Metabolisme merupakan suatu kegiatan yang terjadi dalam sel manusia dan
hewan untuk melangsungkan kehidupan dengan menghasilkan energi.
Metabolisme di dalam sel sangat dipengaruhi oleh banyak faktor salah
satunya adalah suhu lingkungan internal. Perubahan suhu lingkungan yang
terjadi secara fluktuatif mengharuskan makhluk hidup harus mampu
menjaga keadaan suhu tubuhnya agar tetap berada pada keadaan suhu yang
optimal sehingga sel-sel tetap mampu melangsungkan kegiatan metabolisme
secara baik. Pengaturan suhu pada manusia dan hewan terhadap
perubahan suhu lingkungan terjadi secara simultan karena adanya syaraf
yang peka akan perubahan tersebut. Selain itu, ada beberapa cara yang
dilakukan manusia dan hewan untuk menjaga keadaan suhu tubuh melalui
perilaku, salah satu contohnya adalah seekor gajah berendam dalam air
sebagai bentuk perilaku yang dilakukan untuk merespon keadaan suhu
tubuhnya yang meningkat.
Menjaga keadaan suhu tubuh agar tetap berada pada keadaan optimal
bukanlah hal sederhana yang mudah dilakukan oleh manusia dan hewan.
Tentu ada beberapa proses yang terkait erat dengan proses pengaturan suhu
tubuh pada manusia dan hewan ini. Banyaknya jenis hewan seperti amfibia,
invertebrata, mamalia, dan jenis yang lain tentu memiliki proses dan cara
yang berbeda dalam pengaturan suhu tubuhnya. Pengetahuan tentang
istilah homeostasis dan termoregulasi, proses fisik yang terkait erat dengan
pertukaran panas dalam tubuh, bagaimana penyesuaian fisiologis dan
perilaku terhadap perubahan suhu lingkungan dalam pengaturan suhu tubuh,
dan bagaimana proses pengaturan suhu tubuh pada jenis-jenis hewan
termasuk manusia sangat penting untuk kita pahami bersama.
3.
Respon perilaku, banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan
panas dengan cara berpindah tempat. Mereka akan berjemur di bawah terik
matahari atau pada batu panas selama musim dingin, menemukan tempat
sejuk dan lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah ketika musim
panas, atau bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih sesuai.
4.
Perubahan laju produksi panas metabolik. Kategori ini hanya berlaku
pada hewan endotermik, khususnya mamalia dan unggas. Adaptasi
termoregulasi ini hanya berlaku pada hewan endotermik khusunya mamalia
dan unggas.
Suhu tubuh sebagian besar ikan umumnya berada di dalam kisaran 1 oC- 2
oC dari suhu air sekitarnya. Panas metabolisme yang dibangkitkan oleh otot
renang hilang ke air sekitarnya ketika darah melalui insang, dan aorta dorsal
besar mengirimkan darah itu secara langsung dari insang kearah dalam,
yang mendinginkan tubuh bagian dalam tubuh. Ikan tuna bluefin, ikan
pedang, dan ikan hiu putih besar otot renangnya menghasilkan panas
metabolik yang cukup untuk meningkatkan suhu tubuh pada bagian dalam
tubuh, dan adaptasi sistem sirkulasi mempertahankan panas tersebut. Arteri
besar mengirimkan sebagian besar darah dingin dari insang ke jaringan
persis di bawah kulit. Cabang-cabang arteri mengirimkan darah ke otot
dalam, di mana pembuluh kecil disusun menjadi penukar panas lawan arus.
Endotermik meningkatkan aktivitas ikan yang terus menerus itu dengan cara
menjaga otot renang beberapa derajat lebih hangat dibandingkan denga
jaringan yang berada dekat dengan permukaan hewan itu, yang kira-kira
mempunyai suhu dengan air sekitarnya. Hipotesis yang ada saat ini adalah
bahwa endotermik pada ikan berkembang sebagai suatu adaptasi untuk
mencari makanan di laut dingin.
Mamalia dan unggas umumnya mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dan
memiliki kisaran suhu tubuh sekitar 36oC-38oC untuk sebagian besar
mamalia dan sekitar 40oC-42oC untuk sebagian besar burung.
Mempertahankan suhu dalam kisaran yang sempit ini memerlukan
kemampuan secara ketat untuk menjaga keseimbangan laju produksi panas
Mamalia laut seperti paus dan anjing laut banyak menghabiskan waktu di
dalam air yang lebih dingin daripada suhu tubuhnya tetap mampu
mempetahankan suhu tubuhnya sekitar 36oC-38oC dan mempunyai laju
metabolisme yang dekat dengan laju metabolisme mamalia darat dengan
ukuran yang sama karena mem-punyai lapisan insulasi lemak yang sangat
tebal yang disebut blubber, persis di bawah kulit.
Pada iklim panas, mamalia, dan unggas darat sangat mengandalkan pendinginan melalui evaporasi. Painting atau menjulurkan lidah keluar adalah hal
yang penting pada sebagian burung dan mamalia, dan beberapa burung
memiliki kantung yang banyak dialiri oleh pepmbuluh darah di dasar
mulutnya, mengem-bang kempiskan kantung itu akan meningkatkan
evaporasi. Banyak di antara ma-malia darat mempunyai kelenjar keringat,
yang dikontrol oleh sistem saraf (lihat gambar 3). Mekanisme lain yang
memperbanyak pendinginan melalui evaporasi meliputi penyebaran saliva
pada permukaan tubuh, yang merupakan adaptasi be-berapa kanguru dan
hewan pengerat untuk mengatasi cekaman panas yang hebat. Beberapa
kelelawar menggunakan baik saliva maupun urin untuk meningkatkan
pendinginan melalui evaporasi.
Pengaturan suhu tubuh manusia dan mamalia darat lainnya merupakan contoh suatu sistem homeostasis kompleks yang fasilitasi oleh mekanisme
umpan balik. Sel-sel saraf yang menagtur termoregulasi, dan juga sel-sel
saraf yang me-ngontrol banyak aspek lain dari homeostasis terpusat di
hipotalamus. Hipotalamus memiliki termofosfat yang merespon pada
perubahan suhu di atas dan di bawah kisaran suhu normal dengan cara
mengaktifkan mekanisme yang memperbanyak hilangnya panas atau
perolehan panas (lihat gambar 4).
Sel-sel saraf yang mengindera suhu tubuh terletak pada kulit, hipotalamus itu
sendiri, dan beberapa bagian lain sistem saraf. Beberapa diantaranya adalah
resep-tor panas yang memberi sinyal kepada termofosfat hipotalamus ketika
suhu kulit atau darah meningkat dan reseptor dingin yang mensinyal
termofosfat ketika suhu turun. Termofosfat itu merespon terhadap suhu tubuh
di bawah kisaran normal dan menghambat mekanisme kehilangan panas
serta mengaktifkan mekanisme penghematan panas seperti vasokonstriksi
pembuluh superfisial dan berdirinya bulu atau rambut, sementara
merangsang mekanisme yang membangkitkan panas (termogenesis melalui
menggigil dan tanpa menggigil). Sebagai respon terhadap suhu tubuh yang
meningkat, termofosfat mematikan (menginaktifkan) mekanisme
penghematan panas dan meningkatkan pendinginan tubuh melalui
vasodilatasi, berkeringat, atau painting.
Referensi:
Campbell, Neil A. at al. 1999. Biologi (edisi ketiga). San Francisco. Pearson
Educatio, Inc.