Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A . Pengertian
Post partum (Puerperium) adalah suatu keadaan mulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah + 6 minggu akan seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan
(Wiknjosastro, 2002 : 237).
Persalinan merupakan proses untuk mendorong keluar ( ekspulasi ) hasil pembuahan ( yaitu
janin, plasenta dan ketuban ) dari dalam uterus lewat vagina ke dunia luar. Normalnya proses
ini berlangsung pada satu saat ketika uterus tidak dapat tumbuh lebih besar lagi, ketika janin
sudah cukup matur untuk dapat hidup diluar rahim tetapi masih cukup kecil untukdapat
melalui jalan lahir.
( Helen Farer, 2001 : 118 )
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelun hamil. Masa Nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.
( Buku Acuan Nasional Pelanyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006 )
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian pasca partum adalah
kembalinya keadaan seperti tidak hamil yang dimulai sejak kelahiran bayi yang berlangsung
selama 6 minggu.
Periode post partum di kategorikan menjadi tiga periode yaitu :
1. Immediate post partum : periode sejak melahirkan sampai dengan 24 jam post
partum.
2. Early post partum : periode sampai dengan 7 hari pertama.
3. Late post partum : periode minggu pertama hingga minggu ke-6.

A. Adaptasi Fisiologi
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu
Pada 24 jam pertama suhu tubuh ibu dapat meningkat sekitar 380C

hal ini

mungkin disebabkan oleh karena eksresi otot, dehidrasi dan perubahan hormonal,
keadaan ini harus kembali normal sesudah 24 jam pertama untuk hari ke 2-3 suhu
tubuh dapat naik diakibatkan karena pembengkakan payudara (Milk Fever)
b. Tekanan darah
Sedikit mengalami penurunan sekitar 20 mmHg atau lebih pada tekanan systole
akibat dari hipotermi ortostatik. Ditandai dengan sedikit pusing pada saat
peubahan posisi dari berbaring ke berdiri dalam 48 jam pertama.
c. Nadi
Dapat mengalami bradikardi 50-70 x/menit pada 6-8 hari post partum akibat
perubahan cardiac output dan volume akan kembali seperti sebelum hamil sekitar
3 bulan post partum.
d. Pernafasan
Tidak mengalami perubahan.
2. Adaptasi Sistem Reproduksi
a. Perubahan corpus uteri
1) Involusio uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada kurang lebih 2 cm dibawah
umbilikus dimana fundus di sakral promotorium ukuran uterus mendekati
ukuran kehamilan 16 minggu panjang 14 cm, lebar 12 cm dan tebal 10 cm
serta berat sekitar 1000 gram. 12 jam pertama tinggi fundus uteri sekitar 1
cm diatas umbilikus selanjutnya akan turun 1-2 cm setiap 24 jam. Uterus
tidak akan teraba lagi pada hari ke 9 post partum, berat uterus minggu
pertama post partum sekitar 500 gr , 350 gr pada minggu ke 2 post partum
dan minggu ke 6, 50-60 gr. Involusio uteri dalam 4-6 minggu terjadi pada
prinsipnya oleh karena penurunan ukuran sel-sel miometrium seseorang.

2) Kontraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara berarti segera sesudah
melahirkan utuk mengurangi volume intrauteri selama 1-2 jam pertama
sesudah

melahirkan aktivitas uteri menerus secara halus dan cepat

kemudian menjadi stabil. Kontraksi uterus ini akan menjepit pembuluh


darah uterus sehingga perdarahan setelah placenta dilahirkan dapat
berhenti.
3) After pain
Pada prinsipnya tonus uterus meningkat sehingga pada umumnya fundus
keras, kontraksi dan relaksasi periodik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri
yang disebut after pain muncul pada awal post partum dan berakhir pada
hari ke 2-3 post partum.
4) Tempat melekatnya placenta
Segera setelah placenta lahir, tempat melekatnya placenta menjadi tidak
beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang konstriksi serta trombosit. Pada
endometrium terjadi pembentukan skor sebagai proses penyembuhan luka
dengan tujuan untuk memungkinkan kembali implantasi dan pembentukan
plasenta, regenerasi sempurna pertumbuhan endometrium pada akhir
mingu ke 3 post partum kecuali pada bekas menempelnya plasenta belum
sempurna pada akhir minggu ke 6 post partum.
b.

Lochea

Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri yang dikeluarkan melalui
vagina pada masa nifas.
1)

Lochea rubra tejadi pada hari pertama sampai dengan hari ke 3 warna lochea

merah tua disebut. Berisi sel darah merah, sel epitel, eritrosit, dan leukosit, sel decidua,
serta memiliki bau kharakteristik manusia.
2)
Lochea serosa adalah pengeluaran secret berwarna merah muda sampai
kecoklatan terjadi pada hari ke 3 sampai 10 hari setelah kelahiran. Pengeluaran
serosanguineus yang mengandung desidua,
eritrosit, leukosit, lendir serviks dan
memiliki bau yang keras.

mikroorganiosme. Lochea serosa

3)

Lochea alba adalah keluaran yang hampir tidak berwarna sampai krim

kekuningan. Terjadi dari hari ke 10 sampai 3 minggu setelah kelahiran. Keluaran ini
mengandung leukosit, desidua, sel sel epitel, lemak, lendir serviks, kristal kolesterol,
dan bakteri. Lochea alba seharusnya tidak berbau.
c.

Cerviks

Cerviks dan segmen bawah rahim tampak odema, tipis dan terbuka untuk beberapa
hari sesudah melahirkan portio terasa lunak, tampak kemerahan dan bisa terjadi
laserasi. Hal ini merupakan kondisi optimum untuk terjadinya infeksi setelah 18
jam post partum cerviks memendek, menjadi lebih tebal dan lebih keras.
Konsistensi mengeras dan bentuknya akan kembali pada akhir minggu pertama,
pemulihan sudah akan sempurna dan bentuk ostium uteri eksterna tidak akan
kembali seperti sebelum hamil tetapi bentuknya akan sedikit melebar (Fish mouth).
d.

Vagina dan perineum

Halus dan membengkak, dengan tonus yang buruk setelah kelahiran. Keadaan
vagina yang lembut akan kembali seperti pada 6 minggu setelah melahirkan rugae
akan tampak kembali pada 3 sampai 4 minggu pasca partum. penebalan mukosa
vagina

terjadi

bersamaan

dengan

kembalinya

fungsi

ovarium.

Keadaan

hipoestrogen dapat menurunkan jumlah mukus dan penipisan mucosa vagina.


Introitus vagina terjadi odema, eritema
terutama pada daerah episiotomi atau laserasi. Perineum tampak odema dan memar
setelah melahirkan, bisa ditemukan episiotomi atau laserasi.
e.

Abdomen

Tetap lunak dan mengendur selama beberapa waktu setelah melahirkan. Pada hari
pertama sesudah melahirkan saat berdiri ibu post partum akan merasakan bahwa
daerah perut terasa menggantungkan karena otot abdomen tidak dapat menahan isi
abdomen dan selama 2 minggu setelah melahirkan dinding abdomen relaksasi dan
kurang lebih 6 minggu dibutuhkan waktu untuk mencapai keadaan sebelum hamil,
kembalinya tonus otot ini tergantung dari latihan (Senam) dan jumlah dari jaringan
lemak.
f. Payudara
Terjadi penurunan cepat kadar estrogen dan progesteron, dengan peningkatan

sekresi prolaktin setelah melahirkan. Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan,
ASI diproduksi pada hari ke 3 atau hari ke 4 pascapartum. Payudara lebih besar dan
lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang
dalam 1 atau 2 hari. Didalam payudara prolaktin menstimulasi sel sel alveolar
untuk menghasilkan susu. Pengisapan oleh bayi baru lahir memicu pengisapan
oksitosin dan kontraktilitas sel sel miopitelial, yang menstimulasi aliran susu, ini
dikenal sebagai reflek let down. Jumlah rata - rata ASI yang dihasilkan dalam 24
jam meningkat sejalan dengan waktu.
2. Adaptasi sistem endokrin
Kadar estrogen dan progesteron menurun dengan cepat

setelah malahirkan

berpengaruh terhadap banyak perubahan anatomi dan fisiologi selama nifas.


Ovulasi dan dimulainya kembali menstruasi dipengaruhi oleh apakah klien menyusui
atau tidak. 45 % wanita menyusui mulai menstruasi kembali dalam 12 minggu, 80%
memiliki satu atau lebiuh siklus anovulatori sebelum ovulasi yang pertama. 40%
wanita yang tidak menyusui mulai menstruasi kembali dalam 6 minggu setelah
melahirkan, 65% dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu, 50% berovulasi
selama siklus yang pertama.
Kebutuhan akan istirahat dan tidur akan meningkat secara signifikan.
3. Adaptasi sistem renal dan perkamihan
Distensi berlebihan pada kandung kemih adalah hal yang umum terjadi karena
peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jarang sekitar uretra,
dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meningkat. Kandung kemih yang penuh
menggeser uterus dan dapat mengakibatkan perdarahan pascapartum, distensi
kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin. Pengosongan kandung kemih yang
adekuat umumnya kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah pemulihan jaringan yang
bengkak dan memar.
Laju filtrasi glomerulus dapat meningkat selama kira kira 7 hari setelah melahirkan.
Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 6
sampai 10 minggu setelah melahirkan. Diaforesi puerporalis dan diuresis terjadi
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan.

4. Adaptasi sistem Gastrointestinal


Lapar dan haus merupakan hal yang umum terjadi setelah melahirkan. Motilitas dan
tonus gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum hamil selama 2 minggu setelah
melahirkan. Konstipasi umumnya terjadi pada periode pascapartum awal karena
penurunan tonus otot usus, dan penurunan mobilitas dari usus besar, kehilangan
cairan dan adanya rasa tidak nyaman pada peritoneum dan kecemasan. Kembalinya
fungsi dari sistem gastrointestinal dimulai pada minggu pertama post partum yaitu
saat konsumsi makanan dan cairan ibu meningkat dan adanya pengurangan gangguan
rasa nyaman perineum. Berat badan klien akan kembali ke keadaan sebelum hamil 6
sampai 8 minggu setelah persalinan, jika pertambahan merat badannya selama
kehamilan dalam kisaran normal. Hemorid merupakan masalah yang umum pada
periode pascapartum awal karena tekanan pada dasar panggul dan mengejan selama
persalinan.
6. Adaptasi sistem cardiovaskuler
a. Kehamilan menyebabkan hipervolemia dan menambah 50% dari
peningkatan sirkulasi volume darah akibat kehilangan darah pada saat
melahirkan, darah keluar sekitar 400-500 cc, pada persalinan normal.
b. Bradikardi sementar ( 50 70 kali permenit) sebagai kompensasi jantung
untuk menurunkan resistensi cairan, terjadi selama 24 48

jamsetelah

melahirkan dan bisa berlanjut hingga 6 8 hari.


c. Menggigil pada ibu post partum sering dialami, pengeluaran keringat
terutama malam hari sebagai mekanisme tubuh untuk mereduksi cairan yang
tertahan selama kehamilan.
d. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit meningkat selama 72 jam
pertama setelah melahirkan, leukosit mengalami peningkatan pada 10-12 hari
pertama setelah melahirkan sehingga resiko terjadi infeksi, begitu juga faktor
pembeku juga mengalami peningkatan sehingga resiko terjadi trombo emboli.
Hal ini disebabkan karena imobilisasi dan kerusakan area.
e. Cardiac output menurunkan 50% beberapa menit setelah melahirkan dan
sebelum melahirkan dan berangsur kembali seperti sebelum melahirkan
dalam 2-3 minggu.

f. Tekanan darah tetap stabil dan nadi frekuensinya kembali seperti sebelum
hamil selama 3 bulan pascapartum.
7.

Adaptasi Neurologi

Kadang pusing karena stress atau hipertensi saat hamil dan lain-lain akan hilang
1-3 hari untuk post partum normal atau beberapa minggu tergantung penyebabnya
dan pengobatan yang efektif.
8.

Adaptasi Sistem Muskuloskeletal

Akibat peregangan selama hamil akan berakibat terjadi penurunan tonus otot
abdomen pada saat pasca persalinan, pemisahan otot selama kehamilan tersebut
disebutDiastaksis Rectus dan akan tampak dinding perut lembut dan lentur.
Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4 8 jam setelah melahirkan,
ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari terjadi komplikasi, meningkatkan
involusi, dan meningkatkan cara pandang emoisonal. Mobilisasi dan peningkatan
mobilitas artikulosio pelviks terjadi dalam 6 8 minggu setelah melahirkan.
9.

Adaptasi Sistem Integumen

Cloasma

gravidarum

akan

menghilang

pada

akhir

kehamilan

sedang

hiperpigmentasi pada putting dan areola mammae mungkin belum hilang


sempurna sesudah melahirkan.
10.

Adaptasi Sistem Imunologi.

Sedikit peningkatan suhu tubuh ibu bisa terjadi tanpa penyebab yang nyata setelah
kelahiran, namun demikian suhu ibu seharusnya tetap pada batas normal. Setiap
ibu yang suhunya mencapai 38C dalam periode 24 jam dua kali berturut turut
selama 10 hari pertama pascapartum, tidak memasuki 24 jam pertama dianggap
demam.
B. Adaptasi Psikologi
1.

Fase Taking In (Ketergantungan)

Periode ini terjadi pada hari pertama sampai ke 2 setelah melahirkan, ibu baru
biasanya

bersifat pasif dan bergantung, energi difokuskan pada perhatian ke

tubuhnya. Klien akan mengulangi kembali pengalaman persalinan dan


melahirkannya. Tidur yang tidak terganggu adalah penting jika si ibu ingin
menghindari efek gangguan kurang tidur, yang meliputi letih, iritabilitas, dan

gangguan dalam proses pemulihan yan gnormal. Nutrisi tambahan mungkin


diperlukan karena selera makan ibu biasanya meningkat, selera makan yang buruk
merupakan tanda bahwa proses pemulihan tidak berjalan dengan normal.
2.

Fase Taking Hold (ketergantungan, ketidaktergantungan)

Periode berlangsung 2 4 hari setelah melahirkan, si ibu menaruh perhatian pada


kemempuannya menjadi orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan
tanggung jawab terhadab bayinya. Ibu memfokuskan pada pengembalian kontrol
terhadap fungsi tubuhnya, fungsi usu dan kandung kemih, kekuatan dan daya
tahan. Ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir ( misalnya
memeluk, menyusui, memandikan, dan mengganti popok). Ia mungkin peka
terhadap perasaan perasaan tidak mampu dan mungkin cenderung memahami
saran saran perawat sebagai kritik yan gterbuka atau tertutup. Perawat
seharusnya memparhatikan hal ini sewaktu sewaktu memberikan instruksi dan
dukungan emosi.
3.

Fase Letting Go (Saling Ketergantungan)

Periode ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ini melibatkan
waktu reorganisasi keluarga. Ibu menerima tanggung jawab untuk perawatan bayi
baru lahir, ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan ketergantungan bayinya dan
beradaptasi penurunan otonomi, kemandirian, dan ( khusunya ) interaksi sosial.
Deopresi pascapartum paling umum terjadi selama poeriode tersebut.
5. Depresi pascapartum
Banyak ibu mengalami perasaan kekecewaan

setelah melahirkan

berhubungan dengan hebatnya pengalaman melahirkan dan keraguan akan


kemampuan untuk mengatasi mengatasi kebutuhan membesarkan anak secara
efektif. Biasanya depresi ini ringan dan sementara, yang dimulai 2 3 hari setelah
melahirkan dan selesai selama 1 -2 minggu. Jarang terjadi, secara relatif depresi
ringan dapat mengarah pada psikosis pascapartum, kondisi patologis.
C. Penatalaksanaan medis
1. test diagnostik
a.

Jumlah darah lengkap

1) Hemoglobin (N: 12 14 g/dl)


2) Hematokrit (N: 37 43 vol %)
3) Eritrosit (N: 5 5 jt/ul)
4) Leukosit (N: 5.000 10.000 / ul) pada ibu hamil peningkatan
Leukosit hingga 20.000 / ul, masih dianggap normal.
5) Trombosit (N: 150.000 400.000)
b. Urinalisa jika klien post partum mengalami distensi kandung kemih
2. Terapi
a. Analgesik

: Menghilangkan rasa sakit atau nyeri

b. Antibiotik

: Untuk menghambat pertumbuhan dan


membunuh mikroorganisme serta untuk mengobati
penyakit inspeksi

c.

c. Antipiretik

: Menurunkan demam

d. Antikoagulan

: Untuk mencegah pembekuan darah

Pengkajian
1.

Temuan yang terkait


a.Kaji adaptasi psikososial meliputi, tanda dan gejala kesedihan
pascapartum ( seperti menangis, putus asa, kehilangan selera makan,
konsentrasi buruk, sulit tidur dan cemas ), evaluasi integritas bayi baru lahir
dengan keluarganya, observasi interaksi ibu baru dan anggota keluarga
lainnya dengan bayi baru lahir.
b.

Evaluasi status nutrisi meliputi, kemampuan mengunyah dan

menelan makanan serta keadekuatan cairan dan diet untuk mendukung


involusi dan laktasi.
c.Evaluasi tingkat pengetahuan klien tentang menyusui bayi baru lahir.
2.

Riwayat kesehatan

Seharusnya berfokus pada riwayat medis keluarga, riwayat genetik, dan riwayat
reproduktif.
3.

Pemeriksaan fisik

Berfokus terhadap pengkajian yan gterus mer\nerusterhadap identivikasi dini

dan intervensi segera terhadap komplikasi.


a.

Selama jam pertama kritis setelah melahirkan, secara cermat kaji perdarahan dengan

melakukan palpasi fundus dengan interval setiap 15 menit, inspeksi perineum terhadap
perdarahan yang tampak dan evaluasi tanda tanda vital.
b. Kaji tanda tanda vital setiap 4 jam sampai 8 jamselama beberapa hari
pertama pascapartum. Catat khusunya jika terdapat peningkatan suhu yang
ringan, yang bisa disebabkan dehidrasi, awitan laktasi atau lekositosis.
Hipotensi dengan nadi yang cepat dan lemah ( lebih dari 100 kali permenit )
yang dapa tmenunjukkan perdarahan dan syok. Peningkatan tekanan darah.
c. Kaji fundus setiap hari, yakni kekuatan dan lokasinya, pastikan bahwa
klien mengosongkan kandung kemih sebelum palpasi dilakukan. Lihat
indikasi adanya suinvolusi, yang meliputi, uterus tidak secara progresif
menurun ukurannya atau kembali ke pelvik bagian bawah, uterus tetap kendur
dan kontraksinya buruk, sakit punggung ataw nyeri pelvik yan g persisten,
perdarahan vagina berat.
d. Kaji jumlah dan karakter lochea setiap hari untuk memberikan indeks
esensial pemulihan endometrium. Laporkan setiap hasil yang abnormal
seperti, perdarahan segar dan lochea rubra ynag banyak, persisten dan berbau
busuk.
e. Inspeksi perineum, catat keadaan jahitan ( jika ada ), nyeri tekan,
pembengkakan, memar dan REEDA
f. Peganglah payudara dengan perlahan dan kaji apakah keras, ada nyeri
takan dan hangat. Kaji puting susu apakah pecah pecah dan perdarahan.
g. Kaji tingkat distensi kandung kemih secara sering dalam 8 jam pertama
setelah melahirkan,. Ukur pengeluaran urin, berkemih dalam jumlah yang
sedikit dan sering, berkemih yang berturut turut menandakan adanya urin
residual dan kemungkinan perlu dilakukan kateterisasi.
h. Kaji status eliminasi fekal dan kembali ke pola sebelum melahirkan.
i.

Kaji ambulasi pola istirahat dan latihan dan kemampuan melakukan

aktifitas sehari hari.

j. Kaji sirkulasi perifer, catat adanya farises, edema, dan kesimetrisan ukuran
dan bentuk, suhu, warna dan rentang gerak sendi. Catat khususnya tanda
tanda tromboplebitis dan adanya tanda homan.
d.

Diagnosa keperawatan
1.

Resiko tinggi terjadi kekurangan cairan, berhubungan dengan kehilangan

cairan melalui perdarahan pascapartum.


2.

Gangguan rasa nyaman ; nyeri behubungan dengan peregangan perineum,

pembengkakan payudara, trauma mekanis.


3.

Resiko infeksi, berhubungan dengan trauma jalan lahir, adanya luka

episiotomi.
4.

Tidak efektif manajemen laktasi berhubungan dengan tidak memiliki

pengalaman, bentuk payudara, usia gestasi bayi, kurang pengetahuan.


5.

Perubahan peran orang tua berhubungan dengan kurang dukungan dari

orang terdekat, kurang pengetahuan, tidak tersedia model peran.


6.

Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri, dan bayi berhubungan

dengan kurang terpapar informasi, tidak mengenal sumber sumber.


e.

Perencanaan dan kriteria hasil


1.

Resiko kekurangan cairan

KH : Intake dan output seimbang, Hb/Ht dalam kadar normal.


Intervensi :
a.

Catat kehilangan cairan pada saat kelahiran

b.

Evaluasi lokasi dan kontraktilitas fundus uterus, jumlah lochea,

dan kondisi perineum setelah 2 jam pada 8 jam pertama


c.

Dengan perlahan masase fundus jika uterus menonjol

d.

Perhatikan adanya rasa haus, berikan cairan peroral sesuai toleransi

e.

Evaluasi status kandung kemih, tingkatkan pengosongan bila

kandung kemih penuh.


f.

Pantau suhu

g.

Pantau nadi

h.

Kaji tekanan darah

i.

Evaluasi pemasukan cairan dan pengeluaran urin, selama diberikan

infus

2.

j.

Evaluasi kadar Hb/Ht

k.

Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui

l.

Kolaborasipemberian cairan infus yang mengandung elektrolit,

m.

Kolaborasi pemberian oksitosin

Gangguan rasa nyaman ; nyeri

KH : Skala nyeri 1 / nyeri hilang, ekspresi wajah klien rileks.


Intervensi :
a.

Kaji sifat , derajat, lokasi, karakteristik, durasi nyeri

b.

Kaji lama persalinan, adanya pemberian anastesi atau analgesik

c.

Beri ucapan selamat atas kelahiran bayinya

d.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan pengalaman

selama melahirkan.
e.

Inspeksi perbaikan episiotomi / laserasi, evaluasi perbaikan luka,

perhatikan adanya udema atau hemoroid, berikan kopmpres es


f.

Kaji adanya tremor pada kaki atau gemetar yang tidak terkontrol

g.

Perhatika kebutuhan dasar

h.

Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi

i.

Ajarkan dan anjurkan tehknik relaksasi

j.

Berikan posisi yang nyaman

k.

Berikan lingkungan yang tenang.

l.

Kolaborasi pemberian analgesik.

3. Resiko infeksi
KH : Luka tampak bebas dari drainase purulen, tanda tanda REEDA
negatif, tidak ada peningkatan suhui tubuh, karakteristik lochea normal.
Intervensi :
a. Kaji

catatan

pranatal

dan

intranatal,

pemeriksaan fagina, dan komplikasi

perhatikan

frekuensi

seperti KPD, persalinan lama,

laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta.

b. Pantau suhu dan nadi secara rutin


c. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus, perhatikan adanya nyeri tekan uterus.
d. Catat jumlah, warna dan bau lochea
e. Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya peceh pecah, kemerahan
atau nyeri tekan.
f. Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edeme, atau adanya laserasi.
g. Perhatikan frekuensi dan jumlah berkemih
h. Kaji adanya tanda tanda infeksi saluran kemih.lakukan perawatan
perineum / vulva hygiene
i. Kaji status nutrisi klien
j. Beri informasi untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
protein, vitamin C dan zat besi.
k. Anjurkan klien istirahat yang cukup
l. Kolaborasi pemeriksaan leukosit darah
m. Kolaborasi pemberian antibiotik spektrum luas
4.

Tidak efektif manajemen laktasi

KH : Klien mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,


mendemonstrasikan tehknik efektif menyusui
Intervensi :
a.

Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui

sebelumnya.
b.

Berikan informasi dan tertulis mengenai pentingnya menyusui,

serta faktor faktor yang mempermudah dan mengganggu keberhasilan


menyusui.
c.

Anjurkan klien mengeringkan puting susu selama 20 30 menit

setelah menyusui, hindari penggunaan sabun untuk mempersihkan


payudara
5.

Perubahan peran orang tua

KH : Secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan
tepat.
Intervensi :
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan
sumber sumber pendukung, dan ladar belakang budaya.
b. Perhatikan respon klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran

menjadi orang tua.


c. Evaluasi sifat secara emosional dari pasangan
d. Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan
mereka satu sama lain.
e. Evaluasi kondisi bayi
f. Berikan rawat bersama untuk ibu dan bayi.
g. Anjurkan pasangan untuk mengunjungi dan menggendong bayi
h. Rujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi.
6.

Kurang pengetahuan

KH : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas tugas yang


mengarah pada kerjasama dari anggota keluarga baru. mengungkapkan
pemahaman tentang cara perawatan diri dan bayi, mekekspresikan
perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya kemajuan dan
adaptasi.
Intervensi :
a. Pastikan persepsi klien tentang persalinan kelahiran, lama persalinan dan
tingkat kelelahan klien.
b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar
c. Bantu klien dan pasangan untuk mengidentifikasi kebutuhan
kebutuhan
d. Mulai rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang
distandarisasi atau ceklis, dokumentasikan informasi atau respon klien.
e. Berikan informasi tentang peran latihan post partum progresif
f. Berikan informasi tentang perawatan diri termasuk perawatan perineal
dan hygiene, perubahan fisiologis termasuk kemajuan normal dari rabas
lochea, kebutuhan untuk tidur dan istirahat, perubahan peran dan
perubhan emosional. Biarkan klien mendemonstrasikan materi yang
dipelajari, bila diperlukan.
g. Beri penguatan pascapartum minggu ke-6 dengan perawatan kesehatan.
h. Identifikasi masalah masalah potensial yang memerlukan evaluasi
dokter.

i. Diskusikan perubahan fisik dan sikologis yang normal dan kebutuhan


kebutuhan yang berkenaan dengan periode pascapartum. identifikasi
sumber sumber yang tesedia, misalnya pelayanan perawat
berkunjung, pelayanan kesehatan masyarakat, dll.
f.

Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat
untuk membanu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang
diuraikan dalam hasil yang diharapkan, komponen ini mempunyai 5 tahap yaitu :
a. Mengkaji ulang klien
Merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang difokuskan hanya pada satu
dimensi atau system. Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi
memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan
keperawatan yang diusulkan masih sesuai.

b.

Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada


Sebelum

memulai

membandingkan

perawatan,

dengan

data

perawat

menelaah

pengkajian

untuk

rencana

asuhan

memvalidasi

dan

diagnosa

keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah intervensi yang paling


sesuai untuk situsi klinis saat itu.
Memodifikasi rencana asuhan yang telah ada mencakup : data dalam kolom
pengkajian direvisi sehingga mencerminkan sttus keehatan terbaru klien, diagnosa
keperawatan direvisi, metode implemetasi lebih spesifik direvisi untuk
menghubungkan diagnosa keperawatan dan tujuan klien yang baru, mengevaluasi
respon klien terhadap tindakan keperawatan.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan
Bantuan dapat berupa tambahan tenaga, pengetahuan atau keterampilan
keperawatan. Beberapa situasi keperawatan membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan tambahan. Perawat membutuhkan pengetahuan tambahan ketika
memberikan medikasi baru atau menerapkan prosedur baru.
d.

Mengimplementasikan intervensi keperawatan


Perawat memilih intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan, dengan metode sebagai berikut :


i. Membantu dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari hari
ii. Mengkonsulkan dan menyuluh klien dan keluarga
iii. Memberi asuhan keperawatan langsung
iv. Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf lainnya.
e.

Mengkomunikasikan intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan ditulis atau didokumentasikan secara verbal dengan
menuliskan waktu dan rincian tentang intervensi

g.

Evaluasi keperawatan
Suatu proses keperawatan untuk mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.
Mendokumentasikan bahwa prosedur telah diselesaikan.
Evaluasi terdiri dari 2 type yaitu :
1. Evaluasi formatif adalah penilayan dan analisa perawat tentang respon klien
terhadap tindakan keperawatan saat ini atau segera.
2. Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi hasil observasi dan analisa perawat terhadap
status kesehatan klien pada periode waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai