Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN PENURUNAN BERAT BADAN IBU POSTPARTUM ANTARA

IBU YANG MEMBERI ASI, ASI DAN SUSU FORMULA, SERTA SUSU
FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA
SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah D3 Gizi

Disusun Oleh : YULVIA


PUSPITANINGRUM J 300
101 001

PROGRAM STUDI D3 GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
i

ii

PERBEDAAN PENURUNAN BERAT BADAN IBU POSTPARTUM ANTARA


IBU YANG MEMBERI ASI, ASI DAN SUSU FORMULA, SERTA SUSU
FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA
SUKOHARJO
Yulvia Puspitaningrum
Program Studi D3 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia masih rendah
yaitu 15,3%. Hal demikian juga terjadi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 33,4%.
Pemberian ASI eksklusif berpengaruh terhadap penurunan berat badan ibu
postpartum karena menyusui membutuhkan banyak energi sehingga membantu
ibu menyusui kembali ke berat badan normal.
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan berat badan
ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula
di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo.
Jenis penelitian bersifat observasional dengan pendekatan crossectional.
Sampel penelitian ini adalah 40 ibu postpartum. Data berat badan ibu postpartum
diperoleh melalui observasi dengan cara mengukur berat badan ibu terakhir
sebelum melahirkan dikurangi 5 kg kemudian dikurangi berat badan ibu saat ini
(usia bayi 6 bulan). Data status pemberian ASI atau susu formula diperoleh
melalui kuesioner dan wawancara. Uji statistik yang digunakan adalah uji beda
non parametrik K-Independent Sample (Uji Kruskal-Wallis).
Hasil penelitian menunjukkan berat badan ibu postpartum secara
keseluruhan, yang mengalami penurunan berat badan adalah 69,0% dan yang
tidak mengalami penurunan berat badan adalah 31,0%. Status pemberian ASI
Pre-Laktal adalah 35,7%, ASI dan susu formula adalah 35,7% serta susu formula
adalah 28,6%. Hasil uji beda pemberian ASI, ASI dan susu formula serta susu
formula menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan berat badan dengan
p=0,12.
Tidak terdapat perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum yang
memberikan ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula.
Kata Kunci
: Berat badan ibu postpartum, ASI, Susu Formula.
Kepustakaan : 61 : 1997-2012
PENDAHULUAN
ASI merupakan makanan ideal bagi bayi. ASI merupakan makanan paling
lengkap, karena ASI mengandung protein, lemak, vitamin, dan mineral serta zat
kekebalan tubuh. ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit
infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi, serta pada kenyataannya bayi
yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan
bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001).
Menurut WHO (2003), definisi ASI Eksklusif adalah bahwa bayi hanya
menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu,
tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi
vitamin, suplemen mineral atau obat. Persentase bayi yang mendapat ASI
eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3% (Riskesdas, 2010). Menurut hasil
Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), cakupan pemberian ASI
11

eksklusif pada bayi sampai 6 bulan hanya berkisar 28,6% (2007), 24,3% (2008)
dan 34,3% (2009). Menurut Depkes (2006), 13% bayi di bawah dua bulan telah
diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan
tambahan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan yang direkomendasikan oleh
Pemerintah Indonesia dalam indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 80%. Menurut Nutjahjati (2009),
rendahnya pemberian ASI sampai usia anak 2 tahun menjadi pemicu rendahnya
status gizi bayi dan balita.
Pemberian ASI eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO (2002)
masih jarang dipraktekkan oleh ibu-ibu di berbagai negara, karena berbagai
faktor, seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik (Semega-Janneh, 1998).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan 20022003 yang dicatat oleh
Sentra Laktasi Indonesia, ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan
ialah sebanyak 15%. Ibu-ibu di Indonesia rata-rata memberikan ASI eksklusif
selama 2 bulan. Pada saat bersamaan terjadi peningkatan pemberian susu
formula hingga 3 kali lipat.
Wulandari (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa 76%
responden memberikan ASI Pre-Laktal kepada bayi baru lahir. Penelitian yang
dilakukan Sinambela (2000) menyatakan bahwa pemberian ASI Pre-Laktal yang
dilakukan oleh 83,3% responden di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor terjadi
karena kebiasaan yang ada di lingkungan responden. Selain itu, dalam penelitian
Padmawati (2011) mengungkapkan bahwa alasan pemberian ASI Pre-Laktal
adalah khawatir ASI kurang serta diberi susu formula dari tempat bersalin.
Menurut WHO (2002), ASI Pre-Laktal adalah pemberian ASI kepada bayi,
tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh
(biasanya sebagai makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar).
Berdasarkan Laporan Riskesdas (2010), pemberian ASI Pre-Laktal di Indonesia
sebesar 44,7%. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jenis prelakteal yang paling
banyak diberikan adalah susu formula, madu dan air putih. Menurut Roesli
(2002), pemberian pre-laktal berupa susu formula saat awal melahirkan
memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena awal
melahirkan merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih antara tetap memberikan
bayinya ASI eksklusif atau melanjutkan pemberian susu formula yang dilakukan
oleh petugas kesehatan maupun non-kesehatan sebelum ASI-nya keluar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah
pengaruh sosial budaya (ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya, meniru
teman, tetangga, atau orang terkemuka yang memberi susu formula, serta
merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya), faktor psikologis (takut
kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita dan mengalami tekanan batin),
faktor fisik ibu (ibu dalam keadaan sakit, misalnya mastitis, panas, dan
sebagainya), faktor kurangnya petugas tenaga kesehatan sehingga masyarakat
kurang mendapat penerangan atau dorongan mengenai manfaat pemberian ASI,
meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI, serta penerangan
yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan
penggantian ASI dengan susu formula (Soetjiningsih, 1997).
ASI selain meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi, juga memberi manfaat
kepada ibu. Salah satu manfaat menyusui bagi ibu ialah mengalami penurunan
berat badan. Menurut WHO (2001), menyusui membutuhkan banyak energi
sehingga membantu ibu menyusui kembali ke berat badan normal. Hatsu dkk

(2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif


memerlukan kalori sebanyak 500 kalori selama menyusui setiap hari.
Dalam penelitian Margawati (2010) diketahui bahwa terdapat perbedaan
penurunan berat badan antara ibu yang menyusui secara eksklusif dan tidak
eksklusif. Hasil penelitian Sayekti (2007) menunjukkan bahwa selama 6 minggu
postpartum, menyusui secara eksklusif berpengaruh terhadap penurunan berat
badan ibu selama 6 minggu postpartum, yaitu sebesar 12,9% dengan rerata
penurunan berat badan sebesar 2,08 kg pada ibu menyusui eksklusif. Padmawati
(2011) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
menyusui dengan retensi berat badan postpartum, yaitu dengan menyusui
secara penuh berat badan ibu akan turun sebesar 2,57 kg.
Berat badan postpartum (masa nifas atau menyusui) merupakan kombinasi
dari berat badan saat hamil dan selisih antara berat badan antara hamil dengan
berat badan postpartum (Janney dkk, 1997). Menurut Baker dkk (2008),
pengukuran penambahan berat badan postpartum dilakukan dengan
mempertimbangkan indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil dan pada masa
postpartum. Menurut Hatsu dkk (2008), penambahan berat badan postpartum
akan lebih banyak mengalami penurunan bila IMT wanita pada masa hamil lebih
tinggi.
Berdasarkan data laporan Puskesmas Kartasura (April, 2012) diketahui
bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
masih belum mencapai target nasional yaitu 32,44% (<80%). Penelitian yang
dilakukan oleh Indarwati (2006) di Sukoharjo menyimpulkan bahwa beberapa ibu
mulai menghentikan pemberian ASI sebelum anak usia dua tahun. Padahal
secara teoritis banyak manfaat dari pemberian ASI eksklusif terhadap ibu,
diantaranya ialah ibu menyusui mengalami penurunan berat badan. Hal ini yang
menjadikan alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang perbedaan
penurunan berat badan ibu postpartum antara ibu yang memberi ASI, ASI dan
Susu Formula, serta Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura
Sukoharjo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan berat
badan ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu
Formula di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional. Lokasi penelitian ini adalah wilayah kerja Puskesmas Kartasura
Penelitian yang meliputi 12 desa pada bulan 16 Juni 16 Agustus 2013.
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh ibu yang melahirkan pada bulan
Februari 2012 yaitu sejumlah 50 orang di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo. Sampel penelitian ini adalah ibu postpartum dengan kriteria inklusi
yaitu ibu postpartum 6 bulan, ibu postpartum yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura, ibu postpartum yang melahirkan pervaginam
dengan bayi tunggal juga kriteria eksklusi yaitu ibu postpartum dengan penyakit
diabetes mellitus, hipertensi, ginjal, serta preeklamsi yang didapat dari riwayat
keluarga, ibu postpartum yang melahirkan bayi prematur, ibu postpartum yang
tidak berada di tempat pada saat penelitian dilaksanakan.

Hasil uji kenormalan data menggunakan uji One-Sample KolmogorovSmirnov Test, menunjukkan data berdistribusi tidak normal maka digunakan KIndependent Sample (uji Kruskall-Wallis).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek
Subjek pada penelitian ini adalah ibu postpartum 6 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
1. Umur Subjek
Berdasarkan distribusi umur dapat diketahui kelompok usia 21-30
tahun sebanyak 22 orang ibu postpartum (52,40%), kelompok usia 31-40
tahun sebanyak 18 orang ibu postpartum (42,90%) dan kelompok usia 4150 tahun sebanyak 2 orang ibu postpartum (4,80%).
2. Pendidikan Terakhir
Berdasarkan pendidikan terakhir dapat diketahui ibu postpartum yang
tamat SD sebanyak 4 orang (9,50%), ibu postpartum yang tamat SMP
sebanyak 7 orang (16,70%), ibu postpartum yang tamat SMA sebanyak 19
orang (45,20%) dan ibu postpartum yang tamat perguruan tinggi sebanyak
12 orang (28,60%).
3. Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui ibu postpartum yang bekerja
sebagai karyawan swasta sebanyak 19 orang (45,20%), ibu postpartum
yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang (7,10%), ibu
postpartum yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 orang (4,80%), ibu
postpartum yang bekerja sebagai buruh sebanyak 1 orang (2,40%), dan ibu
postpartum yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 17 orang
(40,50%).
B. HASIL PENELITIAN
1. Status Pemberian ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula
Gambaran status pemberian ASI, ASI dan susu formula, serta susu
formula dapat dilihat dalam distribusi frekuensi yang disajikan dalam Tabel
1 sebagai berikut :
Tabel 1
Karakteristik Ibu Postpartum Menurut Pemberian ASI, ASI dan Susu
Formula, serta Susu Formula
Status Menyusui

Persentase (%)

ASI
ASI dan Susu Formula
Susu Formula

15
15
12

35,70
35,70
28,60

Total

42

100,00

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian ASI masih dibawah


target nasional yaitu 35,70% (<80%). Rendahnya pemberian ASI
menggambarkan bahwa bayi mendapat makanan lain selain ASI berupa

susu formula maupun air tajin sebelum berusia 6 bulan. Beberapa alasan
yang dikemukakan oleh responden ialah ASI tidak langsung keluar pada
saat melahirkan sehingga petugas penolong bersalin memberikan susu
formula.
Pemberian susu formula lebih awal disebabkan oleh ibu bekerja
dengan terpaksa harus menghentikan pemberian ASI dan menggantikan
ASI dengan susu formula (Rejeki, 2008). Selain itu, menurut Hidayanti
(2011), iklan susu formula yang berlebihan ternyata terbukti menjadi salah
satu penyebab terjadinya penurunan pemberian ASI eksklusif. Selain itu,
beberapa alasan yang dikemukakan tentang pemberian Pre-Laktal berupa
susu formula dan MP-ASI sejak dini dalam penelitian yang dilakukan Saleh
(2011) ialah ASI mulai berkurang, ASI tidak bisa keluar, kondisi fisik ibu
yang masih lemah, ibu sakit, ASI tidak cukup, anjuran keluarga, pergi
mengajar dan anak tidak mau menetek. Lebih lanjut dipaparkan ibu
postpartum kurang percaya diri, sehingga adanya kekhawatiran ASInya
tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi.
2. Status Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum
Berat badan ibu postpartum ialah selisih berat badan ibu saat bayi
berusia 6 bulan dengan saat satu minggu sebelum bayi dilahirkan dikurangi
5 kg akibat pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban dan darah (Sipalsuta,
2010). Data distribusi frekeunsi terjadinya penurunan berat badan ibu
postpartum dapat dilihat dalam Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2
Karakteristik Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum
Status
Pemberian ASI
ASI
ASI dan susu
formula
Susu formula

BB Ibu
Tidak Turun
%
N
5
33,33

BB Ibu
BB Ibu
T u ru n 5 kg
Turun < 5 kg
%
N
%
N
N
4
26,67
6
40
15

%
100

Total

13,33

46,67

40

15

100

50

33,33

16,67

12

100

Dari seluruh sampel yang memberikan ASI, ASI dan susu formula,
serta susu formula banyak yang mengalami penurunan berat badan.
Jumlah ibu postpartum yang mengalami penurunan berat badan sebanyak
29 orang dari total sampel yang berjumlah 42 orang. Ibu postpartum yang
mengalami penurunan berat badan 5 kg berjumlah 15 orang yaitu 4
orang ibu postpartum yang memberikan ASI, 7 orang ibu postpartum yang
memberikan ASI dan susu formula serta 4 orang ibu postpartum yang
memberikan susu formula. Ibu postpartum yang mengalami penurunan
berat badan < 5 kg terdiri dari 6 orang ibu postpartum yang memberikan
ASI, 6 orang ibu postpartum yang meberikan ASI dan susu formula serta 2
orang ibu postpartum yang memberikan susu formula.
Pada masa postpartum, ibu-ibu jarang melakukan penimbangan berat
badan. Hal tersebut dikarenakan persepsi ibu postpartum bahwa wanita
yang menyusui akan turun berat badannya. Penurunan berat badan yang

besar dianggap suatu hal yang wajar dan tidak perlu dipikirkan
penyebabnya.
3. Perbedaan Rata-rata Pemberian ASI, ASI dan Susu Formula, serta
Susu Formula Terhadap Berat Badan Ibu Postpartum
ASI merupakan makanan ideal bagi bayi. ASI merupakan makanan
paling lengkap, karena ASI mengandung protein, lemak, vitamin, dan
mineral serta zat kekebalan tubuh. ASI juga menurunkan kemungkinan
bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi, serta
pada kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan
jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif (Depkes RI, 2001). Perbedaan pemberian ASI, ASI dan susu
formula, serta susu formula terhadap penurunan berat badan ibu
postpartum ialah sebagai berikut :
Tabel 3
Perbedaan pemberian ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula
berdasarkan berat badan ibu postpartum

Variabel

Rata-rata Penurunan
Berat Badan (kg)

*)

P Valu e

ASI
15
3,20
ASI dan Susu Formula
15
3,70
0,12
Susu Formula
12
3,46
*) P value diuji menggunakan uji beda non parametrik K-Independent
Sample (uji Kruskal-Wallis)
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa rata-rata
penurunan berat badan ibu postpartum yang memberi ASI ialah 3,20 kg.
Pada ibu postpartum yang memberi ASI dan susu formula penurunan berat
nadan yang terjadi ialah sebesar 3,70 kg. Pada ibu postpartum yang
memberi susu formula penurunan berat badannya sebesar 3,46 kg. Hasil
uji statistik yang dilakukan menggunakan uji beda non parametrik KIndependent Sample (uji Kruskal-Wallis) menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan penurunan berat badan ibu postpartum yang
memberi ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula ( p=0,12).
Berbagai studi analisis dan penelitian tentang penurunan berat badan
ibu postpartum menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan pada
ibu yang memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dapat
mempercepat pencapaian berat badan ibu postpartum sebelum hamil
(Dewey dkk, 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Hatsu dkk (2008)
mengungkapkan bahwa ibu postpartum yang menyusui ASI eksklusif
kehilangan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang
menyusui dengan dicampur pada 12 minggu postpartum. Hasil penelitian
ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan penurunan berat
badan ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan susu formula serta
susu formula.
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuliawan dkk (2012) yang mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan

antara pemberian ASI baik secara eksklusif maupun non eksklusif terhadap
penurunan berat badan ibu yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura Sukoharjo. Hal tersebut disebabkan oleh ada beberapa faktor
yang mempengaruhi penurunan berat badan yaitu kenaikan berat badan
saat hamil, asupan makan dan aktifitas fisik.
Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Margawati (2010). Berdasarkan hasil penelitian Margawati (2010) terdapat
perbedaan penurunan berat badan antara ibu yang menyusui secara
eksklusif dan tidak eksklusif. Selain itu, hasil penelitian Sayekti (2007)
menunjukkan bahwa selama 6 minggu postpartum, sebanyak 96% ibu
menyusui eksklusif dan 72% ibu menyusui tidak eksklusif mengalami
penurunan berat badan. Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa
menyusui secara eksklusif berpengaruh terhadap penurunan berat badan
ibu selama 6 minggu postpartum, yaitu sebesar 12,9% dengan rerata
penurunan berat badan sebesar 2,08 kg pada ibu menyusui eksklusif dan
0,89 kg pada ibu menyusui tidak eksklusif.
Hasil studi ini mengungkapkan bahwa tidak adanya penurunan berat
badan karena kemungkinan aktifitas fisik ibu postpartum yang berbedabeda. Aktifitas fisik merupakan faktor penting yang menentukan terhadap
berat badan. Aktifitas fisik ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan
susu formula serta susu formula berbeda-beda, yaitu terdapat ibu
postpartum yang bekerja maupun ibu rumah tangga.
Sebagian besar reponden (ibu postpartum) berprofesi sebagai
karyawan swasta di industri tekstil yang berada wilayah Kecamatan
Kartasura. Hal tersebut menyebabkan aktifitas yang dilakukan oleh ibu
postpartum ganda, karena selain menjadi ibu rumah tangga, ibu
postpartum juga merupakan karyawan yang memiliki jam kerja cukup lama
yaitu 8 jam/hari. Dalam penelitian Padmawati (2011) disampaikan bahwa
aktifitas fisik kebanyakan melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci baju
dan peralatan makan, memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak
dan terdapat beberapa yang ditambah dengan bekerja sebagai karyawan
swasta.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kinnunen dkk (2007)
disimpulkan bahwa aktifitas fisik dapat mengurangi retensi berat badan ibu
postpartum. Hal tersebut ditegaskan dalam penelitian Padmawati (2011)
yang mengungkapkan bahwa aktifitas fisik memiliki hubungan yang
signifikan terhadap retensi berat badan ibu postpartum. Aktifitas fisik
memiliki korelasi negatif terhadap retensi berat badan ibu postpartum,
artinya semakin tinggi aktifitas fisik akan menurunkan retensi berat badan
ibu postpartum. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee dkk
(2010) menyatakan bahwa aktifitas fisik yang dilakukan wanita dalam
kategori sedang dapat mempertahankan berat badan. Aktifitas fisik yang
tinggi menyebabkan waktu istirahat yang dimiliki oleh ibu postpartum
berkurang. Menurut Sipalsuta (2010), pemberian ASI Eksklusif dan istirahat
yang cukup berhubungan dengan penurunan berat badan ibu postpartum.
C.

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data usia awal pemberian ASI
serta data usia awal pemberian susu formula hanya berdasarkan pada daya
ingat responden. Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti tentang

frekuensi pemberian ASI dan susu formula, asupan makan ibu postpartum,
dan aktifitas fisik ibu postpartum yang mungkin memiliki pengaruh terhadap
penurunan berat badan ibu postpartum.
Kesimpulan
1. Rata-rata status pemberian ASI ialah 35,7%, pemberian ASI dan susu
formula sebesar 35,7% serta pemberian susu formula sebesar 28,6%.
2. Rata-rata penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI
sebesar 3,2 kg, ASI dan susu formula sebesar 3,7 kg, serta susu formula
sebesar 3,46 kg.
3. Persentase penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI
sebesar 66,67%, ASI dan susu formula sebesar 86,67% serta susu formula
sebesar 50%.
4. Tidak terdapat perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum yang
memberikan ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo (p=0,12).
Saran
Perlunya penelitian lebih mendalam mengenai faktor-faktor lain yang
mungkin mempengaruhi penurunan berat badan ibu postpartum pada ibu
yang memberikan ASI maupun susu formula seperti pola makan dan
aktivitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2007. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2007. BPS.
Jakarta
. 2008. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2008. BPS. Jakarta
. 2009. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2009. BPS. Jakarta
Baker, J. L., Gamborg, M., Heitmann, B. L., Lissner, L., Soresenen, T. I., dan
Rasmussen, K. M. 2008. Breatsfeeding Reduces Postpartum Weight
Retention. Am J Clin Nutr 88 : 1543-1551
Dewey, K.G., Heinig, M.J., and Nommsen, L.A. 1993. Maternal Weight-loss
Patterns During Prolonged Lactation. Am J Clin Nutr 58 : 162-166
Depkes RI. 2001. Manajemen Laktasi. Jakarta
_. 2001. Strategy Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001
2010. Jakarta.
. 2006. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Direktorat Gizi
Masyarakat. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Jakarta
. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Hatsu IE, McDougald DM, Anderson AK. 2008. Effect of Infant Feeding on
Maternal Body Composition. International Breastfeeding Journal 3
(18):1-8
Hidayanti, L. 2011. Penurunan Pemberian ASI Eksklusif Sebagai Salah Satu
Dampak Paparan Iklan Susu Formula. Prosiding Semnar Nasional
Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDGs di Indonesia
12 April 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Indarwati. 2006. Struktur Keluarga dan Lama Ibu Menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Grogol Sukoharjo. Skripsi (Abstrak). Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta.
Surakarta
Janney, C. A., Zhang, D. & Sowers, M. F. 1997. Lactation and Weight Retention.
Am J Clin Nutr, 66: 1116-1124
Kinnunen dkk. 2007. Reducing Postpartum Weight Retention A Pilot Trial in
Primary Health Care. Nutrition Journal 6:21
Lee, I-M., Djousse, L., Sesso, H. D., Wang, L., Buring, J. E. 2010. Physical
Activity and Weight Gain Prevention. JAMA, 303 (12): 1173-1179
Margawati L. 2010. Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Ibu Yang
Menyusui Secara Eksklusif Dan Tidak Eksklusif Selama 4 Bulan
Postpartum (Studi Di Rumah Bersalin Nur Hikmah Grobogan) Tahun
2009. Skripsi (Abstrak). Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Semarang
Nutjahjati, D. 2009. Pemberian ASI Eksklusif Meurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Padmawati R. 2011. Pengaruh Menyusui Terhadap Retensi Berat Badan
Postpartum di Puskesmas Wilayah Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.
Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta
Rejeki, S. 2008. Studi Fenomenologi : Pengalaman Menyusui Eksklusif Ibu
Bekerja di Wilayah Kendal Jawa Tengah. Media Ners Vol 2 No. 1:1-44
Roesli, U. 2002. ASI Eksklusif : Tinjauan dari Aspek Medis. Konas XII Persagi.
Jakarta
Saleh, L. O. A. 2011. Faktor-faktor yang Menghambat Praktik ASI Eksklusif Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan. Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Semarang
Sayekti, R. 2007. Pengaruh Menyusui Secara Eksklusif Selama 6 Minggu
Postpartum Terhadap Penurunan Berat Badan Ibu. Skripsi (Abstrak).
Universitas Diponegoro. Semarang
Semega-Janneh, I.J. 1998. Breastfeeding : from Biology to Policy. Challenges for
st
the 21 Century : A Gender Perspective on Nutrition Through the Life
Cycle. Paper from the ACC/SCN 25th Session Symposium, Oslo,
Norway, 30 March and 1 April, 1998
Sinambela, KH. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik
Pemberian Makanan pada Bayi Umur 0-4 bulan di Daerah Angka
Kematian Bayi Tinggi (Studi di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor).
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sipalsuta, GC. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum di Kecamatan Balikpapan
Selatan.Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Pascasarjana
Universitas Indonesia. Depok
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta
World Health Organization. 2001. Healthy Eating during Pregnancy and
Breastfeeding. World Health Organization Regional Office for Europe
. 2002. Global Strategy For Infant and Young Child Feeding. WHA
55/2002/REC/I, Annex 2. World Health Organization. Geneva
. 2003. Community-based Strategis for Breastfeeding Promotional and
Support in Developing Countries. World Health Organization. Geneva

Wulandari, M. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian


Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur
Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 2011. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta
Yuliawan, D., Mardani, R., Puspitaningrum, Y. 2012. Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Penurunan Berat Badan pada Ibu Postpartum di
Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah. Laporan
Akhir Program Kreativitas Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Anda mungkin juga menyukai