Anda di halaman 1dari 22

A.

Definisi
Thalasemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter
yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai
polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin.Thalasemia adalah
suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh penurunan pada haemoglobin
(Suryadi, 2010)
B. Tanda Dan Gejala
Gejala Klinis Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru
berumur kurang dari 1 tahun, yaitu (Pillitery, 2002):
Lemah
Pucat
Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur
Berat badan kurang
Tidak dapat hidup tanpa transfusi
Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk
homozigot. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:

Gizi buruk
Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali), Limpa
yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja.

Gejala khas adalah :

Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara

kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.


Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu
karena penimbunan besi

C. Etiologi
Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk
protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya.
Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah
dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin
berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan
fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak
mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal.

Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat


dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan.
Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah. Adapun
etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Thalasemia merupakan
penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam
pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek(kurang dari 100 hari).
Penyebab

kerusakan

tersebut

karena

hemoglobin

yang

tidak

normal

(hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan


pembentukan yang disebabkan oleh :

Gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hb abnormal)


Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada
Thalasemia)

Penyebab Thalasemia mayor.


Thalasemia mayor terjadi apabila gen yang cacat diwarisi oleh kedua orang
tua. Jika bapa atau ibu merupakan pembawa thalasemia, mereka boleh menurunkan
thalasemia kepada anak-anak mereka. Jika kedua orang tua membawa ciri tersebut
maka anak-anak mereka mungkin pembawa atau mereka akan mnderita penyakit
tersebut.
(Pillitery, 2002)
D. Patofisiologi
Molekul globin terdiri atas sepasang rantai dan sepasang rantai lain yang
menentukan jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan
> 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai dan 2 rantai Hb dan HbA2.Kelainan
produksi dapat terjadi pada ranta thalassemia, rantai thalassemia rantai thalassemia,
rantai thalassemia, maupun kombinasi kelainan rantai dan rantai thalassemia. Pada
thalassemia, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan pembentukan
(Hb A); kelebihan rantai akan berikatan dengan rantai yang secara kompensatoir Hb F
meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran eritrosit sebagai
Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis). (Metha,
2008)
E. Pathway

F. Klasifikasi
Hemoglobin terdiri dari rantaian globin dan hem tetapi pada Thalassemia
terjadi gangguan produksi rantai atau . Dua kromosom 11 mempunyai satu gen
pada setiap kromosom (total dua gen ) sedangkan dua kromosom 16 mempunyai dua
gen pada setiap kromosom (total empat gen ). Oleh karena itu satu protein Hb
mempunyai dua subunit dan dua subunit . Secara normal setiap gen globin
memproduksi hanya separuh dari kuantitas protein yang dihasilkan gen globin ,
menghasilkan produksi subunit protein yang seimbang. Thalassemia terjadi apabila
gen globin gagal, dan produksi protein globin subunit tidak seimbang. Abnormalitas
pada gen globin akan menyebabkan defek pada seluruh gen, sedangkan
abnormalitas pada gen rantai globin dapat menyebabkan defek yang menyeluruh
atau parsial (Hoffband, 2005)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target,
anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi,
basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target.
Gambaran ini lebih kurang khas.

Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis
asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3. Pemeriksaan khusus :Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait
(carrier) dengan Hb A
2
meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4. Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe

melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.


Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas.
(Pillitery, 2002)

H. Penatalaksanaan Medis
1) Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar
feritin serum sudah mencapai 1000 g/l atau saturasi transferin lebih 50%,

atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.


Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui
pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut

setiap selesai transfusi darah.


Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk

meningkatkan efek kelasi besi


Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah.

2) Prosedur Pembedahan
Splenektomi, dengan indikasi:
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita,
menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya
ruptur

hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah


atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan
dalam satu tahun

3) Suportif
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan
ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan
tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan

perkembangan penderita.
Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk
setiap kenaikan Hb 1 g/dl.

4) Terapi
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan
kelebihan besi sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah

berulang.
Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala,
gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

5) Tumbuh Kembang
Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang,
karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.
6) Gangguan jantung, hepar dan endokrin
Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan
fungsi jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin
(diabetes melitus, hipoparatiroid) dan fraktur patologis
(Pillitery, 2002)
I. Komplikasi
Fraktur patologis
Hepatosplenomegali
Gangguan Tumbuh Kembang
Disfungsi organ
Gagal jantung
Hemosiderosis
Hemokromatosis
Infeksi
(Pillitery, 2002)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


THALASEMIA

A. Data Fokus Pengkajian Keperawatan


Sistem Hematologi
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
(1) Kaji penampilan umum dan status mental
(a) Observasi kemampuan merespon secara verbal
(b) Observasi tingkat kesadaran
(c) Observasi kemampuan klien berpikir, mengingat, menginformasikan dan
berkomunikasi
(d) Observasi kemampuan klien memandang, mendengar, membau, dan sensasi
rasa
(e) Observasi tanda-tanda distress
(f) Observasi ekspresi wajah dan mood
(g) Observasi penampilan umum: postur, gait, pergerakan
(h) Observasi cara berpakaian, personal hygiene, dan kebersihan
(2) Pengukuran: tinggi badan, berat badan, tanda-tanda vital
Kaji kulit secara umum: struktur dan fungsi kulit, rambut, kuku
Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie,
ekimosis, ruam
KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
a. Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan
mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid

(hidung pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat
lebar.
b. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
c. Mulut dan bibir terlihat kehitaman
d. Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran
jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.
e. Abdomen, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati
(hepatospek nomegali).
f. Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah
normal
g. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak
tercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun
kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena
adanya anemia kronik.
h. Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat
transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena
adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis)
C. Analisa Data
1. Asal Keturunan / Kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial)
seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak
dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak
diderita.
2. Umur
Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat
sejak anak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor
biasanya anak akan dibawa ke RS setelah usia 4 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi
lainnya. Ini dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
Sering didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang sejak
masih bayi. Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak, adalah
kecil untuk umurnya dan adanya keterlambatan dalam kematangan seksual,
seperti tidak ada pertumbuhan ramput pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga
mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor, sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
5. Pola Makan

Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan
tidak sesuai usia.
6. Pola Aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak
tidur/istirahat karena anak mudah lelah.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua
juga mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia
mayor.
8. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core ANC)
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor
resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan
resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komponen
2.
3.
4.
5.
6.

seluler yang menghantarkan oksigen/nutrisi


Intoleransi aktifitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen
Ketidakseimbangan nitrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Kelelahan b.d malnutrisi, kondisi sakit
Nyeri b.d penyakit kronis
Kecemasan (orang tua) b.d kurang pengetahuan)

E. Rencana Tindakan Keperawatan

No

DIAGNOSA

1.

Ketidakefektifan
perfusi jaringan b.d
berkurangnya
komponen seluler
yang

menghantarkan
oksigen/nutrisi

RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN

INTERVENSI

NOC

NIC

Perfusi Jaringan : Perifer


1.
Status sirkulasi
Kriteria Hasil:
Klien menunjukkan perfusi
jaringan yang adekuat yang
ditunjukkan dengan terabanya
nadi perifer, kulit kering dan
hangat, keluaran urin adekuat,
dan tidak ada distres pernafasan.

Monitor Tanda Vital


Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis sistem
kardiovaskuler, pernafasan dan suhu untuk
menentukan dan mencegah komplikasi
Aktifitas:
1. Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR
tiap 6 jam atau sesuai indikasi
2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Monitor pola pernapasan abnormal
4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
5. Monitor sianosis perifer

2. Monitor status neurologi

Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data


pasien untuk meminimalkan dan mencegah
komplikasi neurologi
Aktifitas:
1. Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan
reaktifitas pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tingkat orientasi
4. Monitor GCS
5. Monitor respon pasien terhadap pengobatan
6. Informasikan pada dokter tentang perubahan
kondisi pasien

3. Manajemen cairan
Definisi: Mempertahankan keseimbangan cairan
dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang
abnormal.
Aktifitas:

1. Mencatat intake dan output cairan


2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor
kulit jelek, mata cekung, dll)
3. Monitor status nutrisi
4. Persiapkan pemberian transfusi ( seperti
mengecek darah dengan identitas pasien,
menyiapkan terpasangnya alat transfusi)
5. Awasi pemberian komponen darah/transfusi
6. Awasi respon klien
komponen darah

selama

pemberian

7. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi


serum, angka trombosit)
2.

Intoleransi aktifitas
b.d
tidak NOC
seimbangnya
kebutuhan
dan
Konservasi Energi
1.
suplai oksigen
Perawatan Diri: ADL
Kriteria Hasil:
Klien dapat melakukan
aktifitas yang dianjurkan dengan

NIC
Manajemen energi
Definisi: Mengatur penggunaan energi untuk
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
Aktifitas:

tetap mempertahankan tekanan


darah, nadi, dan frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal

1. Tentukan keterbatasan aktifitas fisik pasien


2. Kaji persepsi pasien tentang
kelelahan yang dialaminya

penyebab

3. Dorong pengungkapan peraaan klien tentang


adanya kelemahan fisik
4. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan
sumber energi yang cukup
5. Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara
peningkatan energi melalui makanan
6. Monitor respon kardiopulmonari terhadap
aktifitas (seperti takikardi, dispnea, disritmia,
diaporesis, frekuensi pernafasan, warna kulit,
tekanan darah)
7. Monitor pola dan kuantitas tidur
8. Bantu pasien menjadwalkan istirahat dan
aktifitas
9. Monitor respon oksigenasi pasien selama
aktifitas

10. Ajari pasien untuk mengenali tanda dan


gejala kelelahan sehingga dapat mengurangi
aktifitasnya.
2. Terapi Oksigen
Definisi: Mengelola pemberian oksigen dan
memonitor keefektifannya
Aktifitas:
1. Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada
secret
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Atur alat oksigenasi termasuk humidifier
4. Monitor aliran oksigen sesuai program
5. Secara
pemasangan alat
3.

Ketidakseimbangan
nitrisi kurang dari NOC
kebutuhan
tubuh
b.d anoreksia
Status Nutrisi
Status Nutrisi: Energi

periodik,

monitor

ketepatan

NIC
1.

Manajemen Nutrisi
Definisi: Membantu dan atau menyediakan asupan

Kontrol Berat Badan


Kriteria
Hasil
:
Klien
menunjukkan
1.
Pencapaian berat badan
normal yang diharapkan
2.
Berat badan sesuai dengan
3.
umur dan tinggi badan
Bebas dari tanda malnutrisi 4.

makanan dan cairan yang seimbang


Aktifitas:
Tanyakan pada pasien tentang alergi terhadap
makanan
Tanyakan makanan kesukaan pasien
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori
dan tipe nutrisi yang dibutuhkan (TKTP)
Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai
dengan kebutuhan energi
5.
Sajikan diit dalam keadaan hangat
2. Monitor Nutrisi
Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk mencegah atau meminimalkan
malnutrisi
Aktifitas:
1. Monitor adanya penurunan BB
2. Ciptakan lingkungan nyaman selama klien
makan.
3. Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak
selama jam makan.
4. Monitor kulit
pigmentasi

(kering)

dan

perubahan

5. Monitor turgor kulit


6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
kadar hematokrit
8. Monitor kadar limfosit dan elektrolit
9. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
4.

Kelelahan
b.d
malnutrisi, kondisi NOC
sakit
Konservasi Energi
1.
Kriteria
Hasil:
Klien
menunjukkan
Istirahat dan aktivitas
seimbang
Mengetahui keterbatasanan
energinya
Mengubah gaya hidup sesuai
tingkat energi
Memelihara nutrisi yang
adekuat
Energi yang cukup untuk
beraktifitas

NIC
Manajemen energi
Definisi: Mengatur penggunaan energi untuk
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
Aktifitas:
1. Tentukan keterbatasan aktifitas fisik klien
2. Kaji persepsi
kelelahan

pasien

3. Dorong pengungkapan
kelemahan fisik

tentang

penyebab

perasaan tentang

4. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan


sumber energi yang cukup
5. Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara
peningkatan energi melalui makanan
6. Monitor respon kardiopumonari terhadap
aktifitas (seperti takikardi, dispnea, disritmia,
diaporesis, frekuensi pernafasan, wwarna
kulit, tekanan darah)
7. Monitor pola dan kuantitas tidur
8. Bantu klien
aktifitas

menjadwalkan istirahat dan

2. Terapi Oksigen
Definisi: Mengelola pemberian oksigen dan
memonitor keefektifannya
Aktifitas:
1. Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada
secret

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas


3. Atur alat oksigenasi termasuk humidifier
4. Monitor aliran oksigen sesuai program
5. Secara
periodik,
pemasangan alat

monitor

ketepatan

3. Manajemen cairan
Definisi: Mempertahankan keseimbangan cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang
abnormal.
Aktifitas:
1. Persiapkan pemberian transfusi (seperti
mengecek darah dengan identitas pasien,
menyiapkan terpasangnya alat transfusi)
2. Awasi pemberian komponen darah/transfusi
3. Awasi respon klien
komponen darah

selama

pemberian

4. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi


serum)

5.

PK: Perdarahan

Aktifitas
Mencegah/
meminimalkan Monitor tanda-tanda perdarahan dan perubahan tanda
vital
terjadinya perdarahan
2. Monitor hasil laboratoium, seperti Hb, angka
trombosit, hematokrit, angka eritrosit, dll
3. Gunakan alat-alat yang aman untuk mencegah
perdarahan (sikat gigi yang lembut, dll)

6.

Nyeri b.d penyakit NOC


kronis
Mengontrol Nyeri
Menunjukkan tingkat nyeri
Kriteria Hasil: Klien dapat
Mengenali faktor penyebab
Mengenali lamanya (onset )
sakit
Menggunakan cara non
analgetik untuk mengurangi
nyeri
Menggunakan
analgetik
sesuai kebutuhan

NIC
1. Manajemen nyeri
Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat
nyeri yang dirasakan pasien.
Aktfitas:
1. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk tingkat nyeri ( dengan
face scale), lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, dan faktor presipitasi
2. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan pasien (misalnya menangis,
meringis, memegangi bagian tubuh yang
nyeri, dll)
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Jelaskan pada pasien tentang nyeri yang

dialaminya, seperti penyebab nyeri, berapa


lama nyeri mungkin akan dirasakan, metode
sederhana untuk mengalihkan rasa nyeri, dll.
5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang pengalaman nyeri dan
ketidakefektifan kontrol nyeri pada masa
lampau
6. Atur lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
7. Kurangi faktor pencetus nyeri pada pasien
2. Pemberian analgetik
Definisi: Penggunaan agen farmakologi untuk
menghentikan atau mengurangi nyeri.
Aktifitas:
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi pada pasien


4. Kolaborasi pemilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri, rute pemberian, dan
dosis optimal
5. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
6. Kolaborasi pemberian analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
7. Monitor respon klien terhadap penggunaan
analgetik

7.

Kecemasan (orang NOC :


tua) b.d kurang
Kontrol Kecemasan
1.
pengetahuan
Kriteria Hasil :
Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi,
1.
mengungkapkan,
dan
menunjukkan
teknik
untuk
2.
mengontrol cemas

NIC
Menurunkan cemas
Definisi: Meminimalkan rasa takut, cemas, merasa
dalam bahaya atau ketidaknyamanan terhadap
sumber yang tidak diketahui.
Aktifitas:
Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik
care
Jangan memberikan jaminan tentang prognosis
penyakit

Vital sign (TD, nadi, respirasi)


3.
dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah,
4.
bahasa tubuh, dan tingkat
5.
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
6.
Menunjukkan peningkatan
konsentrasi dan akurasi dalam
7.
berpikir
8.

Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan


klien
Pahami harapan pasien dalam situasi stres
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Bersama tim kesehatan, berikan informasi
mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan
Lakukan massage pada leher dan punggung, bila
perlu
9.
Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan
10. Dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit
11. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
(sepert tarik napas dalam, distraksi, dll)
12. Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Headman, T. Heather. 2011. Nanda Dignosis Keperawatan 2009-2011. EGC.
Jakarta.
Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
EGC.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2000, Nursing Interventions Classification (NIC)
second Edition,
Mehta, Atul B. 2008 . At a Glance Hematologi Edisi 2. Jakatra : Erlangga
Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Cv. Sagung Seto
Hoffband, A, dkk, 2005. Kapita selekta Hematologi. Penerbit buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai