Anda di halaman 1dari 7

Nuri Nurasiah 4001130045

Penyakit Menular Vektor Demam Berdarah Dengue dan Alternatif


Pengendaliannya

Pendahuluan
Dewasa ini, Indonesia menghadapi beban ganda (double burden) dalam
pelayanan kesehatan, yaitu keadaan dimana penyakit menular masih merupakan
masalah kesehatan penting dan secara bersamaan, morbiditas dan mortalitas
penyakit tidak menular juga makin meningkat. 1 Di samping itu, penyakit tular
vector dan reservoir atau vector borne diseases juga masih merupakan masalah
kesehatan penting di Indonesia.2 Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang
menular melalui hewan perantara (vektor).3 Vektor penyakit adalah serangga
penyebar penyakit atau arthopoda yang dapat memindahkan/menularkan agen
infeksi dari sumber infeksi kepada host yang rentan.4 Ada 6 penyakit tular vektor
yang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, yaitu : Malaria, Demam
Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Chikungunya, Japanese Encephalitis, dan
Pes.5 Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yan cukup tinggi
dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).6

1 http://www.depkes.go.id/article/print/2207/penyakit-tular-vektor-danreservoir--termasuk--penyakit--zoonosis-masih-menjadi-masalahkesehatan-pe.html
2 www.depkes.go.id
3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
374/Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Pengendalian Vektor
4 http://pengendalianvektor.blogspot.co.id/2014/11/pengendalianvektor.html
5 http://dinkes.kulonprogokab.go.id/?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=251

Nuri Nurasiah 4001130045

Salah satu penyakit menular yang memiliki angka morbiditas dan


mortalitas tinggi adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).7 Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh salah
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes
aegypty dan Aedes albopicus yang ditemukan di daera tropis dan subtropics
diantaranya Kepulauan di Indonesia hingga bagian utara Australia. 8 Sekali
nyamuk tertular virus seumur hidupnya akan menjadi nyamuk yang infektif dan
mampu menyebarkan virus ke inang lain ketika menghisap darah berikutnya. 9
Gejala Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa
penyebab

yang

jelas,

terdapat

tanda-tanda

perdarahan

(bintik-bintik

merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada


perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah,
kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun).10
Setiap tahun penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
semakin bertambah dengan jumlah kasus yang cukup banyak. 11 DBD pertama
kali diketahui di Asia Tenggara tahun 1950an tetapi mulai tahun 1975 hingga
sekarang merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak di negaranegara Asia.12 Secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan rantai
penularan DBD ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan
6 Permenkes RI No.374/Menkes/Per/Iii/2010 tentang pengendalian
vektor
7 http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/analisis-spasial-kejadiandemam-berdarah-dengue-berdasarkan-kepadatan-penduduk.html
8 Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI mengenai DBD.
9 Artikel Parasitologi & Entomologi Kesehatan Fakultas kedokteran
Hewan IPB tentang Penyakit Tular Vektor: Demam Berdarah Dengue
10 Laporan Penyelidikan Epidemiologi Klb Demam Berdarah Dengue Di
Desa Sidowayah Kabupaten Rembang Tahun 2012
11 Jurnal Sains dan Seni ITS Vol.5 NO.1 tentang Analisis Bifurkasi Pada
Model Epidemiologi SEIR Demam Berdarah Di Surabaya

Nuri Nurasiah 4001130045

nyamuk (vektor) dan pengendalian vektor.13 Oleh karena pengendalian vektor


dirasa alternative yang dapat dilakukan, maka upaya pengendalian vektor DBD
sangatlah dibutuhkan untuk menurunkan angka kejadian DBD.14
Pembahasan
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan
untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya
tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu
wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan
penyakit tular vektor dapat dicegah.15 Pengendalian vektor dilakukan dari cara
yang paling sederhana seperti perlindungan personal dan perbaikan rumah
sampai pada langkah-langkah yang lebih kompleks yang membutuhkan
partisipasi dari para ahli pengendalian vektor.16 Menurut data dari Direktorat
Pemberantasan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
keberhasilan pencegahan penyakit DBD sangat bergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu Ae. aegypti/ Ae. Albopictus.17 Faktor yang penting dalam

12 Artikel Parasitologi & Entomologi Kesehatan Fakultas kedokteran


Hewan IPB tentang Penyakit Tular Vektor: Demam Berdarah Dengue
13 Artikel Pemberantasan Vektor DBD di Indonesia Oleh Bambang
Sukana, SKM ( Puslit Ekologi Kesehatan)
14 http://www.indonesian-publichealth.com/metode-pengendalianvektor-demam-berdarah-dengue/
15 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
374/Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Pengendalian Vektor
16 Modul PelatihanModul Mi-6 Pengendalian Vektor Di Daerah Tanggap
Darurat
17 http://www.psychologymania.com/2012/10/pengendalian-vektornyamuk.html

Nuri Nurasiah 4001130045

pengendalian

vektor

adalah

mengetahui

bionomik vektor, yaitu

tempat

perkembangbiakan, tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan manusia.18


