Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SEDIAAN STERIL

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

Ismi Mahmudah Fatin


Neneng Nur Amaliyah
Nurokhaeni
Siti Nur Asiah

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jln. Cut Nyak Dhien No.16 Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi Kabupaten
Tegal 52416 Telp. (0283) 6197571, 6197571 Fax. (0283) 6198450
Homepage http://stikesbhamada.ac.id email stikesbhamada@yahoo.com
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan
parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan
yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan
melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena
sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling
efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses
yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik,
kimia, mikrobiologis.
Produk Steril baik untuk sediaan parenteral volume besar maupun
sediaan parenteral volume kecil harus bebas dari kontaminasi Partikulat.
Yang dimana, kontaminasinya ini dapat menyebabkan produk menjadi
tidak steril lagi. Kontaminasi partikulat dapat diperoleh dari berbagai
sumber

diantaranya

pada

saat

pebuatan,

pemwadahan

ataupun

pengemasan.
Di bidang obat-obatan syarat pengujian uji sterilitas terutama
persyaratan bidang mikrobiologi sangatlah penting. Sediaan-sediaan
farmasi pada proses pembuatannya kemungkinan dapat tercemar oleh
mikroorganisme terutama pada bahan bakunya. Pada waktu penggunaan
dapat pula terjadi kontaminasi.Sediaan obat yang telah terkontaminasi
dapat menyebabkan kerusakan sepertiturunnya potensi, berubahnya rasa
maupun bau dan terjadinya reaksi pirogenik, sehingga akan terjadi infeksi
pada pengguna. Sediaan lain seperti alat kesehatan steril digunakan
untuk orang yang sedangsakit dimana kondisinya dalam keadaan lemah,
sehingga terkontaminasi akan berpotensi menambah penyakit. Sediaan

yang penggunaanya disuntikan pemakaiannya lansung berhubungan


dengan sirkuasi darah dimana darahmedia berpotensi untuk tumbuhnya
mikroorganisme.

Kontaminasi

akanmempercepat

berkembangnya

mikroorganisme dalam sediaan Untuk mencegah hal-hal yang tidak


diinginkan, sediaan obat harus steril dan berlebelkan steril. Oleh karena
itu, perlu proses sterilisasi dan uji sterilitasnya.Steril berarti bebas dari
jasad renik, bakteri pathogen dan non pathogen,vegetatif atau non
vegetatif. Apabila pada penandaan obat diterakankata steril, maka ini
berarti bahwa batch yang sampelnya diuji sterilitasnyaadalah steril

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut sediaan steril?
2. Apa saja persyaratan sediaan steril?
3. Apa saja metode sterilisasi?
4. Apa contoh preformulasi sediaan seril?
5. Apa contoh formulasi sediaan seril?
6. Bagaimana produksi dan CPOB sediaan steril?
7. Apa saja uji mutu yang dilakukan pada sediaan steril?
8. Seperti apa kemasan yang digunakan pada sediaan steril?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sediaan steril.
2. Untuk mengetahui persyaratan sediaan steril.
3. Untuk mengetahui macam-macam metode sterilisasi.
4. Untuk mengetahui contoh preformulasi sediaan seril.
5. Untuk mengetahui contoh formulasi sediaan seril.
6. Untuk mengetahui produksi dan CPOB sediaan steril.
7. Untuk mengetahui uji mutu yang dilakukan pada sediaan steril.
8. Untuk mengetahui kemasan yang digunakan pada sediaan steril.
BAB II
ISI
A. Definisi
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba
hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun
apatogen atau nonpatogen (tidak menimbulkan penyakit), baik

dalam bentuk vegetative (siap untuk berkembang biak) maupun


dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat berkembang
biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat).
(syamsuni, 2005)
Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan sediaan
farmasi berarti, menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik
bentuk patogen, nonpatogen, vegetative, nonvegetativ dari suatu
objek atau material.
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril
bebas

pirogen

yang

dimaksudkan

untuk

diberikan

secara

parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum digunakan,


menunjukkan pemberian lewat suntikan seperti berbagai sediaan
yang diberikan dengan disuntikan (Ansel, 1989).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan secara parenteral, suntikkan dengan cara
menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau
selaput lendir (Lukas, hal 36).
Injeksi diracik dengan

melarutkan,

mengemulsi

atau

mensuspensikan sejumlah obat dalam sejumlah pelarut atau


dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal
atau wadah dosis ganda (Anief, hal 190).
Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket
dan yang ada dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama
penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak

hanya

memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah


terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi, untuk itu, beberapa faktor yang
paling banyak menentukan adalah :
a) bebas kuman
b) bebas pirogen

c)
d)
e)
f)

bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral


isotonis
isohidris
bebas bahan melayang

B. Metode sterilisasi
Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk
sediaan farmasi dan bahan bahan yang dapat tahan terhadap
temperatur yang dipergunakan dan penembusan uap air, tetapi
tidak

timbul

efek

yang

tidak

dikehendaki

akibat

uap

air

tersebut.metode ini juga dipergunakan untuk larutan dalam jumlah


besar, alat alat gelas, pembalut operasi dan instrumen. Tidak
digunakan untuk mensterilkan minyak minyak, minyak lemak, dan
sediaan sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jenuh.
(Ansel, 1989).

Berikut adalah cara sterilisasi :


1. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan oven
pensteril yang dirancang khusus untuk tujuan itu. (Ansel, 1989).
Sterilisasi panas kering, biasanya ditetapkan pada temperatur
160o 170oC dengan waktu tidak kurang dari 2 jam. (Ansel,
1989). Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejan
sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15 oC, jika alat strilisasi
beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250 oC. (Anonim, 1995).
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk
senyawa senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap
air panas. Senyawa senyawa tersebut meliputi minyak lemak,
gliserin, berbagai produk minyak tanah seperti petrolatum,
petrolatum cair (minyak mineral), paraffin dan berbagai serbuk
yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO. (Ansel, 1989).

2. Sterilisasi dengan penyaringan


Sterilisasi dengan penyaringan

tergantung

pada

penghilangan mikroba secara fisik dengan adsorbsi pada media


penyaring atau dengan makanisme penyaringan, digunakan
untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas. (Ansel, 1989).
Penyaringan penyaringan yang ada meliputi :
a) Penyaring berbentuk tabung reaksi disebut sebagai lilin
penyaring yang dibuat dari tanah infusoria yang dikempa
(penyaring Berkefeld dan Mandler).
b) Lilin penyaring dibuat dari porselen yang tidak dilapisi
(penyaring Pasteur Chamberland, Doulton, dan Selas).
c) Piringan asbes yang dikempa dipasang ditempat khusus
dalam peralatan saringan (penyaring Seitz dan Swinney).
d) GelasBuchner-jenis corong dengan pegangan gelas yang
menjadi satu. (Ansel, 1989).
Ukuran
penyaring

penyaring.

dilakukan

menggambarkan

Pengukuran

dengan

kemampuan

porositas

pengukuran
membran

membran

nominal

yang

penyaring

untuk

menahan mikroba dari galur tertentu dengan ukuran yang


sesuai, bukan dengan penetapan suatu ukuran rata rata pori
dan pernyataan tentang distribusi ukuran. (Anonim, 1995).
3. Sterilisasi gas
Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan
uap dapat disterilkan dengan baik dengan memaparkan gas
etilen oksida tau propilen oksida bila dibandingkan dengan cara
cara lain. (Ansel, 1989).
Keburukan dari etilen oksida adalah sifatnya yang sangat
mudah terbakar, walaupun sudah dicampur dengan gas inert
yang sesuai, bersifat mutagenik, dan kemungkinan adanya
residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang
mengandung ion klorida. (Anonim, 1995).
4. Sterilisasi dengan radiasi pengionan

Tehnik tehnik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa


jenis sediaan sediaan farmasi dengan sinar gama dan sinar
sinar katoda, tetap penggunaan tehnik tehnik ini terbatas
karena memerlukan peralatan yang sangat khusus dan
pengaruh pengaruh radiasi pada produk produk dan wadah
wadah. (Ansel, 1989).
Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi reaktivitas kimia
rendah, residu rendah yang dapat diukur, dan kenyataan yang
membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih sedikit.
(Anonim, 1995).
Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan, yaitu disintegrasi
radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas
elektron. (Anonim, 1995).
C. Preformulasi
1. Nama Sediaan : Infusa (Infus glukosa)
Mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%
dari jumlah yang tertera di etiket. (Sumber : Farmakope
indonesia III.1979. Hal.269)
2. Kekuatan Sediaan
Injeksi glukosa natrium klorida I
Tiap 500 ml Mengandung 25 gram glukosa
(Sumber : Formularium nasional edisi III.1978.Hal.138)
3. Preformulasi zat aktif
a. Glukosa
1) Bentuk : hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran
2)
3)
4)
5)

putih
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Rasa : manis
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%)

P mendidih ; sukar larut dalam etanol (95%)P.


6) Susut pengeringan : antara 7,5% sampai 9,5%
7) Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
(Sumber : Farmakope Indonesia edisi III.1979. Hal.268)
4. Pengembangan formula

Glukosa (C6H12O6) Glukosa, suatu gula monosakarida,


adalah

salah

sebagai

satu karbohidrat terpenting

yang

sumber tenaga bagi hewan dan

digunakan
tumbuhan

(kalorigenikum). mudah larut dalam air, sangat mudah larut


dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
mendidih ; sukar larut dalam etanol (95%)P.Terutama digunakan
sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada
glaucoma dan selama bedah mata, juga untuk meringankan
tekanan intracranial pada bedah otak.
Dosis infus dalam 500 ml = 25 gram glukosa
5. Bentuk sediaan
Sediaan yang akan dibuat berupa larutan sejati karena
glukosa bersifat mudah larut dalam air.
6. Penentuan Volume sediaan
Volume minimal untuk sediaan parenteral volume besar
(infuse) adalah 100 ml dan maksimal adalah 1000 ml. Sediaan
akan dibuat dalam volume 500 ml.
7. Rute pemberian
Kecuali untuk larutan pencuci (irigasi) , rute intravena adalah
satu-satunya rute yang dapat menerima sediaan dalam volume
besar (>10 mL). Sehingga sediaan diberikan melalui rute
intravena. Infus manitol berfungsi untuk menguji fungsi ginjal
sehingga diberikan melalui intravena dan bukan melalui irigasi.
8. Pemilihan pembawa
Untuk

sediaan

infuse

bahan

pembawa

yang

boleh

digunakan hanya menggunaan air. Sebab cairan akan masuk ke


dalam pembuluh darah dalam jumlah besar sehingga bila
digunakan pelarut non air seperti minyak maka dapat berpotensi
menempel

pada

pembuluh

darah

dan

menimbulkan

penyumbatan pada pembuluh darah. Selain pembawa air,


sediaan infuse sebenarnya juga dapat menggunakan emulsi

lemak intravena tetapi ukuran partikel tidak boleh lebih besar


dari 0,5 m. Air yang digunakan yaitu aquabidest bebas pirogen.
9. Zat tambahan
a. Pengatur Tonisitas
Pada sediaan infus, persyaratan isotonik mutlak perlu
dilakukan

sebab

infus

bervolume

besar

sehingga

pengaruhnya akan lebih besar bagi tubuh. Pengaturan


tonisitas bertujuan untuk mencegah terjadinya hemolisa sel
darah akibat perbedaan tekanan antara dinding sel darah
dengan tekanan dari sediaan yang disuntikkan. Sel darah
merah

(RBC)

menunjukan

bersirkulasi
osmolaritas

didalam
308.

serum

Dengan

darah

yang

menggunakan

osmolaritas sebagai acuan tonisitas, diduga tidak akan terjadi


perubahan fisika jika RBC ditempatkan dalam larutan 0,9%
injeksi NaCl dengan osmolaritas 308 yang diinfuskan ke
dalam vena. Pada penggunaan infuse glukosa tingkat serum
osmolalitas yang harus dicapai: >310 mOsm/L dan <340
mOsm/L.

Formula

tidak

perlu

ditambahkan

bahan

pengisotonis sebab larutan yang dibuat sudah isotonis.


b. Bahan untuk membebaskan pirogen
Infuse merupakan sediaan injeksi yang volume pemberian
sekalinya besar ( >10 ml) sehingga persyaratan sediaan untuk
bebas pirogen sangat mutlak untuk dilakukan. Pirogen
merupakan zat yang dapat menyebabkan demam sehingga
adanya pirogen dalam infuse dapat membahayakan pasien.
Salah satu cara yang digunakan untuk menghilangkan pirogen
dari larutan sediaan yaitu dengan menggunakan karbon aktif
(karbo adsorbens) 0,1% dari volume total, dipanaskan pada
suhu 60-70% selama 10-15 menit sambil diaduk-aduk.
10. Preformulasi zat tambahan
a. Natrium klorida
Bentuk : hablur heksahedral

Warna : tidak berwarna


Bau : tidak berbau
Rasa : asin
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar
larut dalam etanol (95%) P.
Susut pengeringan : tidak lebih dari 0,5%
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik .
(Sumber : Farmakope Indonesia edisi III.1979. Hal.403)
b. Aqua bidest bebas pirogen
Merupakan bahan pembawa air yang dibebaskan dari
pirogen

dengan

menggunakan

beberapa

cara,

salah

satunya yaitu dengan menggunakan karbon aktif (karbo


adsorbens) 0,1% dari volume total, dipanaskan pada suhu
60-70% selama 10-15 menit sambil diaduk-aduk.
(Benny logawa.1985)
c. Karbo Adsorbens
Pemerian : Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; tidak
berbau; tidak berasa
Kelarutan :. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
Fungsi : Adsorbsi pirogen
Konsentrasi yang digunakan

: 0,1%

Stabilitas dan penyimpanan : Dapat mengadsrbsi air.


Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup kedap, ditempat
sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Dapat menurunkan ketersediaan hayati
beberapa obat seperti loperamid dan riboflavin. Reaksi
hidrolisis dan oksidasi dapat dinaikkan.
( Hope halaman; 40 )

D. Formulasi

Dalam 500 ml mengandung


Glukosa

25 gram

Natrium klorida

2,25 gram

Karbo adsorbens

0,5 gram

Aqua bidest bebas pirogen ad

500 ml

1. Perhitungan dan Penimbangan


a. Perhitungan
Perhitungan Bahan ( untuk 2 botol )
Glukosa
: 25 gram x 2 = 50 gram
Natrium klorida
: 2,25 gram x 2= 4,5 gram
Karbo adsorbens
: 0,1% x 500 ml =0,5 gram x 2 = 1 gram
Tiap botol infus ditambahkan aquabidest bebas pirogen ad
500 ml.
Karena pada tahapan depirogenasi menggunakan karbon
sehingga ada kemungkinan berkurangnya konsentrasi zat aktif
akibat adsorbsi karbon sehingga untuk mengatasinya zat aktif
dilebihkan 5 % pada saat penimbangan, sehingga berat
glukosa menjadi 50 gram + 5% = 52,5 gram dan aqua bidest
bebas pirogen dilebihkan 2% menjadi 2% + 500 ml = 510 ml
b. Perhitungan osmolaritas
M osmol/liter = x 1000 x jumlah ion
M osmol/liter = 274,689 M osmol/liter
Hubungan Osmolaritas (M osmol/Liter)

Osmolaritas (M osmol/liter)
>350
329-350
270-328
250-269
0-249

Tonisitas
Hipertonis
Agak hipertonis
Isotonis
Agak hipotonis
Hipotonis

Larutan infuse manitol 5% mempunyai osmolaritas sebesar 274,689 M


osmol/liter

isotonis.

c. Penimbangan
Nama Bahan

Jumlah bahan (Zat aktif + 5% )


@ botol infus
2 botol infus
Glukosa
26,25 gram
52,5 gram
NaCl
2,25 gram
4,5 gram
Karbo adsorbens
0,5 gram
1 gram
Aqua bidest bebas Ad 510 ml
Ad 1020 ml
pirogen
2. Prosedur Pembuatan
Metode sterilisasi

: Menggunakan metode sterilisasi akhir

sebab sediaan stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi akhir


menggunkan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
a. Pembuatan Aquabidest bebas pirogen
Ukur sejumlah aquabidest kemudian tambahkan dengan
karbon sebanyak 0,1% dari volume air dan panaskan diatas
api Bunsen pada suhu 60-70C selama 15 menit sambil
sesekali diaduk.
b. Prosedur pembuatan infuse
1) Timbang glukosa menggunakan spatel dan kaca arloji dan
masukkan ke dalam gelas piala yang telah dikalibrasi.
2) Tuangkan aqua bidestilata untuk melarutkan glukosa dan
mebilas kaca arloji. Gerus karbon aktif dan timbang
sejumlah 0,1% b/v dan masukkan ke dalam gelas piala,
kemudian tambahkan aqua bidest hinggan tanda kalibrasi.
3) Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan sisipi dengan
batang pengaduk.

4) Panaskan larutan diatas api Bunsen pada suhu 60-70 oC


selama 15 menit sambil sesekali diaduk, cek suhu dengan
thermometer, lakukan diluar lemari steril.
5) Lipat kertas saring rangkap 2, basahi dengan air bebas
pirogen, air ditambung di Erlemeyer lain.
6) Kertas saring dan corong dipindahkan ke dalam labu
Erlemeyer steril bebas pirogen.
7) Saring larutan hangat-hangat ke dalam Erlemeyer.
8) Pindahkan ke gelas ukur dan ukur volumenya. Kekurangan
volume di ad dengan air bebas pirogen.
9) Larutan dituang ke dalam kolom melalui saringan G3
dengan bantuan pompa penghisap.
10) Filtrat dari kolom ditampung kedalam botol infuse steril
yang telah ditara.
11) Botol ditutup dengan flakon steril, ikat dengan simpul
champagne.
12) Lakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf.
13) Pemberian Etiket
: Konsentrasi miliosmol 274,689
M osmol/liter

E. Produksi dan CPOB


Pada sediaan steril perlu adanya perlakuan proses produksinya
baik dari alat yang digunakan, ruang untuk proses produksi,
personalia, bahan yang digunakan, serta prosedur kerjanya.
Sediaan steril dibagi menjadi beberapa macam salah satunya
adalah sediaan injeksi atau obat suntik.
Injeksi atau obat suntik adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan labih
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pada
proses produksi sediaan steril ini berbeda dengan sediaan lainnya

yaitu dari segi lokasi produksi. Semua dari segi persiapan


(ruangan,alatdan bahan, dan personalia) sama .
1. Bangunan
Bangunan pada produksi sediaan steril harus dibangun sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh CPOB agar
dalam produksi sediaan steril yang dihasilkan mendapat hasil
yang baik dan sesuai dengan persyaratan.
a. Bangunan industri harus didirikan di lokasi yang terhindar
dari pencemaran dan tidak mencemari lingkungan.
b. Bangunan industri harus memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasi.
c. Bangunan industri harus memiliki ruang-ruang pembuatan
yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan bentuk,
sifat dan jumlah obat yang dibuat. Jenis dan jumlah alat yang
digunakan, jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi
ruangan.
d. Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan diarea yang
saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan
yang lain mengikuti urutan tahap produksi.
e. Bangunan industri di dirikan atas sifat yang kokoh, dengan
tujuan agar bisa terhindar dari bencana seperti gempa dan
banjir.
2. Ruang
Ruangan produksi steril adalah tempat yang disiapkan
secara khusus dari bahan-bahan dan bentuk yang harus sesuai
dengan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Dalam
melakukan produksi sediaan steril setiap ruangan yang dipakai
harus selalu terkontrol untuk menjaga kualitas sediaan nantinya.
Ruangan produksi steril harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel.
b. Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.

c. Suhu 18 22C, Kelembaban 35 50%.


d. Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter atau udara
yang ada didalam ruangan disaring dengan HEPA (High
Eficiency Particulate Air) filter agar mendapatkan udara yang
bebas mikroorganisme dan partikel.
e. Tekanan udara didalam ruangan lebih besar daripada udara
diluar, sehingga udara didalam mengalir keluar (udara diluar
yang lebih kotor tidak dapat masuk kedalam ruangan yang
lebih bersih.
f. Minimal harus terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black
area, intermediate area (grey area),dan area bersih (white
area).

Batasan kontaminasi dengan partikel


Jumlah maksimum partikel dan jumlah mikrobakteri
per m3
Grade
0,5 m

5 m

Jml
mikroorganisme

3500

<1

3500

10

350000

2000

100

3500000

20000

200

Ruang produksi dapat ditinjau dari beberapa aspek


diantaranya :
a. Ditinjau dari segi ruangan produksi antara lain :
1) Lantai. Pada ruang produksi tablet, kapsul, dan sirup
terbuat dari semen yang dilapisi epoksi sehingga lantai

mempunyai permukaan yang rata, mudah dibersihkan,


tidak menahan parikel dan tahan terhadap detergent dan
desinfektan. Sedangkan pada ruangan produksi sediaan
sterilisasi injeksi lantai tidak boleh ada sekat . Hal ini
meminimalisir adanya bakteri, mudah dibersihkan.
2) Dinding. Dinding pada ruangan produk steril injeksi harus
terbuat dari tembok yang dilapisi dengan epoksi sehingga
permukaan dinding menjadi licin dan rata, kedap air,
mudah

dibersihkan,

tahan

terhadap

detergent,

desinfektan serta tidak menjadi tempat bersarangnya


binatang kecil.
3) Langit-langit. Langit-langit pada ruangansteril sediaan
injeksi tidak boleh ada sudut dan terbuat dari beton yang
dilapisi epoksi sehingga permukaan langit-langit menjadi
licin dan rata serta mudah dibersihkan. Tidak ada sudut
untuk mencegah pertumbuhan lumut atau mengatasi
kelembaban yang menimbulkan adanya bakteri dan
langit-langit harus sering dibersihkan agar sediaan benarbenar steril.
b. Ditinjau dari segi ruang sterilasi
Tiap ruangan dengan klasifikasi berbeda-beda dipisahkan
oleh ruangan. Tiap ruangan diberi nomor ruangan untuk
dokumentasi

pabrik

yang

dibagi

dalam

tiga

kelas

ruangan/area berdasarkan tingkat kebersihan, antara lain:


1) Grey area
Grey area merupakan area produksi, dimana proses
produksi berlangsung. Pada area ini kebebasan telah
dikurangi, yaitu barang atau karyawan tidak bebas
memasuki area ini. Dilakukan penganganan khusus
terhadap

udara,

rancang

bangun

dan

konstruksi

ruangan, seperti lantai dan langit langit tidak boleh


bercelah dan tahan terhadap bahan kimia, dinding harus

terbuat dari beton dan dicat dengan cat yang tahan


dicuci, serta pintu dan peralatan lainnya tidak boleh
terbuat dari kayu. (grey area) yang meliputi antara lain
ruang penimbangan, ruang sterilisasi akhir, dan ruang
evaluasi.
Pada grey area supply udara yang akan disalurkan
dalam ruang produksi berasal dari 2 sumber, yaitu
berasal dari udara yang disirkulasi kembali (sebanyak
80%) dan berasal dari udara bebas (20%). Supply udara
tersebut melalui filter yang terdapat di dalam filter house
yang

terdiri

dari

pre-filter

yang

memiliki

efisiensi

penyaringan sebesar 35% dan medium filter yang


memiliki efisiensi penyringan sebesar 95%. Selanjutnya,
supply udara ini melewati cooling coil (evaporator) yang
akan menurunkan suhu dan kelembaban relatif udara.
Jumlah udara yang masuk ke dalam ruang produksi
diatur dengan menggunakan volume dumper. Kelaskelas ruangan ini menunjukkan tingkatan kontaminasi
partikel di ruangan tersebut. Untuk ruangan grey area ini:
a) Personal harus mencuci tangan dan kaki serta
pakaian nya pun harus bersih. Untuk pakaian personel
yaitu tidak berkantong, warna berbeda tiap bagian,
tutup kepala, masker dan sarung tangan.
b) Desain ruangan di butuhkan perlakuan khusus.
Seperti penanganan khusus terhadap udara, rancang
bangun dan kontruksi ruangan, seperti lantai dan
langit-langit tidak boleh bercelah dan tahan terhadap
bahan kimia. Dinding harus terbuat dari beton dan di
cat dengan cat yang tahan dicuci, seperti pintu dan
peralatan lainnya tidak boleh terbuat dari kayu.

c) Kebebasan personal untuk masuk area ini sudah di


kurangi.
d) Fungsi dari pembangunan area ini adalah sebagai
tempat produksi obat-obatan,di mna tempat ini sangat
penting dari semua area yang ada, karena proses
intinya ada di ruangan ini.
e) Kelembaban yang ada pada Grey Area adalah 4575% (khusus unuk ruangan kapsul = 30-40%),
mempunyai kelembaban 20-28C.
2) White Area
White area merupakan area produksi untuk sediaan
steril. Untuk memasuki white area, karyawan harus
mencuci tangan dan kaki serta mengganti pakaian dari
grey area dengan pakaian khusus yang steril. Peralatan
yang

digunakan

harus

disterilkan

terlebih

dahulu,

demikian juga ruangan harus dibersihkan dengan


desinfektan.
Contoh area

ini

yaitu

seluruh

ruangan

pada

pembuatan obat steril. Pada white area supply udara


yang akan disalurkan dalam ruang produksi berasal dari
2 sumber, yaitu berasal dari udara yang disirkulasi
kembali (sebanyak 80%) dan berasal dari udara bebas
(20%). Supply udara tersebut melalui filter yang terdapat
di dalam filter house yang terdiri dari pre-filter yang
memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35% dan medium
filter yang memiliki efisiensi penyringan sebesar 95%.
Selanjutnya, supply udara ini melewati cooling coil
(evaporator)

yang

akan

menurunkan

suhu

dan

kelembaban relatif udara. Jumlah udara yang masuk ke


dalam ruang produksi diatur dengan menggunakan
volume dumper. Selain itu, dalam white area ini harus
melewati HEPA filter yang memiliki efisiensi penyaringan
sebesar 99,997%.

Syarat ruangan white area:


a) Ruangan harus steril.
b) Peralatan dan pakaian yang digunakan harus steril.
pada

ruangan

ini

pakaian

kerjanya

model

celana/baju terusan, sepatu, tutup kepala, masker


dan sarung tangan.
c) Karyawan yang akan memasuki area harus bersih
dan steril.
d) Ruangan mempunyai rancangan khusus, seperti
tembok dengan cat

yang tahan dicuci, pintu dan

peralatan lainnya tidak boleh terbuat dari kayu.


e) Udara dari luar tidak boleh memasuki ruangan.
Menggunakan sanitasi udara.
f) White Area ini harus mempunyai kelembaban 4445C, temperaturnya 16-25%.
3) Black area
Black area merupakan ruangan, dimana pada
ruangan ini seluruh produk obat sudah dalam keadaan
tertutup dalam kemasan primer. Dan pada daerah ini tidak
perlu penanganan khusus baik udara maupun konstruksi
bangunan. Contoh area ini adalah kantor, loker, gudang
bahan baku, gudang obat jadi, gudang bahan pengemas
primer dan sekunder, ruang administrasi gudang, ruang
pengemasan sekunder, dan ruang laboratorium kimia
fisika.
Daerah pengolahan produk steril harus dipisahkan
dari daerah produksi lain serta dirancang dan dibangun
secara khusus. Ruangan harus bebas dari debu, dialiri
udara yang melewati saringan bakteri. Saringan tersebut
harus diperiksa pada saat pemasangan serta dilakukan
pemeriksaan secara berkala.Syarat ruangan black area
ini:
a) Ruangannya tidak perlu steril.
b) Jumlah karyawan yang berada di area tersebut.

c) Ruangan dan alat tidak membutuhkan penangan yang


khusus baik udara maupun kontruksi bangunan.
d) Fungsi dari pembangunan area ini adalah sebagai
tempat penyimpanan bahan baku obat, serta tempat
dimana

para

karyawan

bisa

dengan

leluasa

melakukan tugas mereka tanpa adanya penangan


khusus.
e) Ruangan ini mempunyai kelembaban 45-75% dan
temperatur

20-28C.

area

ini

tidak

begitu

memperhatikan penataan udara dikarenakan black


area ini termasuk non steril.
3. Personalia
Dalam pembentukan dan penerapan system pemstian mutu
yang memuaskan dan pembuatan yang benar dientukan oleh
beberapa fakor menunjang. Salah satu faktor terpenting adalah
faktor manusia. Pada industri farmasi bertanggung jawab
menyediakan personal yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas. Oleh karena itu,
seluruh personal harus mempunyai kualitas yang sesuai dengan
tingkat pendidikan dan pengalamannya.
Seluruh personal hendaknya memahami prinsip pembuatan
obat yang benar dan memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi yang berhubungan
dengan higiene yang menyangkut pekerjaan. Setiap karyawan
juga harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik,
sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional,
memiliki sifat dan kesadaran tinggi dalam pekerjaannya.

F. Uji Mutu Sediaan

Uji mutu sediaan steril yang dilakukan pada pembuatan infus


yaitu:
1. Uji Kebocoran
Uji kebocoran dilakukan dengan cara meletakkan wadah
sediaan pada posisi terbalik.
2. Penetapan pH
Uji penetapan pH dilakukan dengan menggunakan pH
meter.
3. Bahan Partikulat
Di uji menggunakan sistem elektronik penghitung partikel
pengotor

cairan

yang

dilengkapi

dengan

alat

untuk

memasukkan contoh yang sesuai.


4. Uji Kejernihan Larutan
Pengujian dilakukan secara visual. botol diputar 180
berulang-ulang di depan suatu background yang berwarna
hitam untuk melihat partikulat yang berwarna putih dan di depan
suatu background yang berwarna putih untuk melihat partikulat
yang berwarna hitam.
5. Volume Terpindahkan
Pilih tidak kurang dari 30 wadah. Isi perlahan-lahan dituang
dari tiap wadah kedalam gelas ukur kering terpisah dengan
kapasitas gelas ukur tidak lebih dari sediaan.
6. Uji Sterilitas
Pengujian

dilakukan

secara

mikrobiologis

dengan

menggunkan medium pertumbuhan tertentu. Produk dikatakan


bebas mikroorganisme bila Sterility Assuranve Level (SAL) = 106 atau 12 log reduction (over kill sterilization). Bila proses
pembuatan menggunakan aseptic,maka SAL =10 -4.

7. Uji pirogen
a. Secara kualitatif: Rabbit test

Berdasarkan respon demam pada kelinci. Digunakan


kelinci karena kelinci menunjukkan respon terhadap pirogen
sesuai dengan keadaan manusia. Kenaikan suhu diukur
melalui rektal.
b. Secara kuantitatif: LAL test
1) Kondisi LAL-test:
2) pH larutan 6-7
3) suhu 37oC
4) kontrol negatif: aquadest (pelarut)
5) kontrol positif (pirogen/endotoksin)
6) keuntungan: cepat, mudah, praktis
G. Kemasan
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu:
1. Gelas
Gelas merupakan salah satu bahan pengemas yang pada dasarnya
bersifat inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras, dan
disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan dan
dengan sistem penutupan yang sekucupnya dapat menjadi suatu
penghalang yang sangat baik terhadap hampir semua unsur kecuali
cahaya. Gelas diperoleh melalui leburan bersama dari soda, batu kapur
dan kuarsa, merupakan suatu leburan dingin serta terdiri dari kisi
SiO4- tetraeter, yang terdeposit didalam ruang-ruang antar ion Na+ dan
Cl- . gelas kapur natrium normal terdiri 75% SiO2. 15% Na2O dan
10% CaO. Kualitas gelas yang berbeda ditandai oleh kelas hidrolitik
atau kompleks resistensi. Melalui proses manipulasi permukaan,
resistensi hidrolitik gelas dapat sangat diperbaiki (dikompenansi).
Pelepasan alkali sangat dikurangi air (diuapi) pada suhu tinggi. Gelas
berwarna yang digunakan untuk menyimpan bahan obat peka cahaya,
diperoleh melalui penambahan logam oksida. Kekurangan utama gelas
sebagai bahan pengemas adalah mudah pecah dan berat.
Kemasan gelas/kaca mempunyai sifat tembus pandang, kuat,
mudah dibentuk, lembam, tahan pemanasan, pelindung terbaik
terhadap kontaminasi dan flavor, tidak tembus gas, cairan dan padatan,
dapat diberi warna, dapat dipakai kembali (returnable), relatif murah.
Macam-macam bentuk kemasan gelas/ kaca yaitu :
a. Botol (leher tinggi, mulut sempit)

b. Jar (leher pendek, mulut lebar)


c. Tumbler (tanpa leher dan finish)
d. Jugs (leher pendek, ada pegangan)
e. Vial dan ampul (ukuran kecil, untuk obat/bumbu/zat kimia, dll.)
2. Plastik
Plastik merupakan padatan, terdiri dari molekul tinggi yang
dominan, zat organic, bahan yang dapat berubah bentuk secara praktis
pada kondisi tertentu atau juga barang yang dibuat dari padanya.
Plastik dapat dibedakan atas termoplastik (misalnya harsa, fenol,
poliester)

dan

duroplastik.

Termoplastik

menjadi

plastis

jika

dipanaskan dan dalam keadaan seperti ini dapat dibentuk menjadi


kerangka dasar yang dikehendaki. Pada saat pendinginan, material
membeku dan bentuknya stabil. Duroplastik produk awal yang belum
terajut, dikempa dalam cetakan yang dipanaskan, dimana terjadi
perajutan dan pengerasan akibat reaksi kimia kemudian memperoleh
bentuk akhirnya.
Menurut pembentukannya dapat dibedakan bahan pada sintesis
produk polimerisasi, poliadisi dan polikondensasi. Pada polimerisasi,
monomer, senyawa asal tak jenuh. Produk polimerisasi misalnya
polietilen, polipropilen, polivinil klorida. Melalui poliadisi dapat
terbentuk antara lain poliuretan dan harsa epoksida. Pada proses
polikondensasi perajutan dua molekul monomer berlangsung secara
kontinyu dengan diikuti pembentukan produk reaksi molecular rendah
(misalnya HCI, NaCI, NH3, H2O). Secara umum senyawa
polikondensat dan poliadisi lebih cocok digunakan untuk kepentingan
medisin dan farmasetik daripada polimerisat, oleh karena itu hanya
sedikit atau bahkan tidak memerlukan bahan tambahan, sehingga
toksisitas hanya bersumber dari bahan asalnya.
Plastik yang digunakan sebagai wadah produk sediaan farmasi
umumnya terbuat dari, polimer-polimer. Contohnya polietilen,
polietilen tereftalat (PET) dan polietilen tereftalat, polipropilen (PP),
polivinil khlorida (PVC).
Penggunaan plastik pada

bidang

farmasetik

dan

medisin

mensyaratkan pemahaman akan sifat material serta juga pengamatan

kemungkinan terjadinya antaraksi dengan bahan yang diisikan, oleh


karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sifat
mekanik (misalnya pada wadah yang kaku atau fleksibel), sifat optik
(pada zat pekat cahaya), kemantapan terhadap suhu dan tekanan, yang
berkaitan dengan permeabilitas gas uap air dan bahan penguap.
Disamping itu, banyaknya kemugkinan antraksi antara meterial
pengemas dan bahan yang diisikan tergantung dari sifat fisika dan
bahan kimia yang diisikan, sifat kimia dan fisika materi pengemas,
ukuran dan luas permukaan yang kontak dari bahan yang diisikan dan
bahan pengemas, lama kontak dan suhu.
3. Elastik
Elastik adalah bahan yang berbentuk dari zat-zat organik, padat,
didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet
elastis contohnya tutup botol infus (Goeswin,2009). Elastik ini terbuat
dari produk karet alam, karet sintesis dan bahan sejenis karet.
Elastisitas karet memiliki gaya tarik yang relatif rendah sehingga akan
terjadi peregangan yang kuat. Elastik dalam keadaan tidak meregang
adalah amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya.
Bahan karet seperti produk karet sintesis dapat divulkanisasi hal ini
untuk memperoleh elastisitasnya, contohnya vulkanisasi karet mentah
dengan penambahan belerang dan pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan
RI.Jakarta.
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat
dan
Makanan RI. Materi Talkshow di RRI tentang Kemasan Pangan. 2008.
Goeswin,Agoes.2009.Sediaan farmasi Steril. ITB Press.Bandung.
Kurniawan, Dhadang Wahyu & Teuku Nanda, S.S . (2012) Teknologi Sediaan
Farmasi. Purwokerto : Laboratorium Farmasetika Unsoed.

Stefanus,Lukas.2006.Formulasi Sediaan Steril. C.V Andi Offset.Yogyakarta.


Tim Publikasi Bersama: Himpunan Polimer Indonesia, Inaplas, Federasi
Pengemas
Indonesia. Produk Plastik yang Aman Digunakan. 2006.
Voight,R.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai