Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
INTRA NATAL CARE

Oleh
Rizky Tiara Damayanti
NIM. 1401460028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
D-IV KEPERAWATAN MALANG
INTRA NATAL CARE

A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2002: 181)
Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar artinya
sebab sangat mendalam kesannya (Christina, 1996)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Rustam Mochtar,1998:91).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang "ukup bulan atau
hampir "ukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani, 2009)

Beberapa istilah yang berhubungan dengan partus :


a) Menurut cara persalinan
Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan alaah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
b) Menurut umur kehamilan
Abortus (keguguran) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin dapat
hidup (viabel) berat janin dibawah 1000 gram. Tuanya kehamilah kurang dari
28 minggu.
Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 27-36
minggu janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000-2500 gram.
Persalinan Aterm
Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu Berat janin diatas 2500
gram
Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur 42 minggu Pada janin terdapat tanda
postmaturitas
Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar
mandi, diatas angkutan dan sebagainya. Persalinan berlangsung cepat kurang
dari 3 jam

B. Sebab-Sebab terjadinya Persalinan


Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruhtekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011)
a) Penurunan Kadar Progesteron
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone yang
menimbulkan relaksasi otot rahim dan estrogen yang meninggikan kerentanan otot
rahim di dalam darah. Tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun
sehingga timbul his.
b) Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah sehingga timbullah kontraksi otot-
otot rahim.
c) Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya kandung kencing, bila dindingnya teregang sampai batas maksimal
oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan, maka otot-otot
rahim makin rentan.
d) Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang peranan oleh karena
pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa (postdate).
e) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan desidua diperkirakan menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama persalinan.
(Obstetri Fisiologi Universitas Padjajaran Bandung. 1983: hal. 221)

C. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan


a) Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multi gravida tidak begitu kentara.
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c) Perasaan sakit perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus
kadang juga disebut false labor pains.
d) Perasaan sering atau susah karena kandung kencing masih tertekan oleh bagian
terbawah janin.
e) Cerviks menjadi lebar mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (blood show).
f) Rasa sakit dan adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
g) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
D. Patofisiologi
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan-
perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari
berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini
terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan
kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemi otototot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang
servik menyebabbkan uterus berkontraksi.
E. Faktor-Faktor yang berperan dalam persalinan
a) Kekuatan mendorong janin keluar (power).
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu! Power merupakan tenaga primer atau
kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
1. His
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi
tebal dan lebih pendek kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2. Kontraksi otot-otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma
4. Ligamentos actron terutama ligamen rotundum
b) Faktor janin
Janin dan bagian janin yang paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah
kepala janin selain itu disertai dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau
amnion.
c) Faktor jalan lahir
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,
dasar panggul, serviks dan vagina. syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan
lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
d) Psikis (psikologis)
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi paling
tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya.
e) Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill
dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

F. Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Ketika diameter biparietalis melewati PAP : masuknya kepala kedalam PAP biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan flexi ringan. Masuknya kepala kedalam
PAP pada primigravida. Sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Penurunan bagian
terendah janin ke dalam rongga panggul ini akan dirasakan ibu sebagai Lightening.

2. Desent (penurunan)
Penurunan kepala janin ke dalam pelvis biasanya dimulai sebelum awitan persalinan.
Janin ibu nulipara biasanya turun ke dalam pelvis selama seminggu terakhir
kehamilan. Pada ibu multigravida, tonus otot biasanya lebih lemah dan dengan
demikian, engagement tidak terjadi hingga persalinan benar-benar dimulai. Selama
kala 1 persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus menyebabkan ruang dalam uterus
menjadi lebih sempit, memberikan tekanan pada janin untuk menurun. Setelah rupture
forewater dan pengerahan upaya maternal, kemajuan persalinan dapat terjadi dengan
cepat. (Fraser,2009: 482)
3. Flexion
Flexi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin bersentuhan lebih dekat
dengan bagian posterior tengkorak; tekanan ke bawah pada axis janin akan lebih
mendesak oksiput daripada sinsiput. Efeknya adalah meningkatkan fleksi,
menyebabkan diameter presentasi lebih kecil yang akan melewati pelvis dengan lebih
mudah. Pada awitan persalinan, terjadi presentasi suboksipital yang berdiameter rata-
rata sekitar 10 cm. Dengan fleksi yang lebih besar, terjadi presentasi suboksipito-
bregmatika dengan diameter rata-rata sekitar 9,5 cm. Oksiput menjadi bagian yang
terdepan.
(Fraser, 2009: 482)
4. Putar Paksi Dalam
Yang dimaksud putar paksi dalam adalah putaran dari bagian depan sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan bawah symphisis. Pada presentasi
belakang kepala, bagian yang terendah adalah bagian ubun-ubun kecil (UUK) dan
bagian ini yang melakukan putaran ke depan ke bawah symphisis. Putar paksi dalam
mutlak untuk melahirkan kepala karena merupakan usaha menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya
kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III. Kadang-kadang baru
setelah kepala sampai di dasar panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
a. Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah kepala.
b. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
dalam atas dimana terdapat hiatus genitalis antara M. levator ani kiri dan kanan.
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter antero posterior.
5. Extention
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul terjadilah ekstensi
dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah pangul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang pertama mendesak ke bawah
dan yang kedua disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Result
efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas. Setelah sub occiput tertahan pada pinggir
bawah symphisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang
berhadapan dengan sub occiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dengan dagu gerakan
ekstensi.
6. External Rotation
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini
disebut putaran restitusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga ke
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (disisi kiri). Gerakan
yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena
ukuran bahu (diameter bisa cranial menempatkan diri dalam diameter antero posterior
dari pintu bawah panggul).
7. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis dan menjadi
hipomocclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan jalan lahir.
G. Tahapan Persalinan
Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
Dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1. Fase laten : Dimana pembukaan serviks lambat sampai pembukaan 3 selama
7-8 jam.
2. Fase aktif : Berlangsung kurang lebih 6 jam dibagi 3 sub fase, yaitu:
- Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4
jam
- Periode dilatasi maksimal : Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm
- Periode akselerasi : Berlangsung lambat dala waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm/lengkap
Perbedaan fase-fase ini dijumpai pada primi gravida dan multi
Primi Multi
Servik mendatar Mendatar dan membuka bisa
(effacement) dulu baru dilatasi bersamaan
Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam
(Sinopsis Obstetri Jilid I)
Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
Pada kala pengeluaran janin, harus terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-
kira panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rectum ibu merasa
ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin
kelihatan. Vulva membuka dan perineum meregang dengan his mengedan yang
terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II primi 1
- 2 jam pada multi 1 jam.

Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri


Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya
beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri, dalam waktu
5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong dari atas simpisis/ fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc.

Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam


Kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
(Rustam Mochtar, 1998)

Perbedaan kala antara primi gravida dan multi gravida pada proses persalinan.
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam jam
Kala III jam jam
Lama persalinan 14 jam 7 jam
(Rustam Mochtar, 1998)
H. Pemeriksaan Penunjang
Rekaman kardiotografi
Pemantauan berkala dari denyut jantung janin. Dilakukan pada kala I untuk
mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi rahim dan kemajuan persalinan.
Partograf
Ultrasonografi
Untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA INTRA


NATAL CARE
A. PENGKAJIAN
Data Subyektif
1. Biodata
a. Nama ibu dan suami
b. Umur
Umur ibu menjadi faktor predisposisi dilakukannya suatu tindakan
c. Suku Bangsa
d. Agama
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam
memeberikan asuhan.
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien
dan apakah pekerjaan ibu/suami dapat mempengaruhi kesehatan
klien atau tidak.
g. Penghasilan
Untuk mengetahui status ekonomi penderita dan mengetahui pola
kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.
h. Alamat
2. Alasan Masuk Kamar Bersalin
Apa alasan ibu sehingga datang ke kamar bersalin
3. Keluhan Utama
Keluhan ibu yang dirasakan atau yang dialami pada waktu menjelang
persalinan, terdapat keluhan antara lain Ibu mengatakan perutnya
kenceng-kenceng semakin lama semakin sering.
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui riwayat penyakit darah tinggi mungkin
sebelum hamil ibu sudah mempunyai tekanan darah tinggi atau darah
tinggi yang disebabkan kehamilannya karna bisa memperburuk keadaan
pada saat persalinan.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sekarang masih menderita penyakit darah
tinggi atau penyakit lain yang dapat mempengaruhi bisa mempengaruhi
persalinannya.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
7. Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi
pada usia pubertas, yaitu sekitar 12-16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama.
c. Lamanya haid.
d. Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya encer
e. Disminore dapat terjadi pada saat menjelang menstruasi atau pada
saat menstruasi, dan pada saat setelah menstruasi.
f. Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk mengetahui usia
kehamilan dan apakah tafsiran rersalinannya sudah sesuai dengan
keadaan klien. (Sarwono, 2007 : 103).
8. Riwayat Pernikahan
Ditanyakan tentang : Ibu menikah berpa kali, lamanya, umur pertama kali
menikah
a. Jika lama menikah 4 tahun tetapi belum hamil bisa
menyebabkan masalah pada kahamilannya pre eklamsi.
b. Lama menikah 2 tahun, sudah punya lebih dari 1 anak. Bahanya
perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah.
c. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhan sehingga resiko pada waktu melahirkan.
d. Jika hamil umur > 35 tahun bahanyanya bisa terjadi hipertensi, pre
eklamsi.
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Ditanyakan pada ibu yang pernah hamil apakah kehamilan yang dulu
keadaannya biasa sampai saat anak dilahirkan ataukah pernah mengalami
kelainan. Ditanyakan persalinan pada ibu tentang persalinan yang pernah
dialaminya. Apakah persalinannya lancar, biasa atau tidak pernah
mengganggu keadaan umum ibu, apakah ibu tidak pernah mengalami
kelainan. Dinyatakan keadaan masa nifas yang dulu-dulu apakah masa
nifas yang lau itu dalam keadaan normal ataukah ada kelainan.
10. Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui keadaan ibu pada saat kehamilannya apakah ibu
periksa secara teratur atau tidak
11. Riwayat KB
Untuk menngetahui apakah ibu cocok menggunakan jenis KB yang
dipilihnya sesuai dengan keadaan dan umur ibu, mulai kapan
menggunakan KB dan kapan lepasnya.
12. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui kesenjangan atau perbedan jauh tidaknya kebiasaan
antara dirumah dan di rumah sakit sehingga menimbulkan masalah :
a. Nutrisi (untuk mengetahui pola dan porsi makan ibu apakah
menurun atau tetap)
b. Eliminasi (untuk mengetahui output ibu, seberapa yang keluar
apakah seimbang dengan yang masuk)
c. Aktifitas (untuk mengetahui apa saja yang dilakukan ibu)
d. Kebiasaan (untuk mengetahui apakah kebiasaan ibu pada dirinya
sendiri)
e. Personal hygiene (untuk mengetahui tingkat kebersihan pada
dirinya sendiri)
13. Riwayat psikososial dan budaya
a. Psikososial
b. Budaya
14. Pola spiritual
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut tidak bercat, tidak tampak
ketombe dan tidak tampak kusam.
Wajah : Ibu tampak cemar, tampak menyeringai
pada saat kontraksi dan untuk mengetahui muka pucat atau
tidak, odema/tidak, terdapat cloasma gravidarum/tidak.
Mata : Simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak,
skera kuning/tidak.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada
perdarahan yang keluar dari hidung dan tidak ada sekret.
Mulut : Bibir tampak pucat/tidak sianosis/tidak
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak
terdapat perdarahan pada telinga dan pendengaran baik.
Leher : Ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak,
ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak.ada pembesaran vena
jugularus/tidak.
Payudara : Sumetris/tidak, puting susu menonjol/
tidak, ada hiperpigmentasi pada areola mama/tidak.
Abdomen : ada lika bekas operasi atau tidak, tampak
striae livida, apakah membesar sesuai dengan umur
kehamilannya.
Genetalia : Ada varises/tidak, ada/tidak cairan yang abnormal.
Ekstermitas :
Atas : Simetris/tidak, odema pada kedua tangan/
sebagian, pucat pada kuku jari/tidak.
Bawah : Simetris/tidak, odema pada kedua tangan/
sebagian, pucat pada kuku jari/tidak.
b. Palpasi
Leher : Ada pembesaran pada kelenjar limfe atau
tidak, kelenjar tiroid dan vena jugularis/tidak.
Payudara : Tidak teraba benjolan abnormal, payudara teraba
kenyal, tidak ada nyeri tekan, keluar colostrum (Tim PP-ASI
2001 : 17).
Abdomen :
Leopold I : Untuk mengetahui TFU
Leopold II : untuk mengetahui yang teraba seperti
papan pada bagian sebelah kiri atau kanan
(PuKa/PuKi)
Leopold III : untuk mengetahui bagian bawah
/persentasi dan untuk melihat sudah/belum masuk
PAP jika persentasinya kepala
Leopold IV: untuk melihat sejauh mana kepala masuk PAP
Ekstremitas : Apakah Oedema pada ekstremitas
atas dan bawah.
c. AuskultasI
Dada : Paru-paru terdengar wheezing, dan ronchi atau
tidak
Abdomen : DJJ (Denyut Jantung Janin)
d. Perkusi : Ada reflek patela atau tidak.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
2) Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi akibat peningkatan
metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
3) Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
C. PERENCANAAN
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : diharapkan ibu Kaji kontraksi uterus 1. Untuk mengetahui
mampu mengendalikan dan ketidaknyamanan kemajuan persalinan dan
nyerinya (awitan, frekuensi, ketidaknyamanan yang
Kriteria evaluasi : ibu durasi, intensitas, dan dirasakan ibu
menyatakan menerima gambaran 2. Nyeri persalinan
rasa nyerinya sebagai ketidaknyamanan) bersifat unik dan
proses fisiologis 2. Kaji tentang berbedabeda tiap
persalinan metode pereda nyeri individu. Respon
yang diketahui dan terhadap nyeri sangat
dialam tergantung budaya,
3. Kaji faktor yang pengalaman terdahulu
dapat menurunkan dan serta dukungan
toleransi terhadap nyeri emosional termasuk
4. Kurangi dan orang yang diinginkan
hilangkan faktor yang 3. Mengidentifikasi jalan
meningkatkan nyeri keluar yang harus
5. Jelaskan metode dilakukan
pereda nyeri yang ada 4. Tidak menambah
seperti relaksasi, nyeri klien
massage, pola 5. Memungkinkan lebih
pernafasan, pemberian banyak alternative yang
posisi, obat obatan dimiliki oleh ibu, oleh
6. Lakukan karena dukungan kepada
perubahan posisi sesuai ibu untuk
dengan keinginan ibu, mengendalikan rasa
tetapi ingin di tempat nyerinya
tidur anjurkan untuk 6. Nyeri persalinan
miring ke kiri bersifat sangat
7. Beberapa teknik individual sehingga
pengendalian nyeri posisi nyaman tiap
Relaksasi Massage individu akan berbeda,
miring kiri dianjurkan
karena memaksimalkan
curah jantung ibu.
7. Bertujuan untuk
meminimalkan aktivitas
simpatis pada system
otonom sehingga ibu
dapat memecah siklus
ketegangan-ansietas-
nyeri. Massage yang
lebih mudah diingat dan
menarik perhatian
adalah yang dilakukan
orang lain.

2) Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi akibat peningkatan


metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Diharapkan ibu 1. Kaji tanda tanda 1. Nadi dan tekanan darah
tidak mengalami vital yaitu nadi dan dapat menjadi indikator
keletihan tekanan darah terhadap status hidrasi dan
Kriteria evaluasi : 2. Anjurkan untuk energi ibu.
nadi:60-80x/menit(saat relaksasi dan istirahat di 2. Mengurangi
tidak ada his), ibu antara kontraksi bertambahnya keletihan dan
menyatakan masih 3. Sarankan suami menghemat energi yang
memiliki cukup tenaga atau keluarga untuk dibutuhkan untuk persalinan
mendampingi ibu 3. Dukungan emosional
4. Sarankan keluarga khususnya dari orang
untuk menawarkan dan orang yang berarti bagi ibu
memberikan minuman dapat memberikan kekuatan
atau makanan kepada dan motivasi bagi ibu
ibu 4. makanan dan asupan
Rasional: cairan yang cukup akan
memberi lebih banyak energi
dan mencegah dehidrasi
yang memperlambat
kontraksi atau kontraksi
tidak teratur.

3) Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan, pemajanan
terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : diharapkan 1. Lakukan 1. Membantu meningkatkan
tidak terjadi infeksi perawatan parienal kebersihan , mencegah
Kriteria evaluasi : Tidak setiap 4 jam. terjadinya infeksi uterus
ditemukan tanda-tanda 2. Catat tanggal dan asenden dan kemungkinan
adanya infeksi. waktu pecah ketuban. sepsis.ah kliendan janin
3. Lakukan rentan pada infeksi saluran
pemeriksaan vagina asenden dan kemungkinan
hanya bila sangat perlu, sepsis.
dengan menggunakan 2. Dalam 4 jam setelah
tehnik aseptik ketuban pecah akan terjadi
4. Pantau suhu, nadi infeksi .
dan sel darah putih. 3. Pemeriksaan vagina
5. Gunakan tehnik berulang meningkatkan
asepsis bedah pada resiko infeksi endometrial.
persiapan peralatan. 4. Peningkatan suhu atau
6. Kolaborasikan nadi > 100 dpm dan sel
pemberian antibiotik darah putih dapat
sesuai indikasi menandakan infeksi.
5. Menurunkan resiko
kontaminasi.
6. Digunakan dengan
kewaspadaan karena
pemakaian antibiotic dapat
merangsang pertumbuhan
yang berlebih dari
organisme resisten

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Syaifudin 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta : YBP.SP
Prawirohardjo, Sarwono, 2000. Ilmu Kebidanan, Jakarta: YBP.SP
Rustam Mochtar. 1997. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Sulaiman. 1973. Obstetri Fisiologi Bandung : Fakultas Kedokteran UNPAD
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai