Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan
kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat
terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat
sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat
dipertahankan.
Organ mata memiliki bagian yang tampak dari luar, seperti kelopak mata,
sklera kornea, iris, dan pupil, serta bagian yang tidak tampak dari luar seperti,
retina dan bagian lainnya. Bagian-bagian ini bekerja sama dalam menjalankan
fungsi pengelihatan. Jika terjadi gangguan pada mata, maka bagian-bagian mata
tidak akan bias bekerja sama dengan baik, sehingga menimbulkan keluhankeluhan.
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan
ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya
berwarna putih menjadi merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih
karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang
tipis dan tembus sinar.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang kelainan atau penyakit pada organ mata

BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO :
MATA MERAH
Tiga orang pasien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit mata yang mana
ketiga pasien berkerja sebagai SPG pada satu perusahaan:
1. Pasien A usia 19 tahun mengeluh mata merah, berair, nyeri seperti ditusuk
disertai banayak kotoran pada mata saat bangun pagi yang dikeluhkan sejak 4
hari lalu. Pasien A selama ini sering menggunakan lensa kontak namun 4 hari
lalu ia lupa menanggalkan lensa kontak saat sebelum tidur pada malam hari.
2. Pasien B usia 20 tahun mengeluh mata merah, sedikit berair dan terkadang
disertai nyeri sejak 2 hari lalu, tidak ada riwayat penggunaan lensa kontak dan ia
merasa sakit matanya ini karena ketularan temannya.
2. Pasien C usia 17 tahun mengeluh mata merah, terasa gata sekali dan tidak nyeri
sejak 6 hari lalu.
Anda sebagai dokter umum pada puskesmas tersebut harus memeriksa secara
lengkap dan benar agar mendapatkan diagnosa definitive untuk memberikan terapi
dan edukasi bagi ketiga pasien diatas.
2.1 Terminologi :
1. Mata merah merupakan gejala penykit akibat peradangan karena terjadi
infeksi lapisan transparan pada mata (sclera)
2.2 Permasalahan :
1. Bagaimakah anatomi dari mata ?
2. Mengapa pasien A, B, dan C mengeluhkan mata merah ?
3. Hubungan lensa kontak dengan mata merah ?
4. Bagaimana meknisme nyeri pada mata ?
5. Mengapa pasien A mengeluhkan kotoran pada mata di pagi hari ?
6. Kenapa pasien C mengeluhkan mata terasa gatal ?
7. Kenapa pasien A dan B mengeluhkan mata berair ?
8. Diferensial diagnosis :
Mata merah dengan penurunan visus
Mata merah dengan visus normal
2.1 Pembahasan :
1. Anatomi mata
A. Orbita
2

Rongga orbita secara skematis digambarkan sebagai piramida dengan


4 dinding yang mengerucut ke posterior. Dinding medial orbita kiri dan
kanan terletak parallel dan dipisahkan oleh hidung. Pada setiap orbita,
dinding lateral dan medialnya membentuk sudut 45 derajat, menghasilkan
sudut siku antara kedua dinding lateral.

Bentuk orbita dianalogikan

sebagai buah pir,dengan nervus opticus sebagai tangkainya. Diameter


lingkar anterior sedikit lebih kecil dari pada diameter region di bagian
dalam tepian sehingga terbentuk bingkai pelindung yang kokoh.
Volume orbita dewasa kira-kira 30 mL dan bola mata hanya
menempati sekitar seperlima bagian rongga. Lemak dan otot menempati
bagian terbesarnya. Batas anterior rongga orbita adalah septum orbitale,
yang berfungsi sebagai pemisah antara palpebral dan orbita.
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus maksilaris di
bawah, serta sinus ethmoidalis dan sfenoidalis di medial. Dasar orbita
yang tipis mudah rusak oleh trauma langsung pada bola mata,
mengakibatkan timbulnya fraktur blowoutdengan herniasi isi orbita ke
dalam antrum maksilaris. Infeksi pada sinus sfenoidalis dan etmoidalis
dapat mengikis dinding medialnya yang setipis kertas (lamina papyracea)
dan mengenai isi orbita. Defek pada atapnya (mis., neurofibromatosis)
dapat berakibat terlihatnya pulsasi pada bola mata yang berasal dari otak.
- Dinding orbita
Atap orbita terutama terdiri atas pars orbitalis ossis frontalis.
Kelenjar lakrimal terletak di dalam fossa glandulae lacrimalis di
bagian anterior lateral atap. Ala minor ossis sphenoidalis yang
mengandung kanalis optikus melengkapi bagian atap di posterior.
Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh fissura
orbitalis superior, yang memisahkan ala minor dari ala major ossis
sphenoidalis. Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies
orbitalis ossis zygomatici (malar). Inilah bagian terkuat dari tulangtulang orbita. Ligamentum suspensorium, tendo palpebralis lateralis,

dan ligamentum check mempunyai jaringan ikat yang melekat pada


tuberculum orbitale lateral.
Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fissura
orbitalis inferior. Pars orbitalis maxillae membentuk daerah sentral
yang luas bagian dasar orbita dan merupakan tempat tersering
terjadinya fraktur blowout. Processus frontalis maxillae di medial dan
os zygomaticum di lateral melengkapi tepi inferior orbita. Processus
orbitalis ossis palatine membentuk daerah segitiga kecil pada dasar
posterior.

Gambar 1. Tulang-tulang dinding orbita kiri


Batas-batas dinding medial rongga orbita tidak terlalu jelas.
Os ethmoidale tipis seperti kertas, tetapi menebal kearah anterior saat
bertemu dengan os lacrimale. Corpus ossis sphenoidalis membentuk
bagian paling posterior dinding medial, dan processus angularis ossis
frontalis membentuk bagian atas crista lacrimalis posterior. Bagian
bawah crista lacrimalis posterior dibentuk oleh os lacrimale. Crista

lacrimalis anterior teraba dengan mudah melalui palpebral dan terdiri


atas processus frontalis maxillae. Sulcus lacrimalis terletak di antara
kedua crista dan mengandung saccus lacrimalis.

Apeks orbita

Gambar 2. Aspek Orbita kanan


Apeks orbita adalah tempat masuk semua saraf dan pembuluh
ke mata dan tempat asal semua otot ekstraokular, kecuali obliquus
inferior. Fissura orbitalis superior terletak di antara corpus serta ala
major dan minor ossis sphenoidalis. Vena ophthalmica superior dan
nervus lacrimalis, frontalis, dan trochlearis berjalan melalui bagian
lateral fissura yang terletak di luar annulus Zinn. Ramus superior dan
inferior nervus oculomotorius serta nervus abducens dan nasociliaris
berjalan melalui bagian medial fissura di dalam annulus Zinn. Nervus
5

opticus dan arteria ophthalmica berjalan melalui kanalis optikus, yang


juga terletak di dalam anulus Zinn. Vena ophthalmica inferior dapat
melalui bagian manapun dari fissura orbitalis superior, termasuk
bagian yang bersebelahan dengan corpus ossis sphenoidalis yang
terletak di sebelah inferomedial anulus Zinn. Vena ophthalmica
inferior sering bergabung dengan vena ophthalmica superior sebelum
keluar dari orbita.
-

Vaskularisasi
Pemasok arteri utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari
arteri ophthalmica, yaitu cabang besar pertama arteri carotis interna
bagian intracranial. Cabang ini berjalan di bawah nervus opticus dan
bersamanya melewati kanalis optikus menuju orbita. Cabang
infraorbital pertama adalah arteri centralis retinae, yang memasuki
nervus opticus sekitar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabangcabang lain arteri ophthalmica adalah arteri lacrimalis, yang
memperdarahi glandula lacrimalis dan kelopak mata atas; cabangcabang muskularis ke berbagai ototorbita; arteri ciliaris posterior
longus dan brevis; arteri palpebrales mediales ke kedua kelopak mata;
dan arteri supraorbitalis serta supratrochlearis. Arteri ciliaris posterior
brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian nervus opticus. Kedua
arteri ciliaris posterior longus memperdarahi corpus ciliaris,
beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteri ciliaris
anterior membentuk circulus arteriosus major iris. Arteri ciliaris
anterior berasal dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke
musculi recti. Arteri ini memasok darah ke sklera, episklera, limbus,
dan konjungtiva, serta ikut membentuk circulus arterialis major iris.
Cabang-cabang arteri ophthalmica yang paling anterior ikut
membentuk aliran-aliran arteri yang berkelok-kelok di kelopak mata,

yang membuat anastomosis dengan sirkulasi karotis eksterna melalui


arteri facialis.

Gambar 3. Perdarahan segmen anterior

Drainase

vena-vena

di

orbita

terutama

melalui

vena

ophthalmica superior dan inferior, yang juga menampung darah dari


venae vorticosae, vena ciliaris anterior, dan vena centralis retinae.
Vena ophthalmica berhubungan dengan sinus cavernosus melalui
fissura orbitalis superior, dan dengan pleksus venosus pterigoideus
melalui fissura orbitalis inferior. Vena ophthalmica superior mulamula terbentuk dari vena supraorbitalis dan supratrochelaris serta dari
1 cabang vena angulari; ketiga vena tersebut mengalirkan darah dari
kulit di daerah periorbital. Vena ini membentuk hubungan langsung
antara kulit wajah dan sinus cavernosus sehingga dapat menimbulkan
thrombosis sinus cavernosus yang fatal pada infeksi superfisial di
kulit periorbital.

B. Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampirbulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,2 mm.
- Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan
tipis

yang

membungkus

permukaan

posterior

kelopak

mata

(konjungtiva palpebralis) dan permukaan sklera (konjungtiva


bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi
palpebral (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di
limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior
kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior
tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan
inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di
fornices dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini
memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan
konjungtiva sekretorik. Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada
kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat
kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3 mm).
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak, dan mudah
bergerak (plica semilunaris) terletak di kantus internus dan
merupakan selaput pembentuk kelopak mata dalam pada beberapa
hewan kelas rendah. Struktur epidermoid kecil semacam daging
(caruncula) menempel secara superficial ke bagian dalam plica
semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik
elemen kulit maupun membran mukosa.
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri ciliaris anterior dan
arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan

bersama banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola


arterinya membentuk jaring-jaring vascular konjungtiva yang sangat
banyak. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun di dalam lapisan
superficial dan profundus dan bergabung dengan pembuluh limfe
palpebral membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva
menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V.
Saraf ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit.

Gambar 4. Konjungtiva
-

Kapsul Tenon (Fasia Bulbi


Kapsul Tenon adalah

suatu

membran

fibrosa

yang

membungkus bola mata dari limbus sampai nervus opticus. Di dekat


limbus, konjungtiva, kapsul Tenon, dan episklera menyatu. Lebih
posterior lagi, permukaan dalam kapsul Tenon berhadapan langsung
dengan sklera, dan sisi luarnya berhadapan dengan lemak orbita dan
struktur-struktur lain dalam kerucut otot ekstraokular. Pada titik

tempat kapsul Tenon ditembus tendo-tendo otot ekstraokular dalam


perjalanannya menuju ke tempat insersinya di bola mata, kapsul ini
membentuk lipatan tubular di sekeliling otot-otot tersebut. Lipatanlipatan fasia ini akan menyatu dengan fasia ototnya, fasia yang
menyatu ini melebar ke struktur-struktur sekelilingnya dan ke tulang
orbita. Perluasan fasia ini cukup kaku dan membatasi kerja otot
ekstraokular sehingga dikenal sebagai ligament check. Ligamen ini
mengatur arah gerak otot-otot ekstraokular dan berfungsi sebagai
origo mereka. Segmen bawah kapsul Tenon tebal dan menyatu dengan
fasia musculus rectus inferior dan musculus obliquus inferior
membentuk ligamentum suspensorium bulbi, tempat terletaknya bola
mata.
-

Skera & Episklera


Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian
luar, yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat
dan berwarna putih serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior
dan duramater nervus opticus di posterior. Pita-pita kolagen dan
jaringan elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior,
membentuk lamina cribrosa, yang di antaranya dilalui oleh berkas
akson nervus opticus. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh
sebuah lapisan tipis jaringan elastic halus, episklera, yang
mengandung banyak pembuluh darah yang mendarahi sklera. Lapisan
berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina fusca,
yang membentuk lapisan luar ruang suprakoroid.
Pada tempat insersi musculi recti, tebal sklera sekitar 0,3 mm;
di tempat lain tebalnya sekitar 0,6 mm. Di sekitar nervus opticus,
sklera ditembus oleh arteri ciliaris posterior longus dan brevis, dan
nervus ciliaris longus dan brevis. Arteri ciliaris posterior longus dan
nervus ciliaris longus melintas dari nervus opticus ke corpus ciliaris di

10

sebuah lekukan dangkal pada permukaan dalam sklera di meridian


jam 3 dan jam 9. Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf ciliaris.

Gambar 5. Anatomi mata


-

Kornea
Kornea

adalah

jaringan

transparan

yang

ukuran

dan

strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea


ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 550 m di pusatnya; diameter horizontalnya sekitar
11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior, kornea
mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang
berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Lapisan
epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan Bowman
merupakan lapisan jernih aseluler, yang merupakan bagian stroma
yang berubah.

11

Gambar 6. Potongan melintang kornea


Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluhpembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea
superficial juga mendapatkan sebagian besar oksigen dari atmosfer.
Saraf-saraf

sensorik

kornea

didapat

dari

cabang

pertama

(ophthalmicus) nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea


disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularis, dan
deturgensinya.

Traktus Uvealis
Traktus uvealis terdiri dari iris, corpus ciliare, dan koroid.
Bagian ini merupakan lapisan vascular tengah mata dan dilindungi
oleh kornea dan sklera. Struktur ini ikut mendarahi kornea.

12

Iris
Iris adalah perpanjangn corpus ciliare ke anterior. Iris berupa
permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah,
pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior
lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang,
yang masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen
pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan
neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina kearah anterior.
Vaskularisasi iris didapatkan dari circulus major iris. Kapilerkapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tak berlubang
(nonfenestrated)

sehingga

normalnya

tidak

membocorkan

fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan sensoris


iris melalui serabut-serabut dalam nervi ciliaris.
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam
mata.

Ukuran

pupil

pada

prinsipnya

ditentukan

oleh

keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang


dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang

ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.


Corpus Ciliare
Corpus ciliare,yang secara kasar berbentuk segitiga pada
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior
koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). corpus ciliare terdiri atas
zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan
zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Processus ciliaris
berasal dari pars plicata. Processus ciliaris ini terutama terbentuk
dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Ada
dua lapisan epitel siliaris: satu lapisan tanpa pigmen di sebelah
dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan
satu lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan

13

lapisan epitel pigmen retina. Processus ciliaris dan epitel siliaris


pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor.
Musculus ciliaris, tersusun dari gabungan serat-serat
longitudinal, sirkular, dan radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah
untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang berorigo
di lembah-lembah di antara processus ciliaris. Otot ini mengubah
tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa dapat mempunyai
berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang
berjarak jauh dalam lapangan pandang.
Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi corpus ciliaris
berasal dari circulus arteriosus major iris. Persarafan sensoris iris
melalui saraf-saraf siliaris.

Gambar 7. Corpus ciliare

Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan
sklera. Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid;
besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di
dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh
darah koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari pembuluh
koroid dialirkan melalui empat vena vorticosa, satu di tiap

14

kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran


Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Koroid melekat erat ke
posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Di sebelah anterior, koroid
bergabung dengan corpus siliaris. Kumpulan pembuluh darah
koroid mendarahi bagian luar retina yang menyokongnya.

Gambar 8. Potongan melintang koroid

Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak
berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4
mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di
belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus siliaris.
Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor; di sebelah
posterior,

vitreus.

Kapsul

lensa

adalah

suatu

membran

semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler)


yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
15

Gambar 9. Potongan lensa (vertikal)


Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nucleus
lensa

lebih

keras

daripada

korteksnya.

Seiring

dengan

bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi


sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang
elastic. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris
yang panjang.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium
yang dikenal sebagai zonula (zonula Zonii), yang tersusun atas
banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare
dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Tidak ada serat nyeri,
-

pembulu darah, atau saraf di lensa.


Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea
perifer dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah

16

garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak di atas kanal


Schlemm), dan taji sklera (sclera spur).

Gambar 10. Sudut bilik mata depan


Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea.
Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melimtang,
dengan dasar yang mengarah ke corpus ciliaris. Anyaman ini tersusun
atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik, yang
membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil ketika
mendekati kanal Schlemm. Bagian-bagian anyaman ini, yang
menghadap ke bilik mata depan, dikenal sebagai anyaman uvea.

17

Gambar 11. Fotomikrograf sudut bilik mata depan


-

Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis
dengan semitransparan yang melapisi bagian dalam dua per tiga
posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior hampir
sejauh corpus ciliaris dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang
tidak rata. Di sebagian besar tempat, retina dan epitel pigmen retina
mudah terpisah sehingga mudah terbentuk suatu ruang subretina,
seperti yang terjadi pada ablasi retina.
Permukaan dalam retina berhadapan dengan vitreus. Lapisanlapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut: (1)
membran limitans interna; (2) lapisan serat saraf, yang mengandung
akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus opticus; (3)
lapisan sel ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam, yang mengandung
sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5)
lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal;
(6) lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar
dan sel horizontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan inti luar sel
fotoreseptor; (8) membran limitan eksterna; (9) lapisan fotoreseptor

18

segmen dalam dan luar batang dan kerucut; dan (10) epitel pigmen
retina.
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,56 mm
pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina terdapat macula, yang
secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabangcabang pembuluh darah retina temporal
Retina menerima darah dari dua sumber: koriokapilaris yang
berada tepat di luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar
retina, termasuk lapisan pleksiform luar dan lapisan inti luar,
fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang
dari arteri centralis retinae, yang mendarahi dua pertiga dalam retina.
Fovea seluruhnya diperdarahi oleh koriokapilaris dan rentan terhadap
kerusakan yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi.
Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak
berlubang, yang membentuk sawar darah-retina. Lapisan endotel
pembuluh koroid berlubang-lubang. Sawar darah-retina sebelah luar
-

terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.


Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular
yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi
ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus.
Permukaan luar vitreus membran hyaloid normalnya berkontak
dengan struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula,
pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus
mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan
epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Di awal
kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan caput nervi
optici, tetapi segera berkurang di kemudian hari.
Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua
komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan

19

konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat


banyak air.

Gamba 12. Vitreus

Otot-Otot Ekstraokuler
Enam otot ekstraokular mengendalikan gerak setiap mata:
empat muskulus rektus dan dua obliquus.

20

Gambar 13. Otot-otot ekstraokuler


1. Otot-otot Rektus
Keempat otot rektus mempunyai origo pada annulus Zinn yang
mengelilingi nervus opticus di apeks posterior orbita. Mereka
dinamakan sesuai insersionya ke dalam sklera pada permukaan
medial, lateral, inferior, dan superior mata. Fungsi utama otot-otot
itu secara berturut-turut adalah aduksi, abduksi, mendepresi, dan
mengelevasi bola mata. Otot-otot itu panjangnya 40 mm, menjadi
tendo mulai 4-9 mm dari titik insersio; pada lokasi insersio lebar
mereka sekitar 10 mm. Perkiraan jarak titik insersio dari limbus
kornea adalah: rektus medialis 5,5 mm; rektus inferior 6,75
mm; rektus lateralis 7 mm; rektus superior 7,5 mm. Pada
posisi primer mata, muskulus rektus vertical membentuk sudut
kira-kira 23 derajat dengan sumbu optic.
2. Otot-otot Obliquus
Kedua otot obliquus terutama mengendalikan gerak torasional
dan, sedikit mengatur gerak bola mata ke atas dan bawah untuk
membungkus musculus obliquus inferior dan berinsersio pada

21

batas bawah lempeng tarsus inferior dan orbicularis oculi. Seratserat otot polos musculus tarsalis inferior berhubungan dengan
aponeurosis tersebut.
Komponen otot polos refraktor palpebra dipersarafi oleh saraf
simpatis, sedangkan levator dan musculus rectus inferior oleh
saraf cranial ketiga (oculomotorius). Ptosis merupakan gambaran
sindrom Horner dan kelumpuhan nervus ketiga.

Gambar 14. Otot-otot Rektus

3. Musculus Levator Palpebrae Superior


Musculus levator palpebra muncul sebagai tendo pendek dari
permukaan bawah ala minar ossis sphenoidalis, di atas dan di
depan foramen opticum. Tendo tersebut menyatu dengan origo
musculus rectus superior di bawahnya. Kedua ujung aponeurosis
levator disebut kornu medial dan lateral. Kornu medial tipis dan
menempel di bawah sutura frontolacrimalis dan ke dalam
ligamentum palpebrae mediale. Kornu lateral berjalan di antara
bagian orbita dan bagian palpebra glandula lakrimalis lalu
22

berinsersio ke dalam tuberculum orbitale dan ligamentum


palpebrae laterale.
Levator dipersarafi oleh cabang superior nervus oculomotorius
(III). Perdarahan levator palpebrae superior datang dari cabang
muscular lateral arteri ophthalmica.
2. Mengapa pasien A, B, dan C mengeluhkan mata merah ?
Seperti yang kita ketahui pada mata normal sclera terlihat berwarna
putih karena sclera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul
tenon yang tipis dan tembus sinar. Hyperemia konjungtiva terjadi akibat
bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran
darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi pelebaran
darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan
sclera maka akan terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya berwarna
putih.
Mata
konjungtiva

terlihat
yang

merah
terjadi

akibatnya
pada

melebarnya

peradangan

mata

pembuluh
akut,

darah

misalnya:

konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis , pleksus arteri


konjungtiva permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri perokornea
yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaucoma akut kongestif.
3. Hubungan lensa kontak dengan mata merah ?
Lensa kontak yang dipakai telalu lama akan menyebabkan mata
kekurangan oksigen sehingga mata menjadi kering, debu yang masuk dapat
menempel di permukaan mata. Mikroorganisme (virus, bakteri, dll) dapat
menyebabkan infeksi pada mata akibat kurang membersihkan mata.
4. Bagaimana meknisme nyeri pada mata ?
Apabila terjadi kerusakan pada jaringan, zat-zat inflamasi akan
dikeluarkan. Di samping itu juga ada baradikidin. Zat-zat ini merangasang
nosiseptor teraktivasi. Nosiseptor ini mengirim sinyal ke saraf aferen melalui
serabut saraf alfa dan c. Serabut saraf alfa untuk rasa nyeri yang cepat,
23

sementara sebut saraf c untuk rangsangan nyeri tipe lambat. Rangsangan ini
diperantarai oleh substantia P. Adkanya zat ini, membuat rangsangan sampai
ke korda spinalin. Dari sini akan dilanjutkan ke thalamus kemudian ke bagian
somatosensorik untuk dipresepsikan sebagai rasa nyeri.
5. Mengapa pasien A mengeluhkan kotoran pada mata di pagi hari ?
Karena sudah terjadi Infeksi pada dimana pada saat tidur terjadi
penutupan kelopak mata menyebabkan suhu mata dngan suhu badan sama,
sehingga menyebabkan bakteri mudah berkembang banyak secret. Secret
diproduksi oleh konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet.
6. Kenapa pasien C mengeluhkan mata terasa gatal ?
Ketika ada suatu alergen yang masuk akan terjadi sensitisasi yang
akan mempersiapkan seluruh tubuh untuk memproduksi respon antigen
spesifik sehingga menyebabkan sel T berdiferensiasi menjadi sel Th2.
Selanjutnya Th2 melepas sitokin untuk merangsang produksi IgE, sehingga
IgE akan berikatan dengan reseptor pada permukaan sel mast yang memicu
sitokin untuk melepas prostaglandin dan platelet activating factor dan akan
menyebabkan peradangan serta gejala alergi yang di aktifasi oleh sel
inflamasi. Ketika histamin dilepas akan berikatan dengan H1 di ujung saraf
dan di persepsikan sebagai rasa gatal.
7. Kenapa pasien A dan B mengeluhkan mata berair ?
Normalnya mata tetap memproduksi air mata, dimana fungsi dari air
mata salah satunya adalah sebagai proteksi, apabila ada suatu alergen yang
menginfeksi maka akan terjadi reaksi system pertahanan yang akan menyebabkan
fungsi sekresi air mata terganggu , terjadi hipersekresi air mata mata berair

8. Diferensial diagnosis :
Mata merah dengan penurunan visus
A. Uveitis

24

Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau
selaput pelangi (iris) dan keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila
mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut sebagai
siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut
sebagai uveitis anterior. Bila mengenai selaput hitam bagian belakang
mata maka disebut koroiditis.
1. Uveitis anterior
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan
badan siliar (iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut.
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat
gambaran kliniknya saja. Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu
manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini, atau sel mediated
terhadap jaringan uvea anterior. Pada kekambuhan atau rekuren terjadi
reaksi imunologik humoral. Bakterimia ataupun viremia dapat
menimbulkan iritis ringan, yang bila kemudian terdapat antigen yang
sama dalam tubuh akan dapat timbul kekambuhan.

Tabel 1. Penyebab Uveitis Anterior

25

Penyebab uveitis anterior akut dibedakan dalam bentuk


nongranulomatosa dan granulomatosa akut-kronis. Ningranulomatosa
akut disertai rasa nyeri, fotopobia, penglihatan buram keratik presipitat
kecil, pupil mengeccil, sering terjadi kekambuhan. Penyebabnya dapat
oleh trauma, diare kronis, penyakit reiter, herpes simpleks, sindrom
bechet, sindrom posner schlosman, pasca bedah, infeksi adenovirus,
parotitis, influenza, dan klamidia. Non-granulomatosa kronis dapat
disebabkan artritis reumatoid dan fuchs heterokromik iridosiklitis.
Granulomatosa akut tidak nyeri, fotopobia ringan, buram,
keratik presipitat besar ( mutton fat) benjolan koeppe (penimbunan sel
pada tepi pupil atau benjolan busacca (penimbunan sel pada permukaan
iris), terjadi akibat sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, virus, jamur
(histoplasmosis), atau parasit (toksoplasmosis).
Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan
sakit, ataupun datang perlahan dengan mata merah dan sakit ringan
dengan

penglihatan

turun

perlahan-lahan.

Iridosiklitis

kronis

merupakan episode rekuren dengan gejala akut yang ringan atau sedikit.

Tabel 2. Perbedaan uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa


Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah,
fotopobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata
merah. Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis akibat ikut
26

meradangnya otot-otot akomodasi. Pupil kecil akibat rangsangan proses


peradangan pada otot sfingter pupil dan terdapatnya edem iris. Pada
proses radang akut dapat terjadi miopisasi akibat rangsangan badan
siliar dan edema lensa. Terdapat fler atau efek tyhndal di dalam bilik
mata depan, jika peradangan sangat akut maka akan terlihat
hifema/hipopion.
Terbentuk sinekia posterior, miosis pupil, tekanan bola mata
yang turun akibat hipofungsi badan siliar, tekanan bola mata dapat
meningkat melebarnya pembuluh darah siliar dan perilimbus. Pada
yang akut dapat terbentuk hipopion dibilik mata depan, sedang yang
kronis terlihat edema makula dan kadang katarak.
Perjalanan penyakit iritis adalah sangat khas yaitu penyakit
berlangsung hanya antara 2-4 minggu. Kadang-kadang penyakit ini
memperlihatkan gejala-gejala kekambuhan atau menjadi menahun.
Diperlakukan pengobatan segera untuk mencegah kebutaan.
Pengobatan pada uveitis anterior adalah dengan steroid yang diberikan
pada siang hari bentuk tetes dan malam hari dalam bentuk salep.
Steroid sistemik bila perlu diberikan dalam dosis tunggal seling sehari
yang tinggi dan kemudian diturunkan sampai dosis efektif. Steroid
dapat juga diberikan subkonjungtiva dan peribulbar. Pemberian steroid
untuk jangka lama dibagi dapat mengakibatkan timbulnya katarak,
glaukoma, dan midriasis pada pupil. Sikoplegik diberikan untuk
mengurangi rasa sakit, melepas sinekia yang terjadi, memberi istirahat
pada iris yang meradang. Pengobatan spesifik diberikan bila kuman
penyebab diketahui.
Penyulit uveitis anterior adalah terbentuknya sinekia posterior
dan sinekia anterior perifer yang akan mengakibatkan glaukoma
sekunder. Glaukoma sekunder sering terjadi pada uveitis akibat
tertutupnya trabekulum oleh sel radang atau sisa sel radang. Kelainan

27

sudut dapat dilihat dengan pemeriksaan gonioskopi. Bila terdapat


glaukoma sekunder diberi azetazolamid.
Penyulit uveitis umumnya kornea keruh, glaukoma, katarak,
kekeruhan vitreous, makulopati, ablasio retina, neuritis optik, dan
cyclitic pupilary membrana.

Mata merah dengan tanpa penurunan visus


A. Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya
terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret.
Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia,
alergi toksik, dan molluscum contagiosum.
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat
berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi,
eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseodoptosis
akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti
ada benda asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi
konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada
konjungtiva.
Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat
pula ditinjau dari gambaran klinisnya yaitu :

28

1.

Konjungtivitis Kataral

2.

Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

3.

Konjuntivitis Membran

4.

Konjungtivitis Folikular

5.

Konjungtivitis Vernal

6.

Konjungtivitis Flikten

Konjungtivitis Kataral
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain
stafilokokus aureus, Pneumokokus, Diplobasil Morax Axenfeld dan
basil Koch Weeks.
Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan
kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan
kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis
kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel,
tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus,
mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau
obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan

Konjungtivitis

Kataral

tergantung

kepada

penyebabnya. Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat


diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain.
Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat antivirus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.
Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Etiologi

29

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada


bayi (terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai
konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab,
yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan
golongan klamidia (klamidia okulogenital)
Gambaran Klinis
Gambaran

konjungtiva

tarsal

hiperemi

seperti

pada

konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen


seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa
putih di konjungtiva tarsal.
Pengobatan
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.
Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu
dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.
Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G
10 juta IU/IV/hr

selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus :

Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G


100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
Konjungtivitis Membran
Etiologi

30

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi


Streptokok

hemolitik

dan

infeksi

difteria.

Konjungtivitis

Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi


pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa
masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi
konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan
pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi Streptokokous hemolitik,
diberikan antibiotik yang sensitif.
Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan
injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin
dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi
penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah
gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin
difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.
Konjungtivitis Folikular
Dikenal

beberapa

jenis

konjungtivitis

follikular,

yaitu

konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular


toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui penyebabnya.
Jenis Konjungtivitis Follikular

31

1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi
Etiologi
Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari
Gambaran Klinis
Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.
Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata
terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri
tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi,
konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva.
Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di
kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial,
subepitel.
Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti
ada pasir. Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi
kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan
bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.
Pengobatan
Tidak

terdapat

pengobatan

yang

spesifik,

dianjurkan

pemberian obat lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah


infeksi sekunder.
2. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi
Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis

32

Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.Terdapat


demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan
faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering
mengenai dua mata, kelopak mata membengkak.
Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul
kelainan kornea, yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial.
Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya konjungtivitis
follikular akut.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik

3. Konjungtivitis Hemoragik Akut


Etiologi
Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari
Gambaran Klinis
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir,
berair dan diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan
untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan
akut mata yang lain.
Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.
Pengobatan
Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian
tetes mata sulfasetamid atau antibiotik.

33

4. Konjungtivitis New Castle


Etiologi
Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari
Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang
berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.
Gambaran Klinis
Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal
hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat
lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal
dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya
disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering
unilateral
Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair,
silau dan rasa sakit.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
5. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi
Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan
gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret

34

mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya adalah suatu


konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid
atau eritromisin
Konjungtivitis Vernal
Etiologi
Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik
Gambaran Klinis
Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada
mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan
tanda khas adanya cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang
biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata.
Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila
terdapat infeksi sekunder.
Pengobatan
Kortikosteroid tetes atau salep mata.
Konjungtivitis Flikten
Etiologi

Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen


tertentu (hipersensitivitas tipe IV).

35

Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala
Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di
limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva
taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat
pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh
Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat
berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka
dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema
kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.
Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep


Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat

kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.


Konjungtivitis Sika
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu
keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya
sekresi kelenjar lakrimal.
Etiologi
Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi
komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan
berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea.
Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain,
disebut sebagai sindrom sjogren.

36

Manifestasi Klinis
Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang
penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan,
sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat
erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi,
hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus
kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan
berkurang bila mata dipejamkan.
Penatalaksanaan
Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit
yang mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat
pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan
reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi
drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau
plug kolagen.
B. Trakoma
Trachoma

adalah sebuah penyakit mata menular, dan

penyebab utama kebutaan akibat infeksi di dunia. Secara global, 84


juta orang menderita infeksi aktif dan hampir 8 juta orang menjadi
tunanetra sebagai akibat dari penyakit ini.
Etiologi
Trachoma

disebabkan

oleh

Chlamydia

trachomatisdan

disebarkan melalui kontak langsung dengan mata, hidung, dan


tenggorokan yang terkena cairan (yang mengandung kuman ini) dari
pengidap, atau kontak dengan benda mati, seperti handuk dan / atau
37

kain lap, yang pernah kontak serupa dengan cairan ini. Lalat juga
dapat menjadi rute transmisi. Jika tidak diobati, infeksi trachoma
berulang dapat mengakibatkan entropion yang merupakan bentuk
kebutaan permanen dan disertai rasa nyeri jika kelopak mata berbalik
ke dalam, karena ini menyebabkan bulu mata menggaruk kornea.
Anak-anak

yang

paling

rentan

terhadap

infeksi

ini

karena

kecenderungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor, tetapi


efek-efek pengihatan kabur dan gejala lebih parah lainnya sering tidak
terasa sampai dewasa.
Tanda dan gejala
Bakteri ini memiliki masa inkubasi dari 5 sampai 12 hari
setelah seseorang mengalami gejala konjungtivitis atau iritasi mirip
dengan mata merah muda. Endemik kebutaan trakoma merupakan
hasil dari beberapa episode reinfeksi yang menghasilkan peradangan
terus-menerus pada konjungtiva. Tanpa reinfeksi, peradangan akan
berangsur-angsur mereda.
Peradangan konjunctiva

disebut trachoma aktif dan

biasanya terlihat pada anak-anak, terutama anak-anak pra sekolah


(dasar). Hal ini ditandai dengan benjolan putih di permukaan bawah
tutup mata atas (conjunctival folikel atau pusat-pusat germinal
limfoid). Non-peradangan dan penebalan tertentu sering dikaitkan
dengan papila. Folikel mungkin juga muncul di persimpangan kornea
dan sclera (limbal folikel). Trakoma aktif akan sering menjengkelkan
dan memiliki cairan berair. Infeksi sekunder bakteri dapat terjadi dan
menyebabkan discharge purulen.

38

Perubahan-perubahan struktural trakoma disebut sebagai


cicatricial trakoma. Ini termasuk jaringan parut di tutup mata
(konjungtiva tarsal) yang mengarah pada distorsi tutup mata dengan
tekuk dari tutup (Tarsus) sehingga muncul bulu mata gosok pada mata
(trichiasis). Bulu mata ini akan mengakibatkan kekeruhan kornea dan
bekas luka dan kemudian mengarah ke kebutaan. Bekas luka linear
hadir dalam sulkus subtarsalis disebut garis Arlts.
Selain itu, pembuluh darah dan jaringan parut dapat
menyerang bagian atas kornea. Lebih lanjut gejala termasuk :
1. Keluarnya cairan kotor dari mata bukan air mata (emisi atau
sekresi cairan yang mengandung lendir dan nanah dari mata)
2. Pembengkakan kelopak mata
3. Trichiasis (berbalik-nya bulu mata)
4. Pembengkakan kelenjar getah bening di depan telinga
5. Munculnya garis parutan pada kornea
6. Komplikasi pada telinga, hidung dan tenggorokan.
Komplikasi utama atau yang paling penting adalah ulkus
(luka/iritasi) pada kornea karena infeksi bakteri.
Pencegahan dan pengobatan/perawatan
Meskipun trakoma dihapuskan dari banyak negara
maju dalam abad terakhir, penyakit ini bertahan di banyak
bagian dunia berkembang khususnya di masyarakat tanpa
39

akses yang memadai terhadap air dan sanitasi. Dalam banyak


masyarakat ini, wanita tiga kali lebih besar daripada laki-laki
akan dibutakan oleh penyakit ini,karena peran mereka sebagai
pengasuh dalam keluarga.
Tanpa intervensi, trakoma keluarga tetap bertahan
dalam lingkungan kemiskinan, karena penyakit dan efek
jangka panjang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Pencegahan yang pentitng meliputi :
1. Pembedahan: Bagi individu dengan trichiasis (berbaliknya
arah lengkungan bulu mata ke arah dalam), sebuah
prosedur rotasi bilamellar tarsal dibenarkan untuk
mengarahkan bulu mata menjauh dari bola mata.
2. Terapi antibiotik: Pedoman WHO merekomendasikan jika
terjadi endemik massa (sekitar 10 % dari populasi suatu
daerah) maka perawatan/pengobatan dengan antibiotik
tahunan harus terus dilakukan sampai prevalensi turun di
bawah lima persen. Jika prevalensi lebih rendah dari itu
maka pengobatan antibiotik harus berbasiskan keluarga.
3. Pilihan antibiotik: oral dosis tunggal 20 mg / kg atau
topical tetracycline (satu persen salep mata dua kali sehari
selama enam minggu). Azitromisin lebih disukai karena
digunakan sebagai oral dosis tunggal.

40

4. Kebersihan: Anak-anak dengan hidung terlihat terlalu


berair, okular discharge, atau lalat di wajah mereka paling
tidak dua kali lebih mungkin untuk memiliki trakoma aktif
dibanding anak-anak dengan wajah yang bersih. Intensif
kesehatan berbasis masyarakat untuk mempromosikan
program pendidikan muka-cuci dapat secara signifikan
mengurangi prevalensi trachoma aktif.
5. Perbaikan lingkungan: Modifikasi dalam penggunaan air,
kontrol lalat, penggunaan jamban, pendidikan kesehatan
dan kedekatan dengan hewan peliharaan semuanya telah
diusulkan

untuk

trachomatis.
banyak

mengurangi

penularan

Perubahan-perubahan

tantangan

untuk

ini

dari

C.

menimbulkan

pelaksanaannya.

Agaknya

perubahan lingkungan ini pada akhirnya berdampak pada


penularan infeksi okular melalui wajah kurangnya
kebersihan.
Prognosis
Jika tidak diobati dengan baik dengan antibiotik oral,
gejalanya dapat meningkat dan menyebabkan kebutaan, yang
merupakan hasil dari ulkus (luka/iritasi) dan jaringan parut
pada kornea. Operasi juga mungkin diperlukan untuk
memperbaiki kelainan bentuk kelopak mata.
C. Pterigium
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva

41

yang

bersifat

degeneratif

dan

invasif.

Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian


nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah
kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian
sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan
bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna
merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.
Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu,
cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak
diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neopalasma,
radang, dan degenerasi.
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan
memberikan keluhan mata iritatif, merah dan mungkin
menimbulkan

astigmat

yang

akan

memberikan

keluhan

gangguan penglihatan. Pterigium dapat disertai dengan keratitis


pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering), dan garis
besi (iron line dari stocker) yang terletak di ujung pterigium.
Diagnosis banding pterigium adalah pseudopterigium,
pannus, dan kista dermoid.
Pengobatan tidak diperlukan karena sering bersifat
rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium
meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata
dekongestan.
Pengobatan pterigium adalah dengan sikap konservatif
atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan
akibat terjadinya astigmatisme iregular atau pterigium yang
telah menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari,
debu, dan udara kering dengan kacamata pelindung. Bila
terdapat tanda radang beri air mata buatan bila perlu diberi
steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata
42

buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokonstriktor maka


perlu kontrol dalam 2 minggu dan bila telah terdapat perbaikan
pengobatan dihentikan.
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah
plastik yang dilakukan bila pterigium telah mengganggu
penglihatan.

Pterigium

dapat

tumbuh

menutupi

seluruh

permukaan kornea atau bola mata.


D. Skleritis
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar
berwarna putih yang melapisi mata.Penyakit ini biasanya
disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan
menjadi :
1. Skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera
dan sklera, umumnya mengenai sebagian sklera anterior,
peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
2. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari
dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada
episkleritis yang dapat digerakkan.
3. Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang
berat.

43

Gambar 15. Skleritis


Gejala
-

Kemerahan pada sklera dan konjungtiva

Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke


dahi, alis dan dagu yang kadang membangunkan sewaktu
tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.

Fotofobia

Mata berair

Penglihatan menurun

Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat.
Apabila ada penyakit yang mendasari, maka penyakit tersebut
perlu diobati.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil diskusi kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan
yang terjadi pada pasien A, B, dan C di skenario yaitu mata merah. Dimana mata

44

merah dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu mata merah dengan visus yang
normal dan juga mata merah dengan visus yang menurun. Maka dari itu untuk
menentukan diagnosis pasti pada ketiga pasien tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S, Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga. 2004.
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

45

Fakultas

Ilyas,

Sidharta;

Mailangkay;

Taim,

Hilman;

Saman,Raman;

Simarmata,Monang; Widodo,Purbo. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter


umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi kedua. Sagung Seto. Jakarto.
Ilyas,Sidharta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ketiga. Balai Penerbitan
FKUI. Jakarta.
Radjamin, Tamin, dkk. 1984. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Airlangga
University Press. Surabaya.
Voughan Daniel G, Asburg Taylor, Eva-Riordan Paul. Sulvian John H,editors.
2002. Optalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta.

46

Anda mungkin juga menyukai