Anda di halaman 1dari 14

Cara Menghitung Nilai Resistor

Dickson Kho Komponen Elektronika

Cara Membaca Nilai Resistor Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai
dalam sirkuit Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor.
Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang
menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna
ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.

Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri 2 bentuk yaitu
bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial, nilai
resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip,
nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.

Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat pengukur Ohm
Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm ().

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh
Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang.
Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai
tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor
yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :


Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10
(10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi
10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10
(10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan
toleransi 10%.

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas 22 * 10 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak 47 * 10 = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10%
toleransi
Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm
Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti
berikut :
HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :

Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial,
karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh
Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat
mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)

Contoh :

Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;

Cara pembacaannya adalah :

Masukkan Angka ke-1 langsung = 4


Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)

Contoh-contoh perhitungan lainnya :


222 22 * 10 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 10 * 10 = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm
Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Keterangan :

Ohm =
Kilo Ohm = K
Mega Ohm = M
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 K )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 M)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 M)
OSILOSKOP, KEGUNAAN DAN CARA KERJANYA

by: admin Osiloskop 0 comment August 15, 2015

Osiloskop, Kegunaan dan Cara Kerjanya

1. Pengertian :

Osiloskop ialah alat ukur yang dipakai guna memetakan atau membaca sinyal listrik maupun frekuensi.
Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Piranti pemancar elektron memproyeksikan sorotan
elektron ke layar tabung sinar katode. Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus
dalam osiloskop mengakibatkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan. Pengulangan ini
menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat dipelajari.

2. Kegunaan/Fungsi :

Dipakai untuk mengukur besar tegangan listrik dan Relasi terhadap waktu.

Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.

Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.

Membedakan arus AC dengan arus DC.

Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.

Osiloskop juga dipakai dalam pengukuran rangkaian elektronik seperti stasiun pemancar radio, TV, atau
dalam kegunaan memonitor frekuensi elektronik misalnya di rumah sakit dan untuk kegunaan-kegunaan
lainnya.
3. Cara Menggunakan/Mengukur :

Pastikan Tombol ON-OFF pada posisi OFF

Kondisikan semua tombol yang memiliki tiga posisi pada posisi tengah.

Putar tombol INTENSITY pada posisi tengah.

Tekan tombol PULL 5X MAG ke dalam agar memperoleh posisi normal.

Tekan tombol TRIGGERING LEVEL pada posisi AUTO

Hubungkan kabel saluran listrik bolak balik ke stop-kontak ACV

Putar tombol ON-OFF ke posisi ON. Kira-kira 20 detik kemudian satu jalur
garis akan tergambar pada layar CRT. Jika garis ini belum terlihat, putar
tombol INTENSITY searah jarum jam.

Atur tombol FOCUS dan INTENSITY untuk memperjelas jalur garis

Atur ulang posisi vertikal dan horisontal sesuai dengan kebutuhan.

Hubungkan probe ke input saluran-A/ channel -A (CH-A) atau ke input saluran


B/ channel -B (CH-B) sesuai kebutuhan.

Hubungkan probes ke terminal CAL untuk memperoleh kalibrasi 0,5V p-p.

Posisikan pelemah vertikal (vertical attenuator), saklar VOLTS/DIV pada posisi


10 mV, lalu putar tombol VARIABLE searah jarum jam. Putar TRIGGERING
SOURCE ke CH-A, gelombang persegi empat (square-wave) akan muncul di
layar.

Jika tampilan gelombang persegi empat kurang sempurna, maka atur


trimmer yang berada pada probe sehingga bentuk gelombang akan terlihat
nyata.

Pindahkan probe dari terminal CAL 0,5Vp-p. Oscilloscope sudah dapat


digunakan.

4. Tingkat Ketelitian :

0,5 Hz hingga 20 Mhz.

5. Cara Membaca Skala dan Hasil :


Setelah dilakukan pengukuran, maka Osiloskop dapat dibaca hasilnya. Contohnya hasil pengukuran
tersebut menggunakan v/div = 20 volt/div dan t/div = 2 ms/div. Hasilnya adalah :

Vpp (tegangan puncak ke puncak) = jumlah kotak vertikal x volt/div = 4 x 20


= 80 volt.

Vm (tegangan maksimum/puncak) = 0,5 x Vpp = 0,5 x 80 = 40 volt.

Veff (tegangan efektif) = Vm/ (akar kuadrat 2) = 40/1,41 = 28,37 volt.

T (Periode) = jumlah kotak horizontal x t/div = 1 x 2 = 2 ms

f (frekuensi) = 1/T = 1/2 = 500 Hz.

6. Bagian-bagian :

Position

BAL

Input

AC, GND, DC.

Volt/Div

Variable

Mode (CH1, CH2, Dual, Add, Sub )

Led Pilot Lamp

Illumi

Intensity

Focus

ASTIG

EXT-TRIG

SOURCE

SYNC

Level
Pull Auto

Cal IV PP

Ac Voltage Selector

Int Mod

7. Cara Kalibrasi :

Mula mula yang harus kita lakukan yaitu pengkalibrasian. Setelah anda mengkoneksikan osiloskop ke
jaringan listrik PLN dan mengaktifkannya, maka yang akan muncul pada layar monitor yang tampak di
layar yaitu harus garis lurus mendatar (jika tidak ada sinyal masukan).

Kemudian atur fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan mengatur posisi tersebut
kita akan dapat mengamati hasil pengukuran dengan jelas dan akan memperoleh hasil pengukuran dengan
tepat.

Setelah itu gunakan tegangan referensi yang berada di osiloskop maka kita dapat melakukan
pengkalibrasian sederhana. terdapat dua tegangan referensi yang dapat dijadikan pedoman yaitu tegangan
persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.

Lalu tempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka pada layar monitor akan keluar tegangan
persegi.

8. Nama Lain :

Osiloskop Sinar Katoda.

9. Jenis-jenis :

Oscilloscop Analog.

Oscilloscop Digital.

10.Cara Merawat :
Usahakan Osiloskop bekerja pada temperatur 040C dengan kelembaban
85 % RH max.

Jangan simpan atau gunakan osiloskop pada daerah medan magnet atau
bidang listrik yang memiliki bidang kemagnetan

Jangan mempergunakan Osiloskop pada pencahayaan berupa bintik pada


waktu yang lama dengan intensitas tinggi.

Simpan CRO pada tempat dengan suhu kamar 5 35C, dengan kelembaban
95 % RH max.

Hindari Osiloskop dari cahaya matahari langsung dan usahakan agar tetap
ada sirkulasi udara pada ruang/tempat penyimpanan CRO.

11.Skala Utama/Skala Nonius :

Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal.

Cara Menggunakan Multimeter / Multitester

Dickson Kho Pengujian Komponen

Cara Menggunakan Multimeter Multimeter adalah alat yang berfungsi


untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm
(Hambatan/resistansi) dalam satu unit. Multimeter sering disebut juga dengan
istilah Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter). Terdapat
2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog
Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan
pemakaiannya serta didukung dengan harga yang semakin terjangkau, Digital
Multimeter (DMM) menjadi lebih populer dan lebih banyak dipergunakan oleh para
Teknisi Elektronika ataupun penghobi Elektronika.
Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester tidak
hanya dapat mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat dengan AVO,
tetapi dapat juga mengukur Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi dalam satu unit
(terutama pada Multimeter Digital). Beberapa kemampuan pengukuran Multimeter
yang banyak terdapat di pasaran antara lain :

Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt


Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere
Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm
Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad
Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz
Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry
Pengukuran atau Pengujian Dioda
Pengukuran atau Pengujian Transistor
Bagian-bagian penting Multimeter

Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting, diantanya
adalah :

1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe
Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter Analog dan Multimeter Digital

beserta bagian-bagian pentingnya.


Cara Menggunakan Multimeter untuk Mengukur Tegangan, Arus listrik dan Resistansi

Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa fungsi dasar
Multimeter seperti Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere Meter (mengukur Arus
listrik) dan Ohm Meter (mengukur Resistansi atau Hambatan)

1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV


2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan
untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi
kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada
terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar
jangan sampai terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog
Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan
untuk memilih skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi
kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan
AC, tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang
akan diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A).
Jika Arus yang diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam
Multimeter akan putus. Kita harus menggantinya sebelum kita dapat
memakainya lagi.
3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan
tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke
Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur. Untuk
lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini.
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

4. Cara Mengukur Resistor (Ohm)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm ()


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali
ke tanda X yang artinya adalah Kali. (khusus Multimeter Analog)
3. Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh
terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog
Multimeter, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

Arti dan Fungsi Arde atau Grounding

POSTED BY MUHAMAD NURDIN FATHURROHMAN POSTED ON SUNDAY, MARCH 09,


2014

simbol Arde atau Grounding


Grounding atau pertanahan adalah bagian dari Peralatan Listrik rumah. Namun kebanyakan
dari masyatrakat Indonesia sudah terbiasa menyebut pertanahan atau gruonding ini dengan
kata arde.
Grounding atau arde pada instalasi listrik berguna sebagai pencegah terjadinya kontak antara
makhluk hidup dengan tegangan listrik yang terekspos akibat terjadi kegagalan isolasi.
Grounding dalam rumah Anda terpasang dengan dua macam, yaitu untuk instalasi listrik rumah
dan instalasi penangkal petir.
Dua sistem grounding ini memang harus dipisahkan pemasangannya dan berjarak paling tidak
10 meter. Koneksi grounding untuk instalasi listrik rumah terpasang di kWh meter PLN.

Pengertian Grounding

Menurut Wikipedia - Grounding adalah suatu jalur langsung dari arus listrik menuju bumi atau
koneksi fisik langsung ke bumi. Dipasangnya koneksi grounding pada instalasi listrik adalah
sebagai pencegahan terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan tegangan listrik
berbahaya yang terekspos akibat terjadi kegagalan isolasi.

Menurut PUIL 2000 (PUIL : Persyaratan Umum Instalasi Listrik) - dipakai istilah pembumian
yang artinya penghubungan suatu titik sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian
dari sirkit listrik, dengan bumi menurut cara tertentu. PUIL adalah ketentuan atau persyaratan
teknis yang diterapkan di Indonesia, dengan mengacu kepada standard internasional, dan
dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik.

Fungsi Grounding

1. Untuk keselamatan, grounding berfungsi sebagai penghantar arus listrik langsung ke bumi
atau tanah saat terjadi kebocoran isolasi atau percikan api pada konsleting, misalnya kabel
grounding yang terpasang pada badan/sasis alat elektronik seperti setrika listrik akan
mencegah kita tersengat listrik saat rangkaian di dalam setrika bocor dan menempel ke badan
setrika.

2. Dalam instalasi penangkal petir, system grounding berfungsi sebagai penghantar arus listrik
yang besar langsung ke bumi. meski sifatnya sama, namun pemasangan kabel grounding untuk
instalasi rumah dan grounding untuk pernangkal petir pemasangannya harus terpisah.

3. Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga dapat mencegah


kerusakan akibat adanya bocor tegangan.

Pemasangan

Secara umum Kabel grounding terkoneksi di KWH meter PLN. Pada saat pemasangan listrik
oleh petugas PLN maka kabel grounding akan dipasang ke KWH bahkan sampai penanaman
pipa yang terpasang ke dalam tanah. Namun ada pula pemasangan grounding dilaksanakan
oleh pekerja proyek perumahan, sehingga saat akan dipasang listrik oleh pihak PLN
petugasnya tinggal menyambungkan kabel dari pipa yang telah terpasang ke bumi menuju
KWH.

Anda mungkin juga menyukai