Anda di halaman 1dari 5

Kampung Naga

Tujuan SURVALA (Survey Lapangan Arsitekur) yang pertama adalah Kampung


Naga yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat. Letaknya pun tak jauh dari ruas jalan raya yang
sebentar lagi kami akan sampai di sana. Seperti biasa kalau akan sampai tujuan,
teman-teman gaduh melakukan persiapan hingga yang tertidur pun terbangun.
Alhamdulillah, sampai juga di pemberhentian bus yang merupakan langkah awal
untuk masuk ke kampung naga. Kami turun dan apa yang menyita perhatian
kami pertama kali tidak lain adalah sebuah tugu bernama Tugu Kijang Pusaka.

Tugu Kijang Pusaka


Ternyata di situ telah pemandu yang menunggu kedatangan kami. Maka, jadilah
kami di kumpulkan bersama untuk di beri pembukaan yaitu pengenalan tentang
kampung naga dan pengarahan tentang apa saja yang boleh atau tidak boleh
dilakukan ketika berada di dalam lingkungannya. Setelah selesai, pak pemandu
mengaak kami masuk. Ayo kita take off. Karena letaknya berada di lembah
maka wajar bila jalannya menurun melewati banyak sekali anak tangga. Saya
perkirakan jumlah anak tangga tersebut mencapai ratusan! Akhirnya terlihat
juga. Kami mempercepat langkah mengakhiri jumlah anak tangga karena tibatiba hujan turun. Masuk kampung naga mencari tempat berteduh terlebih dahulu
sambil foto-foto. Sambil menunggu hujan reda, pak pemandu mulai
menceritakan perihal tentang kampung ini lebih detail.
Diketahui bahwa luasnya kurang lebih 1,5 hektar. Jumlah total bangunan ada
113, terdiri atas 110 rumah dan 3 bangunan lagi untuk sarana umum seperti
masjid, balai pertemuan dan lumbung bersama. Jumlah penduduk sebanyak 301
orang dengan 101 kepala keluarga. Di kampung naga ini, 1 rumah hanya boleh
di huni 1 keluarga saja. Di tambah terdapat batas-batas wilayah yang
membatasi area mana saja yang bisa di bangun rumah. Jadi tidak heran bila
banyak sekali masyarakat keturunan kampung naga yang hidup di luar wilayah
kampung ini. Mereka ini disebut `sanaga yaitu warga kampung naga yang
memutuskan hidup di area luar adat istiadat. Asalkan tetap keep in touch setiap
tahun maka tidak masalah.
Kesemua penduduk kampung naga beragama islam dengan rata rata mata
pencahariannya adalah bertani dengan panen rata-rata 2 kali dalam satu tahun.
Diprioritaskan panen tani untuk memberi makan penduduk kampung itu sendiri.
Jika ukuran beras telah terpenuhi bagi kesemua warga kampung naga dan

teryata beras masih banyak tersedia, maka beras sisa tersebut boleh dijual ke
luar kampung naga. Untuk masalah pernikahanpun, diperbolehkan menikah
dengan orang luar kampung naga di asalkan masih seagama.
Masyrakat kampung naga masih sangat memegang erat adat istiadat yang
merupakan turunan dari budaya hindu yang bercampur dengan islam. Misalnya
dalam satu minggu terdapat hari tabu yaitu hari dimana masyarakat meyakini
bahwa bila berdoa di hari tersebut maka doa itu akan dikabulkan antara lain hari
selasa, rabu dan sabtu.
Bangunan di kampung naga di sebut rumah jelopong yang memiliki arsitektural
unik. Ke semua atap berbentuk pelana yang terbuat dari daun tepus dan ijuk
yang dapat bertahan 15 hingga 20 tahun tanpa bocor. Jendela untuk ruang tamu
ada yang telah menggunakan kaca dan untuk jendela dapur menggunakan
kayu. Bilik tembok terbuat dari anyaman bambu tanpa di cat, melainkan hanya
di kapur. Sedangkan untuk kolom masih menggunakan kayu yang terhubung
dengan pondasi batu. semua rumah berbentuk panggung yang di bawahnya
disekat sebagai kandang ternak unggas. Rumah-rumah menghadap ke utara
atau keselatan kecuali bangunan umum. Dengan rumah-rumah yang berdekatan
dan berjajar rapi sehingga terlihat lebih akrab dan rukun.`56
Akhirnya hujan reda saatnya melanjutkan eksplorasi. Oh iya di sini juga terdapat
rumah yang katanya merupakan rumah yang paling pertama di bangun dan
menjadi rumah pantangan yang tidak boleh di foto sama sekali dan tidak boleh
dimasuki warga dari dalam maupun luar kampung naga. Jadi, kami sama sekali
tidak boleh memfoto rumah yang bersangkutan.
Kemudian pak pemandu mengajak kami masuk kesalah satu rumah dalam
rangka mempelajari interior rumah tersebut. Tentunya dengan izin pemilik
tersebut. Kami masuk langsung dari dapur menuju ruang tengah kemudian
barulah ke ruang tamu lalu kembali ke dapur untuk berinterview. Di rumah ini, di
antara jeruji jendela dapur terpasang sebatang jeruji kayu yang ditidurkan
dengan arah horizontal dengan ujung bercabang dua. Fungsinya tidak lain
adalah agar dapat memudahkan menutup jendela dari dalam ruangan. Dari
interiview tersebut diketahui bahwa ukuran baku dibagunnya rumah jelopong
adalah menggunakan balok kayu sebanya 20 buah sebagai kolom dan ringbalk.
Bila ukuran rumah akan diperbesar maka balok kayu boleh di tambah. Perlu
dicatat bahwa listrik tidak masuk ke kampung naga. Sehingga untuk penerangan
pada malam hari digunakalah lampu teplok.
Hari benar benar mulai gelap. Karena telah selesai waktu kita survey di kampung
naga ini selama 2 jam maka saatnya kami harus kembali ke bus untuk
melanjutkan perjalanan menuju tempat selanjutnya. Akhirnya kami
meninggalkan kampung naga yang unik ini dengan rasa penasaran yang telah
terjawab sepenuhnya.

Revitalisasi (Pembangunan Kembali) Museum KAA


Selepas kami berkunjung ke ITB, maka tujuan selanjutnya adalah mengunjungi
museum Konferensi Asia-Afrika . Turun dari bus, melewati beberapa gedung ber
arsitektural jaman belanda, harus menyebrangi jalan raya yang penuh
kendaraan ahirnya sampai juga di musem KAA. Setelah foto-foto didepan
museum Ayo kita masuk. Telah ada pemandu yang menunggu kami di dalam
ternyata. Jadi kami langsung di kumpulkan untuk diberi pengarahan terlebih
dahulu. Lalu kami diajak berkeliling sambil pak pemandu menerangkan halperihal tentang museum KAA.
Museum KAA ini memiliki hubungan yang erat dengan Gedung Merdeka. Secara
keseluruhan gedung merdeka ini memiliki 2 bangunan utama, yaitu gedung
merdeka merdeka sebagai tempat sidang utama, dan yang berada di sebelah
gedung merdeka adalah musem KAA sebagai tempat memorabilia Konferensi
Asia Afrika.
Dari Wikipedia Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi
Asia Afrika yang di selenggarakan pada tanggal 24 April 1955 diselenggarakan
oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka
(dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri
Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955,
di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia yang di hadiri oleh tokoh-tokoh besar
dari Negara-negara Asia-Afrika yang kebanyakan belum lama merdeka Dengan
tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan
melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau
negara imperialis lainnya. Setelahnya, banyak sekali negara-negara dari AsiaAfrika yang belum merdeka berhasil melepaskan diri dari penjajahan. Dan
terjadilah hubungan kerjasama yang erat antara Negara-negara dari Asia- Afrika.

Semua itu merupakan prestasi besar yang dicapai oleh bangsa-bangsa


Asia Afrika. Jiwa dan semangat KAA telah berhasil memperbesar volume
kerja sama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika, sehingga peranan dan
pengaruh mereka dalam hubungan percaturan internasional meningkat
dan disegani.
Dalam rangka membina dan melestarikan hal tersebut, adalah penting dan tepat
jika Konferensi Asia Afrika beserta peristiwa, masalah, dan pengaruh yang
mengitarinya diabadikan dalam sebuah museum di tempat konferensi itu
berlangsung, yaitu di Gedung Merdeka di Kota Bandung, kota yang dipandang

sebagai ibu kota dan sumber inspirasi bagi bangsa-bangsa Asia Afrika. Sebagai
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,
LL.M., sering bertemu muka dan berdialog dengan para pemimpin negara dan
bangsa Asia Afrika. Dalam kesempatan-kesempatan tersebut dia sering
mendapat pertanyaan dari mereka tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung
tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika. Berulang kali pembicaraan
tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi
Kota Bandung dan Gedung Merdeka.
Terilhami oleh hal tersebut serta kehendak untuk mengabadikan Konferensi Asia
Afrika, maka lahirlah gagasan dia untuk mendirikan Museum Konperensi Asia
Afrika di Gedung Merdeka ini. Gagasan tersebut dilontarkan dalam forum rapat
Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri antara
lain Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata gagasan itu mendapat
sambutan baik, termasuk dari Presiden RI Soeharto. Gagasan pendirian Museum
Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave sebagai Ketua Harian Panitia
Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan
Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerja sama dengan Departemen
Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah daerah
Tingkat I Propinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan
pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT. Decenta, Bandung. Museum
Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden RI Soeharto pada
tanggal 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun Konferensi Asia
Afrika.
Menurut kabar berita harian kompas, pada tahun 2009 Departemen Luar Negeri
memulai melakukan revitalisasi terhadap museum KAA dalam penambahan
sarana dan prasarana dan juga kualitas melayani pengunjung. Seperti dibukanya
seluruh bagian gedung merdeka (tidak hanya museum) untuk umum termasuk
ruang konferensi. Kepala Museum KAA Isman Pasha di sela-sela Pembukaan
Peringatan KAA ke 54, Sabtu 18 april 2009 di Gedung Merdeka, mengatakan,
Museum KAA diproyeksikan sebagai pusat pembelajaran sejarah diplomasi dan
pendidikan luar negeri Indonesia. Atas pertimbangan ini, perlu ada perubahan
konsep pelayanan dan penataan museum ini.
"Kalau dulu, orang berkunjung ke museum hanya ingin lihat lalu pulang. Ke
depan, di museum ini, kami menginginkan pengunjung punya pengalaman
berharga. Seperti halnya orang mengunjungi Gedung Putih di Washington DC,
Amerika Serikat," ungkap Isman. Ke depan, perubahan itu menyangkut seluruh
kompleks Gedung Merdeka.
"Selama ini, bicara Museum KAA kan taunya hanya sepojok ruang yang disebut
ruang pamer tetap. Padahal, yang menyangkut Museum KAA ini adalah seluruh
fungsi Gedung Merdeka," tuturnya. Di Museum KAA ini akan disediakan tempat
khusus bagi pengunjung agar bisa melakukan simulasi debat dan diplomasi.
Setelah direnovasi, pintu masuk utama diubah, yaitu berada di Jalan
Cikapundung Timur.

Secara bertahap, di dalam proyek revitalisasi yang telah berlangsung hingga


2012-2013 ini, Museum KAA akan melakukan penambahan koleksi artefak,
dokumen, ruang displai, perpustakaan, dan fasilitas publik berupa ruang
pertemuan dan kafetaria. Tidak ketinggalan, ruang bawah tanah, yang selama ini
mengundang penasaran publik karena tidak boleh diakses, akan direnovasi dan
difungsikan kembali. Dana revitalisasi ini, menurut beberapa sumber,
diperkirakan mencapai Rp 2 miliar.
Setelah kami selesai berkeliling melihat artefak-artefak historis yang
kesemuanyana di jelaskan oleh pak pemandu, kami diajak menuju ke ruangan
yang sangat besar yang merupakan tempat dimana dahulunya sebagai rapat
Konferensi Asia-Afrika! Kami mengambil tempat duduk masing-masing dan pak
pemandu menyetel teaser dari peristiwa KAA pada 18-24 April 1955 sambil
menerangkan kepada kami sesuai berjalannya teaser film tersebut.
Setelah selesai, maka waktunya kami kembali kebus. Kami berpamitan kepada
pak pemandu yang telah memberikan pengetahuan yang sangat mendalam bagi
kami. Sungguh pengalaman yang sangat memorabel.

Anda mungkin juga menyukai