Target

pengendalian

DBD

tertuang

dalam

dokumen

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis


(RENSTRA) Kementerian Kesehatan 2010-2014 dan KEPMENKES 1457 tahun
2003 tentang Standar Pelayanan Minimal yang menguatkan pentingnya upaya
pengendalian penyakit DBD di Indonesia hingga ketingkat Kabupaten/Kota
bahkan sampai ke desa.19 Manfaat pengendalian vektor nyamuk penyakit demam
berdarah adalah pengurangan kesakitan, kematian, dan penderitaan individu dan
keluarganya.20

Pengendalian

nyamuk

tersebut

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

dapat

dilakukan

dengan

21

1. Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk


mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan
populasi vektor secara fisik dan mekanik.22 Contohnya modifikasi dan
manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut,
penanaman bakau, pengeringan, pengaliran/drainase, dan lain-lain),
pemasangan kelambu, memakai baju lengan panjang, penggunaan

18 Artikel Opini Pengendalian Vektor Dengan Pengubahan Lingkungan


oleh : Hari Ismanto
19 Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2011
20 Artikel Pemberantasan Vektor DBD di Indonesia Oleh Bambang
Sukana, SKM ( Puslit Ekologi Kesehatan)
21 http://www.psychologymania.com/2012/10/pengendalian-vektornyamuk.html
22 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
374/Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Pengendalian Vektor

Nuri Nurasiah 4001130045

hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier), pemasangan kawat


kasa.23
2. Metode pengendalian secara biologi adalah pengendalian serangga
dengan

menggunakan

predator

(binatang

pemangsa

serangga),

menyebarkan parasit penyebab penyakit pada serangga dengan tujuan


untuk menurunkan populasinya secara alami tanpa mengganggu
ekologi.24 Contoh menggunakan organisme hidup untuk pengendalian
larva, seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies),
bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun
terhadap larva, pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan,
dan lain-lain.25
3. Metode pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian vektor
penyakit dengan menggunakan pestisida baik berupa racun, penolak
(repellen)

maupun

hormon

pengatur

pertumbuhan. 26

Contoh

pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang


berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aedes aegypti
dengan batas tertentu, pemberantasan larva dengan memberikan bubuk
abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering menjadi tempat
penampungan air.pemberian abate hanya disarankan pada tempat
penampungan air yang sulit di kuras, repelen yaitu bahan kimia atau nonkimia yang berkhasiat mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal
bahan atraktan dari hewan atau manusia.27
Syarat bahan kimia insektisida yang baik dalah sangat toksik terhadap
vektor sasaran, kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman
23 http://budidarma.com/2011/04/studi-pengendalian-vektor-nyamukaedes-aegypti-di-kantor-kesehatan-pelabuhan-ii-kabupaten-cilacapcontoh-proposal-magang.html
24 http://www.psychologymania.com/2012/10/pengendalian-vektornyamuk.html
25 Modul PelatihanModul Mi-6 Pengendalian Vektor Di Daerah Tanggap
Darurat
26 http://dinadwinuryani.blogspot.co.id/2013/05/pengendalianvektor.html

Nuri Nurasiah 4001130045

yang berguna, menarik bagi vektor, tidak mahal, mudah diproduksi, dan
mudah disediakan, secara kimia stabil pada aplikasi residu, tidak stabil
pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi membunuh
vektor dengan cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa yang
kurang

berbahaya,

meninggalkan

warna,

tidak

mudah

mudah

terbakar,

disiapkan

tidak

menjadi

korosit,

tidak

formulasi

yang

diinginkan.28
4. Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian
vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar manajemen dan pertimbangan
terhadap penularan dan pengendalian penyakit.29 Pengendalian vektor
terpadu menekankan pentingnya, memahami ekologi vektor lokal dan
pola lokal penularan penyakit, dan kemudian memilih alat pengendalian
vektor yang sesuai, dari berbagai pilihan yang tersedia. 30 Strategi
penyelenggaraan PVT menggunakan kombinasi beberapa metode
pengendalian vektor yang efektif dan efisien yang berbasis bukti
(evidence based) dan dilaksanakan secara terpadu, lintas program, lintas
sektor, serta bersama masyarakat.31
Kesimpulan

27
https://kiqicweksicungkring.wordpress.com/2012/04/14/pengendalianaedes-aegypti-sebagai-vektor-dbd/
28 http://mrbacokuttu.blogspot.co.id/2011/03/pengendalian-vektor.html
29 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
374/Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Pengendalian Vektor
30 Artikel Sistem Pengendalian Vektor Terpadu Merupakan Inovasi Baru
Dalam Pengendalian Vektor Dengan Peran Serta Masyarakat, Fakultas
Kedokteran. UGM.
31 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
374/Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Pengendalian Vektor

Nuri Nurasiah 4001130045

Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang menular melalui hewan perantara
(vektor).32 Salah satu penyakit menular yang memiliki angka morbiditas dan
mortalitas tinggi adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). 33 Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh salah
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes
aegypty dan Aedes albopicus.34 Pengendalian vektor nyamuk Ae. aegypti dapat
dilakukan

dengan

menggunakan

metode

fisik

atau

mekanik,

biologis,

kimiawi.maupun secara terpadu.35

32 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


374/Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Pengendalian Vektor
33 http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/analisis-spasialkejadian-demam-berdarah-dengue-berdasarkan-kepadatanpenduduk.html
34 Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI mengenai DBD.
35
https://kiqicweksicungkring.wordpress.com/2012/04/14/pengendalianaedes-aegypti-sebagai-vektor-dbd/

Anda mungkin juga menyukai