PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi pengetahuan tentang Labio palatoschizis
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi Labio palatoschizis
b. Menjelaskan etiologi Labio palatoschizis
c. Menjelaskan patofisiologi Labio palatoschizis
d. Menjelaskan klasifikasi Labio palatoschizis
e. Menjelaskan manifestasi klinis dan komplikasi Labio palatoschizis
f. Menjelaskan penatalaksanaan Labio palatoschizis
g. Menjelaskan asuhan keperawatan Labio palatoschizis
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan kepada
pembaca tentang apa sebenarnya CLP itu serta bagaimana pencegahan dan
penanggulangannya, khususnya bagi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien CLP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Labio/palatoskisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya celah
pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan
palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. Labiopalatoskisis merupakan
kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.
(Ngastiah, 2005 : 167)
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya
propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama
perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
Labio/palatoskisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut, palatoskisis (subbing palatum) dan labioskisis (sumbing tulang)
untuk menyatu selama perkembangan embrio. (Hidayat, Aziz, 2005:21)
2.2 Etiologi
1. Faktor Herediter
Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi.
Dimana dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan
kromosom (agen atau faktor yang menimbulkan cacat pada masa
embrio)Kawin antar kerabat sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi :
75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. Pada setiap
sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang
kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex (
kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir
sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai
kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom
pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan
bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan
frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor usia ibu
b. Obat-obatan.
Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin,
Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen,
Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit- langit.
Antineoplastik, Kortikosteroid
c. Nutrisi (kekurangan zat seperti vitamin B6 dan B kompleks, asam folat)
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
e. Radiasif
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama).
(Wong, Donna L. 2003)
a. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive
c. Distorsi hidung
2.5 Pathway
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
b. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu ; Mengkaji riwayat kehamilan ibu,
apakah ibu pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I.
bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah
dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
Riwayat Kesehatan Sekarang ; Mengkaji berat / panjang bayi saat
lahir, pola pertumbuhan, pertambahan / penurunan berat badan,
riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.
Riwayat Kesehatan Keluarga ; Riwayat kehamilan, riwayat
keturunan, labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit sifilis dari orang
tua laki-laki.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing.
b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c. Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d. Kaji tanda-tanda infeksi
e. Palpasi dengan menggunakan jari
f. Kaji tingkat nyeri pada bayi Pengkajian Keluarga
g. Observasi infeksi bayi dan keluarga
h. Kaji harga diri / mekanisme koping dari anak/orangtua
i. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
j. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan
mengatur perawatan di rumah
k. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
kriteria hasil :
Intervensi :
penyakit.
Kriteria hasil :
Intervensi :
keluarga sekarang.
c. Berikan penyuluhan pada keluarga tentang penyakit dan proses
penyembuhannya.
perasaan (menangis)
keperawatan .....x/24jam
Kriteria hasil :
Intervensi :
sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat
berakibat pneumonia.
3.5 Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan
congenital atau bawaan yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan
frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua
bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar
minggu keenam pasca konsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat
kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum
molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12. Penanganan
yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis
biasanya dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya
ditutup pada usia 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara.
4.2 Saran
Untuk Labioskisis dan Labiopalatoskisis sangat penting diperlukan
pendekatan kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang
diperlukan untuk perawatan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA