Anda di halaman 1dari 13

2

BAB I Evolusi Pemikiran dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia


A. Konsep Dasar dan Perkembangan Hak Asasi Manusia
HAM adalah hak-hak yang melekat dan dimiliki oleh setoap orang. HAM memiliki
dua sifat di antaranya universal dan incalireable atau tidak bisa dicabut.
Asal usul HAM dari teori hukum kodrati yang ditulis oleh Aquinas. Kemudian
Grotius mengembangkan teori Aquinas menjadi sekuler rasional. Setelah itu John Locke
menyempurnakan landasan tersebut menjadi hak yang kodrati. Dia mengemukakan
HAM tanpa intervensi negara atau negara tidak berhak menguasai eksistensi hak
individu.
Penentang teori kodrati yaitu Edmund Burke dan Jeremy Bentham. Menurutnya
negara yang berdaulatlah yang memberikan hak tersebut bukan dari moral atau
alam. Meskipun ditentang teori kodrati kembali eksis pasca Perang Dunia II setelah
disetujui Piagam PBB.
Karel Vasak mengemukakan konsep hak asasi manusia menggunakan tiga prinsip.
Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan. Dalam perkembangannya prinsip tersebut
memiliki konsep yang berbeda pelaksanaannya, tanpa campur tangan negara atau tidak
dan kebutuhan internasional.
Negara barat yang liberais banyak berkontribusi terhadap hak individual. Di
samping mereka, kaum sosialis berjasa dalam hak ekonomi dan bangsa timur membantu
dalam hal dekolonialisasi serta hak kolektif.
Teori Universal menyatakan hak-hak merupakan hak individu sebagai hak alamiah
berlaku secara global. Sedangkan Teori Relativisme menyatakan dalam prakteknya Hak
Asasi Manusia tidak hanya dipengaruhi oleh sifat universal, tetapi kontek sejarah,
tradisi, budaya, agama, dan politik ekonomi. Karena hak merupakan nilai dasar
kehidupan.
Perempuan sebagai manusia harusnya memiliki kesamaan hak-hak dengan laki-laki.
HAM dibuat bercirikan maskulin dapat tercermin dalam bidang :
a) Pendikotomian antar public dan privasi,
b) konsepsi hak asas manusia oleh negara,
c) sameness and differences approach, civil right priority, politic, than economic, socius,
and culture.
Meskipun hak perempuan dengan laki-laki disamakan akan sangat sulit melahirkan
nilai fundamental paradigma masyarakat mengenai wanita. Pada hakikatnya hak untuk
perempuan dilatarbelakangi oleh diskriminasi kaum pria terhadap wanita dalam bentuk
hak ekonomi, soisal atau politik, di samping adanya kekerasan dalam rumah tangga.
B. Tonggak Sejarah
1) Sebelum Perang Dunia Ke-dua

Hak Asasi Manusia ada Karen adanya consensus atau hukum yang melindungi
warga asing. Keterkaitan individu dalam hak hanyalah sebagai objek dan kepentingan
bangsanya. Negara lain tidak bisa mengintervensi masalah suatu negara. Namun doktrin
Intervensi Kemanusiaan bisa menjadi alibi. Indikator lain sebagai tonggak
kebrehasilan hak asasi manusia internasional adalah dihapuskannya perbudakan,
dibuatnya Palang Merah Internasional, dan Liga Bangsa Bangsa.
2) Setelah Perang Dunia Ke-dua
Hak Asasi Manusia modern menyatakan adanya pengurangan kedaulatan hak
suatu negara untuk mengintervensi hak warganya secara eksklusif menjadi di bawah
pengawasan internasional, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), seperti yang tertuang
dalam Piagam PBB.

BAB II Prinsip Hak Asasi Manusia dalam Hukum Internasional


A. Prinsip Hak Asasi Manusia
Prinsip HAM adalah kesetaraan, non-diskriminasi, kewajiban positing melindungi
hak-hak eksklusif.
B. Sifat Mengikatnya Instrumen Hak Asasi Manusia
Sifat instrument hak asasi manusia antara lain :
1) Derogasi (Pengecualian) yaitu karena adanya suatu ancaman terhadap keutuhan
bangsa.
2) Reservasi (Pensyaratan) yaitu dibuatnya berdasarkan apabila ada perbedaan tafsiran
dan secara eksplisit dituangkan beriringan dengan perturan internasional.
3) Deklarasi (Pernyataan) yaitu apabila adanya ketidaksesuaian hukum internasional
dengan kepercayaan nasional.
4) Hak-hak terbatas yaitu karena adanya hak orang lain sebagai pembatas supaya tidak
sewenang-wenang dalam melaksanakan hak.
5) Hirarki Hak yaitu adanya pengelompokan hak lewat jenjang, namun seyogyanya
tidak ada suatu tingkatan dalam hak asasi manusia.
C. Subyek Hukum Hak Asasi Manusia
Subyek HAM adalah entitas yang memiliki hak atau kewajiban menurut hukum
internasional.
1) Aktor Negara Pemangku Kewajiban
Sebagai penjamin dan penanggung jawab hak dan kewajiban anggotanya.
2) Aktor non-Negara Pemangku Kewajiban
a) Lembaga dan perusahaan multinasional.
b) Kelompok bersenjata.
c) Individu.

3) Aktor non-Negara Pemangku Hak


a) Hak dan Kewajiban individu harus sama dengan negara.
b) Kelompok lain termasuk pribumi, pengungsi atau kaum minoritas.
D. Sumber Sumber dan Sifat Hak Asasi Manusia
1) Sumber hukum yaitu hukum internasional sebagai landasan dari seluruh
entitas termasuk kebiasaan, perjanjian atau hubungan bilateral.
2) Sumber yang tidak mengikat secara hukum yaitu deklarasi internasional,
kebijakan dan praktek internasional, dan kebijakan praktek nasional
3) Praktek norma hak asasi manusia yang mengikat.
E. Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah suatu perbuatan pengingkaran kewajiban
negara terhadap instrument-instrumen internasional. Peranan negara dalam hal ini
bukan hanya menghormati hak asasi manusia, tetapi juga mengawasi yuridikasinya.
F. Pertanggungjawaban Negara
Pertanggung jawaban negara merupakan suatu tindakan atau pengabaian negara
yang melanggar perjanjian internasional yang sebelumnya sudah diratifikasi, disetujui
bersama.
Unsur-unsur tindakan melanggar secara internasional adalah tindakan yang
dilakukan oleh negara harus diatribusikan kepada negara menurut hukum internasional
dan tindakan itu menjadi pertanggung jawaban hukum internasional.
Tindakan masyarakat internasional yang dapat menumbuhkan kewajiban negara
yaitu bersifat merugikan hubungan bilateral, kejahatan hak asasi manusia berat atau
penting, dan menyangkut moral internasional.
Sifat tanggung jawab negara yaitu melekat dan harus bertindak sesuai traktat atau
ketentuan perjanjian. Sifat lainnya yaitu adanya reparation yang merupakan manifesto
pertanggung jawaban negara.

BAB III Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia


Negara negara harus menghormati dan melindungi hak dan kebebasan warga
internasioal yang telah disepakati dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM). Berdasarkan konvenan HAM tersebut ada beberapa instrument Hak Asasi
Manusia Internasional di antaranya yaitu
1. Hak Sipil dan Politik

Hak Sipil dan Politik yaitu kebebasan hak dalam berpolitik sebagai layaknya
warga sipil. Itu dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
a)
b)
c)
d)

Hak menentukan nasib sendiri.


Hak hidup.
Hak berpendapat (Demokrasi).
Hak beragama.

Dalam mewujudkan hak ini negara wajib mengoptimalkan badan-badan


pemantau hak asasi manusia internasional.
2. Hak Ekonomi dan Sosial.
Sifat dari hak ini netral dan memiliki sifat ketergantungan dengan hak lain dan
tidak memiliki heirarki hak. Contoh dari hak ini yaitu hak atas gratisnya pendidikan.
Gratisnya pendidikan dalam artian secara substantive yaitu negara menghandle
semua biaya pendidikan, biaya fotokopian, SPP, atau transport, demi memajukan
warga dan memenuhi hak warga negaranya. Serta mengsinergikan hak negara, orang
tua, anak, dan guru.
Pendidikan seyogyanya memiliki empat dasar tujuan
1)
2)
3)
4)

Penddidikan bersifat mengembangkan kepribadaian.


Menumbuhkan partisipasi secara aktif.
Penigkatan terhadap moral secara internasional atau regional.
Pendidikan penghormatan dan penghargaan Hak Asasi Manusia.

Hak kerja yaitu pemberian hak terhadap pekerja yang harus sesuai dengan prestasi,
bentuk kerjanya, serta sesuai standar hidup. Hak-hak yang dimaksud pembayaran upah,
jam kerja, jam istirhata, dan tanggungan keselamatan kerja dengan konsep seadiladilnya.
Hak penghidupan yang layak harus dipenuhi karena berkorelasi dengan hak hidup.
Kunci dari layaknya penghidupan tercermin dalam penyediaan air bersih, perumahan,
serta pelayanan kesehatan yang memadai. Konvensi lainnya yaitu menyangkut hak-hak
anak dan hak tidak diskriminasi terhadap kaum wanita.

BAB IV Mekanisme Pemantauan Hak Asasi Manusia Internasional


A. Mekanisme Hak Asasi Manusia
Mekanisme pemantauan hak asasi manusia bisa dengan dua cara yaitu pertama,
melihat penyelidikan dan komentar atas kasus secara otodidak. Kedua, menilik badanbadan yang berada serta mandatnya, Dan pemutusan mekanisme terbagi menjadi dua
berdasarkan piagam dan perjanjian.
1. Berdasarkan Piagam Persatuan Bangsa Bangsa

Mekanisme berdasarkan piagam berarti tunduk terhadap apa yang sudah


tertuang dalam Piagam PBB. Mekanisme yang luas dibagi lagi menjadi lebih spesifik
untuk memudahkan dan mengurangi pelanggaran hak asasi manusia. Pemantau jalannya
hak asasi manusia oleh Dewan HAM, Komisariat Tinggi HAM, Dewan Keamanan
HAM, Dewan Ekonomi, Dewan Perwalian, Sekretariat, dan Makhkamah Internasional.
Diberlakukannya lembaga itu untuk mengurangi kedaulatan domestik suatu negara
terhadap intervensi hak asasi manusia.
2. Berdasarkan Perjanjian
Pengkajian berdasarkan perjanjian harus menyangkut ratifikasi negara yang
bersangkutan.
a. Komite Hak Sipil dan Hak Politik
1) Laporan Negara yaitu negara yang bersangkutan harus melaporkan
laporan secara berkala, guna meudahkan pengawasan.
2) Komenter Umum yaitu berfungsi untuk rekomendasi atau menyarankan
dan diterapkan dalam konvenan.
3) Pengaduan Individu yaitu menyampaikan ke badan perjanjian
internasional yang relevan.
4) Pencarian Fakta yaitu mencari tahu info atau fakta di lapangan dengan
cara melakukan pengkajian dan penelitian di daerah bersangkutan.
5) Menghubungi Mahkamah Internasional.
b. Komite untuk hak ekonimi, social, dan budaya.
Tugas dari komisi ini yaitu mengawasi, implementasi nasional hak-hak yang
tercantum di dalam KIHESB antara lain sebagai berikut :
1) Laporan negara. Laporan ini sebagai rencana kerja atau alat negara untuk
merekomendasikan susbtansial bagi kewajibannya.
2) Pengaduan antar negara atau individu.
3) Komite HAM yaitu menjamin pelaksanaan konvenan melalui pembahasan
laporan-laporan pengadilan antar negara.
4) Pengaduan individu untuk mengadu. Jika terjadi pelanggaran hak asasi manusia
atau menjadi korban, penyampaian aduan secara tertulis berdasarkan prinsip
konfidensial.
3. Tantangan dan Prospek di dalam Sistem PBB
a) Hukum dan Kenyataan
Hukum yang dibuat berdasarkan perjanjian sudah disepakati oleh negara-negara,
namun prakteknya berlawanan. Itu mencirikan bukan gagalnya control internasional
tetapi negara tersebut yang gagal dalam penyelenggaaraannya.

b) Hukum dan Politik


Dokumen dari konvinen berfungsi sebagai sumber hukum dan menjadi alat
pembuat kesimpulan di masa mendatang.
B. Mekanisme Pemantauan Regional
1.

Eropa

Di bangsa eropa dicetuskannya Dewan Eropa yang dibuat dengan tujuan


melindungi hak asasi manusia, melaksanakan demokrasi, dan penegakan hak asasi
manusia atau hukum.
a) Kerja sama politik
Untuk kerja sama dibuatlah komite menteri yang berfungsi untuk
memeriksa secara konfidensial dan non-diskriminatif, Mekanisme
pemeriksaan ada dua cara. Pertama, perjanjian internasional dengan
statute dewan eropa (Konvensi)
b) Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa
Konvensi hak asasi manusia eropa diberikan sebuah hak untuk
menyelesaikan kasus dalam komite, kamar-kamar, kamar-kamar besar
dengan metode memberikan nilai terhadap fakta, ketidaksetujuan,
menyumbang penyelesaian, tuntutan, dan penetapan putusan.
Untuk menangani itu dibuat pengadilan. Fungsinya memastikan negara
untuk patuh terhadap munculnya kewajiban berdasarkan konvensi.
Prosesnya terbuka, berarti orang-orang dapat melihat dokumen-dokumen
itu.
c) Masa Depan
Karena adanya toleransi menghormati keputusan serta tepatnya putusan
perkara terhadap kasus individu yang menjadikannya lebih cerah. Namun
semakin banyak dan tingkatan kasus lebih besar serta negara-negara
enggan mengeluarkan sumber daya manusianya, ekonomi, dll yang
menjadikan problematika penyelesaian tersendat.
2. Afrika
Komisi yang baru ini memfokuskan dalam perlindungan hak asasi manusia yang
berasal dari Piagam Uni Afrika.
3. Amerika
Dalam melindungi atau memastikan jalannya hak asasi manusia Amerika membuat
dua lembaga yaitu komisi hak asasi manusia antara Amerika. Fungsi komisi yaitu
menyiapkan laporan , membuat rekomendasi dan melakukan penelitian tentang masalah

di negara-negara. Sedangkan fungsi pengadilan yaitu mengurusi negara yang termasuk


yuridikasinya.
4. Asia
Di benua paling luas ini terutama negara yang tergabung dengan ASEAN,
menggunakan konsep kerjasama regional guna melindungi hak asasi manusia serta
mekanismenya.

BAB V Hak Asasi Manusia Di Indonesia


A. Perkembangan Hak Asasi Manusia
Sebelum diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, penegakan atau penggiatan
aktivis HAM di Indonesia sudah ada sejak era kartini.
1) Perdebatan Awal HAM
Dalam BPUPKI, Soekarno-Soepomo menolak dicantumkannya HAM ke dalam
UUD 1945. Karena hak asasi manusia berfaham liberalis dan Individu, sehingga
berimplikasi terhadap imperialisme dan kolonalisme. Lebi jauh Indonesia yang sudah
memiliki kesasdaran hidup bergotong royong akan mudah, tanpa perlu dicantumkannya
HAM. Namun Hatta dan Yamin bersikeras menuntut dicantumkannya hak asasi manusia
ke dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dengan syarat tidak berfaham
kebebasan dan sikap individualism seluas-luasnya, yang bertolak belakang dengan
budaya timur bersifat kolektif, hanya menjamin hak asasi manusia secara hukum untuk
dilindingunya. Konsensus dicapai dengan menyetujui usul Hatta dan Yamin dan ada
pembatasan atau syarat yang telah dikemukakan.
2) HAM dan Konstitusi Baru
Periode ini menitik beratkan pembaruan dalam ABRI atau Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia. Karena ABRI pada masa silam memiliki dwifungsi, dalam
pertahanan serta politik. Fokus lainnya yaitu membuka sistem politik yang tertutup,
menjamin kelangsungan HAM, Pemilu, KKN diberantas, dan tahanan-tahanan politik
dibebaskan.
3) Undang-Undang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang HAM dilandasi dalam UU No. 39 tahun 1999 dan UU Pasal 28 A-J.
B. Ratifikasi Perjanjian Hak Asasi Manusia
Isu ratifikasi ada dua macam yaitu dualistic school dan monis. Indonesia masih
rendah dalam ratifikasi peraturan internasional dalam perlindungan hak asasi manusia.
Pembuatan Rencana Aksi Nasional HAM didedikasikan untuk percepatan proses
ratifikasi supaya terarah.

BAB VI Instrumen Pokok Nasional Hak Asasi Manusia

Instrumen hasil amandemen dalam UU No. 39 tahun 1999 dan jaminan


perlindungan hak asasi manusia untuk warga asing, kekerasan dalam rumah tangga, dan
anak.
A. Jaminan HAM dalam Amandemen Konstitusi Republik Indonesia.
Selama sejarah Indonesia, pembuatan dan pengesahan Piagam HAM terlihat kurang
muncul. Banyak kalangan seperti menolak entitas HAM. Penyelewengan terhadap
konstitusipun banyak terjadi. Namun setelah 1998 HAM dibuatkannya peraturan yaitu
UU No. 39 tahun 1999. Ketetapan itu mencakup pandangan dan sikap bangsa Indonesia
terhadap HAM dan Piagam HAM.
B. Jaminan Perlindungan HAM menurut UU No. 39 tahun 1999.
Dalam undang-undang ini diatur hak yang lebih spesifik. Asas-asasnya yaitu
undang-undang menghormati ham, tanpa diskriminasi, dan jaminan hak tidak dikurangi
dalam situasi apapun.
Kewajiban negara dan warga negara untuk melindungi seluruh hak asasi manusia.
Hukum yang dibuat merupkan batas kewenangan hak seseorang. Pengadilan diperlukan
untuk menangani pelanggaran HAM. Pengadilan Ad-Hoc dibuat untuk menjawab
masalah itu dan lembaga swadaya lainnya.
C. Perlindungan HAM dan Pengadilan Anak.
Anak menjadi kacau karena adanya penanaman nilai yang tidak sempurna dalam
keluarga. Akibatnya anak menjadi di luar kendali. Jika sudah terjadi demikian maka
pengadilan dapat memproses secara hukum. Proses tersebut meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Pembatas umur yaitu 8-10 tahun.


Lingkungan permasalahan yaitu anak nakal.
Ditangani oleh pejabat khusus. Yaitu yang bisa mengadili dengan sistem keluarga.
Peranan masyarakat.
Hukumannya yang diberikan harus ringan.

BAB VII Mekanisme Penegakan Hak Asasi Manusia Nasional


Di Indonesia lembaga yang bertugas menangani hak asasi manusia yaitu Mahkamah
Konstitusi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia,
Komisi Nasional Perempuan, dan Ombusdman.
A. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah ini berfungsi untuk menguji kelayakan Undang- Undang terhadap
konstitusi terutama masalah hak asasi manusia. Karena hak asasi manusia dirumuskan
untuk setiap orang atau individu, memiliki implementatif, dan berlandaskan hukum.
B. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

10

Fungsi dari komisi ini untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia,
pengkajian, mediasi, dan pendidikan.
Dalam menjalankan tugasnya komnas ham memiliki prinsip di antaranya yaitu :
1) Prinsip Independensi. Yaitu melaksanakan tugasnya secara mandiri tanpa terintervensi
pihak lain, tidak memihak, dan anggotanya tidak berintegrasi dengan pegawai negeri
sipil.
2) Prularisme. Komposisi anggota harus dipilih dengan prosedur dan merekrut berbagai
kalangan yang pro ham.
Latar belakang dibentuknya lembaga ini karena desakan internasional akibat peristiwa
yang terjadi di Indonesia, terutama Timor Leste. Dan diatur dalam UU No. 39 Tahun
1999.
Struktur dalam komisi ini yaitu :
a) Sidang paripurna yang memiliki kekuasaan tertinggi.
b) Sub komisi yang terdiri dari penelitian, penyuluhan, pemantauan, mediasi, dan
pendidikan.
c) Sekretariat Jenderal.
Dalam menjalankan tugasnya, komnas ham memiliki kewenangan yang terbatas,
terutama diakibatkan oleh keloyalan lembaga lain, anggotanya sangat minim
kinerjanya, dan isu aksesibilitas antara komisi ini dengan masyarakat harus dipererat.
C. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Latar belakang adanya komisi ini disebabkan oleh frekuensi kekerasan anak
semakin menjadi dan mengkhawatirkan. Tugas dari KPAI ini yaitu mensosialisasikan
tentang penyelenggaraan perlindungan anak, dan melaporkan kepada presiden kegiatan
tentang perlindungan anak. Prinsip KPAI yaitu pemberdayaan, kemitraan, akuntabilitas,
kredibilitas, efektifitas dan manusiawi.
D. Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan
Sebuah instansi hak asasi yang dibentuk oleh negara untuk merespon isu hak-hak
perempuan. Dalam menjalankan tugasnya menggunakan instrument internasional. Yaitu
menindak apapun yang bersifat menindas, driskriminasi, kekerasan terhadap hak
wanita, dan komnas ini hanya bertugas mengupayakan apa yang menjadi hak-hak
perempuan bukan menangani korban pelanggaran.
E. Ombusdman Nasional
Ombusdman berusaha menata kembali reformasi birokrasi berkehidupan, berbangsa
dan bernegara. Fungsinya yaitu mengawasi atau melakukan control terhadap
pemerintahan. Ombusman terbagi menjadi dua yaitu Ombusman Parlementer dan
Ombusman Eksekutif. Tujuannya untuk menghapus kasus korupsi, kolusi dan
nepotisme dan melindungi apa yang menjadi hak-hak masyarakat. Mekanisme

11

penyeledikannya yaitu Sosialisasi, koordinasi, membuat rancangan undang-undang,atau


penelitian.

BAB VIII Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Dibentuknya pengadilan ini merespon tekanan internasional yang mengharuskan
Indonesia untuk benar-benar menindak hak asasi manusia dan menjalankannya dengan
benar. Supaya tidak adanya intervensi internasional terhadap Indonesia. Landasan
hukum pengadilan ini yaitu UU No. 39 tahun 1999.
Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 mengkategorikan pelanggaran
HAM berat yaitu pembunuhan massal (genocide), pembunuhan sewenang-wenang
atau di luar putusan pengadilan (arbitrary/extra judicial killing), penyiksaan,
penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau diskriminasi yang dilakukan secara
sistematis (systematic discrimination).
Sedangkan menurut UU no 26 tahun 2000 pelanggaran ham berat yaitu yang
menyangkut kejahatan kemanusiaan dan genosida.

BAB IX Hukum Humaniter


A. Pengantar
Hukum hak asasi manusia yaitu bertugas untuk melindungi hak asasi manusia bagi
orang atau individu yang berada dalam yurisdikasinya. Sedangkan hukum internasional
menyangkut tuntutan pidana.
Hukum ini lahir akibat Perang Dunia II yang melahirkan penjahat perang dan belum
ditindak, serta berkembangnya karena terdapat banyak kasus-kasus hak asasi manusia
internasional.
Beberapa bentuk kejahatan yang ditangani hukum hak asasi manusia yaitu
1) Kejahatan. Kejahatan haruslah diklasifikasikan dan dilihat ke dalam niat seseorang
melakukan kejahatan dan perbuatan kejahatan itu sendiri. Kejahatan kemanusiaan
termasuk kategori kejahatan ini. Yang dimaksud kejahatan kemanusiaan yaitu
kejahatan dalam perang yang membunuh warga sipil dan sudah meluas serta
sistematis.
2) Genosida. Berasal dari bahasa Yunani yaitu Genus yang berarti Keluarga dan Cide
yaitu membunuh atau membantai. Ciri-ciri genosida adalah orang atau orang-orang
merupakan suatu bagian keluarga dimusnahkan, pelaku berniat memusnahkan seluruh
atau sebagian bangsa atau etnis, dan perbuatannya akan berimplikasi terhadap
hancurnya kelempok tersebut.
3) Kejahatan Perang. Pelanggaran-pelanggaran humaniter internasional yang berakibat
tanggung jawab diri sendiri yang melanggar konvensi internasional serangan
terhadap warga sipil, penjarahan, pemerkosaan atau mutilasi.
B. Hubungan antara Hukum HAM dan Hukum Internasional

12

Hukum hak asasi manusia merupakan hukum mutlak yang mempertanggung


jawabkannya kepada negara untuk menjamin hak-hak warga negaranya. Hukum ini
bersifat universal. Sedangkan hukum internasional yaitu menindak individu dan hukum
berat atau humaniter. Kejahatan yang terstruktur, menyangkut materil dan immaterial
atau mentalnya.
C. Hukum Humaniter
Hukum perang atau sengketa senjata dibuat atas kerjasama multilateral dan yang
menjadi subyeknya adalah negara atau lembaga bukanlah individu. Hukum ini berlaku
bagi negara yang berperang baik internasional ataupun local.
Prinsip yang dipakai dalam hukum ini yaitu
a) Prinsip pembedaan. Harus membedakan antara militer yang ikut berperang dan
melindungi warga sipil.
b) Prinsip kemanusiaan. Mengurangi penderitaan yang tidak perlu terhadap lawan
perang, karena menghargai sesame manusia.
c) Prinsip Kesatriaan. Kejujuran dalam perang, tidak berkhianat atau dusta.
Tujuan hukum ini untuk memanusiawikan perang, member perlindungan kepada
warga sipil. Sumber-sumber hukum ini yaitu perjanjian internasional, kebiasaan
internasional, keputusan mahkamah internasional.
D. Perjanjian Internasional
Perjanjian ini memiliki dua perjanjian yaitu Jeneva dan Den Haag. Yang berfungsi
untuk melindungi korban perang dan mengatur cara berperang.
E. Perjanjian lain
Atas usul Tsar Nikolas, dibuatlah perjanjian St. Petersburg. Perjanjian ini mengatur
pelarangan penggunaan senjata di bawah 400g dan melindungi benda-benda berduaya
yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.
F. Kebiasaan Internasional
Kebiasaan ini bertujuan untuk melindungi dari negara yang tidak terlibat dalam
perjanjian internasional. Serta menguniversalkan peraturan yang harus dipatuhi dalam
perang oleh seluruh negara.
G. Prinsip Prinsip Umum
Prinsip umum yaitu manusia harus memiliki itikad yang baik dan memiliki hak
proporsional.
H. Mahkamah Internasional dan Doktrin.

13

Sumber ini menyatakan mengatur apa yang belum diatur dalam perjanjian
internasional dan sesuai hati nurani atau moral masyarakat.
I. Luar Protokol
Sumber ini berisi larangan menggunakan ranjau darat. Karena dapat membahayakan
warga sipil dan dapat membekas lama serta sewaktu-waktu bisa meledak. Lebih jauh
lagi perlindungan terhadap lingkungan harus dijunjung tinggi untuk melestarikan alam.
J. Mekanisme Penegakan
Dilakukan menggunakan mekanisme nasional yang menggunakan instrument
nasional. Namun, apabila tidak dapat diselesaikan maka instrument internasionalpun
jadi opsi lain.

BAB X Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi


A. Pengantar
1. Signifikasi KKR bagi mahasiswa
Tugas yang diemban mahasiswa yaitu untuk mendorong dan mewujudkan
cita-cita bangsa menjadi demokrasi serta penegakan hak asasi manusia.
Dibentuknya KKR untuk memberikan pemahaman tentang arus politik dalam
negeri terhadap mahasiswa.
2. Latar Belakang
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dibentuk karena adanya kejahatan
multidimensi yang dilakukan oleh pemerintahan masa lalu atau masa transisi
dari otoriter ke demokrasi. Hal ini disebabkan untuk meminta pertanggung
jawaban kebengisan pemerintahan sebelumnya.
Dalam pemeriksaan terhadap kasus masa lalu ada beberapa kesulitan untuk
mekanisme legal. Kesulitan itu antara lain:
1) Bukti-bukti legal sulit didapatkan karena sudah hilang atau rusak.
2) Korban atau saksi takut mengemukakan kesaksiannya saat menjadi korban.
3) Sistem pengadilan yang lemah.
4) Instrumen yang digunakan kurang cocok dengan kejahatan yang ada.
5) Adanya ancaman dari anggota militer yang berafiliasi dengan pemerintahan lalu.
3. Konteks dan Signifikansi Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
KKR dalam penyelesaian masalahnya harus memfokuskan pada
penghukuman kejahatan, pembongkaran sejarah, penghormatan kepada korban,
keadilan birokrasi, dan pembaruan konstitusi. Di samping itu haruslah
menggunakan prinsip pengakuan (Acknowledge) dan Akuntability.

14

4. Negara negara yang pernah menggunakan KKR


Menurut data sejarah renggang waktu tahun 1980- 1996 lebih dari dua puluh
satu (21) negara menggunakan sistem Komisi Kebenran dan Rekonsiliasi.
B. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) mencari kebenaran yang normative,
factual, dan dengan cara yang benar. Guna memperbaiki hubungan social, politik dan
psikologis. Ide dicetuskannya KKR yaitu bermula ketika kesadaran akan pentingnya
penyelesaian masalah yang sudah berlalu. Serta memberikan kepada korban untuk
mengakui segala yang pernah menimpanya. Hal itu bertujuan supaya tidak terjadi kasus
yang sama di masa mendatang.
Karakter umum yang dimiliki oleh KKR adalah
a) Fokus menyelesaikan problematika masa lalu.
b) Dibentuk setelah rezim yang dzalim tumbang, supaya mengidentifikasi masalah
secara komprehensif.
c) Lembaga ini berwenang mengakses seluruh dokumen serta bukti.
d) Dibentuk resmi oleh negara.
5. Tujuan dibentuknya KKR di Indonesia dan Umum
Desakan kebutuhan akan terelesaikan masalah yang disumbangkan Orde Baru
membuat pemerintahan era Reformasi harus membentuk KKR. Mandat dari lembaga ini
yaitu mencari tahu kebenaran dan meresolusi korban yang terlibat dalam masalah itu.
Tujuan didirikannya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yaitu :
1) Menampung suara korban seluas-luasnya yang akan dijadikan sebuah acuan atau
kesaksian dalam pemecahan masalah yang diselesaikan.
2) Meluruskan sejarah dengan mencari tahu kebenaran yang sebenarnya.
3) Pendidikan untuk masyarakat atau public.
4) Memeriksa pelanggaran yang ada.
5) Melakukan assessment.
6) Bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai