p buah = 1 buah /50 gr pisang)


(1 p sayur = 100 gram sayur)
Tempe (protein nabati) 3 porsi
(1 p = 2 potong sedang)
Daging (protein hewani) 3 porsi
(1p = 1 potong sedang / 50 gr)
Susu 1 porsi = 1 gls/200 gr
Minyak 3-4 porsi = 1 sdm
Gula 2 porsi = 1 sdm
Sumber (Najah, 2014)

g Merokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan

dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan

peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan

pengurangan ketidakaktifan fisik, faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional

kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan

dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam

peningkatan DM tipe 2 (6).


Merokok merupakan faktor risiko terkenal dalam banyak

penyakit, termasuk berbagai jenis kanker dan penyakit

kardiovaskular termasuk diabetes mellitus. Banyak bukti yang

menunjukan bahwa merokok merupakan faktor risiko untuk

diabetes mellitus tipe 2. Merokok telah diidentifikasi sebagai faktor

risiko yang memungkinkan untuk terjadinya resistensi insulin..

merokok juga telah terbukti menurunkan metabolisme glukosa

yang dapat menyebabkan timbulnya diabetes mellitus tipe 2. Ada

juga beberapa bukti yang menunjukan bahwa merokok

meningkatkan risiko diabetes melalui mekanisme indeks massa


31

tubuh. Merokok juga telah dikaitkan dengan risiko pankreatitis

kronis dan kanker pankreas, menunjukan bahwa asap rokok dapat

menjadi racun bagi pankreas (2).


Sebuah tinjauan sistematis dilakukan terhadap 25 studi

menemukan bahwa ada hubungan antara merokok aktif dan

peningkatan risiko diabetes. Risiko yang berhubungan dengan

merokok diabetes meningkat dengan jumlah rokok yang dihisap.

The cancer Prevention Study 1 (2).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan mesin pencari data

seperti Google Scholar, Biomed Central, dan mengkaji buku

diperpustakaan. Sumber yang digunakan adalah jurnal nasional dan

internasional yang telah terakreditasi, text book, dan laporan-laporan dari

instansi kesehatan resmi (11).

B. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah studi literature (literature

review). Literature review berisi ulasan, rangkuman, dan hasil pemikiran

penulis tentang beberapa sumber pustaka tentang topik yang dibahas.

Literature review bersifat relevan, mutakhir, dan memadai. Sumber-


32

sumber literatur berupa sumber utama yang berasal dari jurnal, laporan

penelitian, informasi dari wawancara/email, sumber lanjutan yang

merupakan analisa terhadap sumber utama dan sumber yang berasal dari

komunitas professional.
Dalam studi literature yang saya lakukan adalah dari skripsi, jurnal

kesehatan, dan laporan instansi kesehatan. Berikut adalah judul literature

yang saya jadikan bahan studi literature :


1. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik

Endokrin Bagian/SMF FK-Unstrat RSU Prof. Dr. R.D Kandou

Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011


2. Determinants of lifestyle behavior in type 2 diabetes: results of the

2011 cross-sectional survey on living with chronic disease in Canada


3. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan

Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon


4. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada

Lanjut Usia Di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih

Tahun 2012
5. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Wanita Di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014


6. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2

Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa


7. Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Prof.Dr. Hi.

Aloei Saboe Kota Gorontalo


8. Scientific statement : Socioecological Determinants of Prediabetes

and Type 2 Diabetes


9. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
10. Buku Life Health with Diabetes, Penulis dr.Hans Tandra Tahun 2013
11. Artikel Diabetes Melitus Tipe 2 karya Restyana Noor Fatimah Tahun

2015
33

12. Artikel Pusat Informasi Data dan Informasi tentang Diabetes Tahun

2014
Teknik literature review yang dilakukan adalah :
1. Mencari kesamaannya (compare)
2. Mencari ketidaksamaannya (contrast)
3. Memberikan pandangan (criticize)
4. Membentuk ulasan (synthesize)
5. Meringkas (summarize)

Tujuan literature review adalah :

1. Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topik/bidang penelitian


2. Menentukan studi, model, studi kasus yang mendukung topik
3. Menunjukan kesinambungan dengan penenlitain terdahulu dan

bagaimana kaitannya dengan penelitian saat ini


4. Mengintegrasikan dan menyimpulkan hal-hal yang diketahui dalam

area penelitian tersebut


5. Belajar dari orang lain dan menstimulasi ide-ide baru

Langkah-langkah literature review adalah :

1. Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait


2. Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca
3. Buat ringkasan publikasi-publikasi tersebut
4. Gabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap mengenai suatu

permasalahan (11).
34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Review Jurnal

No Judul Peneliti Tujuan Metodologi Hasil


1 Gambaran Nadyah Untuk Desain : a. Jenis kelamin
35

Faktor Awad, mengetahui Penelitian perempuan leibh


Resiko Yuanita bagaimana deskriptif banyak menderita
Pasien A.Langi gambaran Sampel : DM
Diabetes , Karel faktor risiko 138 b. Penderita DM
Melitus Tipe Pandela pada pasien responden terbanyak berusia >
II Di ki DM tipe 2 di Teknik 40 tahun lebih
Poliklinik Poliklinik Pengambila banyak menderita
Endokrin Endokrin dan n data : DM
Bagian/SMF Metabolik analisis c. IMT normal dan
FK-Unstrat Bagian/SMF data obes 1 lebih banyak
RSU Prof. FK-UNSRAT sekunder menderita DM
d. TD 130-159/80-90
Dr. R.D BLU RSU
mmHg lebih
Kandou Prof. Dr. R.D.
banyak menderita
Manado Kandou
DM
Periode Mei Manado
e. Kadar Dislipidemia
2011- periode Mei
tinggi lebih banyak
Oktober - Oktober
menderita DM
2011 2011. f. Riwayat keluarga
Tahun 2011
tidak
terbukti menjadi
faktor risiko DM
2 Determinant Calypse Mengevaluasi Desain : a. Perubahan pola
s of lifestyle B prevalensi Cross makan (RR = 2,7,
behavior in Agborsa keterlibatan sectional 95% CI 1,8-4,2),
type 2 ngaya, perilaku gaya Sampel : b. Olahraga (RR =
diabetes: mariann hidup untuk 2682 1,7, 95% CI 1,3-
results of e E manajemen respondent 2,1)
the 2011 Gee, penyakit DM s c. Mengontrol berat
cross- Steve T Tipe 2, serta badan / loss (RR =
sectional Johnson dampak dari 2,2, 95% CI 1,3-
survey on , et al. dukungan 3,6)
d. Tidak berhenti
living with profesional
merokok (RR =
chronic kesehatan
1,0; 95% CI: 0,7-
disease in pada perilaku
1,5)
Canada tersebut.
Tahun 2013
3 Analisis Richard Untuk Desain : Faktor risiko yang
Faktor o menganalisis Penelitian diteliti (usia, IMT, pola
Resiko Betteng, faktor kualitatif makan, Aktivitas fisik,
Penyebab Damaya penyebab Sampel : dan Gaya Hidup seperti
Terjadinya nti terjadinya 10 merokok, dll) memiliki
Diabetes Pangem diabetes responden hubungan dengan
Melitus Tipe anan, melitus tipe 2 Teknik kejadian DM Tipe 2
2 Pada Nelly pada wanita pengambila pada wanita usia
Wanita Usia Mayulu usia produktif n sampel : produktif di puskesmas
Produktif consecutive wawonasa.
Dipuskesma sampling
s Wawonasa
Tahun 2014
36

4 Faktor Yurike Untuk Desain : Faktor resiko kejadian


Resiko Amu mengidentifik Cross penyakit DM Tipe II
Kejadian asi faktor Sectional yang paling menonjol
Diabetes resiko Sampel : adalah
Melitus Tipe kejadian 34 a. Faktor genetik
2 Di RSUD penyakit responden dengan 30
Teknik
Prof.Dr. Hi. Diabetes responden
Pengambila
Aloei Saboe Melitus tipe (88.24%)
n sampel : b. Faktor usia 30
Kota II yakni
Accidental responden
Gorontalo genetik, usia,
Tahun 2014 Sampling (88.24%)
obesitas,
tekanan c. Faktor obesitas 25
darah, dan responden (73.5%).
olahraga.
5 Scientific James Untuk Desain : Pengaruh sosial dan
statement : O. Hill, mengetahui Kualitatif lingkungan mental
Socioecolog James hubungan mengakibatkan
ical M. sosioekologi peningkatan asupan
Determinant Gallowa dengan energy, perubahan pola
s of y, et al. kejadian konsumsi makanan dan
Prediabetes prediabetes aktivitas fisik yang
and Type 2 dan diabetes mempengaruhi obesitas
Diabetes mellitus tipe merupakan risiko
Tahun 2014 2. diabetes, diikuti dengan
faktor di luar individu
dan melibatkan faktor
sosial dan lingkungan
yang lebih luas seperti
stress berkontribusi
terhadap risiko
diabetes.

2. Review Buku, Artikel, dan Laporan

No Penulis Judul Tahun Substansi/isi


1 Fitriyani Skripsi Faktor 2012 Dalam literature ini diambil
Risiko Diabetes pembahasan mengenai salah satu
Melitus Tipe 2 Di faktor diabetes mellitus tipe 2
Puskesmas yang tidak dapat dimodifikasi
Kecamatan yaitu jenis kelamin.
Citangkil dan
Puskesmas
Kecamatan Pulo
Merak Kota
Cilegon
2 Kemenkes Riset Kesehatan 2013 Laporan riset dari tahun 2007
RI Dasar sampai tahun 2013 yang
37

membahas tentang keadaan


tingkat kesehatan masyarakat
Indonesia salah satunya tren
kejadian diabetes di Indonesia.
Laporan ini dituangkan dalam
latar belakang masalah pada bab 1
yaitu berupa data pendukung
bahwa prevalensi diabetes cukup
tinggi.
2 Hans Tandra Life Health with 2013 Membahas apa dan bagaimana
Diabetes penyakit diabetes, komplikasi
yang dapat terjadi dan panduan
hidup sehat pagi penderita
diabetes. Buku ini menjadi
sumber tinjauan pustaka yang
dibuat di bab 2 yaitu mengenai
mengenai gejala diabetes dan tipe
diabetes.
3 Najah Faktor Risiko 2014 Dalam literature ini dicantumken
Syamiyah Kejadian Diabetes tentang beberapa faktor risiko
Mellitus Tipe 2 penyakit diabetes mellitus tipe 2
Pada Wanita Di baik yang dapat dimodifikasi
Puskesmas maupun yang tidak dapat
Kecamatan dimodifikasi
Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Tahun 2014
4 Kemenkes Infodatin Diabetes 2014 Membahas tentang prevalensi,
RI gambaran, faktor risiko dan
pencegahan diabetes. Dalam data
ini saya mencatumkan pengertian
yang tercantum dalam bab 2.
5 Restyana Diabetes Melitus 2015 Membahas tentang gambaran
Noor Tipe 2 penyakit Diabetes Melitus tipe 2,
Fatimah faktor risiko, dan penatalaksanaan
pengobatannya. Artikel ini
menjadi sumber pada bab 2 yaitu
mengenai fatogenesis diabetes
mellitus.

B. Pembahasan
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
38

a. Gambaran faktor risiko usia terhadap kejadian Diabetes Melitus

Tipe 2
Berdasarkan penelitian didapatkan informasi bahwa usia

merupakan salah satu faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe

2. Usia diatas 45 tahun berisiko lebih tinggi menderita diabetes

mellitus. Hal tersebut karena usia yang semakin tua menyebabkan

menurunnya fungsi tubuh secara fisiologis yang mana akan

mengakibakan terjadi resistensi insulin. Sel pankreas tidak dapat

memproduksi insulin yang cukup sehingga menyebabkan fungsi

tubuh tidak dapat mengendalikan glukosa darah. Dalam jurnal

Nadyah, dkk, Richardo dan Yurrike mengungkap bahwa usia

merupakan faktor risiko diabetes mellitus tipe 2.


b. Gambaran faktor risiko jenis kelamin terhadap kejadian Diabetes

Melitus
Berdasarkan jurnal penelitian Nadyah, dkk membuktikan

bahwa proporsi wanita yang menderita diabetes mellitus lebih

tinggi daripada laki-laki. Hal tersebut terjadi karena wanita lebih

rentan mengalami penumpukan lemak ditubuh yang selanjutnya

berpengaruh pada produksi insulin. Selain itu pada wanita hamil

terjadi ketidakseimbangan hormonal, hormone progesterone

menjadi tinggi sehingga meningkatkan system kerja tubuh untuk

merangsang sel-sel berkembang. Selanjutnya tubuh akan

memberikan sinyal lapar dan pada puncaknya menyebabkan

system metabolisme tubuh tidak bisa menerima langsung kalori

sehingga peningkatan kadar gula darah pun meningkat pada saat


39

kehamilan. Pada penelitian lain kurang kuatnya bukti bahwa jenis

kelamin berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus

dikarenakan adanya bias, seperti adanya penelitian yang hanya

mengambil sampel wanita saja, atau karena keterbatasan sampel

yang diteliti dimana sampel yang diteliti kebanyakan adalah wanita

karena laki-laki banyak yang berada diluar rumah karena bekerja.


c. Gambaran faktor risiko riwayat keluarga terhadap kejadian

Diabetes Melitus
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yurike riwayat

keluarga terbukti merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM

Tipe 2. Menurut WHO, faktor genetik terlibat dalam fungsi sel

pankreas, metabolisme aksi insulin atau glukosa, atau kondisi

metabolik lain yang meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2.

Salah satu orangtua yang punya riwayat diabetes mellitus akan

meningkatkan risiko anak terkena diabetes sebanyak 15%, apabila

kedua orangtua menderita diabetes mellitus akan meningkatkan

anak terkena diabetes mellitus sebanyak 75% (Najah, 2014).

Sedangkan apabila adalah salah satu keluarga atau saudara yang

menderita diabetes akan meningkatkan risiko seseorang menderita

diabetes mellitus sebanyak 10%.


d. Gambaran faktor risiko melahirkan bayi dengan berat badan >

4000 gram terhadap kejadian Diabetes Melitus


Dalam jurnal penelitian tidak terbuktinya riwayat

melahirkan makrosomia dengan kejadian diabetes mellitus

diakibatkan oleh adanya bias salah satunya keterbatasan sampel


40

sepertinya jarangnya ibu yang melahirkan anak dengan berat badan

> 4000 gram. Namun penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa

adanya kaitan antara makrosomia dengan diabetes gestasional.

Diabetes gestasional dimungkinkan berperan terhadap

hiperglikemia maternal yang mana adanya kemungkinan

makrosomia mengindikasikan hiperglikemia pada wanita, sehingga

bisa berkembang menjadi DM tipe 2 (Najah, 2014).


e. Gambaran faktor risiko riwayat lahir dengan berat badan < 2500

gram terhadap kejadian Diabetes Melitus


Dalam jurnal penelitian yang dianalisis tidak terbukti

bahwa riwayat lahir BBLR menjadi salah satu faktor risiko

kejadian diabetes mellitus. Namun menurut Kemenkes BBLR

dapat menjadi faktor risiko karena seseorang yang mengalami

BBLR dimungkinkan memiliki kerusakan pankreas sehingga

kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin akan terganggu.

Hal ini akan memungkinkan seseorang menderita DM.


2. Faktor yang dapat dimodifikasi
a. Gambaran faktor risiko obesitas (IMT lebih dari 25 kg/m2)

terhadap kejadian Diabetes Melitus


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nadyah, dkk,

Calypse, dkk, Richardo, dkk, Yurike, James O Hill, dkk Obesitas

merupakan salah satu faktor risiko DM Tipe 2. Obesitas terjadi

karena ketidakseimbangan asupan energi yang masuk dan yang

dikeluarkan (Richardo, 2014). Orang dengan obesitas memiliki

masukan kalori yang berlebih seperti tingginya konsumsi

karbohidrat, lemak dan protein yang tidak diimbangi dengan


41

aktivitas fisik. Akibatnya sel pankreas tidak mampu untuk

memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi kelebihan

masukan kalori sehingga kadar glukosa darah akan tinggi. Yurike

dalam jurnalnya juga menyebutkan bahwa kadar lemak yang

berlebih akan menyebabkan produksi insulin menurun dan

terjadilah DM.
b. Gambaran faktor risiko obesitas abdominal terhadap kejadian

Diabetes Melitus
Dalam jurnal penelitian yang dianalisis tidak terbukti

bahwa obesitas abdominal merupakan salah satu faktor risiko

Diabetes Melitus. Namun menurut teori, obesitas abdominal

merupakan contoh penimbunan lemak tubuh yang berbahaya

karena lipolysis di daerah ini lebih resisten terhadap efek insulin

dibandingkan adiposity didaerah. Adanya peningkatan jaringan

adipose biasanya diikuti keadaan resistensi insulin. Resistensi

insulin ini akan mengakibatkan intoleransi glukosa sehingga

mengakibatkan DM.
c. Gambaran faktor risiko kurang aktivitas fisik terhadap kejadian

Diabetes Melitus
Dari hampir semua jurnal penelitian yang dianalisis seperti

pada penelitian Calypse, dkk, Richardo, dkk, dan James O. Hill,

dkk terbukti bahwa aktivitas fisik berpengaruh terhadap kejadian

DM. Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan

diubah menjadi energy pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik

mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula


42

dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang beraktivitas

fisik, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi

ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak

mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energy maka akan

timbul DM. Dari semua jurnal penelitian yang ditelaah didapatkan

hasil bahwa orang dengan aktivitas fisik rendah lebih banyak

menderita DM.
d. Gambaran faktor risiko hipertensi (lebih dari 140/90 mmHg)

terhadap kejadian Diabetes Melitus


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nadyah, dkk,

hipertensi merupakan salah satu faktor risiko DM Tipe 2.

Hipertensi berkaitan bukan hanya sebagai faktor risiko tapi juga

dapat memicu komplikasi DM. Pengaruh hipertensi terhadap

kejadian DM disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri

yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit.

Hal tersebut menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari

dalam darah menjadi terganggu akibatnya orang yang memiliki

riwayat hipertensi mempunyai risiko yang lebih besar menderita

DM dibanding dengan yang tidak mempunyai hipertensi. Namun

banyak penelitian yang tidak terbukti bahwa hipertensi

berhubungan dengan kejadian DM hal tersebut dikarenakan adanya

bias seperti tidak dilakukan pengukuran tekanan darah, dan tidak

adanya skrining terhadap orang yang menderita DM namun telah

mendapat pengobatan.
43

e. Gambaran faktor risiko dislipidemia (HDL>35mg/dl dan

trigliserida > 250 mg/dl) terhadap kejadian Diabetes Melitus


Penelitian yang dilakukan Nadyah dkk membuktikan

bahwa dyslipidemia merupakan faktor risiko kejadian DM.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang diungkap Fitriyani yaitu

penelitian di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar

menunjukan bahwa kolesterol tinggi memiliki hubungan dengan

kejadian DM tipe 2. Menurut Kemenkes kadar kolesterol total yang

tinggi berisiko terhadap penyakir DM tipe 2. Kadar kolesterol

tinggi menyebabkan meningkatnyaasam lemak bebas sehingga

terjadi lipotoksisity. Hal tersebut menyebabkan terjadinya

kerusakan sel yang akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2. Pada

beberapa jurnal penelitian tidak terbukti hubungan dyslipidemia

dengan kejadian DM dikarenakan adanya bias salah satunya tidak

melakukan pemeriksaan kolesterol.


f. Gambaran faktor risiko pola konsumsi tidak sehat terhadap

kejadian Diabetes Melitus


Dalam jurnal penelitian Calypse, Richardo, dkk, dan James

O. Hill membuktikan bahwa pola konsumsi yang tidak sehat

merupakan salah satu dari faktor risiko diabetes. Kurangnya serat

meningkatkan risiko terkena DM. Serat pangan adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi glukosa post prandial dan respon

insulin. Efek dari berbagai komponen serat makanan berperan

dalam pencegahan dan manajemen berbagai penyakit salah satunya

DM tipe 2. Serat bisa meingkatkan sensitivitas insulin. Pola makan


44

yang kurang baik seperti mengonsumsi karbohidrat berlebih dan

makanan atau minuman manis dapat meningkatkan kegemukan

yang akhirnya menjadi faktor risiko DM Tipe 2.


g. Gambaran faktor risiko merokok terhadap kejadian Diabetes

Melitus
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Calypse, dkk, dan

Richardo, dkk merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya

penyakit DM Tipe 2. Asap rokok dapat meningkatkan kadar gula

darah. Pengaruh rokok (nikotin) merangsang kelenjar adrenal dan

dapat meningkatkan kadar glukosa. Merokok diidentifikasi sebagai

faktor risiko yang memungkinkan untuk terjadinya resistensi

insulin. Merokok juga terbukti menurunkan metabolisms glukosa

yang dapat menimbulkan DM Tipe 2. Bahkan beberapa bukti

menunjukan bahwa merokok dikaitkan dengan risiko pankreasitis

kronis dan kanker pancreas, hal tersebut diungkapkan bahwa asap

rokok dapat menjadi racun bagi pancreas (2). Dalam penelitian yang

diungkap oleh Erniati dalam skripsinya menyatakan bahwa Qiao

mengungkapkan bahwa merokok mengakibatkan TGF (Toleransi

Glukosa Terganggu) yang selanjutnya akan meningkatkan kadar

gula darah dan terjadinya DM (1).


45

C. Pemodelan Kerangka Teori

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Usia (Nadyah, dkk, Richardo, Yurike)


Jenis kelamin (Nadyah, dkk)
Riwayat keluarga yang menderita diabetes (Yurike)

Faktor yang dapat dimodifikasi Diabetes Melitus Tipe 2

MT lebih dari 25 kg/m2) ( Nadyah, dkk, Calypse, dkk, Richardo, dkk, Yurike, James O.Hillll, dkk)
fitas fisik (Calypse, dkk, Richardo, dkk, James O. Hill, dkk)
lebih dari 140/90 mmHg) (Nadyah, dkk)
a (HDL>35mg/dl dan trigliserida > 250 mg/dl) (Nadyah, dkk)
msi tidak sehat (Calypse, dkk, Richardo, James O. Hill)
alypso, dkk, Richardo, dkk)
46

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Di Indonesia sekitar 12 juta orang terdiagnosis mengidap DM Tipe 2.

Dari data tersebut masih banyak orang yang belum terdiagnosis

sehingga dikhawatirkan dapat berkembang progresif dan

mengakibatkan komplikasi tanpa disadari.


2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus

Tipe 2 digolongkan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi seperti

obesitas, obesitas abdominal, hipertensi, pola makan, aktivitas fisik

dan merokok dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia,

jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat lahir < 2500 gram dan

melahirkan bayi dengan berat badan > 4000 gram.


3. Ada hubungan kerja pancreas sehingga pancreas tidak dapat

memproduksi insulin atau sel tubuh tidak memberi respon pada kerja

insulin sebagai kunci membuka pintu sel sehingga glukosa tidak dapat

masuk sel.
47

B. Saran
1. Bagi Pengelola Program Kesehatan
a. Memberikan penyuluhan tentang faktor risiko dan bahaya penyakit

Diabetes Melitus Tipe 2.


b. Melakukan pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan Diabetes

Melitus Tipe 2 secara gratis


2. Bagi Masyarakat
a. Memeriksakan diri dengan rutin melakukan pemeriksaan gula

darah ke fasilitas kesehatan.


b. Melakukan pengendalian berupa pola hidup sehat seperti rajin

beraktivitas fisik, pola konsumsi yang baik, berhenti merokok, dan

rajin memeriksakan kesehatan.


c. Bagi masyarakat yang telah terdiagnosis DM Tipe 2 selalu

melakukan control, mengonsumsi obat sesuatu anjuran dan

meningkatkan pola hidup sehat.


3. Bagi Peneliti Lain
a. Diharapkan penelitian lanjutan melakukan penelitian dengan

variabel lain yang belum pernah diteliti


b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

dengan desain penelitian yang biasnya kecil seperti case control

atau kohort.

DAFTAR PUSTAKA

1. Erniati. 2012. Skripsi. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Lanjut Usia Di Pos Pembinaan Terpadu


48

Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012. Peminatan Gizi, Program

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Hidayatullah, Jakarta.


2. Syamiah, Najah. 2014. Skripsi. Faktor Risiko Kejadian Diabetes

Melitus Tipe 2 Pada Wanita Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan Tahun 2014. Peminatan Epidemiologi Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Hidayatullah.


3. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,

Jakarta.
4. Betteng, Pangemanan, Maluyu. 2014. E-Biomediik. Analisis Faktor

Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 pada Wanita Usia

Produktif Dipuskesmas Wawonasa. Vol.2. No.2. pp 404-412.


5. Fitriyani. 2012. Skripsi. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di

Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pula Merak

Kota Cilegon. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Depok.
6. Noor Fatimah, Restyana. 2015. Artikel Riview. Diabetes Melitus Tipe 2.
7. Awad, Langi, Pandelaki.. 2011. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes

Melitus Tipe II Di Poliklinik Endokrin Bangian/SMF FK-UNSRAT RSU

Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011. Pp 45-49.
8. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI. Waspada Diabetes- Situasi dan Analisis Diabetes.


9. Tandra, Hans. 2013. Life Healthy With Diabetes. Rapha Publishing :

Yogyakarta.
49

10. Studi Literatur. 2013. http://dosen.narotama.ac.id/wp-

content/uploads/2013/01/STUDI-LITERATUR.doc didownload tanggal 3

November 2016.
11. Diabetes mellitus 2010 http://scribd.com/doc/122562213/makalah-

Epidemiologi-DM didownload tanggal 21 November 2016


12. Agborsangaya, Calypse, et.al. 2013. BMC Public Health. Determinants

Of Lifestyle Behavior In Type 2 Diabetes : Results of The 2011 Cross-

Sectional Survey on Living With Chronic Diseases In Canada.


13. Hill, Galloway, Goley, et.al. 2015. Scientific Statement : Socioecological

Determinants of Prediabetes and Type 2 Diabetes.

Anda mungkin juga menyukai