Kanker serviks adalah suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan
kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.(Prawiroharjo, Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari
adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya .(FKUI,
1990;FKPP, 1997).
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau cerviks (bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker cerviks biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun.(Nada, 2007)
Etiologi
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini terkait dalam
proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus usia dini (kurang dari 20
tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus
dan mungkin juga Cytomegalovirus : pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear abnormal,
parner seksual yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES
(Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah
Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia
yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang
dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi
epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan
gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan
adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu).
Dalam jangka waktu 7 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 12
bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi
ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada
akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan
oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis,
hipertensi dan adanya demam.
Pathway
Manifestasi Klinik
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor
albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)
merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,
amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini
yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus
yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna
merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat
terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut,
gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning,
berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering
terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
Tahapan klinis
Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis
dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.
Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International
Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas
pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
-
Karsinoma invasive
Stadium I
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
a.
Sitologi
Keuntungan :
-
Murah.
Kelemahan :
-
b.
Sciller Test
Dasarnya :
Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat mengikat jodium.
Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca
tidak berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
c.
Pap Smear
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh
dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian
luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel
serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium
untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian
atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak
menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada
serviks.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
Normal
Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
organ tubuh lainnya).
d.
Kolposkopi
Kolposkop : Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10 40 kali.
Serviks mula mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3 %
hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut :
a. Benigna
1.
2.
Ectodi
3.
Zone transforman
4.
Perubahan peradangan
b.
Suspek
1.
Lekoplakia
2.
3.
Papillary punctation
4.
Mozaik
5.
Keuntungan
biopsi.
Kelemahan
: Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu portio, selain kelainan
pada skuamous columner dan intraservikal tidak terlihat.
c.
Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali. Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan Maiyer
emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak
begitu populer.
d.
Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil
pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi serviks,
dengan biopsi dapat ditentukan jenis Ca nya.
e.
Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan kelainan
yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan pisau (Cold Conization)
Penatalaksanaan
Tingkat
Penatalaksanaan
Ia
Ib,IIa
IIb,III,IV :
Histerektomi transvaginal
IVa, IVb :
Radioterapi,Radiasi paliatif,Kemoterapi
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas klien.
2.
Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3.
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak
gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga.
4.
5.
6.
Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
2.
Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious atau
spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, pembedahan,
menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
3.
Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut :
a. Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya
nyeri.
b. Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause dini, dan
menoragia.
4.
5.
Pada kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang
terus meningkat (kanker ovarium).
Neurosensori
Gejala: merokok, pemajanan abses.
Nyeri atau gangguan kenyamanan
6.
Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.
7.
Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
8.
Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (pada kanker servix).
9.
Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
10. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
C.
INTERVENSI
Intervensi
2. Mendemontrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan
v Circulation status
v Tissue perfusion
Kriteria hasil :
1. Mendemontrasikan status
sirkulasi yang ditandai
dengan :
v Tekanan sistole dan diastol dalam
rentang yang diharapkan
v Tidak ada ortostatik hipertensi
:
v Berkomunikasi dengan jelasa dan
sesuai dengan kemampuan
v Menunjukan perhatian,konsentrasi
dan orientasi
v Memproses informasi
v Membuat keputusan dengan benar
3. Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran yang
membaik, tidak ada gerakangerakan involunter.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
No
Rencana Keperawatan
1.
Fluid balance
2.
Hydration
Intervensi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
No
Rencana Keperawatan
Nutrition Monitoring
Daftar Pustaka
Hardy, Kusuma. 2012. Aplikasi AsuhanKeperawatanBerdasarkan NANDA, NIC-NOC. Yogyakarta :
Media Hadry
Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: YayasanBinaPustaka
Bobak, Jansen danZalar. 2001. Maternitidan Gynecologic Care The Nursing and Family. Edisi 4.
USA :Masby Company.
Bobak, IM. 2000. Maternity & Gynecologic Care: The Nursing Family. Edisi 1. Alih
bahasaYayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan: Bandung