Anda di halaman 1dari 14

Pengertian

Kanker serviks adalah suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan
kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.(Prawiroharjo, Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari
adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya .(FKUI,
1990;FKPP, 1997).
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau cerviks (bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker cerviks biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun.(Nada, 2007)

Anatomi dan Fisiologi


Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak pensekresi mukus
dalam kesinambungan langsung dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina, dengan peralihan agak
mendadak diantara keduanya, sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis
selama masa usia reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar
normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks,
baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital.
Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi sel torak pensekresi
mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini
bisa menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak
mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril dan vagina yang
mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks
mempunyai beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan
sampai beberapa hari setelah koitus.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjongan
panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia
dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri
internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam
klinik misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya.

Etiologi
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini terkait dalam
proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus usia dini (kurang dari 20
tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus
dan mungkin juga Cytomegalovirus : pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear abnormal,
parner seksual yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES
(Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah

Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia
yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang
dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi
epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan
gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan
adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu).
Dalam jangka waktu 7 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 12
bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi
ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada
akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan
oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis,
hipertensi dan adanya demam.

Pathway

Manifestasi Klinik
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor
albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)
merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,
amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini
yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus
yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna
merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat
terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut,
gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning,
berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering
terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.

Tahapan klinis
Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis
dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.
Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International
Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas
pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
-

Karsinoma pre invasive.


Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.

Karsinoma invasive
Stadium I

Karsinoma terbatas pada serviks

I. a. Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).

I. b Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.


Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding panggul
II. a. Para metrium masih bebas.
II. b. Para metrium sudah terkena.
Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan rectal tidak ada
celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan afungsi
ginjal.
III. a. Belum mencapai dinding panggul.
III. b. Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis atau afungsi
ginjal.
Stadium IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic atau secara klinik sudah
mengenai mukosa veksika urinaria dan rectum).
IV. a. Menyebar ke organ sekitarnya.
IV. b. Menyebar ke organ yang jauh.

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
a.

Sitologi
Keuntungan :
-

Murah.

Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.

Kelemahan :
-

b.

Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

Sciller Test
Dasarnya :
Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat mengikat jodium.
Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca
tidak berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.

c.

Pap Smear

Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh
dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian
luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel
serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium
untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian
atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak
menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada
serviks.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:

Normal

Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)

Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)

Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
organ tubuh lainnya).
d.

Kolposkopi

Kolposkop : Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10 40 kali.
Serviks mula mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3 %
hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut :
a. Benigna
1.

Epitel gepeng yang normal.

2.

Ectodi

3.

Zone transforman

4.

Perubahan peradangan

b.

Suspek

1.

Lekoplakia

2.

Punctation : Daerah bertitik merah

3.

Papillary punctation

4.

Mozaik

5.

Transformasi yang atypis

Keuntungan
biopsi.

: Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah melakukan

Kelemahan
: Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu portio, selain kelainan
pada skuamous columner dan intraservikal tidak terlihat.

c.

Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali. Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan Maiyer
emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak
begitu populer.

d.

Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil
pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi serviks,
dengan biopsi dapat ditentukan jenis Ca nya.

e.

Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan kelainan
yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan pisau (Cold Conization)

Penatalaksanaan
Tingkat

Penatalaksanaan

Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal

Ia

Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal

Ib,IIa

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe


paraaorta ( bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan )

IIb,III,IV :

Histerektomi transvaginal

IVa, IVb :

Radioterapi,Radiasi paliatif,Kemoterapi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.

PENGKAJIAN

1.

Identitas klien.

2.

Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan

3.

Riwayat penyakit sekarang

Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak
gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga.
4.

Riwayat penyakit terdahulu.


Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian
dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.

5.

Riwayat penyakit keluarga


Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit
menular lain.

6.

Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pengkajian data dasar :


1.

Aktivitas dan istirahat


Gejala:
a. Kelemahan atau keletihan akibat anemia
b. Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
c. Adanya faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat malam.
d. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress tinggi.

2.

Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious atau
spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, pembedahan,
menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.

3.

Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut :
a. Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya
nyeri.
b. Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause dini, dan
menoragia.

4.

Makanan dan minuman


Gejala:
a. Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: renah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet rasa).
b.

5.

Pada kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang
terus meningkat (kanker ovarium).

Neurosensori
Gejala: merokok, pemajanan abses.
Nyeri atau gangguan kenyamanan

6.

Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.

7.

Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.

8.

Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (pada kanker servix).

9.

Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.

10. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya.

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

C.

INTERVENSI

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia


No Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC :


keperawatan diharapkan gangguan
Peripheral sensation management
perfusi jarimgan teratasi dapat
terpenuhi dengan criteria hasil:
(Manajemen sensasi perifer)
NOC

Monitor adanya daerah tertentu


yang hanya peka terhadap panas /
dingin / tajam / tumpul.

Monitor adanya paretese.

Intruksikan keluarga untuk


mengobservasi kulit jika ada lesi
atau laserasi.

Gunakan sarung tangan untuk


proteksi.

Batasi gerakan pada kepala, leher


dan punggung.

v Tidak ada tanda tanda peningkatan


tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHG)

Monitor kemampuan BAB.

Kolaborasi pemberian analgetik.

2. Mendemontrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan

Monitor adanya tromboplebitis.

Diskusikan mengenai penyebab


perubahan sensasi.

v Circulation status
v Tissue perfusion
Kriteria hasil :
1. Mendemontrasikan status
sirkulasi yang ditandai
dengan :
v Tekanan sistole dan diastol dalam
rentang yang diharapkan
v Tidak ada ortostatik hipertensi

:
v Berkomunikasi dengan jelasa dan
sesuai dengan kemampuan
v Menunjukan perhatian,konsentrasi
dan orientasi
v Memproses informasi
v Membuat keputusan dengan benar
3. Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran yang
membaik, tidak ada gerakangerakan involunter.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
No

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Keperawatan

Setelah diberikan asuhan


NOC:
keperawatan diharapkan asupan
Fluid Management:
cairan terpenuhi dengan kriteria
hasil:

Timbang popok/pembalut bila diperlukan


NOC:

1.

Fluid balance

2.

Hydration

Monitor status hidrasi (kelembaban


membrane,nadi adekuat,tekanan darah
ortostatik),jika diperlukan

Pertahankan catatan intake output yang akurat

3. Nutrisional status: food and

Monitor hasil laboratorium sesuai retensi


fluid intake
cairan (BUN,HMT,osmolalitas urine)
Kriteria hasil:

Monitor vital sign


1. Mempertshsnkan urine
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung
output sesuai usia dengan usia
intake
kalori harian
dan BB,BJ,urine normal,HT
normal.

Kolaborasi pemberian cairan/makanan


2. Tekanan darah,nadi,suhu
dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-tanda


dehidrasi,elastisitas turgor kulit
baik,membran mukosa
lembab,tidak ada rasa haus yang
berlebih.

Monitor status nutrisi


Berikan cairan
Berikan deuretik sesuai intruksi
Berikan cairan IV sesuai dengan suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan pengganti nasograstrik sesuai output

Dorong keluarga untuk membantu pasien


makan

Tawarkan snack (jus buah,buah segar)

Kolaborasi dokter jika cairan berlebihan


muncul memburuk

Atur kemungkinan transfusi

Persiapan untuk transfusi

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.

NO Tujuan dan Kriteria Hasil


1

Intervensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan NOC:


diharapkan nyeri dada pasien berkurang
1. Kalikan pengkajian nyeri secara
dengan kriteria hasil:
konferhensif termasuk lokasi,
NIC
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi.
1. Mengenal factor- factor
penyebab
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
2. Tindakan pertolongan non
analgetik
3. Gunakan teknik komunikasi terapiutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
3. Mengenal onset nyeri
pasien
4. Menggunakan analgetik
5. Melaporkan gjala kepada
perawat
6. Nyeri terkontrol
7. Melaporkan nyeri
8. Frekuensi nyeri
9. Ekspresi wajah
10. Lamanya episode nyeri
11. Posisi melindungi tubuh
12. Kegelisahan
13. Perubahan respirasi rote
14. Perubahan heart
15. Perubahan tekanan darah
16. Perubahan ukuran pupil
17. Kehilangan nafsu makan

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon


nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri pada masa
lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidak efektipan
cobtrol nyeri masa lampai
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi factor presifitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyari
(farmakalogi, non farmakaologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumbernyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farakologi
13. Berikan analgetik untuk mengatasi
nyeri

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

No

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Keperawatan

Setelah dilakukan asuhan


NIC:
keperawatan selama proses
Nutrition Management
keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kaji adanya alergi makanan.
dengan criteria hasil:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
1. Adanya peningkatan
menentuka jumlah kalori dan nutrisi yang
berat badan sesuai
dibutuhkan pasien.
dengan tujuan.

Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe.

Anjurkan pasien untuk meningkatkan


protein protein dan vitamin C.

Berikan substansi gula.

4. Tidak ada tanda-tanda


malnutrisi.

Yakinkan diet yang dimakan mengandung


tinggi serat untuk menegah konstipasi.

5. Tidak terjadi penurunan


berat badan yang berarti.

Berikan makanan yang terpilih (sudah


dikonsultasikan dengan ahli gizi).

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan


makanan harian.

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan


kalori.

Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.

Kajikemampuan pasien untuk mendapatkan


nutrisi yang dibutuhkan.

2. Berat badan ideal sesuai


dengan tinggi badan.
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.

Nutrition Monitoring

BB pasien dalam batas normal.

Monitor adanya penurunan berat badan.

Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa


dilakukan.

Monitor interaksi anak atau orang tua selama


makan.

Monitor lingkungan selama makan.

Jadwalkan pengobatandan tindakan tidak


selama jam makan.

Monitor kulit kering dan perubahan


pigmentasi.

Monitor turgor kulit.

Monitor kekeringnan, rambut kusam, dan


mudah patah.

Monitor mual dan muntah.

Monitor kadar albumin, total protein, Hb,


dan kadar Ht.

Monitor makanan kesukaan.

Monitor pertumbuhan dan perkembangan.

Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan


jaringan konjungtiva.

Monitor kalori dan intake nutrisi.

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik


papilla lidah dan cavitas oral.

Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.

Daftar Pustaka
Hardy, Kusuma. 2012. Aplikasi AsuhanKeperawatanBerdasarkan NANDA, NIC-NOC. Yogyakarta :
Media Hadry
Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: YayasanBinaPustaka
Bobak, Jansen danZalar. 2001. Maternitidan Gynecologic Care The Nursing and Family. Edisi 4.
USA :Masby Company.

Bobak, IM. 2000. Maternity & Gynecologic Care: The Nursing Family. Edisi 1. Alih
bahasaYayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan: Bandung

Anda mungkin juga menyukai