Teori Dasar
2.1.
Lipid
Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun
jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang
menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan
setiap hari. Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut:
a. lidak larut dalam air
b. larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform,
dan karbontetraklorida
c. mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadangkadang juga mengandung nitrogen dan fosfor
d. bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
e. berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipida bukan suatu polimer, tidak
mempunyai satuan yang berulang. Pembagian yang didasarkan atas hasil hidrolisisnya,
lipida digolongkan menjadi lipida sederhana, lipida majemuk, dan sterol.
A. Lipida Sederhana
Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak dan lemak
yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain
trigliserida, yaitu: lipida kompleks (lesitin, sephalin, fosfatida lainnya, glikolipida), sterol
yang berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas,
lilin, pigmen yang larut dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut
mempengaruhi warna dan flavor produk.
Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah-
Berdasarkan
bentuk
strukturnya
trigliserida
dapat
dipandang
sebagai hasil
kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga
senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam lemak penyusun
lemak itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Tetapi jika ketiga asam lemak
tersebut tidak sama disebut dengan trigliserida campuran. Pada umumnya trigliserida
alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika dihidrolisis akan
menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi
hidrolisis trigliserida dapat digambarkan sebagai berikut:
Lemak yang sebagian besar tersusun dari gliserida asam lemak jenuh akan
berwujud padat pada suhu kamar. Kebanyakan lemak binatang tersusun atas asam lemak
jenuh sehingga berupa zat padat. Lemak yang sebagian besar tersusun dari gliserida asam
lemak tidak jenuh berupa zat cair pada suhu kamar, contohnya adalah minyak tumbuhan.
Lemak jika dikenakan pada jari akan terasa licin, dan pada kertas akan membentuk titik
transparan.
B.Lipida Majemuk
Lipida majemuk jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol , asam lemak dan zat
lain. Secara umum lipida komplekss dikelompokkan menjadi dua, yaitu fosfolipida dan
glikolipida. Fosfolipida adalah suatu lipida yang jika dihidrolisis akan menghasilkan
asam lemak, gliserol, asam fosfat serta senyawa nitrogen. Contoh senyawa yang
termasuk dalam golongan ini adalah lesitin dan sephalin.
Glikolipida adalah suatu lipida kompleks yang mengandung karbohidrat. Salah
satu contoh senyawa yang termasuk dalam golongan ini adalah serebrosida.
Serebrosida
terutama terbentuk dalam jaringan otak, senyawa ini merupakan penyusun kurang lebih
7
% berat kering otak, dan pada jaringan
syaraf.
Selain itu lipid dapat juga dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan
struktur lazimnya, yaitu:
1.
Asam lemak adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau
lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
karboksilat yang mempunyai rantai karbon yang panjang dengan rumus umum :
O
R C OH
Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon yang genap.
2.
Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu
trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon, jadi tiap atom karbon
mempunyai gugus OH. Pada lemak saatu molekul gliserol mengikat tiga molkeul
asan lemak. Oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida :
R1 COO CH2
R2 COO
CH R3
COO CH2
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan
lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair.
3.
Lilin (wax) adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alcohol yang
mempunyai rantai karbon panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin dapat
diperoleh antara lain dari lebah madu dan dari ikan paus atau lumba-lumba. Lilin
dikeluarkan oleh lebah untuk membentuk sarang tempat penyimpanan madu. Lilin
tidak mudah terhidrolisis seperti lemak dan tidak dapat diuraikan oleh enzim yang
menguraikan lemak.
4. Fosfolipid adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester
asam fosfat. Oleh karenanya fosfolipid adalah suatu fosfogliserida.
5. Sfingolipid adalah senyawa yang mempunyai rumus dan merupakan satu-satunya
sfingolipid yang mengandung fosfat adalah sfingomielin yan terdapat dalam
jaringan saraf dan dalam otak yang mengandung sfingosin dengan beberapa ikatan
rangkap.
6. Terpen merupakan senyawa yang kebanyakan terdiri atas kelipatan dari lima
atom karbon.7. Lipid kompleks adalah lipid yang terdapat alam bergabung
dengan senyawa lain misalnya dengan protein atau dengan karbohidrat.
2.2.
dengan asam lemak dengan berat molekul tinggi (C = 11-24). Minyak atau
lemak
gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah
wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang ( 28C), sedangkan lemak akan berwujud padat. Minyak tumbuhan maupun
lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18.
Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi
pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras
dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat,
dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi
pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh
memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak
jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang
dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis asam lemak:
NO.
RUMUS
JENUH/TIDAK JENUH
1.
Asam laurat
C11H23COOH
Jenuh
2.
Asam miristat
C13H27COOH
Jenuh
3.
Asam palmitat
C15H31COOH
Jenuh
4.
Asam linoleat
C17H29COOH
Tidak jenuh
5.
Asam linolat
C17H31COOH
Tidak jenuh
6.
Asam risinolat
C17H32CO(OH)2
Tidak jenuh
7.
Asam oleat
C17H33COOH
Tidak jenuh
8.
Asam stearat
C17H35COOH
Jenuh
2.3.
a) Penyabunan:
Lemak/minyak mudah tersabunkan oleh lar.alkali pada suhu
mendidih.
b) Hidrolisa wax:
Wax tidak tersabunkan oleh alkali, hanya terhidrolisa pada suhu
tinggi&tekanan tinggi.
c) Hidrolisa lemak:
Lemak/minyak mudah terhidrolisa oleh lar.asam kuat pada suhu
mendidih.
d) Oksidasi reduksi:
Lemak jenuh tidak mudah teroksidasi maupun tereduksi. Sedangkan lemak
tidak jenuh tereduksi membentuk lemak jenuh dan mudah teroksidasi
membentuk keton- keton yang berbau tengik.
e) Pengsulfonan dan pengsulfatan:
Pengsulfonan : lemak jenuh dapat disulfonkan oleh asam dulfat pekat pada
suhu dan tekanan tinggi.
Pengsulfatan : lemak tidak jenuh dapat disulfatkan oleh asam sulfat pekat
pada suhu mendidih.
2.4.
Analisa lemak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Erlenmeyer 250mL
Timbangan digital
Batu didih
Alat untuk merefluks
Gelas ukur 100mL
Buret 50mL
7.
c. Alat yang digunakan untuk percobaan 3 (Bilangan Penyabunan):
8.
9.
1. Erlenmeyer 250mL
10.
11.
2. Timbangan digital
12.
13.
3. Batu didih
14.
15.
17.
19.
6. Buret 50mL
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
32.
2. Timbangan digital
33.
34.
4. Buret 50mL
35.
1. Erlenmeyer 250mL
37.
39.
40.
41.
3. Penangas listrik
42.
4. Oven
43.
5. Eksikator
44.
6. Neraca analitik
45.
46.
3.2
Pereaksi
dan Pelarut
47.
a. Pereaksi yang digunakan untuk percobaan 1 (Bilangan Asam):
48.
49.
50.
3. Indikator PP
52.
2. HCl 0,5 N
53.
3. Indikator PP
55.
2. HCl 0,5 N
56.
3. Indikator PP
58.
2. Chloroform
59.
60.
61.
62.
63.
64.
66.
1. Benzena
67.
2. Etanol
68.
3. Karbontetraklorida
69.
4. Trichloro etilena
70.
71.
72.
73.
74.
3.3 Reaksi
75.
a. Reaksi pada percobaan 1 (Bilangan
Asam):
76.
RCOOH
KOH
RCOOK + H2O
b. Reaksi pada percobaan 2 (Bilangan Ester):
77.
R(COO)3C3H5 + KOH
RCOOK + C3H5(OH)3
R(COO)3C3H5 + 3KOH
80.
d. Reaksi pada percobaan 4 (Bilangan
Iodium):
81.
3RCOOK + C3H5(OH)3
82.
83.
BAB IV
Cara Kerja
84.
85.
netral.
90.
91.
3.
Lalu, bubuhi dengan 2 tetes indicator PP, larutan harus menjadi tidak
berwarna.
92.
93. 4.
1.
Dari
sisa
cairan
bekas
percobaan
Bilangan
Asam
tadi,
2.
pendingin tegak dan reflukslah selama 15-30 menit, jangan lupa untuk
mengocoknya sewaktu-waktu agar proses penyabunan menjadi sempurna.
101.
jika tidak berwarna merah maka perlu penambahan KOH Alkohol 0,5 N dan
kemudian direfluks lagi selama 15-30 menit.
102.
4.
5.
Titar cepat dengan HCl 0,5 N sampai warna menjadi merah jambu
6.
Alkohol 0,5 N.
contoh
lemak/minyak dengan ketentuan empat angka dibelakang koma yang sudh bebas
air dan asam mineral.
107.2.
N.
108.
109.3. Lalu, bubuhi batu didih dan reflukslah selama 15-30 menit.
110.
111. 4.
berwarna merah maka larutan masih mengandung kelebihan KOH Alkohol), jika
tidak berwarna merah maka perlu penambahan 10mL KOH Alkohol 0,5 N dan
kemudian direfluks lagi selama 15-30 menit.
112. 5.
Titar cepat dengan HCl 0,5 N sampai warna menjadi merah jambu
Dalam percobaan ini, perlu dilakukan titrasi blanko untuk 10 mL KOH Alkohol
0,5 N.
115.
d. Cara kerja percobaan 4 (Bilangan Iodium):
116.
117. 1.
ke
dengan
teliti
contoh
minyak/lemak
bilangan iodium tinggi (a, c, e) cukup 0,1-0,2 gram saja. Sedangkan untuk
minyak/lemak yang memiliki bilangan iodium rendah (b,d) harus 1-2 gram.
118. 2. Kemudian, larutkan dengan 5mL choloroform dan tambahkan 10 mL tepat
larutan
119.
120.3.
simpan ditempat yang gelap selama 15 menit agar reaksi berjalan sempurna.
121.4. Kemudian, kedalam larutan yang berlebih (sisa hasil reaksi) beri 10mL larutan
KI 10%
122.
123.5.
Hanus 0,1 N
126.
tiosulfat 0,1 N.
dengan suhu
131.
timbang lebu
132.
Lalu, contoh uji dimasukan kedalam kertas saring tabung atau dibungkus
aturan agar tinggi kertas saring tidak mengganggu sirkulasi zat pelarut
minyak/lemak.
135.5. Contoh uji tersebut dimasukkan kedalam labu Soxhlet.
136.6.
labu Soxhlet yang telah dilengkapi labu lemak dan hubungkan dengan alat
pendingin.
137.7. Labu Soxhlet diletakkan diatas pemanas listrik dan alirkan air pendingin.
138.8.
Kemudian, lakukan ekstraksi ini selama kurang lebih 2 jam atau sekurang-
Setelah ekstraksi selesai, keluarkan contoh uji dari labu Soxhlet, untuk
menghilangkan pelarut pada contoh uji maka contoh uji harus dikeringkan terlebh
dahulu didalam oven pada suhu 105-110C selama 1-2 jam, barulah dimasukan
kedalam eksikator selama 15 menit dan timbang contoh uji dengan memisalkan
contoh uji setelah percobaan = c gram.
140.10. Lalu, pisahkan lemak/minyak dari pelarut dalam labu ekstraksi dengan
penyulingan
141.
142.11. Kemudian, hilangkan juga sisa pelarutnya dalam labu ekstraksi pada oven
pada suhu
143.
145.
BAB V
Hasil
146.
147.
Asam):
148.
149.
Contoh uji 1
: 1,23325gr
Contoh uji 2
: 1,0985 gr
150.
151.
152.
1.
2.
3.
153.
Ti
Ti
154.
155.
4.
5.
6.
156.
157.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
1,
2,
158.
159.
N KOH
: 0,1 N
160.
BE KOH
: 56
161.
162.
BA 1=
163.
164.
1,00 x 0,1n x 56
=4,5399 gr
1,23325
165.
BA 2=
166.
167.
168.
2,00 x 0,1 n x 56
=10.19557 gr
1,0985
5.2 Data Percobaan dan Perhitungan Percobaan 2 (Bilangan Ester):
169.
170.
Contoh uji 1
: 1,23325gr
Contoh uji 2
: 1,0985 gr
171.
172.
173.
13.
14.
15.
16.
Ti
Ti
Bl
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
1,
2,
8,
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
N KOH
: 0,5 N
181.
BE KOH
: 56
182.
183.
184.
185.
BE 1=
186.
187.
(8,301,00) x 0,5 n x 56
=34,0944 gr
1,23325 gr
188.
BE 2=
189.
190.
191.
(8,302,00) x 0,5n x 56
=84,1147 gr
1,0985 gr
Kesiimpulan
192.
193.
194.
BE pada sampel 1 :
195.
BA pada sampel 2:
196.
34,0944 gr
84,1147 gr
197.
a. Berat awal contoh uji = 1,8992 gram (a)
198.
Berat awal labu lemak = 121,1547 gram (b)
b. Berat akhir contoh uji = 1,7976 gram (c)
199.
Berat akhir labu lemak = 121,2650 gram (d)
200.
201.
202.
kadar minyak =
ac
x 100
cu
203.
204.
205.
1,89921,7976
=5,35
1,8992 gr
Atau
206.
207.
kadar minyak =
d b
x 100
cu
208.
209.
210.
121,2650121,1547
=5,81
1,8992 gram
211.
212.
Kesimpulan :
213.
217.
218.
N HCl = 0,5 N
219.
BE Alkohol KOH = 56
29.
30.
31.
32.
Ti
Ti
Bl
33.
34.
35.
36.
0,
37.
38.
39.
40.
220.
221.
222.
223.
224.
225. Bilangan
Penyabunan
blankoV
41.
42.
43.
44.
1,
2,
=
= 523,3644 mg/1 g minyak
Bilangan Penyabunan 2
230.
231.
=
=354,729 mg/1 g minyak
234.
232.
= 523,3644-354.729 gr
233.
= 168.6354 gr
(V
contoh)x
Bobot contoh
227.
235. 5.5
236.
237.
238.
BE = 158/2 = 79
239.
45.
46.
47.
48.
Ti
Ti
Bl
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
8,
5,
57.
58.
59.
60.
3,
2,
240.
241.
242.
Bobot contoh
100
1000
1,01736 g
244.
= 18, 34 %
245.
1,0075 g
247.
248.
249.
BABVII
Kesimpulan
100
1000
= 19, 16 %
250.
a. Kesimpulan Percobaan 1 (Bilangan Asam):
251.
4,5399gram hasil
252.
sebesar 168.6354
257.
d. Kesimpulan Percobaan 4 (Bilangan Iodium):
258.
261.
263.
265.
266.
262. B
AB III
264.
METODA
PRAKTIKUM
267.
3.1.
268.
1. Erlenmeyer 250mL
2.
3. Neraca analitik
4.
7. Buret 50mL
8.
9. Batu didih
10.
12.
14.
13.
16.
1. Erlenmeyer 250mL
2.
3. Neraca analitik
4.
5. Batu didih
6.
12.
c. Alat yang digunakan untuk percobaan 3 (Penetapan Alkali Total):
13.
1. Erlenmeyer 250mL
2.
3. Neraca analitik
4.
7. Buret 50mL
8.
d. Alat yang digunakan untuk percobaan 4 (Kadar Lemak yang Tak Tersabunkan):
9.
12.
13.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Erlenmeyer 250 ml
Neraca analitik
Pendingin gondok / pendingin spiral
Penangas air
Kertas saring
Oven
Eksikator
8.
f. Alat yang digunakan untuk percobaan 6 (Penetapan Kadar Minyak/Logam
Pelikan):
9.
1. Tabung reaksi
2. Neraca analitik
3. Gelas ukur 100 mL
4. Pipet ukur 10 mL
5. Kertas saring
6.
7.
8.
3.2.
9.
Pereaksi
1. Alkohol netral
11.
2. HCl 0,1000 N
12.
3. Indikator PP
13.
1. Alkohol netral
15.
3. Indikator PP
2. Indikator MO
19.
d. Pereaksi yang digunakan untuk percobaan 4 (Kadar Lemak Bebas yang Tak
Tersabunkan):
20.
1. Eter
21.
2. NaHCO3 1%
22.
1. Alkohol 95%
f. Pereaksi yang digunakan untuk percobaan 6 (Penetapan Minyak/Logam
Pelikan):
24.
26.
3.3.
27.
Reaksi
29.
RCOOH + KOH
RCOOK + H2O
c. Reaksi pada percobaan 3 (Alkali
Total):
30.
RCOONa + H2O
31.
33.
34.
35.
7. Pertama, kita harus menimbang dengan teliti 1-2 gram contoh
sabun kedalam
36.
38.
39.
8. Kemudian, contoh sabun dilarutkan dengan 25 mL epelarut eter alcohol
netral.
40.
41.
9. Lalu, bubuhi dengan 1-2 butir batu didih, dan reflukslah selama 15-30
menit.
42.
43.
larut.
45.
PP.
47.
10. Setelah semua sabun larut, dinginkan sebentar namun jangan sampai
44.
11. Setelah didinginkan sebentar, larutan dibubuhi dengan 2-3 tetes indicator
46.
48.
12. Kemudian, titar dengan HCl 0,1000 N hingga warna merah tepat hilang.
49.
50.
51.
52.
53.
1. Pertama, kita harus menimbang dengan teliti 2-3 gram contoh
sabun ke dalam
54.
56.
57.
2. Kemudian, contoh sabun dilarutkan dengan 25 mL epelarut eter alcohol
netral.
58.
59.
3. Lalu, bubuhi dengan 1-2 butir batu didih, dan reflukslah selama 15-30
menit.
60.
61.
larut.
63.
PP.
65.
6. Kemudian, titar dengan KOH Alkohol 0,1000 N hingga warna merah
muda.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
8. Pertama, kita harus menimbang dengan teliti 0,5-1 gram contoh
sabun ke dalam
73.
75.
76.
9. Kemudian, sabun dilarutkan dalam 50 mL air suling, hingga
seluruh sabun larut.
77.
80.
82.
81.
83.
85. 8. Pertama, kita harus menimbang dengan teliti 5-10 gram contoh sabun ke
dalam
86.
87.
88.
89. 9. Kemudian, contoh sabun dilarutkan dengan 50-100 mL larutan NaHCO3 1%.
90.
91. 10. Lalu, larutan dipanaskan diatas penangas air, namun jangan dikocok untuk
menghindari busa.
92. 11. Dinginkan hingga mencapai suhu kamar, kemudian larutan contoh sabun
yang sudah larut di pindahkan ke dalam corong pemisah secara kuantitatif,
sedangkan piala gelasnya dibilas menggunakan NaHCO3 1%.
93. 12. Kemudian, masukkan 10-20 mL larutan eter ke dalam corong pemisah, dan
kocok/putar
94.
95.
97.
98.
99.
1%.
104.17. Residu yang tinggal di dalam labu lemak dikeringkan didalam oven suhu 110C
selama
105.
106.
107.
108.
109.
112. 1. Pertama, kita harus menimbang dengan teliti 1-2 gram contoh sabun ke
dalam
113.
114.
115.
118. 3. Reflukslah larutan contoh sabun. Sabun dan hidroksida alkali akan larut,
karbonat tidak.
119. 4. Bagian yang tidak larut disaring menggunakan kertas saring (telah diketahui
bobotnya).
120.5. Kertas saring dan residu dikeringkan pada suhu 105-110C selama 30
menit, kemudian
121.
122.
123.
124.
127.1. Pertama, kita harus menimbang kira-kira 0,1-0,2 gram contoh sabun lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
128.2. Kemudian, sabun dilarutkan dalam 2 mL KOH Alkohol 0,5 N.
129.
134.
135.
5kali pengenceran.
138.
kekeruhan.
139.
140.
141.
ANALISA SABUN
1029,1
142.
143.
144.
N HCl = 0, 1 N
145.
BE NaOH = 40
1.
mgram
2.
3.
146.
Ti
Ti
147.
148.
4.
5.
6.
149.
1,
0,
150.
7.
8.
9.
1,
0,
10.
11.
12.
1,
0,
151.Alkali
bebas
titrasi
152.
153.
= 1,5447%%
155.
156.
157.
158.
160.
= 1,3846%
162.
Rata-rata
1,5547+ 1,3846
=1,4696
2
163.
Penetapan Asam Lemak Bebas
164.
0,1 N ternyata warna larutan tidak berubah menjadi bening, hal ini menunjukkan
Contoh uji tidak mengandung Asam Lemak bebas
165.
Penetapan Penetapan alkali Total
166.
168.
14.
15.
Ti
Ti
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
2,
4,
173.
= 0,5
174.
175.
176.
177.
Alkali total
178.
179.
= 2 x 0,5 x 56 x 100 %
180.
504,5 mg
181.
= 11,10 %
182.
183.
184.
185.
Alkali total
186.
187.
= 4 x 0,5 x 56 x 100 %
188.
504,4mg
189.
= 22,204%
190.
191.
Rata-rata
11,10 +22,20
=16,65
2
192.
193.
Penetapan kadar lemak bebas yang tidak tersabunkan
194.
195.
= 107,4772gram
196.
= 107,7556gram
197.
Berat residu
5,4424
gram
= 0,12784 gram
berat residu
100%
berat contoh uji
198.
199.
0,2782 gram
100%
5,4424 gram
200.
= 5,1153% %
203.
204. 5.
205.
= 1,0256 gram
206.
= 0,3496 gram
207.
208.
Berta residu
= 0,4200 gram
= 0,0704 gram
berat residu
100%
berat contoh uji
209.
0,0704
100%
1,0256
210.
211.
= 6,8642 %
212.
213. 6.
214.
BAB VII
Kesimpulan
jernih dan setelah pengenceran lebih lanjut warna larutan menjadi keruh.
Contoh uji positif mengandung logam pelican
7.6 Penetapan kadar logam fillers
222.