ABSTRAK
Pada dasarnya setiap orang tua mendambakan anak-anak yang
cerdas dan berprilaku baik dalam kehidupan sehari-harinya,
sehingga mereka kelak akan menjadi anak-anak yang unggul dan
tangguh menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Namun
perlu disadari bahwa generasi unggul semacam demikian ini tidak
akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan
lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang
memungkinkan potensi anak-anak itu dapat tumbuh optimal
sehingga menjadi lebih sehat, cerdas dan berprilaku baik.
Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana
adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsangan-rangsangan
yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara
kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua sungguh merupakan
jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di masa yang akan
datang.
Key Word: Pendekatan Kasih Sayang, Karakter Terpuji, Akhlaq
Mulia
Pendahuluan
Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia Indonesia
seutuhnya dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional. Sehubungan dengan tujuan tersebut,
pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dasar agar dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (STAIFAS) Kencong
Jember.
1
Syaiful Bahri, D. dan Asuran Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta,
1997), 203.
4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Bina Aksara, 1995), 54.
5 Arief Rahman, Mendampingi Anak Menyongsong Milenium 3.Makalah pada Seminar
Sehari NOVA, tanggal 19 Agustus 1999.
6 Suhardjo Program Akademik Universitas 11 Maret dan Perguruan Tinggi pada umumnya.
Makalah pada dies natalis ke-14 UNS Surakarta tahun 1990, 3.
3
muncul pandangan baru berupa kesan bahwa guru merupakan sosok yang
dapat di jadikan teladan (pendidik), sahabat, sekaligus orangtua di sekolah.
Menurut Dirjen UNESCO Federico Mayor dalam pengantar buku
terbitan UNESCO (1996) menyatakan bahwa hanya ada satu pedagogi,
yaitu pedagogi kasih sayang. Pernyataan ini didukung Martin Cetron (1996)
yang mengemukakan kasih sayang sebagai dasar pendidikan. Apabila guru
sudah kehilangan pada anak didiknya, maka berarti pendidikan mulai
kehilangan jati dirinya. Oleh karena itu bagaimanapun canggihnya
komputer dalam membantu kegiatan pembelajaran, tetap tak akan dapat
menyisihkan peran dan fungsi guru. Dengan demikian proses pembelajaran
akan dapat mencapai tujuan secara optimal bila dilandasi oleh kasih sayang
guru dalam setiap tindakannya.
Di Indonesia, tema sentral dari semangat pendidikan yang
dikembangkan para pelopor pendidikan terdahulu, seperti Ki Hajar
Dewantara, Ki Syafei, K.H. Achmad Dahlan, K,H, Hasyim Asyari adalah
kasih sayang.9 Namun demikian sangat disayangkan bahwa ilmu pendidikan
modern di era globalisasi ini mulai kehilangan sentuhan kasih sayang dan
kepekaan terhadap kebutuhan kasih sayang anak didik. Kebanyakan topiktopik pembicaraan berkisar pada kesempatan metode dan teknik mengajar
sedangkan topik yang berbasis pada hubungan anak didik dengan guru
sudah tidak popular lagi.
Prof. Fuad Hassan ketika menjabat Mendikbud pernah mengajak para
pendidik untuk mengangkat kembali tema-tema diskusi, seminar, dan
cara-cara ilmiah lainnya mengenai kasih sayang, cinta, perhatian, dan
kepedulian pendidikan pada anak didiknnya. Beliau yakin dengan melalui
kasih sayang yang tulus, maka anak didik dengan mudah dapat diarahkan
dan bimbing dalam proses pembelajaran. Ara Tai, seorang anak berumur 12
tahun asal Selandia Baru dalam buku terbitan UNESCO menyatakan bahwa
guru yang baik adalah guru yang suka bekerja disertai kasih sayang. Tanpa
kasih sayang, semua yang dilakukan guru akan sia-sia belaka. Barangkali
yang disampaikan oleh Arai Tai tersebut benar, sebab dengan kasih sayang
sangat mudah bagi guru untuk menanamkan ilmu pengetahuan.
Dalam hal kasih sayang ada sebuah teladan nabi Muhammad SAW
tentang bagaimana memperlakukan bayi dengan kasih sayang meski
sebagai anak zina. Diantara bukti yang menunjukkan belas kasihan Nabi
kepada bayi dan keinginannya yang sangat agar bayi tumbuh menjadi
besar dari air susu ibu. Ketika datang kepada Nabi SAW seorang wanita
dari Bani Ghamidiyah yang mengemukakan pengakuannya di hadapan
beliau bahwa dirinya telah mengandung dari hasil perbuatan zina, maka
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,
1999), 9-10.
9
Jamaal Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, (Bandung: Irsad
Baitus Salam, 2005), 55.
10
13
10
DAFTAR PUSTAKA
Proses
Belajar
Mengajar.
Jakarta:
11
12